Anda di halaman 1dari 21

Lembaga sosial

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Lembaga sosial atau dikenal juga sebagai lembaga kemasyarakatan salah satu jenis
lembaga yang mengatur rangkaian tata cara dan prosedur dalam melakukan hubungan antar
manusia saat mereka menjalani kehidupan bermasyarakat dengan tujuan mendapatkan
keteraturan hidup [1].

Fungsi lembaga sosial adalah untuk memberikan pedoman kepada anggota masyarakat
tentang sikap dalam menghadapi masalah di masyarakat, terutama yang menyangkut
kebutuhan pokok, menjaga keutuhan dari masyarakat, sebagai paduan masyarakat dalam
mengawasi tingkah laku anggotanya.[2]

Pengertian Lembaga Sosial


Pengertian istilah lembaga sosial dalam bahasa Inggris adalah social institution, namun
social institution juga diterjemahkan sebagai pranata sosial [3]. Hal ini dikarenakan social
institution merujuk pada perlakuan mengatur perilaku para anggota masyarakat.[4]. Ada
pendapat lain mengemukakan bahwa pranata sosial merupakan sistem tata kelakukan dan
hubungan yang berpusat pada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan
khusus dalam kehidupan masyarakat. [4]. Sedangkan menurut Koentjaraningrat Lembaga
sosial merupakan satuan norma khusus yang menata serangkaian tindakan yang berpola
untuk keperluan khusus manusia dalam kehidupan bermasyarakat.[4]

Istilah lain yang digunakan adalah bangunan sosial yang diambil dari bahasa Jerman
sozialegebilde dimana menggambarkan dan susunan institusi tersebut. [5].

Perkembangan Lembaga Sosial


Terbentuknya lembaga sosial bermula dari kebutuhan masyarakat akan keteraturan kehidupan
bersama. Sebagaimana diungkapkan oleh Soerjono Soekanto lembaga sosial tumbuh karena
manusia dalam hidupnya memerlukan keteraturan.[6] Untuk mendapatkan keteraturan hidup
bersama dirumuskan norma-norma dalam masyarakat sebagai paduan bertingkah laku.

Mula-mula sejumlah norma tersebut terbentuk secara tidak disengaja. Namun, lama-
kelamaan norma tersebut dibuat secara sadar.

Contoh: Dahulu di dalam jual beli, seorang perantara tidak harus diberi bagian dari
keuntungan. Akan tetapi, lama-kelamaan terjadi kebiasaan bahwa perantara tersebut harus
mendapat bagiannya, di mana sekaligus ditetapkan siapa yang menanggung itu, yaitu pembeli
ataukah penjual.

Sejumlah norma-norma ini kemudian disebut sebagai lembaga sosial. [6] Namun, tidak semua
norma-norma yang ada dalam masyarakat merupakan lembaga sosial karena untuk menjadi
sebuah lembaga sosial sekumpulan norma mengalami proses yang panjang. [2]
Menurut Robert M.Z. Lawang proses tersebut dinamakan pelembagaan atau institutionalized,
yaitu proses bagaimana suatu perilaku menjadi berpola atau bagaimana suatu pola perilaku
yang mapan itu terjadi.[2] Dengan kata lain, pelembagaan adalah suatu proses berjalan dan
terujinya sebuah kebiasaan dalam masyarakat menjadi institusi/ lembaga yang akhirnya harus
menjadi paduan dalam kehidupan bersama.[2]

Syarat Norma Terlembaga


Menurut H.M. Johnson suatu norma terlembaga (institutionalized) apabila memenuhi tiga
syarat sebagai berikut[7]:

1. Sebagian besar anggota masyarakat atau sistem sosial menerima norma tersebut.
2. Norma tersebut menjiwai seluruh warga dalam sistem sosial tersebut.
3. Norma tersebut mempunyai sanksi yang mengikat setiap anggota masyarakat.

Dikenal empat tingkatan norma dalam proses pelembagaan[7], pertama cara (usage) yang
menunjuk pada suatu perbuatan. Kedua, kemudian cara bertingkah laku berlanjut dilakukan
sehingga menjadi suatu kebiasaan (folkways), yaitu perbuatan yang selalu diulang dalam
setiap usaha mencapai tujuan tertentu. Ketiga, apabila kebiasaan itu kemudian diterima
sebagai patokan atau norma pengatur kelakuan bertindak, maka di dalamnya sudah terdapat
unsur pengawasan dan jika terjadi penyimpangan, pelakunya akan dikenakan sanksi.
Keempat, tata kelakuan yang semakin kuat mencerminkan kekuatan pola kelakuan
masyarakat yang mengikat para anggotanya. Tata kelakuan semacam ini disebut adat istiadat
(custom). Bagi anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat, maka ia akan mendapat
sanksi yang lebih keras. Contoh, di Lampung suatu keaiban atau pantangan, apabila seorang
gadis sengaja mendatangi pria idamannya karena rindu yang tidak tertahan, akibatnya ia
dapat dikucilkan dari hubungan bujang-gadis karena dianggap tidak suci.

Keberhasilan proses institusinalisasi dalam masyarakat dilihat jika norma-norma


kemasyarakatan tidak hanya menjadi terlembaga dalam masyarakat, akan tetapi menjadi
terpatri dalam diri secara sukarela (internalized) dimana masyarakat dengan sendirinya ingin
berkelakuan sejalan dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat..[7]

Lembaga sosial umumnya didirikan berdasarkan nilai dan norma dalam masyarakat, untuk
mewujudkan nilai sosial, masyarakat menciptakan aturan-aturan yang isebut norma sosial
yang membatasi perilaku manusia dalam kehidupan bersama. Sekumpulan norma akan
membentuk suatu sistem norma. Inilah awalnya lembaga sosial terbentuk. Sekumpulan nilai
dan norma yang telah mengalami proses penerapan ke dalam institusi atau
institutionalization menghasilkan lembaga sosial [8].

Ciri dan Karakter


Meskipun lembaga sosial merupakan suatu konsep yang abstrak, ia memiliki sejumlah ciri
dan karakter yang dapat dikenali.

Menurut J.P Gillin di dalam karyanya yang berjudul "Ciri-ciri Umum Lembaga Sosial"
(General Features of Social Institution) menguraikan sebagai berikut[6]:
1. Lembaga sosial adalah organisasi pola-pola pemikiran dan perilaku yang terwujud melalui
aktivitas-aktivitas masyarakat dan hasil-hasilnya. Ia terdiri atas kebiasaan-kebiasaan, tata
kelakukan, dan unsur-unsur kebudayaan lain yang tergabung dalam suatu unit yang
fungsional.
2. Lembaga sosial juga dicirikan oleh suatu tingkat kekekalan tertentu. Oleh karena lembaga
sosial merupakan himpunan norma-norma yang berkisar pada kebutuhan pokok, maka
sudah sewajarnya apabila terus dipelihara dan dibakukan.
3. Lembaga sosial memiliki satu atau beberapa tujuan tertentu. Lembaga pendidikan sudah
pasti memiliki beberapa tujuan, demikian juga lembaga perkawinan, perbankan, agama, dan
lain- lain.
4. Terdapat alat-alat perlengkapan yang dipergunakan untuk mencapai tujuan lembaga sosial.
Misalnya, rumah untuk lembaga keluarga serta masjid, gereja, pura, dan wihara untuk
lembaga agama.
5. Lembaga sosial biasanya juga ditandai oleh lambang-lambang atau simbol-simbol tertentu.
Lambang-lambang tersebut secara simbolis menggambar tujuan dan fungsi lembaga yang
bersangkutan. Misalnya, cincin kawin untuk lembaga perkawinan, bendera dan lagu
kebangsaan untuk negara, serta seragam sekolah dan badge (lencana) untuk sekolah.
6. Lembaga sosial memiliki tradisi tertulis dan tidak tertulis yang merumuskan tujuan, tata
tertib, dan lain-lain. Sebagai contoh, izin kawin dan hukum perkawinan untuk lembaga
perkawinan.

Sedangkan seorang ahli sosial yang bernama John Conen ikut pula mengemukakan
karakteristik dari lembaga sosial. [1] Menurutnya terdapat sembilan ciri khas (karakteristik)
lembaga sosial sebagai berikut.

1. Setiap lembaga sosial bertujuan memenuhi kebutuhan khusus masyarakat.


2. Setiap lembaga sosial mempunyai nilai pokok yang bersumber dari anggotanya.
3. Dalam lembaga sosial ada pola-pola perilaku permanen menjadi bagian tradisi kebudayaan
yang ada dan ini disadari anggotanya.
4. Ada saling ketergantungan antarlembaga sosial di masyarakat, perubahan lembaga sosial
satu berakibat pada perubahan lembaga sosial yang lain.
5. Meskipun antarlembaga sosial saling bergantung, masing-masing lembaga sosial disusun dan
di- organisasi secara sempurna di sekitar rangkaian pola, norma, nilai, dan perilaku yang
diharapkan.
6. Ide-ide lembaga sosial pada umumnya diterima oleh mayoritas anggota masyarakat, terlepas
dari turut tidaknya mereka berpartisipasi.
7. Suatu lembaga sosial mempunyai bentuk tata krama perilaku.
8. Setiap lembaga sosial mempunyai simbol-simbol kebudayaan tertentu.
9. Suatu lembaga sosial mempunyai ideologi sebagai dasar atau orientasi kelompoknya.

Syarat Lembaga Sosial


Menurut Koentjaraningrat aktivitas manusia atau aktivitas kemasyarakatan untuk menjadi
lembaga sosial harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Persyaratan tersebut antara lain[4] :

1. Suatu tata kelakuan yang baku, yang bisa berupa norma-norma dan adat istiadat yang hidup
dalam ingatan maupun tertulis.
2. Kelompok-kelompok manusia yang menjalankan aktivitas bersama dan saling berhubungan
menurut sistem norma-norma tersebut.
3. Suatu pusat aktivitas yang bertujuan memenuhi kompleks- kompleks kebutuhan tertentu,
yang disadari dan dipahami oleh kelompok-kelompok yang bersangkutan.
4. Mempunyai perlengkapan dan peralatan.
5. Sistem aktivitas itu dibiasakan atau disadarkan kepada kelompok- kelompok yang
bersangkutan dalam suatu masyarakat untuk kurun waktu yang lama.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Lembaga_sosial)

LEMBAGA SOSIAL

1. Pengertian lembaga social

Menurut Hoarton dan Hunt, lembaga social (institutation) bukanlah sebuah bangunan, bukan
kumpulan dari sekelompok orang, dan bukan sebuah organisasi. Lembaga (institutations) adalah
suatu system norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat
dipandang penting atau secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar
pada suatu kegiatan pokok manusia. Dengan kata lain Lembaga adalah proses yang terstruktur
(tersusun} untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu.

Pendapat para tokoh tentang Difinisi Lembaga social :

1. Menurut Koentjaraningkrat : Pranata social adalah suatu system tatakelakuan dan


hubungan yang berpusat kepada akatifitas social untuk memenuhi kompleks-kompleks
kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat.
2. menurut Leopold Von Weise dan Becker : Lembaga social adalah jaringan proses hubungan
antar manusia dan antar kelompok yang berfungsi memelihara hubungan itu beserta pola-
polanya yang sesuai dengan minat kepentingan individu dan kelompoknya.
3. Menurut Robert Mac Iver dan C.H. Page : Lembaga social adalah prosedur atau tatacara
yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang tergabung dalam suatu
kelompok masyarakat.
4. Menurut Soerjono Soekanto, Pranata social adalah himpunana norma-norma dari segala
tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok dalam kehiduppan masyarakat.

Kesimpulan pengertian lembaga sosial

Lembaga sosial merupakan pola yang terorganisasi untuk memenuhi berbagai keperluan
manusia, yang terlahir dengan aanya berbagai budaya, sebagai suatu ketetapan yang tetap,
untuk memperoleh konsep kesejahtraan masyarkat dan melahirkan suatu struktur.

Hakekat Lembaga Sosial : Merupakan suatu konsep yang terpadu dengan sebuah struktur

2. Tipe-tipe lembaga social

a. Berdasarkan sudut perkembangan


1. Cresive institution yaitu istitusi yang tidak sengaja tumbuh dari adat istiadat masyarakat.

Contoh institusi agama, pernikahan dan hak milik.

2. Enacted institution yaitu institusi yang sengaja dibentuk untuk mencapai suatu tujuan
tertentu. Contohnya institusi pendidikan

b. Berdasarkan sudut nilai yang diterima oleh masyarakat.

1. Basic institutions yaitu institusi social yang dianggap penting untuk memlihara dan
mempertahankan tata tertib dalam masyarakat. Contohnya keluarga, sekolah,
Negara dianggap sebagai institusi dasar yang pokok.

2. Subsidiary institutions yaitu institusi social yang berkaitan dengan hal-hal yang
dianggap oleh masyarakat kurang penting dan berbeda di masing-masing
masyarakat.

c. Berdasarkan sudut penerimaan masyarakat .

1. Approved atau social sanctioned institutions yaitu institusi social yang diterima oleh

masayarakat misalnya sekolah atau perusahaan dagang.

2. Unsanctioned institutions yaitu institusi yang ditolak masyarakat meskipun masyarakat

tidak mampu memberantasnya. Contoh organisasi kejahatan.

d. Berdasarkan sudut penyebarannya.

1. General institutions yaitu institusi yang dikenal oleh sebagian besar masyarakat.

Contohnya institusi agama

2. Restrikted institutions intitusi social yang hanya dikenal dan dianut oleh sebagian kecil

masyarakat tertentu, contoh islam, protestan, katolik dan budha.

e. Berdasrkan sudut fungsinya


1. Operative institutions yaitu institusi yang berfungsi menghimpun pola-pola atau cara-cara
yang diperlukan dari masyarakat yang bersangkutan. Contoh institusi ekonomi

2. Regulative institutions yaitu institusi yang bertujuan mengawasi adat istiadat atau
tatakelakuan dalam masyarakat. Contoh institusi hukum dan politik seperti pengadilan

dan kejaksaan.

3. Fungsi Lembaga Sosial

Oleh Soejono Soekarto di ungkapkan bahwa lembaga sosial memiliki fungsi sebagai berikut:

a. Memberikan pedoman pada anggota-anggota masyarakat, bagaimana mereka harus


bersikap atau bertingkah laku dalam menghadapi masalah-masalah yang muncul atau
berkembang di lingkungan masyarakat, termasuk yang menyangkut hubungan
pemenuhan kebutuhan.

b. Menjaga keutuhan masyarakat yang bersangkutan

c. Memberikan pengarahan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem pengendalian


sosial, yaitu sistem pengawasan masyarakat terhadap anggota-anggotanya.

Menurut Horton dan Hunt, fungsi lembaga sosial adalah:

a. Fungsi Manifest atau fungsi nyata

Yaitu fungsi lembaga yang disadari dan di akui oleh seluruh masyarakat

b. Fungsi Laten atau fungsi terselubung

Yaitu fungsi lembaga sosial yang tidak di sadari atau bahkan tidak di kehendaki atau jika di
ikuti dianggap segagai hasil sampingan dan biasanyatidak dapat diramalkan.

4. Tujuan Lembaga Sosial

Menurut Kontjaraningrat, tujuan lembaga sosial adalah:

a. Lembaga sosial yang memenuhi kebutuhan sosial dan kekerabatan (domestic institution)
Contoh: perkawinan, keluarga dan pengasuhan anak.
b. Lembaga sosial yang berusaha memenuhi kebutuhan manusia untuk mata pencaharian
hidup, memproduksi, menimbun, dan memdistribusikan barang. Contoh: pertanian,
perikanan, perternakan, koprasi dan perdagangan.
c. Lembaga sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan pendidikan. Contohnya, SD, SMP,
SMA, perguruan tingi, tempat-tempat kursus, dan pesantren.
d. Lembaga sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah manuaia (scientific institution)
Contohnya: ilmu pengetahuan, metode ilmiah, dan penelitian.
e. Lembaga sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan rohani atau batin dalam dalam
menyatakan rasa keindahan dan kreasi.
f. Lembaga sosial yangbertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan dengan
Tuhan (religious institution), contoh: pura, mesjid, gereja, mecaru, odalan, mekarya, tahlilan,
kebaktian dan sebagainya.
g. Lembaga sosial yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan untk mengatur kehidupan
berkelompok serta bernegara (political institution) contoh: pemerintahan, kepolisian,
kehakiman, dan partai politik.
h. Lemaga sosial uyang bertujuan mengurus kebutuhan jasmani manusia (somatic institution)
contoh: pemeliharaan kesehatan, kecantikan, dan kedokteran.

5. Proses pertumbuhan lembaga social.

Timbulnya institusi social dapat terjadi melalui 2 cara yaitu :

1. secara tidak terncana

2. secara terencana

Secara tidak terencana maksudnya adalah institusi itu lahir secara bertahap dalam kehidupan
masyarakat, biasanya hal ini terjadi ketika masyarakat dihadapkan pada masalah atau hal-hal
yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan hidup yang sangat penting. Contohnya
adalah dalam kehidupan ekonomi , dimasa lalu , untuk memperoleh suatu barang orang
menggunakan system barter , namun karena dianggap sudah tidak efisien dan menyulitkan ,
maka dibuatlah uang sebagai alat pembayaran yang diakui masyarakat, hingga muncul lembaga
ekonomi seperti bank dan sebagainya

Secara terencana maksudnya adalah institusi muncul melalui suatu proses perncanaan yang
matang yang diatur oleh seseorang atau kelompok orang yang memiliki kekuasaan dan
wewenang. Contohnya lembaga transmigrasi yang dibuat oleh pemerintah sebagai cara untuk
mengatasi permasalahan kepadatan penduduk. Singkat kata bahwa proses terbentuknya
lembaga social berawal dari individu yang saling membutuhkan . Saling membutuhkan ini
berjalan dengan baik kemudian timbul aturan yang disebut norma kemasyarakatan. Norma
kemasyarakatan dapat berjalan baik apabila terbentuk lembaga social.
Indipidu ---------- Saling membutuhkan …………..Norma ………………….Lembaga social.

Untuk dapat membedakan kekuatan tingkatan mengikat norma secara sosiologis dikenal empat
macam norma :

1. Cara (usage) . Norma ini menunjukan suatu bentuk perbuatan dan mempunyai kekuatan
sangat lemah. Cara (usage) lebih menonjol dalam hubungan antar individu dalam
masyarakat. Suatu penyimpangan terhadap norma ini tidak akan mengakibatkan hukuman
tetapi biasanya dapat celaan. Contoh cara makan yang berisik, minim sambil bersuara dll.
2. Kebiasaan folkways) menunjukan pada perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang
sama. Contoh orang yang mempunyai kebiasaan memberikan hormat kepada orang yang
lebih tua usianya dll.
3. Adat istiadat (custom) Tata kelakuan yang telah berlangsung lama dan terintegrasi secara
kuat dengan pola perilaku masyrakat dapat meningkatkan kekuatan normatifnya menjadi
adat istiadat.

6. Peranan Lembaga Sosial

A. Lembaga Keluarga

Keluarga adalah unit social yang terkecil dalam masyarakat. Dan juga institusi pertama
yang dimasuki seorang manusia ketika dilahirkan.

Proses terbentuknya Keluarga.

Pada umumnya keluarga terbentuk melalui perkawinan yang sah menurut agama, adat
atau pemerintah dengan proses seperti dibawah ini :

1. diawali dengan adnya interaksi antara pria dan wanita

2. Interaksi dilakukan berulang-ulang, lalu menjadi hubungan social yang lebih intim
sehingga terjadi proses perkawinan.

3. Setelah terjadi perkawinan, terbentuklah keturunan , kemudian terbentuklah keluarga


inti

Yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana hubungan antara lembaga keluarga dengan
lembga agama ?

Tujuan Perkawinan.

1. Untuk mendapatkan keturunan


2. Untuk meningkat derajat dan status social baik pria maupun wanita

3. mendekatkan kembali hubungan kerabat yang sudah renggang

4. Agar harta warisan tidak jatuh ke orang lain.

Bentuk-Bentuk Perkawinan

a. Monogami : 1 suami dengan 1 istri

b. Poligami/Poligini: 1 suami dengan lebih dari 1 istri

c. Poli andri: I istri dengan lebih dari 1 suami

d. Group Married : dengan demikian keluaga terdiri dari sekelompok istri dan
sekelompok suami

Dilihat dari bentuk perkawinan, asal suami/istri dikenal beberapa bentuk perkawinan
antaralain:

1. Exsogami : Perkawinan antara orang dengan orang di luar golongan, (ras, agama,
wilayah, suku, bangsa dan sebagainya)

2. Endogami : Perkawinan antara orang dengan orang di dalam golongan, (ras, agama,
wilayah, suku, bangsa dan sebagainya)

3. Eletrio Gami : Perkawinan orang dari lapisan ekonomi berbeda, contoh: “orang biasa
menikah engan anak mentri”

4. Homogami : Perkawinan antara lapisan yang sama contoh: antara ekonomi menengah
dengan ekonomi menengah

Fungsi keluarga

1. Fungsi Reproduksi artinya dalam keluarga anak-anak merupakan wujud dari cinta
kasih dan tanggung jawab suami istri meneruskan keturunannya.

2. Fungsi sosialisasi artinya bahwa keluarga berperan dalam membentuk kepribadian


anak agar sesuai dengan harapan orang tua dan masyarakatnya. Keluarga sebagai
wahana sosialisasi primer harus mampu menerapakan nilai dan norma masyarakat
melalui keteladanan orang tua.

3. Fungsi afeksi artinya didalam keluarga diperlukan kehangatan rasa kasih saying dan
perhatian antar anggota keluarga yang merupakan salah satu kebutuhan manusia
sebagai makluk berpikir dan bermoral (kebutuhan integratif) apabila anak kurang
atau tidak mendapatkannya , kemungkinan ia sulit untuk dikendalikan nakal, bahkan
dapat terjerumus dalam kejahatan.

4. Fungsi ekonomi artinya bahwa keluarga terutama orang tua mempunyai kewajiban
ekonomi seluaruh keluarganya . Ibu sebagai sekretaris suami didalam keluarga harus
mampu mengolah keuangan sehingga kebutuahan dalam rumah tangganya dapat
dicukupi.

5. Fungsi pengawasan social artinya bahwa setiap anggota keluarga pada dasarnya saling
melakukan control atau pengawasan karena mereka memiliki rasa tanggung jawab
dalam menjaga nama baik keluarga .

6. Fungsi proteksi (perlindungan) artinya fungsi perlindungan sangat diperlukan keluarga


terutma anak , sehigngga anak akan merasa aman hidup ditengah-tengah
keluarganya. Ia akan merasa terlindungi dari berbagai ancaman fisik mapun mental
yang dating dari dalam keluarga maupun dari luar keluarganya.

7. Fungsi pemberian status artinya bahwa melalui perkawinan seseorang akan


mendapatkan status atau kedudukan yang baru di masyarakat yaitu suami atau istri.
Secara otomatis mereka akan diperlakukan sebagai orang yang telah dewasa dan
mampu bertanggung jawab kepada diri, keluarga, anak-anak dan masyarakatnya.

Garis Keturunan

a. Patrilinial: Menarik garis keturunan dari pihak bapak atau Ayah: umumnya terjadi di
daerah Bali

b. Matrilinial: Menarik garis keturunan dari pihak Ibu: umumnya terjadi di daerah
Minangkabau
c. Bilateral : Menarik garis keturunan dari pihak bapak atau Ayah dan Ibu: umumnya
terjadi di Masyarakat Jawa

d. Unilateral: Menarik satu garis keturunan entah patri atau matri

B. Lembaga Pendidikan

1. Fungsi manifest pendidikan

a. membantu orang untuk mencari nafkah

b. menolong mengembangkan potensinya demi pemenuhan kebutuhan hidupnya.

c. Melestarikan kebudayaan dengan caramengajarkannya dari generasi kegenerasi


berikutnya.

d. Merangsang partisipasi demokrasi melalui pengajaran ketrampilan berbicara dan


mengembangkan cara berpikir rasional

e. Memperkaya kehidupan dengan cara menciptakan kemungkainan untuk


berkembangnya cakrawala intelektual dan cinta rasa keindahan.

f. Meningkatkan kemampuan menyesuaikan diri melalui bimbingan pribadi dan


berbagai kursus

g. Meningkatkan taraf kesehatan para pemuda bangsa melalui latihan dan olahraga.

h. Menciptakan warga Negara yang patreotik melalui pelajaran yang


menggambarkan kejayaan bangsa.

i. Membentuk kepribadian yaitu susunan unsur dan jiwa yang menentukan


perbedaan tingkah laku atau tindakan dari tiap-tiap individu.

2. Fungsi laten lembaga pendidikan.

Fungsi ini berkaitan dengan fungsi lembaga pendidikan secara tersembunyi yaitu
menciptakan atau melahirkan kedewasaan peserta didik.
Singkat kata bahwa fungsi pendidikan yang berkaitan dengan fungsi yang nyata
(manifest) adalah :

1. mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah

2. mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentaingan


masyarakat.

3. melestarikan kebudayaan

4. menanamkan ketrampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.

Sedangkan fungsi laten lembaga pendidikan adalah :

1. mengurangi pengendalian orang tua melalui pendidikan sekolah orang tua


melimoahkan tugas dan wewenangnya dalam mendidik anak kepada sekolah

2. menyediakan saranan untuk pembangkangan , Sekolah mempunyai potensi untuk


menanamkan nilai pembangkangan di masyarakat. Hal ini tercermin dengan adanya
perbedaan pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang sesuatu hal, misalnya
pendidikan seks dan sikap terbuka.

3. mempertahankan system kelas social . Pendidikan sekolah diharapkan dapat


mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk menerima perbedaan prestise ,
privilese, dan status yang ada dalam masyarakat.

4. memperpanjang masa remaja . Pendidikan sekolah dapat pula memperlambat masa


dewasa seseorang karena siswa masih tergantung secara ekonomi pada orang
tuanya.

C. Lembaga Ekonomi

Tujuan dan funsi lembaga ekonomi

Pada hakekatnya tujuan yang hendak dicapai oleh lembaga ekonomi adalah
terpenuhinya kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidup masyarakat.

Fungsinya dari lembaga ekonomi adalah :


1. memberi pedoman untuk mendapatkan bahan pangan

2. memberikan pedoman untuk melakukan pertukaran barang/barter

3. memberi pedomantentang harga jual beli barang

4. memberi pedoman untuk menggunakan tenaga kerja

5. memberikan pedoman tentang cara pengupahan

6. memberikan pedomantentang cara pemutusan hubungan kerja

7. memberi identitas bagi masyarakat.

Struktur lembaga ekonomi

Secara sederhana, lembaga ekonomi dapat diklasifikasikan sb;

1. sector agraris yang meliputi sector pertanian, seperti sawah, perladangan,


perikanan, dan pertenakan.(Gathering/pengumpulan) yaitu proses
pengumpulan barang atau sumberdaya alam dari lingkungannya.

2. sector industri ditandai dengan kegiatan produksi barang.(production)

3. sector perdagangan merupakan aktifitas penyaluran barang dari produsen ke


konsumen {Distributing) yaitu proses pembagian barang dan komonditas
pada subsistem-subsistem lainnya.

Ada beberapa unsur lembaga ekonomi :

1. Pola perilaku : efisiensi, penghematan, profesionalisme, mencari keuntungan

2. Budaya simbolis : merk dagang, hak paten, slogan , lagu komersial

3. Budaya manfaat : took, pabrik,pasar, kantor, balngko, formulir.

4. Kode spesialisasi : kontrak, lesensi, kontrak monopoli, akte perusahaan

5. Ideologi : liberalisme, tanggungjawab ,manajerial, kebebasan beryusaha, hak


buruh.
(http://okayana.blogspot.com/2009/11/lembaga-sosial-lembaga-keluarga.html)

Kelembagaan
Lembaga dalam arti sempit adalah aturan main(rule of the game) -> untuk mencapai kondisi
consideration for others

Lembaga dalam arti luas adalah organisasi(wadah) dengan karateristik yg telah disebutkan diatas

1. Pengertian kelembagaan: Aturan main yang membatasi perilakau menyimpang untuk


membangun struktur interaksi politik,ekonomi dan sosial

2. Kegunaan Kelembagaan:- Menciptakan ketertiban


-Mengurangi ketidakpastian dalam kegiatan ekonomi

3. Contoh Kelembagaan Ekonomi:Bank(lembaga intermediasi)

4. 3 komponen dalam kelembagaan:


 Aturan formal:Konstitusi,statuta,hukum dan seluruh regulasi yg memebentuk
struktur pemerintahan yang mengatur hak-hak individu,sisitim ekonomi(hak2
milik),Sistim keamanan(peradilan)
 Aturan informal(pengalaman,nilai2 agama) yang membentuk persepsi individu
tempat mereka hidup
 Penegakan(Enforcement mechanism)

5. Tujuan/Goal Kelembagaan:Consideration fo other yang dijabarkan


 Menciptakan tatanan yang teratur(bersifat universal)
 Dengan tatanan yang teratur menciptakan keadilan
 Terkait dengan kelembagaan adalah sebagai gugus dari aturan formal dan
informal yang digunakan untuk meredam konflik kepentingan
 Dengan kata lain tujuan kelembagaan adalah terciptanya keadilan(consideration
for others)

Inti Kelembagaan
 Wadah+aturan main
 Tempat mengembangkan peradaban
(http://www.scribd.com/doc/27335310/Lembaga-Organisasi)

KELEMBAGAAN PERTANIAN
Pengertian Kelembagaan Sosial
• Menurut Koentjaraningrat (1964), lembaga kemasyarakatan/lembaga sosial atau pranata
sosial adalah suatu sistim norma khusus yang menata suatu rangkaian tindakan berpola
mantap guna memenuhi suatu kebutuhan khusus dari manusia dalam kehidupan
masyarakat
• Kesimpulan dari definisi di atas :
– Adanya sistem norma
– Sistem norma yang mengatur tindakan berpola
– Tindakan berpola itu untuk memenuhi kehidupan manusia dalam kehidupan
masyarakat
• Soekanto (2003) mendefinisikan lembaga kemasyarakatan sebagai himpunan dari norma-
norma segala tindakan berkisar pada suatu kebutuhan pokok manusia di dalam kehidupan
masyarakat.
• Ada dua hal penting didalamnya yaitu:
– himpunan norma - norma dalam segala tingkatan
– norma-norma itu mengatur manusia memenuhikebutuhannya.
• Rahardjo (1999) menyatakan bahwa kelembagaan sosial (social institution) secara ringkas
dapat diartikan sebagai kompleks norma-norma atau kebiasaan-kebiasaan untuk
mempertahankan nilai-nilai yang dipandang sangat penting dalam masyarakat, merupakan
wadah dan perwujudan yang lebih konkret dari kultur dan struktur.
• Berdasarkan pada beberapa pengertian tadi , dapat dipahami bahwa kelembagaan
pertanian adalah “norma atau kebiasaan yang terstruktur dan terpola serta dipraktekkan
terus menerus untuk memenuhi kebutuhan anggota masyarakat yang terkait erat dengan
penghidupan dari bidang pertanian di pedesaan”.
• Kelembagaan pertanian pada masyarakat pedesaan yang masih bersahaja terkait erat
dengan kegiatan ekonomi masyarakat tradional
• Pada masyarakat desa yang kegiatan ekonominya masih belum didominasi sistim ekonomi
uang, menyebabkan masih kuatnya kait-mengkait antara kegiatan ekonomi dan sosial.
– Sistim gotong royong dalam proses produksi pertanian
– sistim bagi hasil
– sistim tebasan
– sistim borongan pengolahan tanah dan pemanenan
– sistim buruh tani
– sistim tradisional lainnya yang terkait dengan operasi produksi pertanian
• Selain kelembagaan pertanian yang bersifat tradisonal juga muncul kelembagaan pertanian
yang dikelola dengan cara lebih modern :
– kelompok tani,
– kelompok pemakai air,
– kelompok kredit usaha,
– koperasi desa,
– kelompok pemasaran,
– kelompok peternak dan lain sebagainya
Peran lembaga Pertanian
• Kelembagaan pertanian baik formal maupun informal belum memberikan peranan yang
berarti khususnya di daerah perdesaan, hal ini disebabkan :
– Peran antarlembaga pendidikan dan pelatihan, balai penelitian, dan penyuluhan
belum terkoordinasi dengan baik
– Fungsi dan keberadaan lembaga penyuluhan cenderung terabaikan
– Koordinasi dan kinerja lembaga-lembaga keuangan perbankan perdesaan masih
rendah
– Koperasi perdesaan khususnya yang bergerak di sektor pertanian masih belum
berjalan optimum
– Keberadaan lembaga-lembaga tradisi di perdesaan belum dimanfaatkan secara
optimum
Revitalisasi kelembagaan pertanian
1. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia para pelaku kelembagaan sehubungan dengan
perkembangan teknologi, permasalahan dan kebutuhan para petani
2. Diperlukan restrukturisasi kelembagaan  penyuluhan pertanian yang mampu menyentuh
langsung kebutuhan petani dengan melibatkan petani secara lebih aktif lagi
3. Meningkatkan kualitas manajemen koperasi yang ada, khususnya dalam kualitas
sumberdaya manusia para pengurus dan manajer, dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan petani
4. Meningkatkan koordinasi peran lembaga-lembaga keuangan/perbankan dengan lembaga-
lembaga penyuluhan, sarana produksi, dan koperasi untuk meningkatkan pelayanan kepada
petani secara optimum
5. Meningkatkan peran badan penerapan teknologi dan informasi pertanian
6. Meningkatkan peran dari lembaga-lembaga tradisional seperti organisasi lumbung desa dan
pengairan
7. Meningkatkan kemandirian organisasi petani
Kebutuhan Dasar Manusia dan Kelembagaan Sosial dan Ekonomi
• Lembaga sosial dan ekonomi lahir ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
terhadap kehidupannnya
• Kebutuhan masyarakat meskipun tidak linier cenderung merupakan kebutuhan yang lahir
dari kebutuhan individu sebagai anggotanya.
• Menurut Abraham Maslow (teori Maslow), kebutuhan manusia itu merupakan kebutuhan
yang berjenjang dan dapat dirinci sebagai berikut:
• Kebutuhan fisik/fisologis
• Kebutuhan rasa aman/safety
• Kebutuhan hubungan sosial/social affiliation
• Kebutuhan pengakuan atau esteem
• Kebutuhan pengembangan pengakuan (self-actualization)
• Teori Maslow tersebut diperbaiki oleh teori M. Celland tentang teori motivasi yang pada
dasarnya dibagi menjadi tiga yaitu :
• kebutuhan untuk berprestasi (needs of achievements),
• kebutuhan untuk kekuasaan (needs of power) dan
• kebutuhan untuk bergabung (needs for affiliation)
Lembaga Tradisional dan
Lembaga Modern di Pedesaan
• Lembaga kemasyarakatan merupakan susunan tata kelakuan dan hubungan yang terpusat
pada pemenuhan kompleks kebutuhan masyarakat
• Secara ringkas lembaga kemasyarakatan bertujuan memenuhi kebutuhan pokok manusia
yang bertujuan untuk:
– memberikan pedoman pada masyarakat bagaimana harus berbuat dan menghadapi
permasalahan dalam masyarakat,
– menjaga keutuhan masyarakat,
– memberikan pegangan pada masyarakat untuk mengadakan sistim pengendalian
sosial (social control).
• Lembaga-lembaga masyarakat yang tradisonal telah tumbuh dan terlembagakan untuk
mengatur berbagai aspek kehidupan kemasyarakatan
– Cara – kebiasaan – tata kelakuan – adat
– Lembaga modern umumnya mempunyai struktur yang jelas, tata nilai yang jelas dan
telah diformalkan, adanya proses yang pasti, adanya pemimpin yang resmi
Kelompok Sosial dan Organisasi Sosial
• Ibrahim (2003) mendefinisikan kelompok sosial sebagai “suatu sistim sosial yang terdiri dari
sejumlah orang yang berinteraksi satu sama lain dan terlibat dalam satu kegiatan bersama”.
 Yang dimaksud interaksi di sini adalah interaksi tatap muka, dimana mereka terlibat
dalam ruang dan waktu
• Definisi yang lebih luas mengenai kelompok sosial :
 kelompok sosial adalah sejumlah orang yang mengadakan hubungan tatap muka
secara berkala karena mempunyai tujuan dan sikap bersama; hubungan-hubungan
yang dilakukan diatur oleh norma-norma; tindakan yang dilakukan disesuaikan
dengan kedudukan (status) dan peran (role) masing-masing; dan antara orang-
orang itu terdapat rasa ketergantungan satu sama lain
Organisasi Sosial (masyarakat)
• Organisasi adalah unit sosial (atau pengelompokan manusia) yang sengaja dibentuk dan
dibentuk kembali dengan penuh pertimbangan dalam rangka mencapai tujuan tertentu,
dengan ciri ciri sbb :
– adanya pembagian kerja, kekuasaan dan tanggungjawab komunikasi
– adanya satu atau beberapa pusat kekuasaan yang berfungsi untuk mengawasai
usaha-usaha organisasi serta mengarahkan organisasi dalam mencapai tujuan,
– ada pergantian tenaga (kaderisasi) bila ada individu yang tak mampu menjalankan
tugas-tugas organisasi.
Social Capital di Daerah Pedesaan
• Social capital mencakup institutions, relationships, attitudes dan values yang mengarahkan
dan menggerakan interaksi-interaksi antar orang dan memberikan kontribusi terhadap
pembangunan sosial dan ekonomi
• Menurut World Bank (1998) social capital tidaklah sesederhana hanya sebagai penjumlahan
dari institusi-institusi yang dibentuk oleh masyarakat, tetapi juga merupakan perekat dan
penguat yang menyatukan mereka secara bersama-sama
• Social capital meliputi shared values dan rules bagi perilaku sosial yang terekspresikan dalam
hubungan-hubungan antar personal, trust dan common sense tentang tanggung jawab
terhadap masyarakat, semua hal tersebut menjadikan masyarakat lebih dari sekedar
kumpulan individu-individu.
• Simpulan sederhana dan umum yang dapat diajukan tentang elemen utama social capital
mencakup norms, reciprocity, trust, dan network. Contoh bentuk yang ada di Indonesia :
• Tradisi gotong royong memiliki aturan main yang disepakati bersama (norm)
• menghargai prinsip timbal-balik dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dan dalam waktu tertentu akan menerima kompensasi/reward sebagai
suatu bentuk dari sistim resiprositas (reciprocity)
• ada saling kepercayaan antar pelaku bahwa masing-masing akan mematuhi semua
bentuk aturan main yang telah disepakati (trust)
• serta kegiatan kerjasama tersebut diikat kuat oleh hubungan-hubungan spesifik
antara lain mencakup kekerabatan--kinship, pertetanggan-- neighborship dan
pertemanan--friendship sehingga semakin menguatkan jaringan antar pelaku
(network).
• Tradisi gotong royong secara nyata telah melembaga dan mengakar kuat, ini diwujudkan
dalam berbagai aktivitas keseharian masyarakat Indonesia
• Secara umum aktivitas gotong royong memiliki tema sentral sebagai mutual help antar
anggota masyarakat yang mana masing-masing pihak terlibat saling memberikan kontribusi
dan sebagai reward-nya mereka mendapatkan gain dari aktivitas yang dikerjasamakan
• Semangat timbal balik-- reciprocity melekat kuat sebagai penunjuk bahwa proses kerjasama
berlangsung dengan fair
• Aktivitas gotong royong dalam berbagai dimensinya memberikan implikasi semangat dan
value untuk saling memberikan jaminan/self-guarantying atas hak dan kelangsungan hidup
antar sesama warga masyarakat yang masih melekat cukup kuat di pedesaan
• Subejo dan Iwamoto (2003) memberikan terminologi pada praktek gotong royong yang
dilembagakan sebagai tradisi oleh warga pedesaan sebagai “institutionalized stabilizers”
• karena aktivitas tersebut memungkinkan proses keberlanjutan (sustainability) dan
menjamin stabilitas secara ekonomi dan sosial pada kehidupan rumah tangga di
pedesaan.
• Studi-studi yang terkait dengan social capital di pedesaan Indonesia dan secara khusus di
pedesaan Jawa umumnya masih dilakukan secara parsial dari setiap elemen sosial capital
• Elemen-elemen dasar tersebut antara lain mencakup
• institusi lokal yang memiliki fungsi pelayanan sosial,
• kelompok simpan pinjam berotasi/arisan,
• jaring pengaman sosial tradisional lainya,
• sistim pewarisan yang seimbang,
• sistim penyakapan dan bagi hasil serta pelayanan pemerintah untuk kesejahteraan
masyarakat
• Asosiasi perusahaan perkebunan
– Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO)
– Gabungan Perusahaan Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI)
– Gabungan Perusahaan Perkebunan Indonesia (GPPI)
– Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI)
– Asosiasi Eksportir Lada Indonesia (AELI)
– Asosiasi Eksportir Pala Indonesia (AEPA)
– Asosiasi Eksportir Panili Indonesia (AEPI)
– Asosiasi Eksportir Cassiavera Indonesia (AECI)
– Asosiasi Teh Indonesia (ATI)
– Asosiasi Pala Indonesia (API)
– Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO)
– Asosiasi Gula Indonesia (AGI)
– Indonesian Tobacco Association (ITA)
– Asosiasi Industri Mete Indonesia (AIMI)
– Asosiasi Industri Minyak Makan Indonesia (AIMMI)
• Asosiasi petani perkebunan
– Asosiasi Petani Lada Indonesia (APLI)
– Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI)
– Asosiasi Petani Kelapa Indonesia (APKI)
– Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI)
– Asosiasi Petani Kakao Indonesia (APKAI)
– Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO)
– Asosiasi Petani Karet Indonesia (APKARINDO)
– Asosiasi Petani Kapas Indonesia (ASPEKINDO)
– Asosiasi Petani Jambu Mete Indonesia (APJMI)
– Asosiasi Petani Kopi Indonesia (APKI)
– Asosiasi Petani Teh Indonesia (APTEH)
– Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI)
– Badan Koordinasi Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (BKAPTRI)
– Masyarakat Perkelapaan Indonesia (MAPI)
– Gabungan Induk Koperasi Perkebunan Nusantara (GIKPN)
– Gabungan asosiasi Petani Perkebunan Indonesia (GAPERINDO)
– Masyarakat Rempah Indonesia (MARI)
(http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=4&ved=0CC0QFjAD&url=http%3A%2F
%2Fdedidoank.files.wordpress.com%2F2008%2F11%2Fbab-ivkelembagaan-
pertanian.ppt&ei=fomlTdT8BIjLrQeVzbTzCQ&usg=AFQjCNGF1gEeyz3m-uBissWlhFck2kCuLg)

Anda mungkin juga menyukai