Ileus Obstruksi
Ileus Obstruksi
Obstruksi intestinal merupakan kegawatan dalam bedah abdominalis yang sering dijumpai
dan merupakan 60% - 70% dari seluruh kasus gawat abdomen. Gawat perut dapat disebabkan
oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi, dan penyulitnya, ileus obstruktif, iskemik,
dan perdarahan. Sebagian kelainan dapat disebabkan oleh cedera langsung atau tidak
Ileus adalah gangguan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya obstruksi usus akut yang
segera memerlukan pertolongan atau tindakan. Ileus terbagi dua yaitu ileus obstruksi dan
ileus paralitik.2 Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh adanya obstruksi lumen usus
atau oleh adanya gangguan peristaltik. Obstruksi usus atau disebut juga ileus obstruksi
(obstruksi mekanik) misalnya oleh strangulasi, invaginasi atau adanya sumbatan dalam lumen
usus. Ileus dinamik dapat disebabkan oleh kelebihan dinamik seperti spasme.2 Obstruksi usus
merupakan gangguan peristaltik baik di usus halus maupun di kolon. Obstruksi mekanik
dapat disebabkan karena adanya lesi pada bagian dinding usus, di luar usus maupun di dalam
lumen usus. Obstruksi usus dapat akut atau kronik, parsial atau total. Obstruksi usus kronik
biasanya mengenai kolon sebagai akibat adanya karsinoma. Sebagian besar obstruksi justru
mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan kegawatan yang memerlukan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Markogiannakis et al (pada tahun 2001 – 2002),
ditemukan 60% penderita yang dirawat di Hippokration Hospital, Athens mengalami ileus
obstruksi dan rata – rata berumur sekitar 16 – 98 tahun, dengan perbandingan jenis kelamin
EMBRIOLOGI
Usus primitive terbentuk sejak minggu ke empat dari perkembangan fetus. Lapisan
endodermal membentuk lapisan epitel dari traktus digestivus dan mesoderm splanchnic di
sekitar endermal membentuk jaringan muskular konektif dan lapisan usus lainnya. Kecuali
duodenum, dimana usus primitif berasal dari usus tengah. Selama minggu keempat
perkembangan fetus, panjang usus meningkat dengan cepat, herniasi dari usus tengah terjadi
sampai umbilikus. Putaran usus tengah mempunyai dua cabang yaitu kranial dan kaudal.
Cabang kranial berkembang menjadi duodenum distal, jejenum dan ileum proksimal.
Sedangkan cabang kaudal menjadi ileum distal, dua pertiga proksimal dari kolon
transversum. Herniasi usus tengah terjadi sampai usia 10 minggu masa gestasi fetus, ketika
usus masuk kembali ke rongga abdomen. Setelah memutar komplit 270º dari titik awal,
bagian proksimal jejenum masuk kembali ke abdomen dan menempati bagian kiri abdomen
dengan lingkaran selanjutnya menempati bagian kanan. Sekum yang terakhir masuk dan
lokasinya di sebelah kanan kuadran atas, walaupun pada akhirnya sekum akan turun ke posisi
normal pada kuadran kanan bawah. Malrotasi anomali kongenital usus dapat terjadi pada
Usus dengan arteri dan vena mesenterika superior di dalam bakal mesenterium. Usus setelah
berputar 90º. Bagian proksimal berada di sebelah kanan, distal di sebelah kiri.
Putaran duodenum sebelah dorsal a.mesenterika superior, sedangkan sekum dengan kolon
Putaran berlangsung terus, sekum di sebelah kanan masih turun ke kanan bawah. Usus
belakang membentuk sebagian kolon transversum, kolon desendens dan sigmoid yang
rektum berasal dari usus belakang. Dalam perkembangan embriologik kadang terjadi
gangguan rotasi usus embrional sehingga kolon kanan dan sekum mempunyai mesenterium
yang bebas. Keadaan ini memudahkan terjadinya putaran atau volvulus sebagian besar usus
yang sama halnya dapat terjadi dengan mesenterium yang panjang pada kolon sigmoid
Usus halus terbentang dari pylorum sampai caecum dengan panjang 270 cm sampai 290 cm.
Usus halus dibagi menjadi duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum panjangnya sekitar 25
cm, mulai dari pilorus sampai jejenum. Panjang jejenum 100 – 110 cm dan panjang ileum
150 -160 cm. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh Ligamentum Treitz.
Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum suspensorium. Kira – kira dua per lima dari
sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga per lima bagian terminalnya adalah ileum. Jejenum
mempunyai vaskularisasi yang besar dimana lebih tebal dari ileum. Apendiks vermiformis
merupakan tabung buntu berukuran sekitar jari kelingking yang terletak pada daerah
muskularis propria, lapisan submukosa dan lapisan mukosa. Lapisan serosa merupakan
lapisan terluar yang terdiri dari peritoneum visceralis dan parietal dan ruang yang terletak
antara lapisan visceral dan parietal dinamakan rongga peritoneum. Lapisan muscularis
propria terdiri dari dua lapisan otot yaitu lapisan otot longitudinal yang tipis dan lapisan otot
sirkular yang tebal. Ganglion sel berasal dari pleksus Myenterica (Auerbach) yang berada di
antara lapisan otot dan mengirimkan rangsangan pada kedua lapisan tersebut. Lapisan
submucosa terdiri dari lapisan jaringan konektif fibroelastis yang berisi pembuluh darah dan
saraf. Lapisan mukosa dibagi menjadi 3 lapisan yaitu mukosa muscularis, lamina propria dan
lapisan epitel. Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lapisan sirkular yang dinamakan
menggantung jejenum dan ileum dari dinding posterior abdomen. Omentum mayus
merupakan lapisanganda peritoneum yang mengantung dari curvatura mayor lambung dan
berjalan turun di depan visera abdomen. Omentum biasanya mengandung banyak lemak dan
kelenjar limfe yang membantu melindungi rongga peritoneum terhadap infeksi. Omentum
minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dari curvatura minor lambung dan
Ligamentum hepatoduodenale.
Arteri mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat di bawah arteri celiaca. Arteri ini
mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh arteri
lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.
Usus halus dipersarafi cabang-cabang kedua sistem saraf otonom. Rangsangan parasimpatis
pergerakan usus. Serabut saraf sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri, sedangkan
Usus besar dibagi menjadi caecum, colon dan rektum. Pada caecum terdapat katup ileosekal
dan apendiks yang melekat pada ujung caecum. Caecum menempati sekitar dua atau tiga
inchi pertama dari usus besar. Kolon dibagi lagi menjadi colon ascenden, colon transversum,
descenden dan sigmoid. Tempat dimana colon membentuk belokan tajam yaitu pada
abdomen kanan dan kiri atas berturut-turut dinamakan fleksura hepatika dan fleksura lienalis.
Colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk suatu lekukan berbentuk S. Lekukan
bagian bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu dengan rektum. Usus besar
Sekum, kolon ascenden dan bagian kanan kolon transversum diperdarahi oleh cabang
a.mesenterika superior yaitu a.ileokolika, a.kolika dekstra dan a.kolika media. Kolon
transversum bagian kiri, kolon descendens, kolon sigmoid dan sebagian besar rektum
perdarahi oleh a.mesenterika inferior melalui a.kolika sinistra, a.sigmoid dan a.hemoroidalis
superior. Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Kolon dipersarafi oleh oleh
serabut simpatis yang berasal dari n.splanknikus dan pleksus presakralis serta serabut
FISIOLOGI 3,8
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan absorbsi bahan – bahan
nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung
oleh kerja ptialin, asam klorida dan pepsin terhadap makanan yang masuk. Proses
dilanjutkan di dalam duodenum terutama oleh kerja enzim – enzim pankreas yang
menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat – zat yang lebih sederhana.
memberikan pH optimal untuk kerja enzim – enzim. Sekresi empedu dari hati
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus (sukus
enterikus). Banyak di antara enzim – enzim ini terdapat pada brush border vili dan
mencernakan zat – zat makanan sambil diabsorbsi. Pergerakan segmental usus halus
akan mencampur zat –zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar dan
sekresi usus dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung
lainnya dengan kecepatan yang sesuai untuk absorbsi optimal dan suplai kontinu isi
lambung. Absorbsi adalah pemindahan hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan
protein melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel – sel
Pergerakan usus halus berfungsi agar proses digesti dan absorbsi bahan – bahan makanan
makanan dengan enzim – enzim pencernaan agar mudah untuk dicerna dan diabsorbsi
Pergerakan propulsif atau gerakan peristaltik yang mendorong makanan ke arah usus
besar.
Kontraksi usus halus disebabkan oleh aktifitas otot polos usus halus yang terdiri dari 2
lapis yaitu lapisan otot longitudinal dan lapisan otot sirkuler. Otot yang terutama
longitudinal. Bila bagian mengalami distensi oleh makanan, dinding usus halus akan
berkontraksi secara lokal. Tiap kontraksi ini melibatkan segmen usus halus sekitar 1 –
4 cm. Pada saat satu segmen usus halus yang berkontraksi mengalami relaksasi, segmen
lainnya segera akan memulai kontraksi, demikian seterusnya. Bila usus halus
berelaksasi, makanan akan kembali ke posisinya semula. Gerakan ini berulang terus
merupakan basic electric rhytm (BER) dari otot polos saluran cerna. Proses kontraksi
kali/menit pada ileum. Gerakan peristaltik pada usus halus mendorong makanan
menuju ke arah kolon dengan kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik, dimana pada bagian
proksimal lebih cepat daripada bagian distal. Gerakan peristaltik ini sangat lemah dan
Pengaturan frekuensi dan kekuatan gerakan segmentasi terutama diatur oleh adanya
gelombang lambat yang menghasilkan potensial aksi yang disebabkan oleh adanya sel – sel
pace maker yang terdapat pada dinding usus halus, dimana aktifitas dari sel – sel ini
Aktifitas gerakan peristaltik akan meningkat setelah makan. Hal ini sebagian besar
peristaltik yang akan menyebar ke dinding usus halus. Selain itu, hormon gastrin,
CCK, serotonin, dan insulin juga meningkatkan pergerakan usus halus. Sebaliknya
beberapa jam sampai seseorang makan lagi. Pada saat tersebut, refleks gastrileal
adanya sfingter ileocaecal berfungsi agar makanan dapat diabsorbsi pada daerah ini. Katup
ileocaecal berfungsi untuk mencegah makanan kembali dari caecum masuk ke ileum.
Fungsi sfingter ileocaecal diatur oleh mekanisme umpan balik. Bila tekanan di dalam
caecum meningkat sehingga terjadi dilatasi, maka kontraksi sfingter ileocaecal akan
pengosongan ileum. Bila terjadi peradangan pada caecum atau pada appendiks maka
sfingter ileocaecal akan mengalami spasme, dan ileum akan mengalami paralisis
ETIOLOGI
Penyebab obstruksi pada usus halus dapat dibagi menjadi 3 yaitu obstruksi pada
misalnya adhesi, hernia, karsinoma dan abses. Obstruksi intrinsik pada dinding usus seperti
tumor primer. Dan obstruksi intraluminal seperti enteroliths, gallstones dan adanya benda
Adhesi (postoperative)
Neoplasma
Abses intraabdominal
Lesi intrinsic
Traumatik
Intusepsi
Obstruksi intraluminal
Gallstone
Enterolith
Adhesi, hernia inkarserata dan keganasan usus besar paling sering menyebabkan obstruksi.4
pada adhesi, onsetnya terjadi secara tiba – tiba dengan keluhan perut membesar dan nyeri
perut.10 Dari 60% kasus ileus obstruksi di USA, penyebab terbanyak adhesi yaitu pada
Ileus karena adhesi umumnya tidak disertai strangulasi. Adhesi umumnya berasal dari rongga
peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum atau pasca operasi. Adhesi dapat berupa
Tumor usus
Adhesi
Volvulus
PATOFISIOLOGI
Peristiwa patofisiologik yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa memandang
apakah obstruksi tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik maupun fungsional. Perbedaan
utama adalah pada obstruksi mekanik (ileus obstruksi) yaitu peristaltik mula – mula kuat
kemudian intermittent dan kemudian menghilang. Sedangkan pada ileus paralitik, peristaltik
dari awal sudah tidak ada. Perubahan patofisiologik pada obstruksi usus dapat dilihat pada
Patofisiologik obstruksi mekanik pada usus berhubungan dengan perubahan fungsi dari usus,
dimana terjadi peningkatan tekanan intraluminal. Bila terjadi obstruksi maka bagian
proksimal dari usus mengalami distensi dan berisi gas, cairan dan elektrolit. Bila terjadi
absorbsi usus menurun, sehingga terjadi kehilangan volume sistemik yang besar dan
progresif. Awalnya, peristaltik pada bagian proksimal usus meningkat untuk melawan adanya
frekuensinya tergantung pada lokasi obstruksi. Bila obstruksi terus berlanjut dan terjadi
peningkatan tekanan intraluminal, maka bagian proksimal dari usus tidak akan berkontraksi
dengan baik dan bising usus menjadi tidak teratur dan hilang. Peningkatan tekanan
intraluminal dan adanya distensi menyebabkan gangguan vaskuler terutama stasis vena.
Dinding usus menjadi udem dan terjadi translokasi bakteri ke pembuluh darah. Produksi
toksin yang disebabkan oleh adanya translokasi bakteri menyebabkan timbulnya gejala
sistemik.9 Efek lokal peregangan usus adalah iskemik akibat nekrosis disertai absorpsi toksin
vaskuler dan neurologik. Makanan dan cairan yang tertelan, sekresi usus dan udara akan
berkumpul dalam jumlah yang banyak jika obstruksinya komplit. Bagian proksimal dari usus
mengalami distensi dan bagian distalnya kolaps. Fungsi sekresi dan absorpsi membran
mukosa usus menurun dan dinding usus menjadi edema dan kongesti. Distensi intestinal yang
berat dengan sendirinya secara terus – menerus dan progresif akan mengacaukan peristaltik
dan fungsi sekresi mukosa serta meningkatkan risiko terjadinya dehidrasi, iskemik, nekrosis,
Pada obstruksi strangulata, biasanya berawal dari obstruksi vena, yang kemudian diikuti oleh
oklusi arteri, menyebabkan iskemik yang cepat pada dinding usus. Usus menjadi udem dan
DIAGNOSIS
Gejala Klinis
Gejala utama dari ileus obstruksi antara lain nyeri kolik abdomen, mual, muntah, perut
distensi dan tidak bisa buang air besar (obstipasi). Mual muntah umumnya terjadi pada
obstruksi letak tinggi. Bila lokasi obstruksi di bagian distal maka gejala yang dominant
adalah nyeri abdomen. Distensi abdomen terjadi bila obstruksi terus berlanjut dan bagian
Obstruksi pada usus halus menimbulkan gejala seperti nyeri perut sekitar umbilikus atau
bagian epigastrium. Pasien dengan obstruksi partial bisa mengalami diare. Kadang – kadang
dilatasi dari usus dapat diraba. Obstruksi pada kolon biasanya mempunyai gejala klinis yang
lebih ringan dibanding obstruksi pada usus halus. Umumnya gejala berupa konstipasi yang
pada obstruksi bagian proksimal usus halus biasanya muncul gejala muntah. Nyeri perut
bervariasi dan bersifat intermittent atau kolik dengan pola naik turun. Jika obstruksi terletak
di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus (jejenum dan ileum bagian proksimal) maka
nyeri bersifat konstan/menetap. Pada tahap awal, tanda vital normal. Seiring dengan
kehilangan cairan dan elektrolit, maka akan terjadi dehidrasi dengan manifestasi klinis
takikardi dan hipotensi postural. Suhu tubuh biasanya normal tetapi kadang – kadang dapat
meningkat.10
Dari pemeriksaan fisik didapatkan adanya demam, takikardi, hipotensi dan gejala dehidrasi
yang berat. Demam menunjukkan adanya obstruksi strangulate. Pada pemeriksaan abdomen
didapatkan abdomen tampak distensi dan peristaltic meningkat (bunyi Borborigmi). Pada
tahap lanjut dimana obstruksi terus berlanjut, peristaltic akan melemah dan hilang. Adanya
feces bercampur darah pada pemeriksaan rectal toucher dapat dicurigai adanya keganasan
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis, tetapi sangat
membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu dalam resusitasi. Pada tahap
hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit yang abnormal. Peningkatan serum amilase
hanya terjadi pada 38% - 50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi
non strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu dapat
ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin terganggu, dengan
alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis bila ada tanda – tanda shock,
Radiologik 2,9,10,12
Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level” pada foto polos
abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto polos abdomen mempunyai
tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi
kolon.
Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran ”step ladder dan air fluid level”
terutama pada obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi
stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya muosa yang reguler
dan adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan
adanya perforasi usus. Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
CT scan kadang – kadang digunakan untuk menegakkan diagnosa pada obstruksi usus halus
untuk mengidentifikasi pasien dengan obstruksi yang komplit dan pada obstruksi usus besar
Komplikasi yang dapat timbul antara lain perforasi usus, sepsis, syok-dehidrasi, abses,
DIAGNOSA BANDING 10
Ileus dapat disebabkan oleh adanya proses dalam intraabdominal dan retroperitoneal,
termasuk iskemik usus, kolik ureter, fraktur pelvis dan setelah operasi abdomen. Jika terjadi
ileus paralitik, nyeri biasanya tidak terlalu berat dan lebih konstan.
Obstipasi dan distensi abdomen menunjukkan adanya obstruksi usus besar. Muntah jarang
terjadi dan nyeri tidak bersifat kolik. Diagnosa dapat ditegakkan berdasarkan adanya hasil
foto roentgen yang menunjukkan adanya obstruksi dilatasi kolon bagian proksimal.
Obstruksi usus halus dapat dikacaukan dengan gastroenteritis akut, apendisitis akut dan
pankreatitis akut. Obstruksi strangulasi mempunyai keluhan yang mirip dengan pankreatitis
akut, enteritis iskemik atau penyumbatan vaskular mesenterika yang berhubungan dengan
PENATALAKSANAAN
Dasar pengobatan ileus obstruksi adalah koreksi keseimbangan elektrolit dan cairan,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan dekompresi, mengatasi peritonitis dan syok
bila ada, dan menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki kelangsungan dan fungsi usus
kembali normal3
Resusitasi
Dalam resusitasi yang perlu diperhatikan adalah mengawasi tanda – tanda vital, dehidrasi dan
syok. Pasien yang mengalami ileus obstruksi mengalami dehidrasi dan gangguan
keseimbangan ektrolit sehingga perlu diberikan cairan intravena seperti ringer laktat. Respon
terhadap terapi dapat dilihat dengan memonitor tanda – tanda vital dan jumlah urin yang
keluar. Selain pemberian cairan intravena, diperlukan juga pemasangan nasogastric tube
(NGT). NGT digunakan untuk mengosongkan lambung, mencegah aspirasi pulmonum bila
Farmakologis
Pemberian obat – obat antibiotik spektrum luas dapat diberikan sebagai profilaksis.
Operatif
Operasi dilakukan setelah rehidrasi dan dekompresi nasogastrik untuk mencegah sepsis
sekunder. Operasi diawali dengan laparotomi kemudian disusul dengan teknik bedah yang
disesuaikan dengan hasil eksplorasi selama laparotomi. Berikut ini beberapa kondisi atau
Peritonitis
Pneumoperitoneum
Closed-loop obstruction
Progressive bowel obstruction at any time after nonoperative measures are started
lisis yang dianjurkan. Jika terjadi obstruksi stangulasi maka reseksi intestinal sangat
diperlukan.10
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada obstruksi
ileus.15
(a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah sederhana
untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata non-strangulasi,
(b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian usus yang
(c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi, misalnya
(d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung usus
tindakan operatif bertahap, baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan
penderitanya, misalnya pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja,
PROGNOSIS
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat segera
dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi strangulasi atau
komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35% atau 40%.3
DAFTAR PUSTAKA
from:URL:http://medlinux.blogspot.com/2007/09/ileus.html.
Wilson LM, Lester LB. Usus kecil dan usus besar. Dalam : Price SA, Wilson LM,editor.
Patofisiologi konsep klinis proses- proses penyakit. Alih bahasa: dr.Peter Anugerah. Jakarta:
P,et al. Acute mechanical bowel obstruction:clinical presentation, etiology, management and
from:URL:http://www.wjgnet.com
Evers BM. Small intestine. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mttox KL,editors.
Sabiston textbook of surgery. The biological basis of modern surgical practice. 17th ed.
Simeone DM. Anatomy and physiology of the small intestine. In : Greenfield LJ, Mulholland
MW, Oldham KT, Zelenock GB, Lillimoe KD, editors. Essentials of surgery : scientific
principles and practice. [Book on CD-ROM]. 2nd ed. New York: Lippincott Williams &
Wilkin publishers;1997.
Suyono YJ,editor. Disunting oleh R.Putz & R. Pabst. Atlas Anatomi manusia Sobotta. Ed.21.
Jakarta: EGC,2003.
Siregar H, Yusuf I, Sinrang AW, Gani AA. Fisiologi Gastrp-intestinal. Ed.1. Ujung Pandang:
Yates K. Bowel obstruction. In: Cameron P, Jelinek G, Kelly AM, Murray L, Brown AFT,
Heyworth T, editors. Textbook of adult emergency medicine. 2nd ed. New York: Churchill
Livingstone;2004. p.306-9.
Naude GP. Gastrointestinal failure in the ICU. In: Bongard FS, Sue DY, editors. A lange
medical book Current critical care diagnosis and treatment. 2nd ed. New York : McGraw-
Hill;2003. p. 383-88.
Ansari P. Intestinal obstruction. [Online]. 2007 September [cited 2008 May 21];[4 screens].
Mukherjee S. Ileus. [Online]. 2008 January 29 [cited 2008 May 21];[7 screens]. Available
from: URL:http://www.emedicine.com/med/topic1154.htm.
Nobie BA. Obstruction, small bowel. [Online] 2007 Sept 17 [cited 2008 June 2];[6 screens].
Souba, Wiley W.; Fink, Mitchell P.; Jurkovich, Gregory J.; Kaiser, Larry R.; Pearce, William
H.; Pemberton, John H.; Soper, Nathaniel J, editors. Sigmoid volvulus successfully
[Book on CD-ROM]
Manif Niko, Kartadinata. Obstruksi Ileus. Cermin Dunia Kedokteran No.29 [Online]. 1983
URL:http://www.portalkalbe.com/files/obstruksiileus.pdf.
Feature Mild Dehydration Moderate Severe Dehydration
10%)
Heart rate Normal Slightly increased Rapid, weak
Systolic blood Normal Normal to Hypotension
Hg change
Urine output Decreased Moderately Markedly decreased,
decreased anuria
Mucous membranes Slightly dry Very dry Parched
Anterior fontanel Normal Normal to sunken Sunken
Tears Present Decreased, eyes Absent, eyes sunken
sunken
Skin* Normal turgor Decreased turgor Tenting
Skin perfusion Normal capillary Capillary refill Capillary refill