TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Pengawasan
UPT pusat yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Direktur Jenderal
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Kesehatan Pelabuhan yang menyatakan
lintas batas darat serta pengendalian dampak risiko lingkungan (Depkes RI, 2008).
angkut dan pengendalian vektor penular penyakit dan risiko lingkungan di wilayah
Menurut WHO (2005), vektor adalah serangga atau hewan lain yang biasanya
membawa kuman penyakit yang merupakan suatu risiko bagi kesehatan masyarakat.
9
Universitas Sumatera Utara
10
penyakit dapat mempermudah penyebaran agent penyakit. Hal ini menentukan bahwa
masyarakat setempat.
antara hewan vertebrata dan manusia (WHO, 2005). Sedangkan menurut Undang
Undang No. 18 tahun 2009 tentang Peternakan dan kesehatan Hewan, dinyatakan
bahwa penyakit zoonosis adalah penyakit yang dapat menular dari hewan kepada
vertebrata.
antara lain nyamuk, lalat dan kecoa. Vektor nyamuk yang terdapat di pemukiman
perkotaan secara umum ada tiga jenis yaitu Culex quinquefasciatus, Anophele dan
Aedes aegypti. Yang kedua adalah lalat, jenis serangga ini memiliki keunikan
dibandingkan dengan serangga lain, yaitu biasa meludahi makanannya sendiri, lalat
hanya bisa makan dalam kondisi cair. Sedangkan reaksi lalat terhadap makanan akan
mengeluarkan enzim agar makanan tersebut dapat menjadi cair, setelah makanan
tersebut cair akan disedot masuk ke dalam perut lalat sehingga akan memudahkan
bakteri dan virus turut masuk ke dalam saluran pencernaannya dan berkembang di
dalamnya. Jenis yang ketiga adalah tikus dan mencit yang termasuk hewan mengerat
(rodensia). Jenis ini lebih dikenal sebagai hama tanaman pertanian, perusak barang di
dan disadari bahwa kelompok hewan ini juga membawa, menyebarkan dan
Rodensia komensal yaitu rodensia yang hidup di dekat tempat hidup atau kegiatan
manusia ini perlu lebih diperhatikan dalam penularan penyakit. Selain ketiga hewan
tersebut diatas, serangga lainnya juga dapat menularkan penyakit. Dalam pengertian
yang luas, organisme yang tidak termasuk keluarga serangga juga termasuk vektor,
seperti laba-laba, keong dan yang lainnya dijadikan perantara sebagai parasit pada
manusia dan binatang penghuni gudang dan berperan sebagai patogen terhadap
penyakit gastrointestinal pada manusia. Larva dan lalat dewasa (Musca domestica)
sering termakan ayam, kemudian menjadi “hospes intermedier” cacing pita pada
ayam dan kalkun. Tikus dan mencit, penyakit bersumber rodensia yang disebabkan
oleh berbagai agen penyakit seperti virus, rickettsia, bakteri, protozoa dan cacing
dapat ditularkan kepada manusia secara langsung. sedangkan secara tidak langsung
dapat melalui feses, urin dan ludah, melalui gigitan vektor ektoparasit tikus dan
mencit (kutu, pinjal, caplak, tungau). Disamping itu kecoa juga merupakan vektor
penularan penyakit yang cukup penting yang sering hidup di sekitar kita.
tempat hidupnya pada umumnya berada di dalam lingkungan manusia dan khususnya
rumah, restoran, hotel, rumah sakit, alat angkut, gudang, kantor, perpustakaan, dan
lain-lain. Serangga ini sangat dekat hidupnya dengan manusia, menyukai bangunan
yang hangat, lembab dan banyak terdapat makanan, hidupnya berkelompok, dapat
terbang aktif pada malam hari seperti di dapur, tempat penyimpanan makanan,
dikatakan pengganggu karena mereka biasa hidup di tempat kotor dan dalam keadaan
tertentu mengeluarkan cairan yang berbau tidak sedap. Kecoa mempunyai peranan
yang cukup penting dalam penularan penyakit. Peranan tersebut antara lain :
Menurut Aryatie (2005), penularan penyakit dapat terjadi melalui bakteri atau
kuman penyakit yang terdapat pada sampah atau sisa makanan, dimana kuman
tersebut terbawa oleh kaki atau bagian tubuh lainnya dari kecoa, kemudian melalui
Vektor yang paling sering dijumpai di atas kapal adalah kecoa. Pada umumnya kecoa
merupakan binatang malam. Pada siang hari mereka bersembunyi di dalam lubang
manusia adalah kecoa yang sering berkembangbiak dan hidup di sekitar makhluk
hidup yang sudah mati. Aktivitas kecoa kebanyakan berkeliaran di dalam ruangan
melewati dinding, pipa-pipa atau tempat sanitasi. Kecoa dapat mengeluarkan zat yang
baunya tidak sedap sehingga kita dapat mendeteksi tempat hidupnya. Jika dilihat dari
kebiasaan dan tempat hidupnya, sangat mungkin kecoa dapat menularkan penyakit
pada manusia. Kuman penyakit yang menempel pada tubuhnya yang dibawa dari
tempat-tempat yang kotor akan tertinggal atau menempel di tempat yang dia
hinggapi.
Mekanis yaitu mengambil kapsul telur yang terdapat pada celah-celah dinding,
membakar/dihancurkan.
2) Pemberantasan kecoa
Secara Kimiawi :
1) Pencegahan
bahan makanan yang akan dinaikkan ke atas kapal, serta menutup semua celah-celah,
lobang atau tempat-tempat tersembunyi yang bisa menjadi tempat hidup kecoa dalam
dapur, kamar mandi, pintu dan jendela, serta menutup atau memodifikasi instalasi
pipa sanitasi.
2) Sanitasi
Cara yang kedua ini termasuk memusnahkan makanan dan tempat tinggal
kecoa antara lain, membersihkan remah-remah atau sisa-sisa makanan di lantai atau
rak, segera mencuci peralatan makan setelah dipakai, membersihkan secara rutin
kulkas, kompor, furniture, dan tempat tersembunyi lainnya. Jalan masuk dan tempat
hidup kecoa harus ditutup, dengan cara memperbaiki pipa yang bocor, membersihkan
saluran air (drainase), bak cuci piring dan washtafel. Pemusnahan tempat hidup
kecoa dapat dilakukan juga dengan membersihkan lemari pakaian atau tempat
penyimpanan kain, tidak menggantung atau segera mencuci pakaian kotor dan kain
lap kotor.
3) Trapping
Perangkap kecoa yang sudah dijual secara komersil dapat membantu untuk
menangkap kecoa dan dapat digunakan untuk alat monitoring. Penempatan perangkap
kecoa yang efektif adalah pada sudut-sudut ruangan, di bawah washtafel dan bak cuci
piring, di dalam lemari, di dalam basement dan pada lantai di bawah pipa saluran air.
ini dilakukan apabila ketiga cara di atas telah dipraktekkan namun tidak berhasil.
Disamping itu bisa juga diindikasikan bahwa pemakaian insektisida dapat dilakukan
jika ketiga cara tersebut di atas (pencegahan, sanitasi, trapping) dilakukan dengan
cara yang salah atau tidak pernah melakukan sama sekali. Celah-celah atau lobang-
lobang dinding, lantai dan lain-lain merupakan tempat persembunyian yang baik.
seperti Natrium Fluoride (beracun bagi manusia), serbuk Pyrethrum dan Rotenone,
Chlordane 2,5 %, efeknya baik dan tahan lama sehingga kecoa akan keluar dari
insektisida dan apabila infestasinya sudah sangat banyak maka pemberantasan yang
Pinjal tikus merupakan vektor penyakit pes. Penyakit ini merupakan penyakit
zoonosa terutama pada tikus dan rodent lain yang dapat ditularkan kepada manusia.
Pes juga merupakan penyakit yang bersifat akut disebabkan oleh bakteri Yersinia
pestis. Pes dikenal ada 2 macam yaitu pes bubo ditandai dengan demam tinggi, tubuh
menggigil, perasaan tidak enak, malas, nyeri otot, sakit kepala hebat, pembengkakan
kelenjer (lipat paha, ketiak dan leher). Sedangkan pes pneumonic ditandai dengan
gejala batuk hebat, berbuih, air liur berdarah, sesak nafas dan susah bernafas
(Simanjuntak, 2006).
Menurut Richardson (2003), bakteri Yersinia pestis endemik pada rodent liar
dan disebarkan oleh gigitan pinjal, ketika terlalu banyak tikus yang mati akibat pes,
maka pinjal tersebut dapat menggigit tikus urban atau manusia dan menyebarkan
infeksi. Sedangkan menurut Depkes RI (2000), secara alamiah penyakit pes dapat
bertahan atau terpelihara dalam rodent. Bakteri Yersinia pestis yang terdapat di
dalam darah tikus terjangkit dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia melalui
Penularan pes dapat juga terjadi di atas kapal dan menurut Chin (2006) :
a) Direct contact yaitu penularan pes ini dapat terjadi kepada seseorang atau para
ABK melalui gigitan pinjal jika ditemukan tikus mati tersangka pes di atas kapal.
b) Penularan pes dapat terjadi pada orang atau para ABK, karena digigit oleh pinjal
d) Droplet penderita pes paru-paru kepada orang lain melalui percikan ludah atau
pernapasan, penularan pes melalui gigitan pinjal akan mengakibatkan pes bubo dan
Menurut Santi (2004), pinjal bisa menjadi vektor penyakit pada manusia yang
penting misalnya penyakit pes (sampar = plague) dan murine typhus yang
dipindahkan dari tikus ke manusia. Disamping itu pinjal bisa berfungsi sebagai
penjamu perantara untuk beberapa jenis cacing pita, anjing dan tikus yang kadang-
kadang juga bisa menginfeksi manusia. Pinjal bisa juga menjadi vektor untuk
penyakit pes (kira-kira 60 species). Beberapa species pinjal menggigit dan menghisap
darah manusia. Vektor terpenting untuk penyakit pes dan Murine typhus ialah pinjal
tikus Xenopsylla cheopis. Kuman pes, Pasteurella pestis, berkembang biak dalam
tubuh tikus sehingga akhirnya menyumbat tenggorokan pinjal itu. Kalau pinjal mau
mengisap darah maka ia harus terlebih dulu muntah untuk mengeluarkan kuman-
kuman pes yang menyumbat tenggorokannya. Muntah ini masuk dalam luka gigitan
Menurut Soejoedi (2005) yang mengutip pendapat Ehler dan Stell, keberadaan
tikus dapat dideteksi dengan beberapa cara dan yang paling umum adalah adanya
kerusakan barang atau alat. Tanda tanda berikut merupakan penilaian adanya
f) Tanda lain : Adanya bau tikus, bekas urine dan kotoran tikus, suara, bangkai tikus.
a) Menyimpan semua makanan atau bahan makanan dengan rapi ditempat yang kedap
tikus.
b) Menampung sampah dan sisa makanan ditempat sampah yang terbuat dari bahan
yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan, bertutup rapi dan terpelihara dengan baik.
c) Tempat sampah tersebut hendaknya diletakkan di atas pondasi beton atau semen,
perangkap tikus yang beredar di pasaran adalah jenis snap/guillotine trap dan cage
trap. Jenis cage trap digunakan untuk mendapatkan tikus hidup, guna diteliti
pinjalnya. Biasanya perangkap diletakkan di tempat jalan tikus atau di tepi bangunan.
tikus yang tidak mati karena poisoning dapat ditangkap dengan perangkap.
benda. Kehidupan tikus disebut juga “Commersial”, yaitu makan, tinggal dari dekat
kehidupan manusia. Tikus dapat pula sebagai vektor berbagai jenis penyakit-penyakit
cacing. Dilihat dari sudut estetika dan pelayanan umum, tikus dapat menimbulkan
citra kurang baik karena dihubungkan dengan sektor pariwisata (Depkes RI, 2002).
mengamati dan mengawasi terhadap pemasangan rat guard, pemasangan lampu pada
1) Pemeriksaan terhadap kapal dilakukan sekali enam bulan dan disesuaikan dengan
shape), kotoran baru (lembek, hitam gelap dan mengkilap) sedang kotoran
b. Runways, tikus suka mempergunakan jalan yang sama untuk keluar dari
sarangnya mencari makan dan sebagainya, karena badan tikus (bulunya) kotor
dan berlemak maka akan terdapat bulu menempel pada jalan tikus.
c. Tracks atau bekas tapak kaki, dapat dilihat jelas pada tempat-tempat lantai
d. Bekas gigitan (gnawing), tikus menggigit untuk tiga keperluan yakni : untuk
menggigit-gigit agar gigi seri tetap pendek, selain bahan-bahan yang empuk
e. Tikus hidup, jika pada waktu pemeriksaan kapal ditemukan tikus dalam
ditemukan tikus mati akibat peracunan atau terinfeksi pes. Apabila terlihat
tempat/kapal itu.
1) Cara Mekanik
bersarangnya tikus.
2) Cara Biologis
piring kertas.
4) Fumigasi
kehidupan tikus.
dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku dan faktor-faktor di luar
perilaku (non-perilaku). Selanjutnya faktor perilaku ini ditentukan oleh tiga kelompok
individu, sikap, kepercayaan, tradisi, norma sosial, dan unsur-unsur lain yang terdapat
dalam diri individu dan masyarakat; (2) Faktor pendukung (enabling factors) yaitu
mencapainya; (3) Faktor pendorong (reinforcing factors) berasal dari kelompok atau
individu yang dekat dengan seseorang termasuk keluarga, teman, guru, pengambil
dalam mengubah dan menguatkan ketiga kelompok faktor tersebut agar searah
Determinan perilaku dapat juga dibedakan menjadi dua, yakni faktor internal
tingkat emosional, dan sebagainya. Sedangkan faktor ke dua adalah faktor eksternal
baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya (Notoatmodjo,
perkawinan, pendidikan, tanggung jawab dan status masa kerja (Robbin, 1996).
Sedangkan menurut Ajzen (1991) dalam teori perilaku terencana (Theory of planned
behavior), sikap dan kepribadian seseorang berpengaruh terhadap perilaku hanya jika
secara tidak langsung dipengaruhi beberapa faktor yang terkait erat dengan perilaku.
Perilaku kesehatan bertitik tolak dari adanya dukungan sosial dari masyarakat
sekitar, ada tidaknya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan, otonomi
pribadi yang bersangkutan dalam mengambil tindakan atau keputusan dan situasi
yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (Kar dalam Notoatmodjo,
2003).
1) Pengetahuan
merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan teliga. Pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over
behavior). Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
peraba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh karena itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah.
b. Memahami (comprehension)
secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi yang harus
c. Aplikasi (aplication)
dipelajari pada situasi atau kondisi nyata. Aplikasi disini diartikan sebagai
d. Analisis (analysis)
tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat
e. Evaluasi (evaluation)
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2003) yang
(berperilaku baru), dalam dirinya orang tersebut terjadi proses berurutan, yaitu :
2) Sikap
dan diorganisasi melalui pengalaman dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara
tanggap seseorang terhadap orang lain, objek dan situasi yang berhubungan
dengannya. Sikap dipelajari pada satu periode waktu dan diorganisasi oleh
Menurut Azwar (2003) yang mengutip hasil penelitian Thurstone et.al, bahwa
sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak
untuk berespon secara positif maupun negatif terhadap orang, objek ataupun situasi
tertentu. Sikap mengandung penilaian emosional (senang, benci, sedih dan lain-lain).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan
mempunyai tiga komponen pokok, yaitu ; kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep
terhadap suatu obyek.kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, dan
a) Menerima (receiving)
dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian orang itu terhadap pelaksanaan
b) Merespon (responding)
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha
pekerjaan itu benar atau salah, berarti bahwa orang menerima ide tersebut.
c) Menghargai (valuing)
adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya seorang Chip cook kapal
mengajak para ABK lain untuk selalu menjaga kebersihan di atas kapal, lalu
di atas kapal adalah suatu bukti bahwa seorang Chip cook telah mempunyai
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
risiko, adalah merupakan sikap yang paling tinggi, misalnya seorang Chip cook
Pengukuran sikap dapat juga dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-
b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu
tersebut.
terhadap sesuatu.
d. Obyek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga
3) Tindakan
Menurut Notoatmodjo (2003), terdapat hubungan yang erat antara sikap dan
tindakan yang didukung oleh pengertian sikap yang menyatakan bahwa sikap
sikap bila sikap individu sama dengan sikap kelompok dimana ia adalah bagiannya
atau anggotanya. Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt
behavior). Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan
faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
a. Persepsi (perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. Misalnya seorang ibu dapat
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh
adalah merupakan indikator praktek tingkat kedua. Misalnya seorang ibu dapat
memasak sayur dengan benar, mulai dari cara mencuci dan memotongnya,
c. Mekanisme (mechanism).
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat
tiga.
d. Adaptasi (adaptation)
Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan sudah berkembang dengan baik,
tersebut. Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan
atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,
Konsep umum yang dijadikan sebagai landasan teori adalah konsep Green dan
Kreuter (2005), yang digunakan untuk menilai tindakan individu atau kelompok
(pengetahuan individu, sikap, keyakinan, tradisi, norma sosial dan unsur-unsur lain
yang ada dalam individu), faktor pendukung (tersedianya sarana kesehatan dan
dengan teori Kar yang dikutip Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan bertitik tolak
dari niat seseorang, dukungan sosial, ada tidaknya informasi dan situasi yang
Faktor predisposisi:
1. Pengetahuan
2. Sikap
3. Kepercayaan
4. Nilai-nilai
5. Persepsi
Faktor Pendukung :
1. Ketersediaan sumber
daya
2. Kemudahan untuk
mencapai sumber daya
3. Peraturan/hukum
4. Ketrampilan
5. Ketersediaan waktu
Perilaku individu/kelompok
Faktor Pendorong :
1. Sikap dan perilaku
petugas kesehatan
2. Panutan
3. Pekerja
4. Teman
5. Pembuat keputusan
6. Dukungan sosial Faktor Eksternal :
1. Lingkungan fisik
2. Lingkungan biologis
Faktor Internal : 3. Lingkungan Sosial
1. Tingkat kecerdasan
2. Tingkat emosional
3. Jenis kelamin
4. Kebangsaan
5. Umur
6. Masa kerja
Variabel Independen
Faktor Predisposisi
Umur
Masa Kerja
Kebangsaan
Pengetahuan
Sikap
Variabel Dependen
Faktor Pendukung
Ketersediaan Sarana Pengendalian Vektor Penular
Ketersediaan Waktu Penyakit
Faktor Pendorong
Dukungan Teman Seprofesi
Dukungan Kapten Kapal
Dukungan Petugas KKP