MENURUT KONSTITUSI
A. LATAR BELAKANG
Berdirinya suatu Negara, menurut beberapa ahli kenegaraan ada 4 syarat/unsur, yaitu:
Namun masih ada hal lain yang menjadi syarat berdirinya suatu Negara yaitu
pengakuan internasional. Empat syarat dimaksudkan sama dengan makna kualifikasi
Negara menurut Konvensi Montevideo tahun 1933. Tanggal 17 Agustus 1945 adalah
dimana hari kemerdekaan Negara Indonesia di proklamasikan, sebelum tanggal
tersebut di kepulauan nusantara sudah terdapat suatu pemerintahan yaitu Hindia-
Belanda yang memiliki unsur :
Pada pembukaan UUD 1945 alinea keempat tersurat tujuan nasional dari negara
Indonesia, untuk mencapai tujuan negara berfungsi sebagai wahana mengantar rakyat
atau bangsa mencapai tujuan. Dalam suatu negara harus ada yang bergerak
melaksanakan pemerintahan agar tercapainya tujuan nasional yaitu alat kelengkapan
negara dengan fungsi masing-masing. Setiap negara akan mempunyai fungsi alat
perlengkapan negara sesuai dengan sistem politik yang dianut, sistem sosial yang
berlaku, konstitusi dan peraturan perundangan yang berlaku, tujuan nasional bangsa,
kepentingan nasional dan sasarnan nasional. Berdasarkan sejarah ketatanegaraan
Negara Republik Indonesia pernah memiliki berbagai macam UUD, yaitu:
4. Undang-Undang Dasar 1945, berlaku sejak Dekrit Presiden 5 Juli 1959 hingga
sekarang (sesudah amandemen).
Meskipun terdapat empat macam UUD namun UUD 1945 yang berlaku sejak dekrit
presiden ialah UUD 1945 yang pernah berlaku di negara republic Indonesia pada
tanggal 18 agustus 1945 atau UUD pada saat proklamasi kemerdekaan.
Dari tiga macam dasar konstitusional yang dimiliki negara Indonesia satu antara
lain mempunyai prisip dan ketentuan yang berbeda, dari segi sistem politik, alat
perlengkapan negara dan lain sebagainya. Dalam penulisan inilah akan dibahas
tentang tiga dasar Konstitusi negara yang pernah berlaku di negara Indonesia.
B. PERMASALAHAN
C. TUJUAN PENULISAN
D. KERANGKA KONSEPTUAL
Dapat dilihat dengan jelas bahwa jejak usaha belanda adalah mencari
keuntungan, memperoleh dan menstabilitasi dengan melakukan tindakan penguasaan
dan penaklukan yang akhirnya berbentuk penjajahan.
Belanda ingin memperluas usaha di Indonesia dengan biaya yang sangat murah
sehingga elanda memperluas pendidikan dan pengajaran dikalangan bangsa Indonesia,
lambat laun terdapatlah golongan terpelajar walaupun jumlahnya tidak banyak.
Mereka golongan terpelajar masih dalam himpitan bangsa penjajah, bekerja dengan
pihak penjajah meskipun memiliki kinerja yang bagus gaji yang diperoleh jauh di
bawah gaji pekerja pihak penjajah, jabatan-jabtan dalam perusahaan atau jawatan tidak
diberikan begitu saja kepada orang Indonesia. Penderitaan yang mereka hadapi
menimbulkan keinginan untuk lepas dari kekejaman penjajah, para pelajar inilah yang
memberi jawaban terhadap keadaan-keadaan menyedihkan akibat dari penindasan
penjajah, kalau dahulu rakyat menjawab tantangan menggunakan senjata pada saat itu
golongan terpelajar menjawab tantangan menggunakan cara-cara modern yang
diajarkan oleh bangsa barat yaitu dengan mendirikan organisasi sehingga lahirlah Budi
Utomo (12 Mei 1908) Dokter Mas Wahidin Soediro Hoesodo sebgai penggerak utama
yang selanjutnya dilakukan oleh para pemuda seperti Soetomo dan Goenawan
Mangunkusumo dengan cara memajukan pendidikan dan membangun sekolah-
sekolah,selanjutnya didobrak oleh para pemuda lain yang menghendaki keluasan
bergerak.
Tahun 1916 Budi Utomo mengadakan National Comite yang tujuan pokoknya
memperjuangkan adanya pemerintahan parlementer, namun hasil yang didapatkan
sangat minim yaitu lahirnya Volksraad yang dasar penyusunannya tidaklah karena
pemilihan umum yang demokratis akan tetapi atas penunjukan dan pengangkatan
pemerintah Hindia-Belanda. Pada 25 Desember 1912 lahirlah Indische Partij, karena
revolusioner gerakan dan tindakan yang dapat dilihat dari garis politik yaitu “segala
politik yang sehat, harus menuju kearah membubarkan kehidupan yang bersifat jajahm
menjajah”. Pemerintah yang berkuasa pada suatu tanah jajahan bukanlah pemimpin
melainkan penindas dan penindas itu adalah musuh yang besar bagi kesejahteraan
rakyat, lebih berbahaya dari pada pemberontakan atau gerakan yang meminta
perubahan pemerintahan (revolusioner), akhirnya permintaan untuk diakui sebagai
Recht persoon ditolak, penolakan ditelaah tujuan partai mengadakan perubahan-
perubahan baru yang akan membawa kepada lepasnya hubungan-hubungan hukum,
milik dan pemerintahan yang berlaku, tujuan yang jelas ialah kemerdekaan penuh
untuk tanah Indonesia.
Sistem Hukum yang berlaku pada zaman penjajahan Hindia-Belanda antara lain:
2
Soekarno, dkk. Manusia dan Masyarakat baru Indonesia (CIVICS). Dinas penerbitan
Balai Pustaka, Djakarta; 1962
a. Masa Vereenigde Oost Indische Compagnie (1602-1799)
VOC didirikan oleh pedagang belanda tahun 1902 supaya tidaak terjadi
persaingan antara pedagang yang membeli rempah-rempah dari orang pribumi dengan
tujuan memperoleh untung yang besar dipasaran Eropa3. Sebagai kompeni dagang
pemerintah belanda diberi hak-hak istimewa (octrooi) seeperti hak monopoli
pelayaran dan perdagangan, hak membentuk angkatan perang, hak mendirikan
benteng, mengumumkan perang, mengadakan perdamaian dan hak mencetak uang.
Dengan hak octroot itu VOC melakukan ekspansi penjajahan didaerah-daerah
kepulauan nusantara yang didatangi terutama kepulauan Maluku. VOC melakukan
penekanan dalam bidang perekonomian dengan memaksakan aturan hukumnya yang
merupakan ketentuan hukum positif Belanda di daerah-daerah perdagangan (hukum
yang dijalankan di atas kapal dagang (konkordan) disamping hukum romawi),
konkordan hukum belanda kuno atau (Oud Nederlandsrecht) yang sebagian besar
merupakan “hukum disiplin”(tuchtrecht).
a. Division’s Court
Terdiri dari beberapa pegawai pribumi, yaitu wedana atau demang dan
pegawai bawahanya, mereka berwenang mengadili perkara pelanggaran
kecil dan sipil dengan pembatasan sampai 20 rupyen. Naik banding
dilakukan kepada Bopati’s court
Terdiri dari bupati sebagai ketua, penghulu, jaksa dan beberapa pegawai
bumiputra dibawah perintah bupati. Wewenang menagdili perkara sipil,
dalam menganbil keputusan bupati meminta pertimbangan jaksa dan
penghulu, kalau tidak ada kesepakatan perkara harus diajukan kepada
resident court.
c. Resident’s court
Terdiri dari residen, para bupati, hooft jaksa dan hooft penghulu,
wewenang mengadili perkara pidana dengan ancaman bukan hukuman
mati. Dalam perkara sipil mengadili perkara yang melebihi 50 rupyen.
d. Court of circuit
Terdiri dari seorang ketua dan seorang anggota yang bertugas sebagai
pengadilan keliling dalam menangani perkara pidana dengan ancaman
hukuman mati. Dalam sistem ini menganut sistem juri yang terdiri dari
lima sampai Sembilan orang bumiputra.
Bidang hukum, pemerintahan melalui osamu seirei No. 1 Tahun 1942 dlam
pasal 3 menyatakan”semua badan pemerintahan dan kekuasaanya, hukum
dan UU dari pemerintah dahulu tetap diakui sah bagi sementara waktu, asal
saja tidak bertentangan dengan aturan pemerintahan militer”, peraturan ini
4
Djamali, R. Abdoel. Pengatar Hukum Indonesia, edisi revisi. Rajawali pers, Jakarta;
2006, hal 57.
merupakan pasal peralihan agar tidak terjadi kekosongan hukum, yang
berarti aturan hukum yang berlaku pada saat itu adalah Indische
staatsregeling (IS). Berdasarkan osamu gunrei No. 1 tahun 1942, gunseirei
Nomor istimewa tahun 1942 dan osamu senrei No. 25 tahun 1944 tentang
mamuat aturan-aturan pidana mengenai peraturan umum dan peraturan
khusus. Lembaga peradilan Hindia-Belanda tetap digunakan, kecuali
Residentiegerecht dihapuskan. Susunan lembaga peradilan berdasarkan
gunseirei No.14 tahun 1942 terdiri dari:
Gunserei No. 34 tahun 1942 osamu senrei no. 3 tahun 1942 dinyatakan
bahwa gunsei hooin ditambah dengan saiko hooin (pengadilan agung) dan
kooto hooin (pengadilan tinggi).
Tahun 1943 bung karno sebagai pelopor dibangun gerakan pemuda baru
“GEMPAR” gembelengan pemuda asia raya, tujuan mempelopori dan
merintis perjuangan bangsa dengan bekerja sama dengan putera, jepang
cepat mengetahui unsure-unsur berbahaya dari gerakan pemuda tidak
disetujui oleh jepang dengan demikian GEMPAR mati sebelum lahir.
Badan-badan resmi jepang adalah Heiho dan Peta yang bersifat ketentaraan,
pembelaan tanah air yang disebut DJIBAKUTAI (pasukan berani mati).
Pemuda-pemuda yang menjadi peta dan heihopun telah bosan dengan
penjajahan, terbukti dengan adanya pemberontakan peta di blitar, cilacap
dan pemberontakan rakyat dibawah pimpinan Kyai Mustofa di singaparna,
hingga meledak bom di hiroshima dan nagasaki, jepang menyerah, namun
hal ini dirahasiakan. Berkat ketangkasan pemuda-pemuda yang bekerja
pada kantor berita sampai juga kepada pemimpin-pemimpin Indonesia,
sehingga tibalah hari keramat hari proklamasi kemerdekaan Indonesia 17
Agustus 1945 setelah bung karno dan bung hatta mengadakan perundingan-
perundingan dengan wakil-wakil pemuda dan peta di rengasdengklok juga
peristiwa-peristiwa lain yang tidak bisa dipisahkan dari keggiatan dan
tanggung jawab pemuda.
1) Kebangsaan Indonesia
4) Kesejahteraan Sosial
5) Ketuhanan
3) Persatuan Indonesia
5) Keadilan Sosial
2) Peri Kemanusiaan
3) Kebangsaan
4) Kerakyatan
5) Keadilan Sosial
Setelah kembali kepada UUD 1945 melalui Dekrit Presiden tanggal 5 juli 1959,
dengan sendirinya pancasila menurut UUD 1945 yang digunakan sebagai pokok
bahasan. Lima dasar/sila dalam pancasila dapat diperas menjadi Trisila (3 dasar) yaitu:
Selanjutnya Trisila dapat diperas lagi menjadi ekasila (satu dasar) yaitu gotong
royong. Bentuk pancasila yang berubah-ubah, tidak perlu dikaitkan bahwa semangat
dan jiwanya berubah pula, pancasila bukanlah kumpulan lima sila yang masing-
masing terlepas tanpa ikatan satu terhadap yang lain. Pancasila adalah satu
keseluruhan, bila tiap sila ditafsirkan bebas dan terlepas sama sekali dari sila-sila yang
lain akan menghilanglah arti dan tujuan pancasila itu.
Pancasila sebagai alat pemersatu. Kalau ditinjau sila-sila pancasila satu demi
satu, akan mengambil kesimpulan bahwa dasar, tujuan dan cita-cita berbagai golongan
yang ada di Indonesia terhimpun di dalamnya. Tiap golongan diberi tempat yang layak
didalam Indonesia, tidak ada satupun golongan yang ditinggalkan olehnya. Sila
perikemanusiaan yang menghargai tiap orang sebagai manusia yang layak.
Perikemanusiaan yang membatasi rasa kebangsaan supaya jangan meenjadi sovinisme
sehingga perperangan antar bangsa dapat dihindarkan, perikemanusiaan yang turut
mencapai kedamaian abadi, sehingga kecerdasan, kemakmuran, kebudayaan dan drajat
bangsa dapat dimajukan kesempurnaannya. Sila Persatuan Indonesia atau sila
kebangsaan menghimpun semua suku yang ada di Indonesia menjadi bangsa
Indonesia, tidak satupun yang dijadikan anak emas atau anak tiri.
Persatuan yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan tanah tumpah darah
Indonesia, dan hal ini telah dibuktikan dengan tercapainya kemerdekaan diantaranya
dengan sumpah pemuda 1928 dan proklamsi 1945. Sila kerakyatan atau kedaulatan
rakyat menegaskan juga bahwa negara indonesia bukanlah negara untuk satu
golongan, negara republik adalah negara semua untuk semua. Kedaulatan rakyat yang
dijalankan melalui permusyawaratan perwakilan itulah tempat bagi seluruh rakyat
indonesia memperjuangkan tuntutanya, suara tiap golongan dapat didengarkan dalam
perwakilan itu untuk memperbaiki yang belum sempurna. Sila keadilan sosial adalah
dasar yang menjamin, bahwa indonesia tidak akan ada kemiskinan lagi, dari sila itu
dapat dihindari penghisapan manusia oleh semua manusia, keadilan sosial itu pun
menjamin pekerjaan bagi tiap orang sesuai dengan kemampuanya. Tuntutan bangsa
indonesia untuk dapat hidup yang layak dibenarkan dan akan menjadi kenyataan di
republik Indonesia yang berkeadilan sosial. Jelas bahwa pancasila republik indonesia
menjadi pelindung segenap bangsa indonesia.
Pancasila sebagai kepribadian bangsa. Dalam tiap sila pancasila, dicontohkan
dengan survival yang terdapat pada kebudayaan indonesia, maka pancasila tidak
menyimpang dari kepribadian bangsa, beberapa unsur dipulau kecil seebelah timur
indonesia tampak unsur-unsur kebudayaan portugis, aceh unsur-unsur kebudayaan
arab-islam, ini akibat dari beragamnya bangsa yang datang ke indonesia.
Demikian jika sila-sila diperas lagi menjadi satu sehingga pancasila itu menjadi
gotong royong, dasar inilah yang cocok dengan bangsa Indonesia dengan jiwa bangsa
Indonesia. Sifat kerja sama secara kekeluargaan dimana pengaruh individualisme
ditiadakan dalam mencapai kepentingan bersama, gotong royong bukanlah paksaan
seperti yang disangka sebagian orang, didalam gotong royong tidak ada pertikaian
antar individu yang diutamakan adalah kepentingan bersama yaitu kepentingan rakyat.
Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui secara jelas arah dan
tujuan yang ingin dicapai sangat memerlukan pandangan hidup, dengan demikian
suatu bangsa akan memandang permasalahan-permasalahan yang dihadapi sehingga
dapat memecahkan permasalahan yang di hadapi karena pandangan hidup merupakan
pegangan dan pedoman suatu bangsa. Bangsa yang tidak memiliki pandangan hidup,
akan merasa terombang ambing dalam menghadapi permasalahan yang timbul.
Pandangan hidup dirumuskan secara jelas yaitu pancasila. Dalam Tap MPR
No.II/MPR/1978, pancasila adalah jiwa seluruh rakyat Indonesia, kepribadian
Indonesia, Pandangan hidup bangsa Indonesia dan dasar Negara sekaligus tujuan
hidup bangsa. Pancasila dibentuk melalui proses yang panjang dimatangkan oleh
perjuangan bangsa. Pancasila di tetapkan sebagai ideologi5 bangsa Indonesia, ideologi
dalam pengertian Bahasa Indonesia adalah:
c. Paham, teori dan tujuan yang merupakan suatu program social politik.
Dari defenisi diatas, ditarik fungsi6 dari sebuah ideology dalam suatu bangsa;
e. Memberi cara kepada mereka yang menginginkanya serta yang yakin akan arti
keberadaanya dan tujuan tindakanya.
Undang-Undang Dasar adanya dua cara pandang utama yaitu pertama bersifat
perorangan atau individualistik dan bersifat kekeluargaan atau integralistik. Ideologi
pancasila bersumber pada cara pandang integralistik (Indonesia) yang mengutamakan
gagasan tentang negara (staatsidee) yang bersifat persatuan. Cara pandang integralistik
Indonesia, manusia tidak dilahirkan bebas, namun secara alamiah justru tergantung
pada orang lain. Cara pandang integralistik Indonesia dalam bernegara dapat dilihat
pada rumusan alinea ke-III pembukaan UUD 1945 yang tidak mendasarkan pada hak
perorangan dengan kebebasannya, melainkan hak seseorang adalah sesuai dengan
keberadaanya sehingga menumbuhkan kewajiban dan terbentuklah persatuan dari
seluruh manusia dalam kelompoknya.
1. Pasal 6 UUD 1945, mewajibkan presiden harus orang asli indonesia, sebab
pancasila digali dari khazanah budaya pemikiran filsafati Indonesia. Meskipun
memperhitungkan ideologi lain namun tetap dengan orientasi kepentingan dan
budaya bangsa Indonesia,
1. Lembaga Tertinggi
7
Prof. Drs. H.A.W. Widjaja. Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila Pada
Perguruan Tinggi. Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta; 1993. Hal 73
2. No rival authority
b. Kekuasaan MPR
7. Menerima dan menilai isi pertanggung jawaban presiden pada akhir masa
jabatan presiden (penjelasan)
1. Hak suara
1. Pimpinan MPR
3. Komisi MPR
Fraksi
e. Sidang MPR
pasal 6 (2), presiden dan wakil presiden dipilih oleh MPR dengan
suara terbanyak
2. Lembaga Tinggi
Presiden adalah kepala negara, hal ini tertera dalam penjelasan UUD
1945. Selain kepala negara presiden dan wakil presiden ialah
mandataris dari majelis dan wajib menjalankan putusan majelis.
Pasal 9
Pasal 15, Presiden memberi gelaran, tanda jasa dan lain-lain tanda
kehormatan
Pasal 31
a. Presiden;
21. Presiden memegang kekuasaan militer [pasal 183 (1) dan (3)];
b. Menteri-menteri;
c. Senat;
BAB V KONSTITUANTE
Pasal 186
Pasal 187
Pasal 188
4. Jang ditetapkan dalam pasal 87, 93, 94, ajat (3) dan (4), 95 dan 105,
berlaku demikian djuga bagi Konstituante.
Pasal 189
Menurut Konstitusi RIS, anggota DPR RIS berjumlah 150 orang yang
terdiri dari 50 orang dari negara bagian RI dan 100 orang dari negara-
negara bagian lainnya. Jumlah anggota DPR terdiri dari 146 orang yang
mewakili negara/daerah bagian dengan perincian sebagai berikut:
4. Madura 5 orang
5. Pasundan 21 orang
9. Bangka 2 orang
Pada tanggal 15 Agustus 1950, DPR dan Senat RIS menyetujui Undang-
Undang Dasar Sementara Negara Kesatuan Republik Indonesia (UUDS
NKRI, UU No. 7/1850, LN No. 56/1950). UUDS ini merupakan adopsi
dari UUD RIS yang mengalami sedikit perubahan, terutama yang
berkaitan dengan perubahan bentuk negara dari negara serikat ke negara
kesatuan. Pada tanggal yang sama, DPR dan Senat RIS mengadakan
rapat di mana dibacakan piagam pernyataan terbentuknya NKRI yang
bertujuan:
1. Masjumi 43 orang
2. PNI 42 orang
3. PIR-Hazairin 19 orang 22 orang
4. PIR-Wongso 3 orang
5. PKI 17 orang
6. PSI 15 orang
7. PRN 13 orang
8. Persatuan Progresif 10 orang
9. Demokrat 9 orang
10. Partai Katolik 9 orang
11. NU 8 orang
12. Parindra 7 orang
13. Partai Buruh 6 orang
14. Parkindo 5 orang
15. Partai Murba 4 orang
16. PSII 4 orang
17. SKI 4 orang
18. SOBSI 2 orang
19. BTI 1 orang
20. GPI 1 orang
21. Perti 1 orang
22. Tidak berpartai 11 orang
a. Hak Amandemen
b. DPR berhak mengadakan perubahan-perubahan usul UU yang
dimajukan pemerintah kepadanya.
c. Hak Menanya dan Hak Interpelasi
d. DPR mempunyai hak menanya dan hak memperoleh penerangan dari
menteri-menteri, yang pemberiannya dianggap tidak berlawanan
dengan kepentingan umum RI.
e. Hak Angket
f. DPR mempunyai hak menyelidiki (enquete) menurut aturan-aturan
yang ditetapkan UU.
g. Hak Kekebalan (imunitet) Ketua, anggota DPR dan menteri-menteri
tidak dapat dituntut di muka pengadilan karena apa yang
dikemukakan dalam rapat atau surat kepada majelis, kecuali jika
mereka mengumumkan apa yang dikemukakan dalam rapat tertutup
dengan syarat supaya dirahasiakan.
h. Forum Privelegiatum, Ketua, wakil ketua, dan anggota DPR diadili
dalam tingkat pertama dan tertinggi oleh MA, pun sesudah mereka
berhenti, berhubung dengan kejahatan dan pelanggaran lain yang
ditentukan dengan UU dan yang dilakukan dalam masa
pekerjaannya, kecuali jika ditetapkan lain dengan UU.
i. Hak mengeluarkan suara.
Sama halnya dengan UUD RIS, UUDS juga menganut sistem
pemerintahan parlementer. DPRS dapat memaksa kabinet atau masing-
masing menteri meletakkan jabatannya. Namun berbeda dengan
ketentuan dalam UUD RIS, UUDS memasukkan pula ketentuan bahwa
presiden dapat membubarkan DPRS, kalau DPRS dianggapnya tidak
mewakili kehendak rakyat lagi.
1. Peradilan Umum;
2. Pemdilan Agama;
3. Peradilan Militer;
4. Peadilan Tata Usaha Negara.
1. Fungsi Paradilan;
2. Fungsi Pengawasan;
3. Fungsi Pengaturan;
4. Fungsi Memberi Nasehat;
5. Fungsi Administrasi.
f. Dewan Pengawas Keuangan
Pasal 23 ayat (5) UUD Tahun 1945 menetapkan bahwa untuk memeriksa
tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan suatu Badan
Pemeriksa Keuangan yang peraturannya ditetapkan dengan Undang-
Undang. Hasil pemeriksaan itu disampaikan kepada dewan Perwakilan
Rakyat.
Bentuk Negara Serikat tidak bertahan lama, hanya berlangsung kurang lebih
8 bulan. Melalui pasal 90 konstitusi ( R.I.S. ) kemudian dilakukan perubahan
– perubahan terhadap konstitusi (R.I.S.) dengan mengubah bagian – bagian
yang merupakan unsur – unsur Negara serikat menjadi Negara Kesatuan. Hal
itu dilakukan melalui Undang – Undang Federal No. 7 / 1950 ( Lembaran
Negara No. 56/ 1950 ). Dengan kata lain, Undang–Undang Dasar Sementara
Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam bentuknya adalah Perubahan
Konstitusi Sementara R.I.S.
Dalam periode ini pula DPA dihapuskan. Sejak berlakunya UUD Sementara
berbagai langkah dilakukan untuk menjalankan roda pemerintahan. pada
tahun 1955 diselenggarakan pemilihan umum pertama untuk membentuk
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat dan
Konstituante. Konstituante dibentuk untuk menetapkan Undang – Undang
Dasar yang tetap menggantikan UUD Sementara 1950. Hal ini menyimpangi
ketentuan yang diatur dalam Piagam Persetujuan R.I.S. – R.I, alasan
Pemerintah saat itu adalah ; karena DPR dengan jumlah kurang lebih 250
anggota yang besarnya ditetapkan berdasarkan atas perhitungan setiap
300.000 jiwa penduduk mempunyai satu wakil (pasal 56) dipandang pantas
untuk suatu bangsa yang terdiri atas kurang lebih 75 juta jiwa, selain itu
Karena pada umumnya suatu Konstituante beranggota lebih banyak
dibanding DPR ( penjelasan UUD Sementara 1950). Walaupun sudah
banyak materi muatan konstitusi yang disepakati dalam sidang – sidang
konstituante, akan tetapi pada waktu akan diputuskan dasar Negara yang
akan berlaku, terjadi perbedaan yang tajam. Ada tiga dasar yang dianjurkan
yakni; dasar Negara social-ekonomi, dasar Negara Islam dan dasar Negara
Pancasila. Setelah diadakan pemungutan suara, ternyata tidak ada yang
memperoleh sekurang – kurangnya 2/3 dari peserta sidang yang hadir. Untuk
mengatasi situasi itu Pemerintah mengusulkan agar kita kembali ke UUD
1945, anggota Konstituante setuju dengan catatan ada sebagian fraksi yang
menghendaki ditambahkannya 7 perkataan yang terdapat dalam Piagam
Jakarta. Karena tidak terdapat kesepakatan tentang hal itu, keputusan
dilakukan melalui pemungutan suara yang juga tidak berhasil mengambil
keputusan. Akhirnya pada tanggal 5 juli 1959 Presiden mengeluarkan
Keputusan Presiden No. 150 tentang Dekrit, yang lebih dikenal dengan
Dekrit Presiden, yang berisi :
1. pembubaran Konstituante
MPR
1. Lembaga tinggi negara sejajar kedudukannya dengan lembaga tinggi
negara lainnya seperti Presiden, DPR, DPD, MA, MK, BPK.
2. Menghilangkan supremasi kewenangannya.
3. Menghilangkan kewenangannya menetapkan GBHN.
4. Menghilangkan kewenangannya mengangkat Presiden (karena presiden
dipilih secara langsung melalui pemilu).
5. Tetap berwenang menetapkan dan mengubah UUD.
6. Susunan keanggotaanya berubah, yaitu terdiri dari anggota Dewan
Perwakilan Rakyat dan angota Dewan Perwakilan Daerah yang dipilih
secara langsung melalui pemilu.
DPR
DPD
BPK
PRESIDEN
MAHKAMAH AGUNG
MAHKAMAH KONSTITUSI
E. METODE PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam penelitian hukum. Penelitian ini bertitik tolak
dari telaah hukum positif dan fakta-fakta empirik. Penelitian hukum ini
mencakup penelitian terhadap asas-asas hukum/politik, penelitian terhadap
sistematika hukum/politik, penelitian terhadap taraf singkronisasi vertical dan
horizontal, peraturan hukum, perbandingan hukum dan sejarah hukum.
2. Bahan Penelitian
a.Bahan Hukum Primer, yaitu berupa bahan-bahan hukum yang mengikat
terdiri dari :
1. Pancasila
2. Norma ( dasar) atau Kaedah Hukum Dasar, yaitu pembukaan UUD 1945,
3. Peraturan Dasar : Pasal-pasal UUD 1945,
4. Penjelasan UUD 1945
5. Konstitusi RIS
6. UUD Sementara 1950
7. Peraturan Perundang- Undangan, yaitu Undang- Undang dan Peraturan
yang setara serta Keputusan- keputusan yang dikeluarkan lembaga
perwakilan,
b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya
dengan bahan hukum primer dan dapat memberikan penjelasan, membantu
menganalisis dan memahami bahan hukum primer, seperti buku-buku,
hasil penelitian, hasil-hasil karya tulis ilmiah dari kalangan hukum,
pendapat para pakar hukum, laporan-laporan lainnya yang mempunyai
hubungan dengan penelitian.
c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang menunjuk maupun
penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
seperti kamus, ensiklopedia dan sebagainya.
3. Teknik pengumpulan bahan Hukum
Bahan yang digunakan untuk memperoleh data-data yang di perlukan penulis
adalah dengan menggunakan studi kepustakaan yaitu dengan membaca dan
menelaah buku-buku, peraturan perundang-undangan dan bahan pustaka
lainnya guna mendapakan bahan teoritis yang berkaitan dengan penelitian ini.
4. Metode Analisis
Analisis bahan hukum yang dipergunakan adalah menggunakan pendekatan
content analisis yaitu teknik penelitian untuk mendeskripsikan secara
kuantitatif, objektif dan sistematik dan isi komunikasi untuk membuat
perunjukan pengenalan karakteristik tertentu didalam teks secara tekstual atau
makna dan arti aturan hukum yang tertulis.
BAB II
PEMBAHASAN
Konstitusi merupakan hal yang sangat penting dan vital dalam suatu pemerintahan
dengan diberlakukannya dan disahkannya konstitusi yang membentuk Republik
Indonesia, ini merupakan pertanda yang jelas bahwa negara ini dimaksudkan sebagai
negara konstitusional yang menjamin kebebasan rakyat Indonesia untuk memerintah
diri sendiri, usaha bangsa Indonesia yang merdeka dan berdaulat untuk membentuk
pemerintah sendiri yang sah serta usaha menjamin hak-haknya sambil menentang
penyalahgunaan kekuasaan hanya dapat dilakukan dalam kerangka negara
konstitisional, pembentukan negara konstitusional merupakan bagian dari upaya
mencapai kemerdekaan, karena hanya dalam kerangka kelembagaan ini dapat dibangun
masyarakat yang demokratis.
Sejak proklamasi 17 agustus 1945 sampai saat ini telah berlaku tiga macam Undang-
Undang Dasar dalam beberapa periode yaitu: (1) Periode 18 Agustus 1945-27
Desember 1949, (2) Periode 27 Desember 1949-17 Agustus 1950 (3) Periode 17 agustus
1950-5 Juli 1959 (4) Periode 5 Juli 1959 (saat ini UUD 1945 telah diamandeman). Saat
RI diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, Republik baru ini belum
mempunyai Undang-undang Dasar, sehingga oleh PPKI pada tanggal 18 agustus 1945
disahkan UUD 1945 sebagai Undang-Undang Dasar republik Indonesia. Akan tetapi
perubahan peta perpolitikan yang terjadi antara Indonesia dengan Belanda telah
membawa dampak yang besar rongrongan Belanda dalam RI masih cukup kuat dengan
mencoba mendirikan Negara Sumatera Timur, NIT, Negara Pasundan dll, sejalan
dengan usaha untuk meruntuhkan RI terjadilah Agresi I tahun 1947 dan Agresi II 1948
dimana akibat dari itu PBB mengadakan KMB di Den Haag.
Atas desakan yang kuat dari rakyat maka pada tanggal 8 April 1950
dieselenggarakanlah konfrensi segitiga antara Republik Indonesia Serikat, Negara
Indonesia Timur dan Negara Sumatera Timur, dimana kedua negara bagian tersebut
memberikan mandat kepada Hatta sebagai Perdana Menteri RIS pada tanggal 12 Mei
1950 untuk membentuk negara kesatuan, setelah terbentuk negara kesatuan tersebut
pada tanggal 19 Mei 1950 kemudian dirancanglah undang-undang dasar negara
kesatuan oleh panitia gabungan dari Republik Indonesia Serikat dengan Republik
Indonesia. Pada tanggal 15 Agustus 1950 dengan UU no 7 tahun 1950 ditetapkan
perubahan konstitusi RIS menjadi UUDS 1950 berdasarkan pasal 127 a, pasal 190 dan
pasal 191 ayat 2 konstitusi RIS (A. B. lapian, et al. 1996:265), yang akan menjadi
pembahasan disini ialah dimanakah letak persamaan dan perbedaan dari UUD 1945,
Konstitusi RIS dengan UUDS 1950.
Persamaan UUD 1945, Konstitusi RIS 1949 dan UUDS 1950 adalah:
Ketiga Undang-Undang Dasar tersebut baik UUD 1945, Konstitusi RIS dan UUDS
1950 pada dasarnya adalah bahwa semuanya itu masih bersifat sementara. UUD 1945
sebagaimana dikemukakan oleh Sukarno yang dikutip Yamin disebutkan “[U]ndang-
undang dasar yang dibuat sekarang ini adalah undang-undang dasar sementara. Kalau
beoleh saya memakai perkataan: ini adalah undang-undang dasr kilat. Nanti kalau kita
telah bernegara didalam suasana yang lebih tenteram, kita tentu akan mengumpulkan
kembali MPR yang dpat membuat UUD yang lebih lengkap dan sempurna” (Nasution.
1995: 29). UUD 1945 bersifat sederhana juga dilihat dalam pasal III ayat 2 aturan
tambahan disebutkan, akan dibentuk MPR dan menurut pasal 3 UUD 1945 salah satu
tugas MPR adalah menetapkan UUD, maka ini berarti bahwa selama MPR belum
menetapkan UUD 1945 sebagai UUD yang tetap berarti sifatnya adalah sementara.
Konstitusi RIS alasannya atas dasar pertimbangan bahwa sebetulnya badan yang
membentuk UUD RIS kurang representatif, maka dalam pasal 186 UUD RIS
disebutkan bahwa konstituante bersama-sama dengan pemerintah selekas-lekasnya
menetapkan konstitusi RIS, dari bunyi pasal ini jelaslah bahwa UUD RIS bersifat
sementara. Sedangkan untuk UUDS 1950 jelas sementara karena adanya pencantuman
kalimat sementara, bida juga dilihat dalam pasal 134 dimana diharuskan konstituante
bersama-sama dengan pemerintah menyusun UUD RI yang akan mengganti UUD yang
berlaku pada saat itu (UUD 1950) hal ini disebabkan karena badan yang menyusunnya
merasa dirinya kurang representataif. Selain sifatnya yang sementara, persamaan
diantara ketiganya adalah sama-sama Undang-undang Dasar dimana mereka dibuat
untuk menjadi dasar hukum bagi negara (dasar legitimasi) dari kekuasaan yang sah dari
suatu pemerintahan.
Secara Umum dari ketiga UUD tersebut dapat diklasifikasikan dalam dua bentuk negara
kesatuan dan federal dimana menurut Moh Kusnardi dan Harmally Ibrahim (1988:169)
perbedaan diantara keduanya sebagai berikut:
Pada negara federal negara-negara bagiannya punya wewenang untuk membuat UUD
sendiri dan dapat menentukan bentuk organisasinya masing-masing dalam batas-batas
yang tidak bertentangan dengan konstitusi dari negara federal seluruhnya. Dalam hal ini
organisasi dari bagian-bagian pada negara-negara kesatuan pada garis besarnya
ditentukan oleh pembuat UU di pusat. Organisasi ini merupakan pelaksanaan dari
system desentralisasi dalam negara kesatuan. Bagian-bagaian dalam negara kesatuan
yang lazimnya disebut sebagai propinsi tidak mempunyai wewenang untuk membuat
UUD sendiri.
,
Ko
nsti
tusi
RIS
194
9
ASPEK UUD 45 UUDS 1950
Konstitusi RIS 1949
NO
1 Sistematika Pembukaan terdiri dari 5 mukadimah terdiri dari 4 Mukadimah terdiri dari 4 alinea
Penulisan UUD alinea disebutkan: “… alinea disebutkan: disebutkan: Kemerdekaan disusun
maka disusunlah Kemerdekaan disusun dalam dalam suatu piagam negara yang
kemerdekaan kebangsaan suatu piagam negara yang berbentuk Negara Republik-
Indonesia itu dalam suatu berbentuk Republik- Federasi
undang-undang dasar (Alinea ke 3). Kesatuan.( alinea ke4).
negara yang terbentuk
dalam susunan Negara Konstitusi RIS batang tubuh Batang tubuh UUDS 1950 terdiri
Indonesia yang terdiri dari 6 bab dan 197 dari 6 bab, 146 pasal dan 1 pasal
berkedaulatan rakyat pasal. penutup.
dengan berdasar
kepada….”.
BPK
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
EKSISTENSI LEMBAGA-LEMBAGA NEGARA PASCA PROKLAMASI HINGGA
REFORMASI
1. Presiden
2. Menteri – menteri
3. Senat
4. Dewan Perwakilan Rakyat
5. Mahkamah Agung Indonesia
6. Dewan pengawas keuangan
Pemerintahan menurut konstitusi RIS adalah presiden dengan seorang atau
beberapa orang menteri yakni menurut tanggung jawab umum dan tanggung jawab
khusus mereka. Dalam menjalankan pemerintahan negara, presiden tidak dapat
diganggu gugat karena sebagai kepala negara.
Alat – alat perlengkapan negara menurut UUDS 1950 pasal 44 terdiri dari :
1. Kepala negara bukan penyelenggara kekuasaan pemerintahan, oleh karena itu tidak
dapat diganggu gugat.
2. Pemerintahan diselenggarakan oleh dewan menteri atau kabinet dengan perdana
menteri sebagai ketua.
3. Kekuasaan perundang – undangan dilakukan oleh pemerintah bersama – sama
dengan Badan Perwakilan Rakyat
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta; 1984
Djakarta; 1962
Jakarta;2006