0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
34 tayangan3 halaman
Dokumen ini membahas konsep governance dalam studi pemerintahan Indonesia. Governance menekankan adanya relasi antara negara, pasar, dan masyarakat dalam pengambilan keputusan publik. Konsep ini bergeser dari pemahaman tradisional tentang pemerintah (government) yang hanya melibatkan lembaga-lembaga formal. Governance juga memperluas cakupan kekuasaan dengan melibatkan berbagai aktor non-negara. Beberapa lembaga internasional memberikan definisi good
Dokumen ini membahas konsep governance dalam studi pemerintahan Indonesia. Governance menekankan adanya relasi antara negara, pasar, dan masyarakat dalam pengambilan keputusan publik. Konsep ini bergeser dari pemahaman tradisional tentang pemerintah (government) yang hanya melibatkan lembaga-lembaga formal. Governance juga memperluas cakupan kekuasaan dengan melibatkan berbagai aktor non-negara. Beberapa lembaga internasional memberikan definisi good
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Dokumen ini membahas konsep governance dalam studi pemerintahan Indonesia. Governance menekankan adanya relasi antara negara, pasar, dan masyarakat dalam pengambilan keputusan publik. Konsep ini bergeser dari pemahaman tradisional tentang pemerintah (government) yang hanya melibatkan lembaga-lembaga formal. Governance juga memperluas cakupan kekuasaan dengan melibatkan berbagai aktor non-negara. Beberapa lembaga internasional memberikan definisi good
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Awalnya studi politik dan pemerintahan menjadikan lembaga-lembaga formal sebagai
kajian utamanya, lembaga-lembaga formal yang disebut sebagai institusi ini disebut dengan government. Namun kemudian studi ini berkembang dan mengalami perluasan, dimana kekuasaan tidak hanya dipahami melalui pemahaman pada bekerjanya lembaga-lembaga tersebut. Kajian berkembang menjadi lebih kompleks dan komprehensif dengan memasukkan unsur masyarakat seiring dengan banyak lahirnya konsep mengenai demokrasi. Kemudian diwacanakanlah konsep governance. Governance menjelaskan tiga unsur penting yang harus diperhatikan dalam kajian politik dan pemerintahan, yaitu Negara, masyarakat dan pasar, dimana terdapat relasi diantara ketiga unsur tersebut. Konsep governance ini merupakan konsep formulasi Bank Dunia setelah melakukan studi di beberapa Negara Afrika. Pergeseran focus antara government dan governance menarik minat dan menimbulkan banyak pemikiran serta perdebatan. Governance dipahami sebagai segala hubungan kekuasaan yang bersinggungan dengan urusan publik. Dalam governance terlihat jelas relasi antara kekuasaan dengan urusan publik yang terbagi ke dalam tiga wilayah, yaitu Negara, pasar dan masyarakat. Kemudian istilah governance mulai bergeser dan digunakan untuk pengertian yang berbeda. Istilah ini digunakan untuk menunjuk bergesernya kajian studi pemerintahan dari government yang terpaku pada struktur formal pemerintahan yang hierarkis kearah governance yang lebih melihat pada dinamika politik dan pemerintahan yang luas dan berkarakter nasional. Pergeseran ini dimaksudkan untuk menunjukkan gelombang baru reformasi pemerintahan guna menggerakkan semangat reform (perubahan) dengan istilah government reform. Istilah yang dicetuskan oleh Bank Dunia ini, menekankan bahwa legitimasi politik dan konsensus serta peran Negara tidak lagi bersifat regulatif tetapi hanya sebatas pada peran fasilitatif. Legitimasi politik dan konsensus sebagai pilar utama good governance hanya akan terwujud dengan keterlibatan aktor non-negara yang luas dan pembatasan terhadap keterlibatan Negara, dalam hal ini pemerintah. Pencetusan oleh Bank Dunia ini berdasarkan penelitian di Afrika, pemerintah dianggap sebagai sumber kegagalan pembangunan. Pemerintah yang banyak adalah pemerintahan yang buruk, untuk itu jumlah pemerintah harus dikurangi. Pemerintahan yang tidak representatif dan sistem pasar yang tidak efisien merupakan sumber kegagalan. Wacana ini semakin membuat konsep good governance semakin popular, termasuk di Indonesia. Wacana tersebut semakin menekankan pentingnya peran aktor diluar pemerintahan. Untuk menunjukkan perbedaan Tokyo Institute of Technology memberikan pengertian governance dengan penekanan pada perilaku dan kapasitas masyarakat untuk mengelola kepentingan bersama termasuk kapasitas dalam memanfaatkan pemerintah dalam penyelesaian permasalahan publik. UNDP juga memberikan rekomendasi mengenai beberapa karakteristik good governance, diantaranya partisipasi, transparansi, akuntabel, efektif dan efisien, rule of law, responsive, consensus oriented, serta equity and inclusiveness. Sementara ODA menjelaskan karakteristik good governance adalah legitimacy, accountability, competency, law enforcement dan human right. Menurut Bank Dunia adalah predictable, eksekutif merupakan penanggung jawab, birokrasi yang profesional dan aturan yang jelas. Governance merupakan proses dimana perbedaan kepentingan diakomodasi dan diwujudkan dalam bentuk praktek, selain itu juga merujuk pada penguatan institusi-institusi pasar dan masyarakat guna mengimbangi dominasi Negara. Terdapat beberapa definisi untuk memisahkan ranah-ranah governance tersebut, diantaranya: (1)Network Governance. Pergeseran pemahaman dari konsep government yang hierarkis menuju pada konsep kesatuan yang dilengkapi perangkat hukum, peraturan dan tata tertib menuju konsep governance yang lebih horizontal dengan jaringan pengaturan yang lebih mandiri (self regulating network) yang disebabkan oleh semakin meningkatnya lembaga politik internasional dan teknik administrasi baru makin tercipta dalam suasana sistem politik yang saling mendukung kerjasama antara pemegang otoritas publik dan aktor swasta. (2)New Regulatory State. Fokus dari ranah ini adalah produk kebijakan yang dihasilkan Negara. Terdapat dua model dalam membuat keputusan, yaitu model atribut yang menekankan transformasi kapasitas proses pembuatan kebijakan yang efisien dengan melibatkan aktor- aktor governance termasuk yang berada di luar batas Negara yang justru memiliki peranan penting dan terwujud dalam multi layer governance. Model kedua adalah model relasional, yang memandang bahwa peningkatan kapasitas governance adalah respon terhadap interaksi dengan aktor global. Model ini memiliki karekteristik adanya keterlibatan publik yang luas, melampaui batas Negara yang melihat bahwa kedaulatan Negara adalah kekuatan absolute serta transformasi menuju meta-governance yang ditandai dengan keterlibatan legitimasi dan monitoring berbagai sumberdaya governance dan pengaturan. (3)Community Governance. Visi utama dari ranah ini adalah untuk memperkuat kapasitas pemerintahan dan masyarakat melalui pemberdayaan pemerintahan yang partisipatif dengan cara meningkatkan kapasitas masyarakat dalam proses kebijakan melalui peningkatan aspek akuntabilitas dan transparansi pemerintah. Terdapat tiga perspektif community governance, yaitu perspektif municipalist, yang menekankan bentuk demokrasi asosiatif dimana asosiasi-asosiasi secara sukarela menangani penyediaan serta penyampaian jasa kepada masyarakat sipil. Kedua, perspektif network yang dimana pemerintahan klasik yang hierarkis mulain menjalankan pola baru yang menekankan aspek jaringan dan kerjasama yang melibatkan bermacam lembaga yang terdapat dalam komunitas, baik masyarakat maupun pasar. Ketiga, perspektif citizen yang mengacu pada kemampuan komunitas untuk mengontrol lembaga pemerintahannya.
Governance menjadi penting dalam kajian studi pemerintahan karena di dalamnya
terdapat suatu semangat baru menuju perubahan dengan memahami lebih dalam segala bentuk hubungan kekuasaan di dalam urusan publik yang tidak hanya terpaku pada urusan lembaga pemerintahan semata, tetapi juga segala unsur penting lain yaitu pasar dan masyarakat, dalam menjalankan pemerintahan agar menjadi lebih baik serta menanamkan semangat tersebut dalam peningkatan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat serta kesejahteraan Negara.