Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Keselamatan dan kesehatan kerja atau K3 merupakan hal yang tidak
terpisahkan dalam sistem ketenagakerjaan dan sumber daya manusia.
Keselamatan dan kesehatan kerja tidak saja sangat penting dalam meningkatkan
jaminan sosial dan kesejahteraan para pekerjanya akan tetapi jauh dari itu
keselamatan dan kesehatan kerja berdampak positif atas keberlanjutan
produktivitas kerjanya. Oleh sebab itu isu keselamatan dan kesehatan kerja pada
saat ini bukan sekedar kewajiban yang harus diperhatikan oleh para pekerja, akan
tetapi juga harus dipenuhi oleh sebuah sistem pekerjaan. Dengan kata lain pada
saat ini keselamatan dan kesehatan kerja bukan semata sebagai kewajiban, akan
tetapi sudah menjadi kebutuhan bagi setiap para pekerja dan bagi setiap bentuk
kegiatan pekerjaan (http:://www.google.co.id/keselamatan kerja,2008).
Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran
ergonomi, karena ergonomi berkaitan dengan orang yang bekerja, selain dalam
rangka efektivitas dan efisiensi kerja (Sedarmayanti, 1996). Ergonomi yaitu
sebagai salah satu ilmu yang berusaha untuk menyerasikan antara faktor manusia,
faktor pekerjaan dan faktor lingkungan. Dengan bekerja secara ergonomis maka
diperoleh rasa nyaman dalam bekerja, dihindari kelelahan, dihindari gerakan dan
upaya yang tidak perlu serta upaya melaksanakan pekerjaan menjadi sekecil-
kecilnya dengan hasil yang sebesar-besarnya. (Soedirman,1989).
Salah satu masalah ergonomi yang terjadi adalah pada pekerja bidang
angkat-angkut salah satunya adalah nyeri pada otot punggung yang digunakan
untuk bekerja. Keluhan yang biasa diderita pekerja dibidang angkat-angkut adalah
pada sistem muskuloskeletal. Keluhan muskuloskeletal adalah keluhan pada
bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan
sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara
berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa
kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang
biasanya diistilahkan dengan musculoskeletal disorders (MSDs) atau cedera pada

1
system muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996). Bagian otot yang
sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu,
lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah.
Menurut data Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (Accident Facts,
1990), cedera tulang belakang adalah salah satu yang paling umum terjadi (22%
dari semua kecelakaan kerja yang terjadi) dan paling banyak membutuhkan biaya
untuk pengobatannya. Salah satu penyebab dari cedera ini adalah overload yang
dipikul oleh tulang belakang (> 60%) dan 60% dari overload ini disebabkan oleh
pekerjaan mengangkat barang, 20% pekerjaan mendorong atau menarik barang
dan 20% akibat membawa barang. Disamping itu juga dilaporkan bahwa 25%
kecelakaan disebabkan karena aktvitas angkat-angkut; 50-60% cedera pinggang
disebabkan karena aktivitas mengangkat dan menurunkan material (Pulat,1992).
Pekerja yang mengangkat beban berat akan mengalami kemungkinan cedera
punggung 8 kali lipat dari pekerja yang hanya mengangkat barang secara tidak
terus menerus. Oleh karena itu dibutuhkan adanya penerapan prinsip-prinsip
ergonomi pada pekerjaan yang menggunakan kemampuan otot. Selain itu juga
didapat hasil penelitian di Rumah Sakit Dr. Soetomo pada perawat akibat salah
angkat dan atau angkut dapat menimbulkan cedera muskuloskeletal dimana 45,5%
perawat yang diteliti pernah mengalami cedera punggung (Erwin Dyah N,2006).
Penelitian ini dilaksanakan di Gudang Persediaan Pupuk PUSRI Kediri,
Desa Branggahan Kecamatan Ngadiluwih. Kegiatan utamanya adalah bongkar
muat pupuk dengan jumlah pekerja 25 orang. Kegiatan ini dilakukan setiap hari,
bongkar muat per harinya rata-rata 300 ton pupuk, dengan rincian 150 ton
bongkar dan 150 ton muat. Pupuk di kemas dalam karung plastik, berat per
karungnya 50 kg. Bongkar muat pupuk ini dilakukan secara manual yaitu dengan
cara dipanggul dengan jarak kurang lebih 10 m.. Apabila rata-rata per hari
kegiatan bongkar muat 300 ton, maka beban angkat yang dikenakan pada satu
orang pekerja adalah 12 ton, dengan frekuensi 240 kali pengangkatan per hari.
Selain sumber informasi tertulis yang diperoleh dari kepustakaan atau
dokumen lainnya, dalam studi pendahuluan juga dapat menggunakan sumber
informasi lapangan (Notoatmodjo, 2005). Informasi ini dapat diperoleh melalui
teknik observasi, wawancara, angket maupun eksperimen pendahuluan

2
(Notoatmodjo, 2005). Hasil survei awal yang dilakukan dengan wawancara pada
10 pekerja dari 25 pekerja, mereka pernah mengalami keluhan nyeri pada
punggung dan bahu. Sehingga peneliti mengambil kesimpulan sementara bahwa
kemungkinan besar pekerja mengalami gangguan muskuloskeletal yang
dikarenakan sikap dan kondisi kerja yang kurang ergonomi.
Dari beberapa data serta kesenjangan yang ada maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai “Faktor Keluhan Muskuloskeletal Dan Penilaian
Kelayakan Alternatif Perbaikan Sistem Kerja Dengan Metode Benefit Cost Ratio
Pada Pekerja Angkat Angkut (Studi di Gudang Persediaan Pupuk PUSRI Kediri,
Desa Branggahan Kecamatan Ngadiluwih)”.

1.2 Perumusan Masalah


1. Apakah faktor eksternal (berat beban, frekuensi pengangkutan, cara
pengangkutan) dan faktor internal (umur, lama kerja, kebiasaan merokok
dan status gizi) mempengaruhi tingkat keluhan muskuloskeletal pada
pekerja angkat angkut di Gudang Persediaan Pupuk PUSRI Kediri.
2. Bagaimanakah analisa berat beban angkut dengan menggunakan metode
heavy, frequent and awkward lifting analysis.
3. Bagaimana nilai kelayakan alternatif perbaikan sistem kerja berdasar ratio
antara nilai kemanfaatan ekonomis dan biaya yang dikeluarkan dengan
menggunakan metode B/C (benefit cost ratio).

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang diinginkan dalam penelitian ini adalah :
1. Melakukan identifikasi keluhan muskuloskeletal dengan menggunakan
kuesioner dan observasi.
2. Melakukan identifikasi beban berat angkat angkut dengan menggunakan
heavy, frequent and awkward lifting analysis.
3. Menentukan usulan alternatif perbaikan sistem kerja untuk aktifitas angkat
angkut.
4. Menganalisa kelayakan usulan alternatif perbaikan sistem kerja pada
aktifitas angkat angkut dengan pendekatan B/C (benefit cost ratio).

3
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Bagi Perusahaan
1. Perusahaan mengetahui resiko bahaya dari aktifitas angkat-angkut
terutama keluhan muskuloskeletal, sehingga bisa melakukan
tindakan yang tepat untuk mencegah dan mengurangi resiko
bahaya tersebut.
2. Perusahaan mendapat gambaran yang tepat mengenai metode yang
benar untuk kegiatan angkat angkut.
1.4.2. Bagi peneliti
1. Mengetahui keluhan muskuloskeletal pada pekerja angkat-angkut.
2. Mengaplikasikan materi mengenai manual material handling di
perusahaan.
3. Memberikan saran untuk perbaikan kegiatan angkat angkut pada
pekerja angkat angkut.

1.5 Batasan Penelitian


Batasan yang digunakan pada penelitian ini antara lain :
1. Aktifitas angkat angkut yang diteliti terbatas pada kegiatan angkat angkut
di Gudang Persediaan Pupuk PUSRI Kediri, Desa Branggahan Kecamatan
Ngadiluwih.
2. Faktor yang diteliti adalah faktor eksternal (tugas) diantaranya berat
beban, frekuensi pengangkutan, cara pengangkutan dan faktor internal
(somatis) terdiri dari umur, lama kerja, kebiasaan merokok dan status gizi

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :


1. Dimensi bagian tubuh pekerja yang digunakan adalah standar untuk
orang Indonesia.
2. Untuk perhitungan B/C (benefit cost ratio) diasumsikan tingkat suku
bunga yang berlaku tidak mengalami perubahan yang cukup
signifikan selama jangka waktu umur ekonomis aset.

Anda mungkin juga menyukai