Anda di halaman 1dari 19

[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

CYSTIC FIBROSIS
Dewi Mustika
106070100111006

Abstrak
Cystic fibrosis disebabkan oleh mutasi pada gen autosom resesif yang mengkode protein cystic fibrosis
transmembrane conductance regulator (CFTR) terletak pada kromosom 7. Pada kondisi normal protein CFTR
berperan sebagai kanal klorida dan memastikan terdapat pergerakan elektrolit dan air yang cukup melewati
membran. Mutasi menyebabkan abnormalitas dari transport ion klorida melewati sel epitel, dengan gangguan
transport sodium dan air, berakibat pada sekret yang kental (viscous) dan kadar air yang rendah. Sekret yang
tebal menghambat fungsi normal dari berbagai organ, meskipun komplikasi paru merupakan penyebab tersering
kematian. Setidaknya mutasi pada lebih dari 1300 gen telah diidentifikasi. Tingkat keparahan penyakit ini
bervariasi dari asimtomatik, mild hingga severe yang berpengaruh pada aktivitas sehari-hari. Cystic fibrosis
memiliki variasi genotip maupun fenotip yang luas. Berbagai penelitian berusaha untuk memastikan korelasi
antara genotif dengan fenotif pada cystic fibrosis sehingga tidak hanya dapat memperjelas pathogenesis, tapi
juga kemungkinan strategi terapi yang lebih baik. Terdapat 5 kategori mutasi berdasarkan efeknya terhadap
protein CFTR, yaitu mutasi Class I yang mengakibatkan defek produksi protein, class II (termasuk ΔF508)
untuk defek pada maturasi dan processing protein, class III untuk defek regulasi kanal, class IV untuk perubahan
konduktansi kanal dan class V untuk defek sintesis protein. Keuntungan dari klasifikasi ini selain untuk
memprediksi fenotip juga untuk tujuan medikasi berdasarkan mutasi yang teridentifikasi. Lebih memungkinkan
secara klinis untuk memberikan terapi berdasarkan kelas mutasinya daripada mutasi individu.

Pendahuluan (CFTR) terletak pada kromosom 7. Pada kondisi


normal protein CFTR berperan sebagai kanal klorida
Data terbaru menunjukkan adanya variasi insiden dan memastikan terdapat pergerakan elektrolit dan air
penyakit cystic fibrosis antar berbagai kondisi yang cukup melewati membran (Wiehe & Arndt,
geografis dan kultur. Contohnya, di daerah brazil 2010). Sekret dari kelenjar eksokrin pada tubuh
rata-rata prevalensi sebesar 1:9600 kelahiran, tapi di (keringat, air mata, saliva, digestive juice, dan
daerah Finlandia hanya 1:25000 kelahiran. Di negara mukus) normalnya bersifat tipis dan licin. Mutasi
Perancis, prevalensi nasional sebesar 1:4600 dan menyebabkan abnormalitas dari transport ion klorida
meningkat 1:2630 pada populasi Brittany (Perancis melewati sel epitel, dengan gangguan transport
bagian barat laut).sementara itu, penyakit ini sangat sodium dan air, berakibat pada sekret yang kental
jarang di wilayah Asean dan Indian (Becq, 2010). (viscous) dan kadar air yang rendah. Sekret yang
Cystic fibrosis (CF) merupakan penyakit genetik tebal menghambat fungsi normal dari berbagai
yang lethal pada populasi kulit putih. Pada tahun organ. Meskipun komplikasi paru merupakan
1950-an, bayi baru lahir dengan cystic fibrosis jarang penyebab tersering kematian, banyak sistem organ
dapat bertahan hingga usia 1 tahun (Gardner, 2007). yang juga dipengaruhi. Setidaknya mutasi pada lebih
Namun, dalam 10-20 tahun terakhir perkembangan dari 1000 gen telah diidentifikasi. Tingkat keparahan
pengetahuan terkait penyakit ini meningkatkan angka penyakit ini bervariasi dari asimtomatik, mild hingga
harapan hidup pasien dari 31 tahun hingga 37 tahun severe yang berpengaruh pada aktivitas sehari-hari
dan bayi baru lahir dengan cystic fibrosis saat ini (Wiehe & Arndt, 2010).
diprediksi dapat hidup hingga 50 tahun atau bahkan
lebih (Freedman & O’Sulivan, 2009). Karena Meskipun fungsi CFTR terutama terkait dengan
perbaikan dalam pelayanan klinis, 40% dari sekitar kanal klorida, CFTR juga berperan pada banyak
30 ribu pasien CF di US berusia di atas 18 tahun regulasi lainnya , termasuk inhibisi transport sodium
(Gardner, 2007). melalui kanal sodium epitel, regulasi kanal ATP,
regulasi transport vesikel intraseluler, acidifikasi
Cystic fibrosis disebabkan oleh mutasi pada gen organel intraseluler, dan menghambat aktivasi
autosom resesif yang mengkode protein cystic kalsium endogen oleh kanal klorida. Selain itu CFTR
fibrosis transmembrane conductance regulator juga terlibat dalam pertukaran bikarbonat-klorida.

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

Defisiensi dalam sekresi bikarbonat menyebabkan yang berkembang ke arah perbaikan fungsi CFTR
solubilitas mucin yang rendah dan berakibat pada mutant yang dikenal sebagai ‘protein repair therapy’
agregasi mucin pada lumen (Freedman & O’Sulivan, diprediksi akan semakin meningkatkan kualitas hidup
2009). serta harapan hidup penderita CF (Becq, 2010).

Terdapat 5 kategori mutasi berdasarkan efeknya Sejumlah antibakteri diformulasikan untuk digunakan
terhadap protein CFTR, yaitu mutasi Class I yang perinhalasi berada pada berbagai tahap penelitian. Uji
mengakibatkan defek produksi protein, class II klinis agen anti-inflamasi, termasuk glutathione,-5
(termasuk ΔF508) untuk defek pada maturasi dan phosphodiesterase inhibitor juga sedang berlangsung
processing protein, class III untuk defek regulasi (Jones & Helm, 2009). Agen modulasi kanal ion,
kanal, class IV untuk perubahan konduktansi kanal seperti lancovutide (Moli1901, duramycin) dan
dan class V untuk perubahan stabilitas protein denufosol, yang mengaktifkan kanal klorida alternatif
(Davies et al, 2005). Keuntungan dari klasifikasi ini (non-CF transmembran regulator [CFTR]), dan GS
selain untuk memprediksi fenotip, walaupun masih 9411, suatu antagonis saluran natrium, saat ini pada
cukup sulit karena manifestasi klinis yang sangat tahap studi klinis dan jika berhasil, akan menjadi
bervariasi, juga untuk tujuan medikasi berdasarkan agen terapeutik baru untuk pengobatan CF (Jones &
mutasi yang teridentifikasi. Lebih memungkinkan Helm, 2009). Memulihkan gen CFTR yang defek
secara klinis untuk memberikan terapi berdasarkan merupakan salah satu tujuan utama bagi para
kelas mutasinya daripada mutasi individu (Becq, ilmuwan medis untuk mengobati penyakit CF
2010). dengan memulihkan transport ion klorida dan
homeostasis respirasi. Namun, hal ini tidak lepas dari
Sejak ditemukannya mutasi gen CFTR pada tahun kendala-kendala terkait dengan transfer gen termasuk
1989, berbagai upaya dilakukan untuk barier-barier molecular (misalnya mucins, protein
menghubungkan antara keadaan klinis pasien CF surfaktan), immunobiological (misalnya makrofag
yang memiliki 2 mutasi CFTR dengan faktor alveolar, antigen-presenting sel, sel dendritik,
lingkungan, mutasi spesifik di dalam CFTR dan limfosit T), fisiologis (misalnya clearance mukosiliar;
variasi pada modifier gene. Selain susceptibility glycocalyx), serta barier intraselular (misalnya
genes, gen dengan varian fungsional yang menjadi plasma membran, membran endosomal, amplop
sebab penyakit yang teridentifikasi melalui simple nuklear, endositosis, fagositosis) (Atkinson, 2008).
mendelian, terdapat modifier genes yang merupakan
varian genetic yang mempegaruhi manifestasi klinik Gen dan Protein CFTR
dari penyakit (Haston & Hudson, 2005). Selain itu,
faktor lain diluar mutasi pada gen CFTR juga dapat Gen CFTR (gambar 1) berdasarkan lokasi
menghasilkan fenotif yang secara klinik sama seperti kromosomnya (kloning posisional) terletak di lengan
cystic fibrosis nonklasik yang disebabkan oleh panjang kromosom 7 di q31 (7q31). Lokus CF diapit
disfungsi CFTR (Groman et al, 2002). Sehingga oleh dua lokus marker, MET dan D7S8 (Passarge,
dapat dikatakan bahwa cystic fibrosis memiliki 2001). Gen CF sekitar 230 kb dan terdiri dari 27
variasi genotip maupun fenotip yang luas. Berbagai ekson, dalam ukuran mulai 38-724 bp. Polipeptida
penelitian berusaha untuk memastikan korelasi antara yang dikodekan terbuat dari residu 1480 asam amino,
genotif dengan fenotif pada cystic fibrosis sehingga yang terdiri dari sejumlah domain struktural dan
tidak hanya dapat memperjelas pathogenesis, tapi fungsional, dan dua sisi glikosilasi (Zielenski & Sui.
juga kemungkinan strategi terapi yang lebih baik. 1995).

Selama 20 tahun terakhir, setelah berhasil dilakukan Protein CFTR (gambar 1) merupakan cyclic
cloning gen CF, berkembang berbagai strategi terapi adenosine monophosphat (cAMP)-regulated chloride
terhadap CF. Meskipun demikian, penderita CF (Cl-) channel yang memiliki berat molekul 180 kDa
sampai sekarang masih menunggu terapi kuratif saat terglikolisasi penuh. Membran glikoprotein
dengan target terapi adalah gen atau protein CFTR, memiliki 2 membran spaining domain, masing-
dimana sejauh ini obat-obatan yang diresepkan masih masing dibentuk oleh enam segmen transmembran
bertujuan untuk menekan manifestasi sekunder yang membentuk kanal, 2 nucleotide binding domain
(Becq, 2010). Sejumlah obat-obatan yang potensial intracellular (NDB1 dan 2), yang mana masing-
untuk pengobatan cystic fibrosis (CF) saat ini sedang masing memiliki kemampuan untuk melakukan
dalam uji klinis (Jones & Helm, 2009). Tujuan terapi binding dengan adenosine trifosfat (ATP), dan

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

sebuah central intracellular regulatory-domain memastikan terdapat pergerakan elektrolit dan air
dengan phosphorylation site. Gating dari fungsi kanal yang cukup melewati membran (Wiehe & Arndt,
Cl terjadi akibat interaksi ATP dengan kedua NBD, 2010). CFTR juga berperan pada banyak regulasi
dimana terjadi sedikit hidrolisis pada NBD1 serta lainnya , termasuk inhibisi transport sodium melalui
ikatan ATP dan hidrolisis pada NBD2 yang kanal sodium epitel, regulasi kanal ATP, regulasi
merupakan kunci dari normal gating (MacDonald et transport vesikel intraseluler, acidifikasi organel
al, 2007). intraseluler, dan menghambat aktivasi kalsium
endogen oleh kanal klorida. Selain itu CFTR juga
CFTR memiliki fungsi multiple dan kompleks pada terlibat dalam pertukaran bikarbonat-klorida. Telah
paru, sinus, kelenjar keringat, dan epitel pada organ terbukti bahwa terdapat korelasi antara sufisiensi
reproduksi, intestinal, hepar, dan renal. Ketika terjadi pankreas dan konduktansi mediated bikarbonat
gangguan fungsi CFTR, akan terjadi patologi organ- CFTR. Defisiensi dalam sekresi bikarbonat
spesifik pada kesemuanya kacuali pada ginjal menyebabkan solubilitas mucin yang rendah dan
(MacDonald et al, 2007). Pada kondisi normal berakibat pada agregasi mucin pada lumen
protein CFTR berperan sebagai kanal klorida dan (Freedman & O’Sulivan, 2009).

Gambar 1
Gambaran Skematis dari Gen dan Protein CFTR (Passarge, 2001). Gen CF sekitar 230 kb dan terdiri dari 27 ekson
mengkode ekspresi protein CFTR yang merupakan multi-domain transmembran glycoprotein yang terdiri dari dua struktrur
yang mirip yaitu transmembran domain dan nucleotide-binding domain (NBD1 dan 2). Konduktansi klorida tergantung pada
fosforilasi regulatory (R) domain. Binding dan hidrolisis ATP pada kedua NBD memediasi channel gating (Passarge, 2001).

Berikut adalah fungsi dari CFRT pada saluran dan mucus rheologi optimal (MacDonald et al,
pernafasan (MacDonald et al, 2007) : 2007).
a. CFTR terletak di membran apikal sel epitel, di b. Fungsi kedua CFTR adalah mengarahkan
mana terjadi pengangkutan ion Cl- masuk dan aktivitas kanal ion lain dalam sel, khususnya
keluar dari sel. CFTR diatur oleh protein kinase yang berperan dalam absorbs Na dari
cAMP yang mengarahkan pada fosforilasi dan permukaan membran luminal. Sel dengan defek
pembukaan kanal. Dalam sel-sel epitel normal CFTR menyebabkan penyerapan berlebihan Na
(seperti yang melapisi paru-paru), arus keluar ion melalui saluran natrium epitel. Hal ini
Cl- dari sel yang berlawanan dengan reabsorpsi mengakibatkan hyperviscositas dari lapisan
natrium (Na) mengakibatkan keseimbangan air lendir di dalam lumen saluran napas dan
di dalam lumen untuk menjaga cairan periciliary clearance mukosiliar terganggu (MacDonald et
al, 2007).

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

c. Fungsi ketiga CFTR adalah pengenalan bakteri


yang menginvasi. Pada sel normal,
lipopolisakarida Pseudomonas aeruginosa
dikenali oleh CFTR kemudian mengalami
endositosis oleh sel. Fungsi ini tampaknya
menjadi kunci dalam mengkoordinasikan respon
imun bawaan yang efektif terhadap infeksi P.
aeruginosa, yang merupakan infeksi bakteri
kronis paru-paru paling sering pada CF
(MacDonald et al, 2007).

Mutasi pada Gen CFTR dan Klasifikasinya

Produksi normal protein CFTR (gambar 2)


melibatkan transkripsi gen untuk menghasilkan
messenger RNA (mRNA), translasi menghasilkan
polipeptida, processing dan folding protein dalam Dihadapkan dengan banyaknya jumlah abnormalitas
retikulum endoplasma (ER), maturasi dan transport gen yang menyebabkan CF, pada tahun 1993 Welsh
melalui aparatus golgi, transportasi ke membran dan Smith menggagas klasifikasi mutasi CF
apikal, dan akhirnya, recycling pada vesikula dikategorikan menjadi beberapa kelas (tabel 2).
endocytic. Mutasi telah ditemukan di berbagai bagian Mutasi gen CFTR telah diklasifikasikan ke dalam
proses sintesis protein dan mempengaruhi satu atau lima kelas (gambar 2) yang luas berdasarkan
lebih fungsi biosintesis atau transportasi (MacDonald gangguan dalam produksi dan fungsi protein CFTR
et al, 2007). Lebih dari 1300 mutasi CFTR telah (MacDonald et al, 2007). Secara umum, mutasi kelas
diidentifikasi, tetapi hanya sejumlah kecil yang I adalah tidak adanya mRNA CFTR dan tidak ada
dikenali kepentingan fungsionalnya . Tidak adanya protein CFTR yang terbentuk, mutasi kelas II
fenilalanin pada posisi 508 (Phe508del, juga dikenal merupakan trafficking defect, mutasi kelas III terjadi
sebagai F508del), yang merupakan mutasi kelas II, defek regulasi , mutasi kelas IV terjadi defek kanal
merupakan dua pertiga dari mutasi alel pada populasi sedangkan mutasi kelas V defek pada sintesis
Eropa dan Amerika Utara utara. Meskipun frekuensi (Proesmans et al, 2008). Mutasi kelas I merupakan
mutasi CFTR bervariasi dari populasi penduduk di mutasi yang menyebabkan stop kodon premature dan
seluruh dunia jumlah mutasi tunggal lainnya tidak transkripsi mRNA yang inkomplit berakibat pada
lebih dari sekitar 5% dari mutasi CFTR (O’Sullivan delesi yang luas sehingga hampir semua CFTR
& Freedman, 2008). Mutasi CFTR tersering pada menjadi non fungsional (MacDonald et al, 2007 ;
populasi kaukasian terkait dengan ekspresi Proesman et al, 2008). Mutasi kelas I dapat
fenotipnya dan kelasnya diperlihatkan pada tabel disebabkan oleh mutasi nonsense, frame shift, dan
berikut : splicing yang menyebabkan stop kodon, contohnya
Tabel 1 Mutasi CFTR tersering dan fenotipnya G542X, R553X, dan W1282X yang berakibat pada
(Moskowitz et al, 2008). transkripsi yang tidak stabil dan kegagalan translasi
CFTR. Protein yang dihasilkan akan terdegradasi
secara cepat atau tidak dihasilkan (Becq,2010).

Mutasi kelas II berdampak pada gangguan folding


protein dan chaperoning di endoplasmic reticulum
sehingga CFTR abnormal dikenali oleh fungsi
kontrol kualitas dari sel dan didegradasi (MacDonald
et al, 2007 ; Proesman et al, 2008). Trafficking
protein F508del-CFTR dari ER menuju plasma yang
tidak efektif menyebabkan penurunan jumlahnya
pada membran plasma akibat retrotranslokasi dari
lumen ER ke sitoplasma menyebabkan protein
terdegradasi melalui proteosomal pathway. (Becq,
2010). Oleh karena itu, protein yang fungsional pada

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

membran plasma jumlahnya hanya sedikit bisa berikatan pada NBD terjadi pada mutasi kelas
(MacDonald et al, 2007). Termasuk dalam kelas II III. Hal ini menghasilkan CFTR yang berhasil
ini adalah mutasi CFTR F508del. Trafficking mutan diproduksi dan mengalami maturasi serta berhasil
F508del dari ER menuju apical membrane plasma ditransport ke apical membran mengalami penurunan
sangat tidak efisien. Bagaimanapun perlu dicatat kemampuan dalam menjalankan fungsinya dalam
bahwa apabila ada yang dapat mencapai membrane transport klorida (MacDonald, 2007). Bentuk mutasi
plasma, kanal CFTR F508del ini tetap fungsional dan CFTR kelas III yang paling sering adalah G551D,
diregulasi oleh proses yang cAMP-dependent yang mana terjadi pada 2,2% alel mutant. G551D
meskipun terjadi gating defect ((Becq,2010). terletak pada NBD I dan berhubungan dengan fenotip
CF yang severe (Rubenstein, 2006). Bentuk lainnya
Mutasi kelas III menyebabkan panjang keseluruhan adalah G1349D. Tidak ada atau penurunan fungsi
protein CFTR menempel pada membrane, tapi aktivasi klorida CFTR pada membrane plasma juga
terdapat defek pada regulasinya sehingga CFTR menyebabkan impermeabilitas Cl- epitel dan penyakit
tidak berfungsi (Proesman et al, 2008). Dengan kata yang severe terjadi sebagaimana pada kelas I dan II
lain, protein CFTR mencapai apical membran tapi (Becq,2010). Ketiga kelas ini merupakan penyebab
dengan regulasi yang salah (MacDonald et al, 2007). dari fenotip CF klasik dengan insufisiensi pancreas,
Error yang menyebabkan protein kinase tidak mampu meskipun tingkat keparahan dari penyakit paru
berikatan pada domain regulatory atau ATP tidak sangat bervariatif (Proesman et al, 2008).

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

Gambar 2 Produksi CFTR normal dan efek mutasi terhadap CFTR berdasakan kelasnya (MacDonald et al,
2007). Produksi normal CFTR melibatkan transkripsi gen untuk menghasilkan messenger RNA (mRNA), processing dan
folding protein dalam retikulum endoplasma (ER), maturasi dan transport melalui aparatus golgi, transportasi ke
membran apikal, dan akhirnya, recycling pada vesikula endocytic. Mutasi kelas I menghasilkan transkripsi mRNA yang
inkomplit. Mutasi kelas II gagal dalam folding dan chaperoning di endoplasmic reticulum. Mutasi kelas III mencapai
apical membran tapi dengan regulasi yang salah. Mutasi kelas IV juga mencapai membran tapi dengan perubahan
geometri kanal. Mutasi kelas V mengalami penurunan kompleks CFTR pada membran (MacDonald et al, 2007).

Missense mutation yang menyebabkan gangguan terpengaruh (Becq,2010). Sedangkan mutasi kelas
konduktansi klorida dengan lokalisasi protein yang V melibatkan disregulasi transkripsi akibat splicing
normal dikelompokkan dalam kelas IV dimana error yang menghasilkan jumlah CFTR mengalami
terjadi perubahan geometri kanal (Rubenstein, penurunan (MacDonald et al, 2007 ; Proesman et
2007). Contoh ari mutasi kelas IV adalah R117H, al, 2008). Contoh dari mutasi kelas V adalah
R334W, dan R234P yang menyebabkan A455E dan P574H yang bertanggung jawab
konduktansi kanal menurun meskipun processing terhadap produksi protein yang fungsional dengan
CFTR ke membrane apical dan regulasi cAMP dan aktivitas dan regulasi kanal Cl yang normal, tapi
cAMP-dependent protein kinase (PKA) tidak terjadi penuruan jumlah sintesis. Kelas yang

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

keenam muncul untuk pengklasifikasian penurunan terminal truncation (Becq, 2010). . Ketiga kelas
jumlah ekspresi protein CFTR yang mengalami terakhir ini dihubungkan dengan fenotip yang lebih
mutasi akibat pemindahan yang cepat dari ringan dan sufisiensi pancreas (MacDonald et al,
membrane apical (accelerated turn over) akibat C- 2007 ; Proesman et al, 2008).

Tabel 2 Klasifikasi fungsional mutasi cystic fibrosis transmembrane conductance regulator (CFTR) (Rubenstein, 2006)

Patofisiologi Cystic Fibrosis Hipotesis high salt berpendapat bahwa dalam


keadaan tidak adanya CFTR fungsional, kelebihan
Terdapat beberapa hipotesis tentang bagaimana natrium dan klorida disimpan di liquid permukaan
disfungsi CFTR menyebabkan penyakit yang dikenal saluran napas. Peningkatan konsentrasi klorida pada
fenotipik sebagai cystic fibrosis. Empat hipotesis ini lapisan periciliary mengganggu fungsi penting
memiliki kemungkinan berkontribusi bersama molekul antibiotik bawaan (misalnya, human β
terhadap patogenesis penyakit. Hipotesis low-volume defensin 1), yang memungkinkan bakteri dibersihkan
menyebutkan bahwa hilangnya penghambatan oleh saluran udara normal dari bertahan dalam paru-
saluran sodium epitel, karena disfungsi CFTR, paru (O’Sullivan & Freedman, 2009).
menyebabkan reabsorpsi sodium dan air yang
selanjutnya berakibat pada dehidrasi permukaan Disregulasi dari respon inflamasi host digunakan
jalan napas. Hilangnya efflux klorida menghalangi sebagai dasar defek pada cystic fibrosis. Dukungan
epitel untuk mengoreksi permukaan jalan nafas yang untuk hipotesis ini terletak pada kenyataan bahwa
rendah air. Penurunan volume air periciliary konsentrasi abnormal mediator inflamasi yang tinggi
menyebabkan pengurangan lapisan pelumas antara terlihat dalam kultur sel cystic fibrosis dan sample
epitel dan mucus. Akibat kompresi silia oleh lendir jaringan ex vivo yang tidak terinfeksi. Peningkatan
menyebabkan penghambatan clearance mukus molekul proinflamasi seperti interleukin 8,
menggunakan cilia normal dan batuk. Menurut interleukin 6, tumor nekrosis faktor α, dan metabolit
hipotesis ini, mukus pada epitel membentuk plak asam arakidonat telah ditemukan pada pasien dengan
dengan ceruk hipoksia yang dapat menjadi tempat kista fibrosis. Stimulasi dari jalur nuklear Faktor-kB,
berkembang bakteri, terutama Pseudomonas hiperreaktivitas platelet, dan kelainan pada apoptosis
aeruginosa (O’Sullivan & Freedman, 2009). neutrofil juga telah dilaporkan. Pada saat yang sama,
konsentrasi zat native anti-inflammatory seperti
interleukin 10, lipoxin, dan asam docosahexaenoic

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

berkurang, menyebabkan ketidakseimbangan antara frekuensi rawat inap untuk penyakit paru di masa
mediator pro-inflamasi dan anti-inflamasi yang dewasa awal, serta sinusitis berulang dan bronkitis
berakibat pada berlanjutnya peradangan (O’Sullivan atau infertilitas laki-laki dewasa muda (Moskowitz et
& Freedman, 2009). al, 2008).

Hipotesis lain menunjukkan bahwa kecenderungan Sebagian besar individu dengan CF mengalami
utama infeksi adalah suatu mekanisme yang insufiensi pankreas. Individu dengan CF dan
menyebabkan disfungsi CFTR kistik fibrosis. Pada sufisiensi pankreas (<10%) memiliki gejala klinis
host normal, P aeruginosa terikat pada CFTR yang lebih ringan dengan median kelangsungan
fungsional dan suatu respon imun bawaan dimulai, hidup yang lebih besar yaitu, 56 tahun dibandingkan
yang mana bersifat cepat dan self limiting. Pada dengan insufisiensi pankreas. Kelangsungan hidup
pasien dengan CF, peningkatan asialo-GM1 di rata-rata keseluruhan adalah 36,5 tahun (95% CI,
membran sel apikal memungkinkan peningkatan 33,7-40,0 tahun) (Cystic Fibrosis Foundation, 2006).
pengikatan P aeruginosa dan Staphylococcus aureus Perbedaan gender pada CF menunjukkan rata-rata
untuk epitel saluran napas, tanpa inisiasi dari respons kelangsungan hidup lebih besar pada laki-laki dari
imun yang dimediasi oleh CFTR. Hasilnya adalah pada wanita (Moskowitz et al, 2008).
bahwa pada cystic fibrosis, respon cepat dalam
membatasi diri dari P aeruginosa pada saluran udara Respiratory
hilang bersamaaan dengan terjadi peningkatan
Penyakit paru tetap menjadi penyebab utama
kemampuan bakteri menempel ke permukaan epitel
morbiditas dan kematian pada CF (Cystic Fibrosis
(O’Sullivan & Freedman, 2009).
Foundation, 2006). Individu yang terkena mengalami
Mutasi pada CFTR 90% memunculkan fenotip pada inflamasi dan infeksi saluran napas bagian bawah
pancreas. Penyakit pankreas diperkirakan sebagai endobronchial kronis. Kegagalan pertahanan paru-
dampak dari penurunan volume sekresi pankreas paru menyebabkan infeksi bakteri endobronchitis
akibat rendahnya konsentrasi HCO3- (Ratjen & (paling sering Staphylococcus aureus dan
Doring, 2003). Defisiensi dalam sekresi bikarbonat Pseudomonas aeruginosa), obstruksi jalan napas dan
menyebabkan solubilitas mucin yang rendah dan radang neutrophilic intens. Manifestasi awal adalah
berakibat pada agregasi mucin pada lumen batuk kronis, produksi dahak intermiten, dan dyspnea
(Freedman & O’Sulivan, 2009). Tanpa cukup cairan exertional. Sejalan berkembangnya endobronchitis
dan HCO3-, proenzymes pencernaan disimpan pada kronis, terjadi cedera struktural saluran udara dan
saluran pankreas dan diaktifkan sebelum waktunya, mengakibatkan bronkiektasis. Stadium akhir penyakit
pada akhirnya menyebabkan kerusakan jaringan dan paru-paru ditandai dengan kerusakan yang luas
fibrosis. Malabsorpsi yang dihasilkan memberikan saluran udara (kista / abses) dan fibrosis parenkim
kontribusi kepada kegagalan untuk memenuhi paru yang berdekatan dengan saluran udara
kebutuhan energi yang meningkat bersamaan dengan (Moskowitz et al, 2008).
hypermetabolic terkait infeksi endobronchial (Ratjen
Gastrointestinal
& Doring, 2003).
Ileus Mekonium terjadi pada 15% -20% bayi yang
Manifestasi Klinik
baru lahir dengan diagnosis CF. Insufisiensi eksokrin
CF mempengaruhi epitel pada berbagai organ pankreas terjadi pada sekitar 90% dari pasien dengan
sehingga menghasilkan kompleks penyakit yang CF. Manifestasi klinis berupa steatorrhea dan
multisistem melibatkan pankreas, intestinal, traktus pertumbuhan yang terhambat terkait dengan
respiratorius, traktus genetalia laki-laki, sistem malabsorpsi lemak dan anemia hemolitik, kelainan
hepatobiliar, dan kelenjar eksokrin keringat. Ekspresi koagulasi, atau ruam kulit berhubungan dengan
penyakit bervariasi berdasarkan tingkat keparahan kekurangan vitamin yang larut dalam lemak dan
mutasi, genetic modifier, dan faktor lingkungan. seng. Pankreatitis akut atau kronis berulang dapat
Mulai dari kematian anak usia dini sebagai akibat menjadi manifestasi CF, dan hal ini lebih sering
penyakit paru obstruktif progresif dengan terjadi pada sufiensi pankreas (prevalensi 10%)
bronkiektasis hingga insufisiensi pankreas dengan dibandingkan dengan insufisiensi pankreas
berangsur-angsur muncul penyakit paru obstruktif (prevalensi 0,5%) (Moskowitz et al, 2008).
progresif selama masa remaja dan meningkatnya

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

Diabetes melitus terkait Cystic fibrosis (CFRDM) fenotip umumnya lemah untuk penyakit paru pada
dapat muncul pada masa remaja. Hal ini didiagnosis CF. Penyakit paru antara individu dengan genotip
pada 7% dari usia 11 sampai 17 tahun (Cystic sangat bervariasi, terkait dengan genetic modifier dan
Fibrosis Foundation, 2006). Penyebabnya merupakan faktor lingkungan. Walaupun demikian korelasi
kombinasi dari berkurangnya sekresi insulin genotip-fenotip nampak pada bentuk mutasi pada
,sekunder terhadap fibrosis pankreas dan masing-masing alel terkait dengan bentuk fenotip
berkurangnya jumlah sel islet) serta resistensi insulin klasik atau non klasik. Bentuk klasik merupakan
perifer (Moskowitz et al, 2008). mutasi kelas I-III, sedangkan bentuk non klasik
merupakan mutasi kelas IV-V. Berdasar tabel 3
Penyakit Hepatobiliary, dengan peningkatan dibawah dapat dilihat pola “milder” alel bersifat
konsentrasi enzim hati serum pada anak usia sekolah, dominan dalam kondisi heterozigot dengan “classic”
jarang berkembang menjadi sirosis bilier pada remaja alel (Moskowitz et al, 2008).
dan orang dewasa. Seiring berkembangnya penyakit
hati, hipertensi portal dan varices ikut terjadi Insufisiensi pankreas sangat erat kaitannya dengan
(Moskowitz et al, 2008). mutasi kelas I-III, namun, variabilitas latar belakang
genetik (yaitu, semua gen lain dalam genom) dan
Fertilitas lingkungan membuat asosiasi genotip-fenotip
menjadi lemah, khususnya yang berkaitan dengan
Lebih dari 95% laki-laki dengan CF tidak subur
penyakit paru-paru. Manifestasi cystic fibrosis bisa
sebagai akibat dari azoospermia disebabkan oleh
sangat berbeda antara pasien, bahkan saudara
perubahan vas deferens berupa tidak ada, atrofi, atau
kandung, dengan genotip CFTR yang sama
fibrosis. Tubuh dan ekor epididimis dan vesikula
(O’Sullivan & Freedman, 2009). Tidak hanya CFTR
seminalis dapat melebar atau tidak ada. Wanita
itu sendiri yang mempengaruhi fenotip tetapi faktor
dengan CF tetap fertil, meskipun beberapa
lingkungan juga berperan. Hal ini mencakup
perempuan memiliki lendir serviks yang abnormal,
keterlambatan dalam diagnosis, ketersediaan dan
yang dapat mengakibatkan infertilitas. Tingkat
kepatuhan terhadap pengobatan, serta faktor
kelahiran hidup pada wanita dengan usia 13-45 tahun
'lingkungan' yang lebih konvensional, seperti paparan
CF adalah 1,9 per 100 (Moskowitz et al, 2008).
tembakau (dalam rahim dan merokok aktif atau pasif)
Kehamilan dan polusi udara. Faktor Stochastic (yang terjadi
secara acak), seperti waktu akuisisi infeksi, memberi
Laporan awal terkait kehamilan cukup efek yang tidak diketahui, tapi mungkin signifikan.
mengecewakan. FVC (Forced Vital Capacity), yang Contohnya adalah (Moskowitz et al, 2008):
merupakan prediktor outcome kehamilan bagi ibu - Senyawa heterozigot dengan mutasi
dan/atau fetus menunjukan kurang dari 50% dari nilai ΔF508/A455E mempunyai fungsi paru yang
prediksi dan status gizi buruk. FVC kurang dari 50% lebih baik daripada individu yang homozigot
dari nilai prediksi adalah kontraindikasi mutlak untuk untuk ΔF508.
kehamilan. Namun, dengan semakin membaik - Tingkat keparahan penyakit paru-paru pada
pengobatan paru, manajemen agresif infeksi dengan individu dengan mutasi satu atau dua R117H
berbagai antibiotik yang lebih besar, dan peningkatan tergantung pada adanya variasi dalam poli T
gizi, kehamilan saat ini ditoleransi dengan baik, tract intron 8. Individu dengan mutasi CFTR plus
terutama pada wanita dengan CF ringan sampai varian 5T dalam konfigurasi cis dengan mutasi
moderat. Kepentingan prediktor outcome kehamilan R117H biasanya menyebabkan perkembangan
untuk janin terkait dengan keparahan defek paru ibu penyakit paru-paru CF, tetapi orang-orang
dan status gizi, dimana selama kehamilan dapat dengan R117H dengan varian 7T atau varian 9T
menimbulkan kelahiran prematur (Moskowitz et al, memiliki fenotip yang dapat berkisar dari tidak
2008). ada gejala hingga penyakit paru-paru ringan.
- Karena A455E dan R117H mutasi dikaitkan
Korelasi Genotip - Fenotip dengan sufisiensi pankreas, penyakit paru-paru
kurang parah bisa menjadi konsekuensi dari
Hubungan terbaik antara genotip dan fenotip dilihat
status gizi yang lebih baik (Moskowitz et al,
dalam konteks fungsi pankreas. Mutasi paling umum
2008).
telah diklasifikasikan sebagai sufisiensi atau
insufisiensi pankreas. Sebaliknya, korelasi genotip-

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

Tabel 3 Korelasi Genotip-Fenotip (Moskowitz et al, 2008).

Fakta bahwa fenotip lebih mirip pada anak kembar batas ekson intron, yang dapat mempengaruhi
monozigot dibandingkan kembar dizigotik atau splicing; (d) conserve region, karena hal ini biasanya
saudara kandung memunculkan pendapat adanya mempunyai fungsi signifikan(Davies et al, 2005).
pengaruh faktor genetik tambahan non-CFTR,
disebut ' modifier genes ' (Davies et al, 2005). Selain gen modifier non-CFTR, lebih dari 200
Polimorfisme dalam gen non-CFTR mungkin polimorfisme telah diidentifikasi dalam CFTR. Hal
menjelaskan perbedaan ini. Beberapa studi telah ini tidak menyebabkan CF, tapi dapat mengubah
menunjukkan bahwa polimorfisme dalam gen TGF produksi protein CFTR dan / atau fungsinya.
β1 dan mannose-binding- lektin 2 mengubah Perubahan tersebut dapat secara klinis signifikan
manifestasi pada paru-paru menjadi lebih parah berpengaruh pada fenotip penyakit pada pasien.
(O’Sullivan & Freedman, 2009). Urutan DNA dari Sebagai contoh adalah polimorfisme intron 8 dalam
dua individu yang tidak berhubungan adalah sekitar gen CFTR. Jumlah residu timidin (T) pada lokus ini
99,9% identik. 0,1% sisanya berisi variasi adalah 5, 7 atau 9. Pada individu dengan
(polimorfisme), yang dapat mempengaruhi polimorfisme 5T, sekitar 10% dari populasi umum,
kemungkinan atau keparahan penyakit dan dapat mengurangi jumlah CFTR fungsional karena
mempengaruhi respon terhadap obat. Polimorfisme penyambungan yang tidak efisien dari ekson .
mencakup substitusi nukleotida single-basa (juga Menariknya, panjang pengulangan timidin / guanin
dikenal sebagai polimorfisme nukleotida tunggal atau (TG) yang berdekatan dengan 5T juga mempengaruhi
SNP), delesi atau insersi multi-base (juga disebut splicing CFTR. Gen CFTR yang membawa dua
deletion insertion polimorfisme), dan repeat variation mutasi pada kromosom yang sama , juga dapat
(juga disebut short tandem repeat) (Davies et al, mempengaruhi fenotipe. Walaupun jarang, ada
2005). contoh pasien dengan alel yang kompleks di mana
mutasi kedua memodulasi pengaruh mutasi pertama
Berbeda dengan mutasi, yang terjadi pada frekuensi dan dapat mengubah fenotipnya (Davies et al, 2005).
rendah (kurang dari 1%) pada populasi umum,
polimorfisme adalah varian genetik umum yang Terapi terhadap Basic Defect
terjadi lebih sering. Diperkirakan bahwa hingga 10
Penelitian untuk menemukan modulator CFTR yang
juta SNP yang ada dalam genom manusia. Dalam
poten dimulai segera setelah kloning gen CFTR
gen, jumlah SNP sangat bervariasi, dari satu atau dua
dilakukan. CFTR sendiri bukan merupakan satu-
sampai beberapa ratus. Kemungkinan bahwa semua
satunya target melainkan berbagai agen
SNP tidak sama penting sehingga analisis sering
dikembangkan dengan sasaran terapi meliputi
dibatasi pada: (a) ekson (daerah pengkode gen),
membran reseptor, protein fosfatase, kinase dan
khususnya jika mengarah ke sebuah substitusi asam
fosfodiesterase (PDEs) dan berbagai target yang
amino, (b) peraturan daerah , yang dapat
terlibat dalam signaling sel terkait transport ion
mempengaruhi pengikatan faktor transkripsi, (c)

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

transepitelial. Contohnya adalah PDE inhibitor Promoting read melalui mutasi nonsense pada
xanthine derivative isobutyl methylxanthine (IBMX) messenger RNA yang mengalami mutasi merupakan
yang mampu menstimulasi aktivitas kanal Cl- baik pendekatan terapi untuk pasien dengan mutasi CFTR
pada CFTR normal maupun mutan (termasuk F508) kelas I (gambar 3). Prinsipnya adalah menemukan
pada berbagai model sel in vitro namun tidak pernah obat yang dapat mensupresi kodon terminasi
mencapai tahap pengembangan klinis (Becq, 2006). prematur dengan cara membiarkan asam amino tetap
Selanjutnya pendekatan terapi melalui jalur cAMP terbentuk pada stop kodon, sehingga translasi tetap
yang berpotensi menstimulasi sekresi cairan berlangsung hingga akhir transkrip yang normal
dilakukan dengan transepithelial electric nasal (Becq, 2010). Antibiotik aminoglikosida tertentu,
potential difference (NDP), menggunakan agonist contohnya gentamicin, diketahui dapat berperan
isoproterenol untk menstimulasi sekresi Cl -. dalam proses ini dengan melakukan blocking proses
Meskipun demikian isoproterenol menstimulasi ’proofreading’ dari tRNA pada ribosom.dengan cara
sekresei Cl- pada epitel nasal subyek yang sehat tetapi melekat pada ribosomal RNA dan mengganggu
tidak memberi efek yang signifikan terhadap matching kodon-antikodon menyebabkan misreading
penderita CF dengan mutasi F508del homozigot. kode RNA dan insersi asam amino random pada
Bermula dari agen-agen farmakologi yang tidak daerah kodon yang mengalami mutasi sehingga
spesifik ini, berkembang perspektif terapi dengan translasi tetap berlangsung (MacDonald et al, 2007).
tujuan mengidentifikasi agen terapi yang selektif dan Menariknya tobramycin dan aminoglycoside lainya
poten (Becq, 2010). yang telah digunakan secara luas kurang efektif jika
dibandingkan dengan gentamicin (Rubenstein, 2006).
Dihadapkan dengan banyaknya jumlah abnormalitas
gen yang menyebabkan CF, pada tahun 1993 Welsh Pemaparan gentamisin jangka pendek pada epitel
dan Smith menggagas klasifikasi mutasi CF nasal pasien dengan stop mutation CFTR (homozigot
dikategorikan menjadi beberapa kelas. Keuntungan dan heterozigot) dibandingkan dengan pasien
dari klasifikasi ini selain untuk memprediksi fenotip, homozigot F508del menunjukkan abnormalitas
walaupun masih cukup sulit karena manifestasi klinis elektrofisiologi (transephitelial NPD) hanya pada
yang sangat bervariasi, juga untuk tujuan medikasi pasien dengan stop mutation. Gangguan transport ion
berdasarkan mutasi yang teridentifikasi. Lebih melalui epitel respirasi dapat diukur pada nasal
memungkinkan secara klinis untuk memberikan epithelia berupa nasal potential difference, dimana
terapi berdasarkan kelas mutasinya (gambar 3) sekresi atau absorbsi aktif ion seperti Cl -
daripada mutasi individu. Sebagai contoh adalah menyebabkan perubahan voltase NPD. Pada
berupa pengembangan agen farmakologi yang hanya penelitian ini, subyek yang digunakan adalah pasien
sesuai dengan mutasi CFTR kelas II seperti F508del CF dengan stop mutation homozigot W1282X dan
(homozygous atau heterozygous) namun tidak sesuai heterozigot W1282X/F508del serta pasien homozigot
untuk mutasi CFTR kelas lainnya. Contoh lainnya, F508del. Secara doble-blind pasien mendapatkan
agen yang menstimlasi aktivitas kanal ion pada nasal drop yang berisi gentamicin atau placebo. NPD
mutasi CFTR lebih sesuai untuk mutasi kelas II dan diukur sebelum dan setelah terapi. Hasilnya
III, atau alternative untuk mutasi kelas II dengan menunjukkan bahwa gentamicin menyebabkan
kombinasi korektor trafficking yang abnormal (Becq, penurunan yang signifikan NPD pada 19 pasien yang
2010). mengalami stop mutation. Selain itu, ditemukan
terjadinya peningkatan yang signifikan pada
Terapi Mutasi CFTR Kelas I (Amioglicoside dan pengecatan perifer dan surface untuk CFTR pada sel
Ataluren) epitel nasal yang diambil dari pasien dengan stop
mutation. (Wilchanski et al, 2003).

Agen non-antibiotik terkait dengan terapi pada nampak sebagaimana fungsi aminoglikosida
mutasi CFTR kelas I adalah small molecule gentamicin tanpa sifat toksisitasnya. Selain itu, agen
(<500Da), PTC124 (3-[5-(2-fluorophenyl)-1,2,4- ini memiliki bioavailabilitas yang baik secara peroral
oxadiazol-3-yl]benzoic acid) yang telah diidentifikasi (MacDonald et al, 2007). PTC-124, yang memiliki
dapat membiarkan ribosom terus membaca nama lain ataluren, telah diuji klinis pada fase II
premature stop codon pada mRNA CFTR. Hal ini dengan subyek penelitian pasien CF dengan mutasi

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

CFTR kelas I (G542X, W1282X) melalui pemberian (WG542X, W1282X, R1162X). Ataluren ditoleransi
per oral dapat menurunkan elektrofisiologis epitel dengan baik oleh 21 anak dengan hasil yang
abnormal yang disebabkan oleh disfungsi kanal mengindikasikan keberhasilan dalam menginduksi
(Kluren dierem et al, 2008). Penelitian fase IIA fungsi protein CFTR yang berada di apical dengan
dengan ataluren di perancis telah sampai pada perbaikan NPD dan immunofuorescence (Sermet-
mengevaluasi activity, safety, dan pharmacokinetic Gaudelus, 2008).
pada anak-anak dengan nonsense mutation

Gambar 3 Gambaran skematik jalur biosintesis produksi cystic fibrosis (CF) transmenbrane conductance regulator
(CFTR) yang mengindikasikan kelas mutasi dan potensi target intervensi farmakologi (Becq, 2010). Secara detail akan
dibahas pada makalah. Kelas mutasi CF ditunjukkan dengan lingkaran biru dengan nomer I sampai IV. Obat dituliskan
berdasarkan target pada jalur biosintesis CFTR. ClCa = cansenselcium-dependent chloride channel; CNX=calnexin; ENaC =
epithelial sodium channel; ER=endoplasmic reticulum; GI dan GII=glucosidases I and II ER; HSP=heat shock protein;
IBMX=isobutyl methylxanthine; MPB= benzoquinolizinium; PDE=phosphodiesterase; PM=plasma membrane; SERCA=
sarcoplasmic calcium adenosine triphospatase; Ub = ubiquitin (Becq, 2010).

Terapi Mutasi CFTR Kelas II tidak efektif menyebabkan penurunan jumlahnya


pada membran plasma (Becq, 2010). Hal ini karena
Mutasi CFTR F508del homozigot merupakan 70% terjadinya misfolded atau incompletely folded pada
penyebab defek kanal CFTR, dan setidaknya 90% protein tersebut, sehingga retrotranslokasi dari lumen
pasien memiliki 1 alel F508del-CFTR. Trafficking ER ke sitoplasma menyebabkan protein terdegradasi
protein F508del-CFTR dari ER menuju plasma yang melalui proteosomal pathway. Oleh karena itu,
protein yang fungsional pada membran plasma
jumlahnya hanya sedikit (MacDonald et al, 2007).
Karena F508del-CFTR masih bisa berfungsi sebagai
kanal Cl-, penelitian yang berkembang mengusahakan

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

untuk memperbaiki kegagalan trafficking (gambar 2) nafas manusia, dan pada tikus. Pada study preklinik,
sehingga dapat meningkatkan jumlah F508del-CFTR sildenafil dan vardenavil terbukti mampu
yang berada di membran sel (Becq, 2010). memperbaiki transport Cl- in vivo pada epitel jalan
nafas tikus CFTR F508del/F508del. Inhibitor PDE-5
Percobaan in vitro menunjukkan bahwa sangat diinjeksikan intraperitoneal kemudian NPD 1-24 jam
mudah untuk memperbaiki masalah intracellular diukur setelah pemberian sildenafil dan vardenafil.
trafficking pada CFTR F508del dengan cara Namun tidak ditemukan efek terhadap konduktansi
menurunkan suhu kultur sel epitel CF menjadi 27 oC sodium. Selain itu inhibitor PDE-5 dilaporkan dapat
(Rubenstein, 2006). Pada penelitian, intracellular memperbaiki kelainan glikosilasi protein, perlekatan
trafficking dari F508del-CFTR dapat diperbaiki bakteri dan respon inflamasi (Poschet et al, 2007).
dengan sejumlah agen farmakologi yang disebut
dengan corrector (Becq, 2010). Corrector merupakan Kandidat potensial yang sedang dalam tahap uji coba
istilah untuk agen yang dapat mengkoreksi protein salah satunya adalah HTS yang menunjukkan
processing dan ekspresinya. Sedangkan agen yang kemampuan memperbaiki fungsi F508del-CFTR in
dapat memberi pengaruh positif terhadap CFTR vivo. Selain itu corrector VX-809 yang
channel gating sering disebut dengan potentiator diformulasikan dalam bentuk per oral telah sampai
(MacDonald et al, 2007). pada clinical trial fase II degan 90 pasien F508del-
CF. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untk
Corrector mengetahui safety dan tolerability dosis multipel.
Selain itu, uji coba ini akan mengevaluasi efek
Agen 4-phenylbutyrate merupakan contoh corrector
potensial dari VX-809 dalam memperbaiki fungsi
yang mana dalam konsentrasi tinggi terbukti mampu
CFTR. Corrector F508del lainnya adalah biamino-
memperbaiki intracellular trafficking pada sel epitel
methylbithiazole derivative, yang merupakan
CF. Hal ini dapat terjadi melalui regulasi ekspresi
komposisi heterocycle dari 2 molekul
molekull Chaperon seperti heat shock protein Hsc70
aminomethylthiazole dan berbagai modifikasi kimia
dan Hsp70 sehingga terjadi perbaikan transport
yang memunculkan beberapa derivat, diantaranya
klorida yang dimediasi cAMP pada permukaan sel.
adalah corr4a. Corr4a terbukti mampu mengkoreksi
Penelitian lain menyebutkan bahwa pemberian
dengan potensi micromolar pada studi in vitro,
thapsigargin dan curcumin (gambar 3) ke mencit
meskipun kemampuan koreksi terhadap sekresi Cl-
F508del-CFTR dapat menormalkan transport Na + dan
pada sel epitel jalan nafas manusia CF kecil (sekitar
Cl- setelah terjadinya perbaikan trafficking F508del-
8%) jika dibandingkan dengan epitel non-CF (Becq,
CFTR. Hal initerjadi melalui mekanisme inhibisi
2010).
sarcoplasmic reticulum Ca2+-ATPase pupm
(SERCA). Namun fase I clinical trial dari curcumin Miglustat
ini menunjukkan hasil yang mengecawakan karena
tidak menampakkan adanya perbaikan pada fungsi Agen terapi terhadap mutasi CFTR kelas II yang
CFTR. Konsentrasi yang tinggi dari PBA dan telah diujicobakan hingga fase II lainnya adalah
curcumin dibutuhkan untuk dapat memperbaiki miglustat (N-butyldeoxynojirimycin) yang
trafficking F508del, sehingga pada kondidi in vivo merupakan inhibitor glucosylceramide synthase dan
dibutuhkan konsumsi dalam jumlah yang besar. α-1,2 glucosidas. Miglustat telah diindikasikan untuk
Padahal 4PBA dalam jumlah yang besar dapat terapi per oral pada pasien dewasa dengan penyakit
menimbulkan efek samping yang tidak Gaucher tipe 1 mild hingga moderate. Miglustat
diinginkan(Becq, 2010 ; MacDonald et al, 2007; diidentifikasi bekerja dengan target terapi enzim dan
Rubenstein, 2006). molekul chaperone sehingga dapat memodulasi
biogenesis intraseluler F508del-CFTR. Pemaparan
Dulu, inhibitor enzim PDE merupakan sumber miglustat konsentrasi rendah pada sel epitel nasal CF
penting sebagai modulator CFTR. Saat ini, corrector manusia setiap hari selama 2 bulan menghaslkan
diidentifikasi dari cyclic guanosine monophosphate- koreksi trafficking F508del-CFTR yang progresif,
dependent PDE-5 ihibitor seperti sildenafil (termasuk stabil, reversibel dan dapat dipertahankan.
derivatnya), vardenafil, dan zaprinast serta KM11060 Mekanismenya melalui down-regulasi dari
(pada konsentrasi rendah). KM11060 memiliki hyperabsorbsi Na+ dan regulasi homeostasis dari
efficacy nanomolar dalam mengembalikan fungsi kalsium. Hal ini menjadi bukti awal bahwa sel
trafficking pada sistem ekspresi, kultur epitel saluran respiratory CF dapat memiliki fenotif seperti non CF

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

ketika dipapar oleh terapi farmakologi secara kronis melalui perbaikan folding protein pada ER dan
(Norez, 2009). stailitas protein pada permuakaan sel. Fraksi
F508del-CFTR pada permukaan sel secara signifikan
Percobaan secara in vitro sebelumanya dikonfirmasi meningkat dengan pemberian corrector 2a, 3a, 4a,
dengan uji coba secara in vivo pada mencit yang dan 4b. Komponen corr2a merupakan stabilizer yang
menunjukkan hasil bahwa pemberian dosis rendah paling poten namun tidak mampu memperbaiki
intranasal dapat menormalkan konduktansi Na + dan folding F508del-CFTR di ER. Disimpulkan bahwa
Cl-. Salain itu, efek inhibisi epithelial Na+ channel peningkatan residence time F508del-CFTR yang
(EnaC) pada mencit CFTRF508del/F508del yang mendapat berhasil diselamatkan dapat memberi kontribusi
miglustat per oral selama 6 hari, tidak didapatkan dalam memperbaiki permeabilitas Cl- pada epitel CF
efek yang serupa pada mencit CFTR normal. hal yang mengalami mutasi CFTR kelas II dan VI
pentig lainnya adalah miglustat secara signifikan (gambar 3) (Pedemonte et al, 2005).
dapat menurunkan ekspresi IL-8 dan intercellular
adhesion molecule (ICAM)-1 pada sel bronchial CF Kedua, penelitian yang berkembang juga
selam terjadinya infeksi Pseudomonas aeruginosa memfokuskan pada inhibisi endocytosis. Sebuah
(Norez, 2009). penelitian mencari tahu tenteng kontribusi dynamin,
sebuah GTPase yang berhubungan dangan
Dual-Activity Agent pembentukan clanthrin-coated vesicle,dalam
endositosis CFTR. Dynasore yang merupakan small
Agen farmakologi small molecule yang memiliki dua
molecule inhibitor dynamin menunjukkan
aktivitas, yaitu corrector dan juga potentiator
kemampuan dalam menginhibisi proses internalisasi
memiliki kemampuan memperbaiki trafficking yang
CFTR wild type maupun mutan secara reversible
abnormal dari F508del-CFTR sekaligus menstimulasi
(gambar 3). F508del-CFTR-expressing cell yang
aktivitas kanal. Beberapa agen yang memiliki
diinkubasi dengan corr4a dan dynasore menghasilkan
kemampuan ini contohnya aminoarylthiazole dan
jumlah CFTR yang berada di permukaan sel secara
beberapa bahan kimia heterocycle dari famili
signifikan lebih banyak jika dibandingkan pemberian
benzoquinolizinium (MPB). Kanal F508del dengan
corr4 saja (Young et al, 2009). Dari penelitian ini
respon yang dependen terhadap forskolin setelah
dapat diketahui bahwa melalui inhibisi endocytic
diinkubasi lama dengan aminoarylthiazole
internalization CFTR mutan dapat meningkatkan
menunjukkan adanya perbaikan. Efek yang serupa
residence time CFTR mutan, sinergi dengan
ditunjukkan oleh mutan G551D, G1349D, dan
corrector biosynthesis CFTR.
D1152H. Agen MPB merupakan aktivator wt-CFTR,
mutan kelas II (F508del) dan kelas III (G551D). Selain melalui stabilisasi maturasi dan inhibisi
Inhibisi terhadap degradasi F508del-CFTR oleh fagositosis, cara yang ketiga untuk meningkatkan
derivat MPB memungkinkan terjadinya relokasi ke residence time F508del-CFTR pada membrane
daerah apikal dari sel CF. Telah diketahui bahwa plasma adalah dengan menurunkan jumlah
derivat MPB berinteraksi dengan F508del-CFTR degradasiprotein F508del-CFTR melalui modifikasi
melalui struktur yang spesifik untuk aktivasi kanal ubiquitin-proteosome pathway. Inhibitor proteosom
dan efek perbaikan trafficking (Mariving-maunir et yang pertama kali dievaluasi adalah lactacystin dan
al, 2004). MG132 yang merupakan inhibitor proteosom klasik,
namun tidak berrhasil karena keduanya tidak bisa
Maturation Stabilizer, Inhibitor Maturasi dan
mempromosikan F508del-CFTR ke permukaan sel
Inhibitor Proteosom
(Heda et al, 2001). Dual-activity dari derivate MPB
Pada sel epitel CF, half life dari F508-del-CFTR menginhibisi aktivitas proteosom sel hanya pada
membran plasma mengalami perubahan. Hal ini CFTR-expressig cell tapi tidak berpengaruh terhadap
menjadi salah satu sasaran terapi F598del-CFTR aktivitas purified 20S-proteosome, hal ini
yaitu dengan cara meningkatkan residence time mengindikasikan bahwa agen ini tidak dapat
F508del-CFTR pada membrane plasma (setelah aksi dijadikan inhibitor proteosom. Menariknya, inhibisi
dari corrector). Pertama, protein yang mengalami proteosom menggunakan bortezomid (gambar 3)
mutasi dapat distabilisasi pada membrane plasma dapat menginduksi Hsp70 dan berakibat pada
dalam keadaan matur dan bentuknya yang fungsional. penyelamatan F508del-CFTR matur. Bortezomid
Contohnya, mekanisme potensial dari aksi corrector telah diresepkan untuk meloma dan limfoma terkait
corr4a dalam memperbaiki trafficking yang abnormal dengan efek inhibitornya yang selektif terhadap

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

proteosom 26S. Masih dibutuhkan uji klinis lebih Pada kondisi ini, potentiator dibutuhkan untuk
lanjut pemakaian Bortezomid terhadap pasien CF memperbaiki fungsi dari CFTR yang mengalami
(Vij et al, 2006). mutasi kelas III. Contohnya adalah 3-(2-
benzyloxyphenyl)isoxazoles dan 3-(2-
Agen lainnya seperti deoxyspergualin (gambar 3), benzyloxyphenyl)isoxazolines yang merupakan
sebuah inhibitor peptide binding ke Hsp70 dan activator kanal CFTR. Selain itu benzoquinolizinium
Hsp90, menimbulkan perbaikan parsial fungsi CFTR juga diketahui dapat menjadi terapi yang potensial
pada sel yang mengekspresikan F508del-CFTR untuk mutasi CFTR kelas II (F508del) dan kelas III
heterolog. Obat-obatan seperti geldanamycin dan (G551D). Hal yang serupa juga ditunjukkan oleh
herbimycin A menginhibisi penyusunan molekul trifluoromethylphenylbenzamine, yang terbukti
dengan cara melakukan binding pada specific site di mampu mengaktivasi mutan G551D dengan afinitas
sitosol Hsp90 atau lumen ER Grp94. Hal ini telah yang baik (Becq, 2010).
terbuki pada penggunaan geldanamycin bersamaan
degan corrector MPB dan miglustat mampu Potentiator CFTR pertama untuk pasien CF kelas III
meningkatkan F508del-CFTR abnormal yang dapat pada percobaan klinis adalah VX770. Agen ini
dipertahankan pada sel CF epitel saluran pernafasan. mampu meningkatkan konduktansi Cl- dan
Walaupun geldanamycin saja tidak dapat memberi probabilitas pembukaan kanal G551D-CFTR in vitro.
perbaikan pada F508del. Beberapa penelitian ini Penelitian VX770 fase IIA pada pasien G551D yang
menunjuakkan bahwa agen yang dapat mencegah sedang berlangsung dilakukan untuk mengevaluasi
interaksi antara Hsp90 dengan CFTR mempunyai safety, pharmacokinetic dan biomarker dari aktivitas
kemungkinan memberikan perbaikan terhadapmutasi CFTR. Sejauh ini menunjukkan hasil yang positif,
CFTR, walaupun Hsp90 normalnya juga dimana obat ini ditoleransi dengan baik pada 20
berkontribusi pada CFTR folding (Norez et al, 2008). pasien dan respon yang signifikan dibandingkan
dengan placebo yang ditunjukkan melalui NPD,
Terapi Mutasi CFTR Kelas III penurunan klorida keringat, dan forced expiratory
volume in 1 second (FEV1) melalui design penelitian
Kanal CFTR tergantung pada proses fosforilasi oleh
doubleblind, randomized, two 14-day-period
protein kinase maupun defosforilasi oleh protein
crossover study. Selain itu tidak ada laporan tentang
fosfatase untuk meregulasi aktivitas kanal. Eror yang
efek samping yang spesifik (Accurso, 2008).
menyebabkan protein kinase tidak mampu berikatan
pada domain regulatory atau ATP tidak bisa Flavonoid genistein merupakan salah satu bentuk
berikatan pada NBD terjadi pada mutasi kelas III. Hal activator yang poten, walaupun efeknya terhadap
ini menghasilkan CFTR yang berhasil diproduksi dan gating CFTR belum sepenuhnya dipahami. Telah
mengalami maturasi serta berhasil ditransport ke diketahui bahwa hidrolisis ATP pada NBD1
apical membran mengalami penurunan kemampuan diperlukan untuk membuka kanal CFTR sedangkan
dalam menjalankan fungsinya dalam transport klorida hidrolisis ATP pada NDB2 menyebabkan
(MacDonald, 2007). Bentuk mutasi CFTR kelas III penutupannya. Genistein bekerja dengan cara
yang paling sering adalah G551D, yang mana terjadi berikatan pada NDB2, kemungkinan melalui proses
pada 2,2% alel mutant. G551D terletak pada NBD I bloking terhadap hidrolisis ATP pada NDB2
dan berhubungan dengan fenotif CF yang severe menyebabkan pembukaan kanal berlangsung lebih
(Rubenstein, 2006). lama (Randak et al, 1999). Penelitian Illek et al
dengan melakukan pengukuran NPD pada pasien CF
dengan mutasi G551D setidaknya pada 1 alel yang
distimulasi dengan genistein menunjukkan
hiperpolarisasi sebagaimana pada individu sehat. Hal
ini berarti bahwa genistein menginduksi konduktansi
Cl- pada kedua kelompok (MacDonald, 2006).

Komponen lainnya untuk mutasi CFTR kelas III yang


berada pada tahap preklinik contohnya adalah 6-
phenylpyrrolo[2,3-b]pyrazines (aloisin) yang
mengaktivasi kanal Cl- CFTR melalui cAMP-
independent. Berbagai derivatnya mengaktivasi

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

sekresi Cl_ yang dependent CFTR dengan afinitas mRNA dan juga peningkatan removal CFTR dari
molar yang rendah pada berbagai tipe sel epitel. plasma membrane yang kadang diklasifikasikan
Potensi dari agen ini kemungkinan dapat member tersendiri dalam mutasi kelas VI. Sehingga tujuan
keuntungan berupa efek terapi pada pasien CF dari terapi pada kelas V secara umum adalah
maupun peyakit terkait CFTR lainnya (Noel et al, meningkatkan ekspresi fungsional dari protein mutan
2006). menggunakan potentiator (Rubenstein, 2006).

Terapi Mutasi CFTR Kelas IV Agen dengan target terapi protein non-CFTR

Missense mutation dari CFTR yang menghasilkan Pendekatan lainnya dalam memperbaiki basic defect
lokalisasi protein yang normal dan penurunan fungsi pada CF adalah melalui perbaikan transport ion,
transport klorida dimasukkan dalam mutasi kelas IV. rehidrasi mukosa permukaan saluran pernafasan, dan
Mutasi kelas IV, seperti R117H, mempengaruhi pori fluiditas sekresi digestif serta pH yang optimal untuk
kanal CFTR dan kemampuan konduktansi kanal aktivitasenzim digestif. Oleh karena itu, berbagai
klorida (Rubenstein, 2007). Tidak seperti kelas I, II, reseptor dan kanal ion membran menjadi target
dan III , mutasi kelas IV menghasilkan fenotip yang farmakoterapi CF. Diantaranya yang menjadi target
ringan, dimana apabila mutasi kelas IV terjadi pada 1 paling penting adalah kanal Na+ dan Ca+-dependent
alel dapat memproteksi pasien dari diabetes mellitus, Cl- transporter (Becq, 2010).
penyakit liver, dan onset infeksi P.aeruginosa yang
lambat. Tercatat bahwa pasien dengan mutasi kelas Salah satu karakteristik dari jaringan CF adalah
IV dan V lebih jarang mendatangi pusat pelayanan peningkatan absorbsi Na+ yang dimediasi olah EnaC.
kesehatan. Beberapa mutasi kelas IV seperti R117H, Meskipun hal ini belum terlalu jelas, EnaC menjadi
G341E, R334W dan R347P berhubungan dengan salah satu target molekul yang dicari inhibitornya
fosforilasi dan ATP-binding yang normal, dimana untuk aktivitas kanal ini. Inhibitor EnaC yang dapat
R347P mempengaruhi rata-rata aliran klorida, memblok absorbsi cairan diprediksi dapat
sedangkan R117H dan P574H menurunkan waktu berkontribusi dalam hidarasi dari sekresi mukus jalan
pembukaan kanal (MacDonald, 2006). Dalam hal ini, nafas (Boucher, 2007). Pemberian aerosol amiloride
potentiator, seperti genistein, merupakan agen yang untuk pasien CF terbukti mampu memperbaiki
mungkin dapat memperbaiki fungsi kanal kualitas dari sekresi jalan nafas dan memfasilitasi
(Rubenstein, 2007). aliran udara. Namun pada penelitian serupa di UK
dan Perancis menunjukkan hasil yang sebaliknya,
Terapi Mutasi CFTR Kelas V dimana amiloride inhalasi tidak menunjukkan efek
yang menguntungkan. Selain amiloride, benzamil
Mutasi pada kelas ini biasanya, walaupun tidak terbukti memiliki efek maksimal yang sama dengan
selalu, menghasilkan fenotip yang ringan. Mutasi ini durasi yang lebih panjang terkait dengan NPD pasien
dikarenakan splicing error yang menghasilkan CF. sejauh ini struktur pyrazinoylguanilidine pada
transkrip yang normal maupun abnormal yang amiloride masih dievaluasi lebih lanjut terkait dengan
selanjutnya mengekspresikan CFTR. Tipe ini efeknya pada mucociliary clearence, liquid
biasanya terjadi pada pasien dengan penyakit paru permukaaan saluran nafas dan aktivitasnya terhadap
seperti CF tapi memiliki kadar klorida keringat yang EnaC (Hirsh et al, 2008)
normal. Contoh mutasi kelas V adalah 3849+10kb
CT dan 1811+1.2kb AG. Epithelial cell line Inhibitor absorbsi Na+ lainnya adalah serine protease
dari polyp nasal paien CF dengan splicing mutation inhibitor karena transport Na+ pada sel epitel bronkus
3849+10kb CT dapat diobati dengan sodium manusia diaktivasi oleh endogenous serine protease.
butyrate, yang mana terjadi peningkatan kadar Efek serine protease inhibitor BAY399437 telah
transkrip CFTR yang normal secara signifikan. dicobakan pada aktivasi EnaC pada sel epitel
Sebelumnya sodium butyrate telah diketahui mampu bronchial manusia (Becq, 2010). Selain serine
meyebabkan upregulasi ekspresi faktor splicing pada protease inhibitor BAY399437, juga telah diteliti
muscular atrophy (Nissim-Rafinia, 2004). QUA145 (camosat mesylate, gambar 3.1) yang
merupakan inhibitor prostasin, trypsine like serine
Selain karena penurunan effisiensi dari splicing protease yang banyak terdapat pada epitel saluran
mRNA CFTR, penurunan ekspresi fungsional CFTR nafas manusia. Agen ini ditoleransi dengan baik pada
juga dapat disebabkan oleh mutasi pada promoter studi preklinik ke orang sehat. Pada 6 pasien CF
CFTR yang menyebabkan penurunan ekspresi

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

mengindikasikan bahwa tidak ditemukan efek Sejak ditemukannya gen CFTR tahun 1989, CF
samping dan terjadi penurunan yang positif dari merupakan kandidat untuk dilakukan pengembangan
transport Na+ yang dievaluasi dari NPD diikuti terapi gen karena : (1) merupakan penyakit autosom
dengan perfusi amiloride (Rowe et al, 2008). resesif yang monogenik, (2) sejumlah kecil protein
CFTR yang fungsional sudah dapat memperbaiki
Alternatif kanal Cl- kemungkinan dapat transport klorida; (3) paru, organ utama yang
mengkompensasi defek pada fungsi CFTR dan terpengaruh, merupakan organ yang cukup udah
berguna sebagai pendekatan terapi juga diinvestigasi dijangkau dengan menggunakan terapi gen nebulized.
melalui penelitian.nucleotide ATP dan uridine Bagaimanapun, pengiriman gen yang normal ke paru
triphosphate merupakan agonis dari reseptor CF menghadapi berbagai tantangan, termasuk
purinergic (P2Y2) dan menstimulasi sekresi Cl - didalamnya adalah mengidentifikasi vektor yang
melalui aktivasi Ca2+-dependent Cl- channel pada dapat diterima tubuh. Terlebih lagi, sampainya vektor
epitel. Denufosol merupakan bentuk agonis reseptor pada sel epitel bisa menjadi agen yang berbahaya
P2Y2 yang dapat menstimulasi sekresi Cl- pada epitel karena mukus yang tebal (Proesmans, 2008). Saat ini
jalan nafas. Pada uji coba fase II, doble blind, telah banyak diujicobakan berbagai vektor baik viral
randomized trial menggunakan denufosol terhadap 90 maupun nonviral sintetik dengan keuntungan dan
pasien dengan CF mild di US selama 4 minggu, kerugian masing-masing (Atkinson, 2008). Respon
menunjukkan hasil perbaikan yang signifikan terhadp imun host yang spesifik terhadap vektor, contohnya
fungsi paru dibanding pasien yang mendapat plasebo. virus, sering kali sulit dihindari. Uji coba yang telah
Hal ini mengindikasikan adanya potensi terapi dari mencapai fase 2 adalah dengan menggunakan vektor
agen ini. Denufosol dengan dosis 20-60 mg rekombinan (tgAAVCF) menunjukkan kegagalan
dievaluasi pada uji coba fase II selama 28 hari dan secara klinis setelah pemberian selama 30 hari. Saat
menunjukkan adanya perbaikan FEV1 dibanding ini, integrating lentivirus dilaporkan memberikan
plasebo pada pasien yang realtif memiliki fungsi paru efikasi yang cukup menjanjikan (Proesmans, 2008).
yang normal. Denufosol tetrasodium inhalasi saat ini
sudah mencapai pengembangan fase III, namun Sejak tahun 2001, uji klinis terkait dengan terapi gen
kegunaanya bagi pasien dengan disfungsi paru yang CFTR mengalami hambatan berupa kesulitan
severe belum diketahui (Kellerman et al, 2008). memperbaiki fungsi CFTR secara signifikan dan
mempertahankan efek dalam jangka waktu yang
Terapi Gen lama. Beberapa pendekatan dalam penelitian telah
dilakukan terkait dengan jenis vektor yang
Memulihkan gen CFTR yang defek merupakan salah
digunakan, dimana masing-masing menghadapi
satu tujuan utama bagi para ilmuwan medis untuk
permasalahan tersendiri (Atkinson, 2008). Saat ini,
mengobati penyakit CF dengan memulihkan
dua pilihan yang telah dieksplorasi sebagai vektor
transport ion klorida dan homeostasis respirasi.
yang sesuai untuk mengirim gen yang fungsional dan
Karena epitel paru merupakan bagian yang paling
jangka panjang adalah cationic liposom, membentuk
banyak terkena dampak dari penyakit ini,
kompleks dengan DNA dan masuk kedalam sel, dan
penggunaan terapi gen untuk mentransfer gen normal
lenti virus, yang merupakan retrovirus dengan
ke sel yang mengalami defek pada epitel respirasi
kemampuan berintregasi dengan DNA kromosom
merupakan tantangan selama 15 tahun terakhir.
dan berpotensi menghasilkan ekspresi yang stabil
Penelitian menunjukkan bahwa pemulihan fungsi 5-
dalam jangka waktu lama (Pringle et al, 2009).
10 % gen CFTR yang mengalami defek sudah
berpotensi memperbaiki transport klorida dan Kesimpulan
memperbaiki gejala severe pada pasien CF. Namun,
hal ini tidak lepas dari kendala-kendala terkait Berbagai penelitian terkait dengan patofisiologi
dengan transfer gen termasuk barier-barier molecular molekuler, seluler, dan jalan nafas secara signifikan
(misalnya mucins, protein surfaktan), memberikan pemahaman tentang fungsi CFTR dan
immunobiological (misalnya makrofag alveolar, konsekuensi dari kelainan dalam jumlah maupun
antigen-presenting sel, sel dendritik, limfosit T), fungsinya. Cystic fibrosis memiliki variasi genotip
fisiologis (misalnya clearance mukosiliar; maupun fenotip yang luas. Berbagai penelitian
glycocalyx), serta barier intraselular (misalnya berusaha untuk memastikan korelasi antara genotif
plasma membran, membran endosomal, amplop dengan fenotif pada cystic fibrosis sehingga tidak
nuklear, endositosis, fagositosis) (Atkinson, 2008). hanya dapat memperjelas pathogenesis, tapi juga

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

kemungkinan strategi terapi yang lebih baik. Pemahaman ini memungkinkan identifikasi target
Terdapat 5 kategori mutasi berdasarkan efeknya intervensi yang rasional untuk memperbaiki disfungsi
terhadap protein CFTR, yaitu mutasi Class I yang CFTR berdasarkan bentuk mutasinya yang spesifik,
mengakibatkan defek produksi protein, class II sehingga pendekatan terapi ke depan lebih ke arah
(termasuk ΔF508) untuk defek pada maturasi dan penyebab yang fundamental dari patofisiologi CF
processing protein, class III untuk defek regulasi dari pada terapi simtomatik yang saat ini banyak
kanal, class IV untuk perubahan konduktansi kanal digunakan.
dan class V untuk perubahan sintesis protein.

Rerefensi

Accurso FJ, Rowe SM, Durie PR, et al. Interim results of Hirsh AJ, Zhang J, Zamurs A, et al. Pharmacological
Phase 2A study of VX770 to evaluate safety, properties of N-(3,5-diamino-6-chloropyrazine-2-
pharmacokinetics, and biomarkers of CFTR activity in carbonyl)-N’-4-[4-(2,3 dihydroxypropoxy)phenyl]butyl-
cystic fibrosis subjects with G551D [abstract]. Pediatr guanidine methanesulfonate (552-02), a novel epithelial
Pulmonol 2008; Suppl. 31: 295 sodium channel blocker with potential clinical efficacy for
cystic fibrosis lung disease. J Pharmacol Exp Ther 2008;
Atkinson T. Cystic Fibrosis, Vector-Mediated Gene
325: 77-88
Therapy, and Relevance of Toll-Like Receptors: A Review
of Problems, Progress, and Possibilities. Current Gene Johansen HK, Gotzsche PC. Vaccines for preventing
Therapy, 2008, 8, 201-207 201 infection with Pseudomonas aeruginosa in cystic fibrosis.
Cochrane Database Syst Rev 2008; (4): CD001399
Becq F. Cystic Fibrosis Transmembrane Conductance
Regulator Modulators for Personalized Drug Treatment of Jones AM dan Helm JM. Emerging Treatments in Cystic
Cystic Fibrosis. Drugs 2010; 70 (3): 241-259 Fibrosis. Drugs 2009; 69 (14): 1903-1910
Becq F. On the discovery and development of CFTR Kellerman D, Mospan AR, Engens J, et al. Denofosol: a
chloride channel activators. Curr Pharm Des 2006; 12: review of studies with inhaled P2Y2 agonists that led to
471-84 phase 3. Pulm Pharm Ther 2008; 21: 600-7
Boucher RC. Cystic fibrosis: a disease of vulnerability to Kerem E, Hirawat S, Armoni S, et al. Effectiveness of
airway surface dehydration. Trends Mol Med 2007; 13: PTC124 treatment of cystic fibrosis caused by nonsense
231-40 mutations: a prospective phase II trial. Lancet 2008; 372:
719-27
Cutting GR. Modifier Genetics: Cystic Fibrosis. Annu. Rev.
Genomics Hum. Genet. 2005. 6:237–60 MacDonald DK, McKenzie KR, Zeitlin P. Cystic Fibrosis
Transmembrane Regulator Protein Mutations ‘Class’
Cystic Fibrosis Foundation (2006) Patient Registry Annual
Opportunity for Novel Drug Innovation. Pediatr Drugs
Data Report To The Center Directors 2005, Bethesda, Md.
2007; 9 (1): 1-10.
Available At Www.Cff.Org.
Marivingt-Mounir C, Norez C, Derand R, et al. Synthesis,
Davies J, Alton, Griesenbach U . Cystic fibrosis modifier
SAR, crystal structure, and biological evaluation of
genes. J R Soc Med 2005;98(Suppl. 45):47–54.
benzoquinoliziniums as activators of wild-type and mutant
Freedman SD, O’Sullivan BP. Cystic fibrosis. Lancet cystic fibrosis transmembrane conductance regulator
2009; 373: 1891–904 channels. J Med Chem 2004; 47: 962-72

Gardner J. Cystic Fibrosis. Nursing 2007. MedlinePlus. Moskowitz S, Sternen D, Cheng E, Cutting G. CFTR-
Httpyavwwnlm,Nih,Gov/ Inedlineplus/ Cysticfibrosis,Htinl Related Disorders. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
20301428. Diakses pada 27 November 2010 pukul 12.05
Groman Jd, Meyer Me, Wilmott Rw, Zeitlin Pl, Cutting
Gr. Variant Cystic Fibrosis Phenotypes In The Absence Of Nissim-Rafinia M, Aviram M, Randell SH, et al.
Cftr Mutations. The New England Journal Of Medicine. Restoration of the cystic fibrosis transmembrane
Boston: Aug 8, 2002. Vol. 347, Iss. 6; Pg. 401, 7 Pgs conductance regulator function by splicing modulation.
EMBO Rep 2004; 5 (11): 1071-7
Heda GD, Tanwani M, Marino CR. The delta F508
mutation shortens the biochemical half-life of plasma Noe l S, Faveau C, Norez C, et al. Discovery of
membrane CFTR in polarized epithelial cells. Am J Physiol pyrrolo[2,3-b]pyrazines derivatives as submicromolar
Cell Physiol 2001; 280: 166-74 affinity activators of wild-type, G551D and F508del CFTR

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page


[TUGAS BIOKIMIA : MINIREVIEW] Cystic Fibrosis

chloride channels. J Pharmacol Exp Ther 2006; 319: 349- transmembrane with homozygous delta F508 J 1999; 340
59 (Pt 1): 227-35
Norez C, Antigny F, Noel S, et al. A cystic fibrosis Ratjen F, Döring G. Cystic fibrosis. Lancet 2003; 361:
respiratory epithelial cell chronically treated by miglustat 681–89.
acquires a non-cystic fibrosis-like phenotype. Am J Respir
Rowe SM, Reeves G, Young H, et al. Correction of sodium
Cell Mol Biol 2009; 41: 217-25
transport with nasal administration of the prostasin
Norez C, Bilan F, Kitzis A, et al. Proteasome-dependent inhibitor QUA145 in CF subjects [abstract]. Pediatr
pharmacological rescue of cystic fibrosis transmembrane Pulmonol 2008; Suppl. 31: 295.
conductance regulator revealed by mutation of glycine 622.
Rubenstein RC. Targeted Therapy for Cystic Fibrosis
J Pharmacol Exp Ther 2008; 325: 89-99
Cystic Fibrosis Transmembrane Conductance Regulator
O’Sullivan BP, Freedman SD. Cystic fibrosis. Lancet Mutation-Specific Pharmacologic Strategies. Mol Diag
2009; 373: 1891–904 Ther 2006; 10 (5): 293-301.
Pedemonte N, Lukacs GL, Du K, et al. Small-molecule Sermet-Gaudelus I, De Boeck K, Casimir G, et al. Children
correctors of defective DF508-CFTR cellular processing with nonsense-mutation-mediated cystic fibrosis respond to
identified by high-throughput screening. J Clin Invest 2005; investigational treatment with PTC124 [abstract]. Pediatr
115: 2564-71 Pulmonol 2008; Suppl. 31: 313
Poschet JF, Timmins GS, Taylor-Cousar JL, et al. Vij N, Fang S, Zeitlin PL. Selective inhibition of
Pharmacological modulation of cGMP levels by endoplasmic reticulum-associated degradation rescues
phosphodiesterase 5 inhibitors as a therapeutic strategy for DeltaF508-cystic fibrosis transmembrane regulator and
treatment of respiratory pathology in cystic fibrosis. Am J suppresses interleukin-8 levels: therapeutic implications. J
Physiol Lung Cell Mol Physiol 2007; 293: 712-9 Biol Chem 2006; 281: 17369-78
Pringle IA, Hyde SC, Gill DR. Non-viral vectors in cystic Wiehe M & Arndt K. Cystic Fibrosis: A Systems Review.
fibrosis gene therapy: recent developments and future Aana Journal,June 2010, Vol. 78, No.3
prospects. Expert Opin Biol Ther 2009; 9 (8): 991-1003
Wilchanski M, Yahav Y, Yaacov Y, et al.
Proesmans M, Vermeulen F, Boeck KD. What’s new in Gentamicininduced correction of CFTR function in patients
cystic fibrosis? From treating symptoms to correction of the with cystic fibrosis and CFTR stop mutations. N Engl J
basic defect. Eur J Pediatr (2008) 167:839–849 Med 2003; 349: 1433-41
Randak C, Auerswald EA, Assfalg-Machleidt I, et al. Young A,Gentzsch M, Abban CY, et al. Dynasore inhibits
Inhibition of ATPase, GTPase and adenylate kinase removal of wild-type and DeltaF508 CFTR from the
activities of the second nucleotide-binding fold Normal plasma membrane. Biochem J 2009 Jul 15; 421 (3): 377-85
function of the cystic fibrosis the cystic fibrosis
Zielenski J & Tsui Lc. Genotypic And Phenotypic
Variations. Annu. Rev. Genetics. 1995. 29.777-8o7

Program Magister BIOMEDIK FKUB 2010 Page

Anda mungkin juga menyukai