Anda di halaman 1dari 19

RESPON Tn ”D” TERHADAP GANGGUAN FUNGSI PERNAPASAN :

ASUHAN KEPERAWATAN TERHADAP KLIEN

DENGAN PENYAKIT KANKER PARU

KARYA TULIS ILMIAH

Makalah ini Ditulis Sebagai Tugas Akhir


Bahasa Indonesia

OLEH
SERY JAYANTI KALA’PADANG
NIM : 09048
SAN MAYCHEL N TOLAGE
NIM : 09085

AKADEMI KEPERAWATAN NUSANTARA JAYA


MAKASSAR
2010
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena atas rahmat dan perlindungan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.

Adapun judul dari makalah ini yaitu : “ASUHAN KEPERAWATAN

TERHADAP KLIENDENGAN PENYAKIT KANKER PARU”. Kanker paru adalah

abnormalitas dari sel – sel yang mengalami proliferasi dalam paru . makalah ini berisi

tentang pengertian, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinik, stadium, patofisiologi,

pemeriksaan diagnostic, dan penatalaksanaan dari gangguan pernapasan

yaitu kanker paru.

Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat


kekurangan, oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam memyelesaikan penyusunan makalah ini.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………………………………………. i

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………………………………………. ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………………………………iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………………………………1


B. Tujuan Penulisan …………………………………………………………………………………………….2
C. Manfaat Penulisan ………………………………………………………………………………………….3
D. Metode dan Teknik Penulisan …………………………………………………………………………4

BAB II PEMBAHASAN

1. Pengertian ……………………………………………………………………………………………….6
2. Etiologi ……………………………………………………………………………………………………..6
3. Klasifikasi …………………………………………………………………………………………………8
4. Manifestasi Klinik ……………………………………………………………………………………..9
5. Stadium …………………………………………………………………………………………………..10
6. Patofisiologi …………………………………………………………………………………………….11
7. Test Diagnostik ………………………………………………………………………………………..12
8. Penatalaksanaan ……………………………………………………………………………………..13

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan …………………………………………………………………………………………………..15
B. Saran ……………………………………………………………………………………………………………15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker pada pria dan

wanita. Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru – paru

yang mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat

1.500.000 kasua baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi

kanker paru di rehabi maju sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan

173.000/tahun, di inggris 40.000/tahun, sedangkan di Indonesia menduduki

peringkat 4 kanker terbanhyak. Di RS Kanker Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor

paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker payudara dan leher rahim. Karena

rehabi pencatatan kita yang belum baik, prevalensi pastinya belum diketahui tetapi

klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar peningkatannya. Sebagian

besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk 1:13 dan pada wanita 1:20.

Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan rehabi merokok yang lebih banyak

pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65 tahun.

Kelompok akan membahas Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Kanker Paru

dengan kasus pada tuan J. Diharapkan perawat mampu memberikan asuhan

keperawatan yang efektif dana mampu ikut serta dalam upaya penurunan angka

insiden kanker paru melalui upaya preventif, promotof, kuratif dan rehabilitative.

1
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata tentang

pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan fungsi

pernapasan kanker paru

2. Tujuan khusus

a. Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam melaksanakan

pengkajian dan analisa data keperawatan pada klien dengan gangguan

fungsi pernapasan kanker paru

b. Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam merumuskan

diagnosa keperawatan pada klien dengan gangguan system fungsi

pernapasan kanker paru.

c. Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam menetapkan

intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan fungsi

pernapasan kanker paru.

d. Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam

mengimplementasikan tindakan keperawatan pada klien dengan

gangguan fungsi pernapasan kanker paru.

e. Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam mengevaluasi

tindakan keperawatan pada klien dengan gangguan fungsi pernapasan

kanker paru.

2
f. Memperoleh gambaran dan pengalaman nyata dalam

mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan fungsi pernapasan kanker paru.

C. Manfaat Penulisan

1. Institusi

Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi rekan-rekan

mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan tentang keperawatan

pada klien dengan gangguan fungsi pernapasan kanker paru

2. Penulis

Memperoleh pengalaman dalam mengaplisasikan ilmu yang telah

diperoleh selama pendidikan dalam penerapan asuhan keperawatan

pada klien dengan gangguan fungsi pernapasan kanker paru

D. Metode Penulisan dan Teknik Penulisan

1. Metode Penulisan

Adapun metode penulisan yang digunakan dalam penyusunan karya tulis

ilmiah ini adalah pendekatan proses keperawatan dan langkah-langkah

proses keperawatan serta metode ilmiah sebagai berikut :

a. Studi Kepustakaan

Mempelajari literature-literatur yang berkaitan dengan sistem

pernapasan kanker paru

b. Studi Kasus

Pendekatan yang digunakan dalam studi kasus ini adalah proses

3
keperawatan komperehensif yang meliputi pengkajian, diagnosa,

rencana tindakan, implementasi dan evaluasi yang digunakan pada

klien.

1). Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan cara

melakukan pemeriksaan yang berkaitan dengan penyakit klien.

2). Interview

Mengadakan wawancara kepada klien dan keluarga klien dengan

mengajukan pertanyaan secara langsung.

3). Pemeriksaan Fisik

Melakukan pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi

dan perkusi untuk mendapatkan data objektif.

2. Teknik Penulisan

Dalam hal penulisan dijabarkan dengan uraian singkat dalam beberapa

bab dengan susunan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Dalam bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan

penulisan, mamfaat penulisan, metode dan teknik penulisan.

BAB II : Pembahasan

Bab ini membahas tentang :

A. Konsep dasar medis, yang terdiri dari pengertian, etiologi,

klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan

diagnostik dan penatalaksanaan.

4
BAB V : Penutup

Berisi kesimpulan dari keseluruhan karya tulis ilmiah dan saran-

saran untuk perbaikan.

DAFTAR PUSTAKA

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN.
Tumor paru merupakan keganasan pada jaringan paru (Price,
Patofisiologi, 1995).
Kanker paru merupakan abnormalitas dari sel – sel yang mengalami
proliferasi dalam paru (Underwood, Patologi, 2000).

B. ETIOLOGI.
Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi
ada beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam
peningkatan insiden kanker paru :
1. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik
yang defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua
puluh batang sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok
seperti ini mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada
perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan
telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan
perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah
ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit
hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di
Schneeberg dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 %
meninggal akibat kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan
radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini diduga merupakan agen
etiologi operatif.
3. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil
nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah
6
hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan
asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
4. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih
tinggi dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah
diketahui adanya karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer
di kota.
( Thomson, Catatan Kuliah Patologi,1997).

5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker
paru, yakni :
a. Proton oncogen.
b. Tumor suppressor gene.
c. Gene encoding enzyme.

Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor
dalam genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor
tumor dengan cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/
inS) sebagian susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan
atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk
mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen
kasus ini menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah
menjadi sel kanker dengan sifat pertumbuhan yang autonom. Dengan
demikian kanker merupakan penyakit genetic yang pada permulaan
terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan
sekitarnya.
Predisposisi Gen supresor tumor
Inisitor
Delesi/ insersi
Promotor
Tumor/ autonomi
7
Progresor, Ekspansi/ metastasis

6. Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan
vitamin A menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001).

C. KLASIFIKASI.
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru
(1977) :
1. Karsinoma Bronkogenik.
a. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel
termasuk metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang,
secara khas mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus,
dan menonjol kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui
beberapa centimeter dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar
getah bening hilus, dinding dada dan mediastinum.
b. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki.Tumor
ini timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan
sitoplasma sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe
hilus, demikian pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ
distal.
c. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen
bronkus dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut
local pada paru – paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali
meluas melalui pembuluh darah dan limfe pada stadium dini, dan secara
8

klinis tetap tidak menunjukkan gejala – gejala sampai terjadinya


metastasis yang jauh.
d. Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel
– sel ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer,
tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat –
tempat yang jauh.
e. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
f. Lain – lain.
1). Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2). Tumor kelenjar bronchial.
3). Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4). Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5). Sarkoma
6). Tak terklasifikasi.
7). Mesotelioma.
8). Melanoma.
(Price, Patofisiologi, 1995).

D. MANIFESTASI KLINIS.
1. Gejala awal.
Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi bronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk
Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan
purulen dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
9

b. Hemoptisis
Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor yang
mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

E. STADIUM.
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 1986 American
Joint Committee on Cancer.

Stadium IV Setiap T, setiap N,M1


Tidak terbukti adanya tumor primer
Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi bilasan bronkus tetapi
tidak terlihat pada radiogram atau bronkoskopi
Karsinoma in situ
Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi paru – paru atau pleura
viseralis yang normal.
Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap ukuran dimana sudah
menyerang pleura viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang meluas
ke hilus; harus berjarak 2 cm distal dari karina.
Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan langsung pada dinding
dada, diafragma, pleura mediastinalis, atau pericardium tanpa mengenai
jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, atau korpus vertebra;
atau dalam jarak 2 cm dari karina tetapi tidak melibat karina.
Tumor dalam setiap ukuran yang sudah menyerang mediastinum atau
mengenai jantung, pembuluh darah besar, trakea, esofagus, koepua
vertebra, atau karina; atau adanya efusi pleura yang maligna.

Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar limfe regional.


Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar – kelenjar hilus
ipsilateral.
10

Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau kelenjar limfe subkarina.


Metastasis pada mediastinal atau kelenjar – kelenjar limfe hilus
kontralateral; kelenjar – kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular
ipsilateral atau kontralateral.

Tidak diketahui adanya metastasis jauh


Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu (seperti otak).

Sputum mengandung sel – sel ganas tetapi tidak dapat dibuktikan


adanya tumor primer atau metastasis.
Karsinoma in situ.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa adanya bukti metastasis
pada kelenjar limfe regional atau tempat yang jauh.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan terdapat bukti adanya
metastasis pada kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral.
Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau tanpa bukti metastasis pada
kelenjar limfe peribronkial atau hilus ipsilateral; tidak ada metastasis
jauh.
Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar limfe hilus tau
mediastinal kontralateral, atau pada kelenjar limfe skalenus atau
supraklavikular; atau setiap tumor yang termasuk klasifikasi T4 dengan
atau tanpa metastasis kelenjar limfe regional; tidak ada metastasis jauh.
Setiap tumor dengan metastsis jauh.

Sumber: (Price, Patofisiologi, 1995).

F. PATOFISIOLOGI.
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi
pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen
11

maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi


perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia
menembus ruang pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi
langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan
diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul
dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing
unilateral dapat terdengan pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan
adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK.
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi
adanya kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi.
Dapat menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural,
atelektasis erosi tulang rusuk atau vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
b. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada
kanker paru).
12

3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi
lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran <>b. Paliatif.
Mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup.
c. Rawat rumah (Hospice care) pada kasus terminal.
Mengurangi dampak fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien
maupun keluarga.
d. Supotif.
Menunjang pengobatan kuratif, paliatif dan terminal sepertia pemberian
nutrisi, tranfusi darah dan komponen darah, obat anti nyeri dan anti
infeksi.
(Ilmu Penyakit Dalam, 2001 dan Doenges, rencana Asuhan
Keperawatan, 2000)

H. PENATALAKSANAAN
1. Pembedahan.
Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara
mempertahankan sebanyak mungkin fungsi paru – paru yang tidak
terkena kanker.
1. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy.
2. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
3. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis
13

I. bleb atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor


jinak tuberkulois.
4. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.

5. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan
paru – paru berbentuk baji (potongan es).
6. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
2. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif
dan bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan
komplikasi, seperti mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap
pembuluh darah/ bronkus.
3. Kemoterafi.
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor,
untuk menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan
metastasi luas serta untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
14

BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN
1. Kanker paru merupakan penyebab kematian utama akibat kanker
pada wanita maupun pria, yang sering kali di sebabkan oleh merokok.
2. Setiap tipe timbul pada tempat atau tipe jaringan yang khusus,
menyebabkan manifestasi klinis yang berbeda, dan perbedaan dalam
kecendrungan metastasis dan prognosis.
3. Karena tidak ada penyembuhan dari kanker, penekanan utama
adalah pada pencegahan misalnya dengan berhenti merokok karena
perokok mempunyai peluang 10 kali lebih besar untuk mengalami
kanker paru di bandingkan bukan perokok, dan menghindari lingkungan
polusi.
4. Pengobatan pilihan dari kanker paru adalah tindakan bedah
pengangkatan tumor. Sayangnya, sepertiga dari individu tidak dapat
dioperasi ketika mereka pertama kali didiagnosa.
5. Asuhan keperawatan pascaoperasi klien setelah bedah toraks
berpusat pada peningkatan ventilasi dan reekspansi paru dengan
mempertahankan jalan nafas yang bersih, pemeliharaan sistem
drainage tertutup, meningkatkan rasa nyaman dengan peredaran nyeri,
meningkatkan masukan nutrisi, dan pemantauan insisi terhadap
perdarahan dan emfisema subkutan.

B. SARAN
1. Dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Kanker
Paru diperlukan pengkajian, konsep dan teori oleh seorang perawat.
2. Informasi atau pendidkan kesehatan berguna untuk klien dengan
kanker paru misalnya mengurangi atau menghentikan kebiasaan
merokok, memperhatikan lingkungan kerja terkait dengan polusinya.
3. Dukungan psikologik sangat berguna untuk klien.

15

Anda mungkin juga menyukai