Anda di halaman 1dari 64

FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT

“VAKSINASI/IMUNISASI”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Farmakologi adalah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan obat-obatan. Biasa


dalam ilmu ini dipelajari :

1. Penelitian mengenai penyakit-penyakit


2. Kemungkinan penyembuhan
3. Penelitian obat-obat baru
4. Penelitian efek samping obat-obatan dan atau teknologi baru terhadap beberapa penyakit
berhubungan dengan perjalanan obat di dalam tubuh serta perlakuan tubuh terhadapnya.

Farmakologi dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari pengetahuan tentang obat
dengan segala aspeknya (sifat kimiawi, fisika, fisiologi, resorpsi hingga “nasib” obat dalam
tubuh). Pengetahuan khusus tentang interaksi obat dengan tubuh manusia disebut Farmakologi
Klinis.

Sebenarnya Farmakologi dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

1. Farmakognosis

Pengetahuan dan pengenalan obat yang berasal dari tanaman, mineral dan hewan beserta
zat aktifnya.

2. Biofarmasi

Bidang yang mempelajari pengaruh formulasi obat terhadap efek terapeutiknya (khasiat).

3. Farmakokinetika

Bidang khusus untuk meneliti “perjalanan” obat dalam tubuh.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

4. Farmakodinamika

Ilmu yang mempelajari cara serta mekanisme kerja baik reaksi fisiologis maupun efek
terapeutis dari suatu zat/senyawa yang terkandung dalam suatu obat.

1
5. Toksikologi

Pengetahuan tentang efek racun dari suatu obat terhadap obat. “Sola dosis facit venenum”,
hanya dosis membuat racun - Paracelsus.

6. Farmakoterapi

Ilmu yang memperlajari penggunaan obat untuk mengobati penyakit beserta gejalanya.

Dalam farmakologi ada yang dikenal dengan vaksinasi dan imunisasi. Dewasa inikeadaan di
Negara yang sudah maju sangatlah berlainan, yaitu penyakit infeksi telah dapat ditekan serendah-
rendahnya dan bukan lagi merupakan masalah kesehatan utama anak. Keberhasilan peningkatan
derajat kesehatan anak ini dapat tercapai antara lain dengan dilaksanakanya imunisasi , selain
adanya perbaikan nilai sosial dan ekonomi.

Sasaran yang dituju untuk imunisasi ialah orang tua, khususnya para ibu dan calon ibu. Pada
dokter, mahasiswa kedokteran atau karyawan kesehatan lainnya pun dapat mempelajarinya.
Untuk lebih memahami tentang pentingnya imunisasi, sebelumnya kiata harus mengetahui
berbagai jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, diantaranya dampak negative dan
akibat buruk penyakit. Dengan demikian diharapkan masyarakat akan lebih mengenal dan
menyadari manfaat imunisasi bagi kesehatan dan kesejahteraan anak.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan
sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya
bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi
terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja,
sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh
mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit
berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara
bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan
hidup anak.

Dalam imunisasi ada pemberian vaksin yang dikenal dengan vaksinasi. Vaksin adalah
suatu bahan yang berusaha melindungi orang terhadap penyakit. Untuk melakukan hal ini,
2
vaksin dibuat dari virus atau bakteri pathogen yang dapat menyebabkan penyakit yang ingin
dilawan oleh vaksin.

Tujuan imunisasi atau vaksinasi adalah meningkatkan derajat imunitas, memberikan


proteksi imun dengan menginduksi respons memori terhadap patogen tertentu / toksin dengan
menggunakan preparat antigen non-virulen/non-toksik. Antibodi yang diproduksi oleh
imunisasi harus efektif terutama terhadap mikroba ekstraselular dan produknya. Antibodi akan
mencegah adherensi atau efek yang merusak sel dengan menetralisasi toksin (dipthteria,
clostridium). IgA berperan di permukaan mukosa, mencegah virus/ bakteri menempel pada
mukosa (efek polio oral). Mengingat respons imun baru timbul beberapa minggu, imunisasi
aktif biasanya diberikan jauh sebelum pajanan dengan patogen. Pencegahan dengan cara
imunisasi merupakan kemajuan besar dalam usaha imunoprofilaksis. Cacar yang merupakan
penyakit yang sangat ditakuti, berkat imunisasi masal, sekarang telah dapat dilenyapkan dari
dunia. Demikan pula dengan polio yang dewasa ini sudah banyak dillenyapkan di banyak
negara. Pierce dan Schaffner melaporkan kurangnya perhatian imunisasi pada usia dewasa
karena adanya keraguan dari masyarakat maupun petugas pelaksana pelayanan kesehatan
terhadap keamanan dari vaksinasi, ganti rugi yang tidak memadai dan belum berkembangnya
sistem imunisasi pada dewasa.
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini yaitu :

1. Apa definisi vaksinasi/imunisasi?

2. Apa fungsi, tujuan dan manfaat vaksinasi/imunisasi?

3. Apa saja jenis-jenis vaksinasi/imunisasi?

4. Apa saja penyakit-penyakit yang dicegah dengan vaksinasi/imunisasi?

5. Bagaimana penatalaksanaan vaksinasi/imunasasi?

6. Bagaimana efek samping dari vaksinasi/imunisasi?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu : 3

1. Untuk mengetahui definisi vaksinasi/imunisasi.

2. Untuk mengetahui fungsi, tujuan dan manfaat vaksinasi/imunisasi.

3. Untuk mengetahui jenis-jenis vaksinasi/imunisasi.

4. Untuk mengetahui penyakit-penyakit yang dicegah dengan vaksinasi/imunisasi.

5. Untuk mengetahui penatalaksanaan vaksinasi/imunasasi.

6. Untuk mengetahui efek samping dari vaksinasi/imunisasi.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

BAB II
4
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Vaksinasi/Imunisasi

2.1.1 Vaksinasi
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Vaksin secara arti berasal dari bahasa latin ’vacca = melemahkan’. Definisi
lengkapnya kurang lebih adalah suatu kuman (bakteri/virus) yang sudah dilemahkan yang
kemudian dimasukkan ke dalam tubuh seseorang untuk membentuk kekebalan tubuh
(imunitas) secara aktif. Cara memasukkannya bisa dengan disuntik ataupun dengan oral
(diteteskan). Fungsi utama dari vaksin adalah untuk pencegahan terhadap suatu penyakit
yang diakibatkan oleh kuman.Bagaimana vaksin dibuat? Vaksin dibuat dengan cara
melumpuhkan atau mematikan kuman. Dengan konsentrasi tertentu, vaksin disuntikkan ke
dalam tubuh seseorang sehingga sistem kekebalan tubuhnya memberikan respon terhadap
vaksin tersebut. Pada saat ini vaksin banyak yang dibuat hanya dengan mengambil bagian
gen kuman, sehingga relatif lebih aman (contoh : HbsAg, Hepatitis B surface antigen).

Vaksin adalah suatu bahan yang berusaha melindungi orang terhadap penyakit. Untuk
melakukan hal ini, vaksin dibuat dari virus atau bakteri pathogen yang dapat menyebabkan
penyakit yang ingin dilawan oleh vaksin. Kita bisa mengatakan bahwa vaksin
menggunakan api untuk menjinakkan api : Sedikit bahan pathogen yang disiapkan secara
khusus dan biasanya disuntikkan ke dalam tubuh sehingga bisa membantu memerangi
versi penyakit yang lebih “ganas” atau di dapatkan secara alami. Tujuan peperangan ini
adalah mengembangkan imunitas tubuh.

Tubuh memiliki sistem yang kompleks yang disebut sistem imun yang memilki
prosedur-prosedur untuk memproduksi dan memelihara imunitas. Kita bisa menghindari
penjelasan yang panjang lebar dengan mengatakan bahwa ketika anda mendapatkan,
katakanlah, virus batuk-pilek atau flu atau infeksi bakteri, tubuh anda berespons dengan
memproduksi bahan yang disebut antibodi, yaitu molekul-molekul kecil protein yang
memerangi (anti) benda asing (virus,bakteri). Ketika anda sembuh dari penyakit ini, tubuh
anda memepertahankan beberapa dari antibody ini sehingga ia siap memerangi infeksi
serupa di masa mendatang. Ini disebut imunitas. 5

Vaksinasi, atau imunisasi, adalah jenis pengobatan yang merangsang ketahanan tubuh
kita terhadap infeksi tertentu. Misalnya, sebagian besar orang diimunisasi terhadap
beberapa infeksi waktu bayi. Sebagian besar vaksin diberi melalui suntikan, tetapi ada

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

yang dipakai melalui mulut. Dibutuhkan beberapa minggu setelah diberi sehingga sistem
kekebalan tubuh bereaksi pada vaksin yang diberikan.

Sebagian besar vaksin dipakai untuk mencegah infeksi. Tetapi, beberapa yang lain
membantu tubuh kita untuk melawan infeksi yang sudah ada. Vaksin ini disebut ‘vaksin
terapeutik.’ Ada beberapa vaksin terapeutik yang sedang diteliti dan diuji coba terhadap
HIV.

Vaksin ‘hidup’ memakai bentuk kuman yang dilemahkan. Vaksin jenis ini dapat
menimbulkan penyakit yang ringan, kemudian sistem kekebalan mengambil alih untuk
mencegah terhadap penyakit yang parah. Vaksin lain yang ‘dinonaktifkan’ (inactivated)
tidak memakai kuman yang hidup. Dengan vaksin jenis ini, kita tidak mengalami
penyakit, tetapi tubuh kita masih dapat membentuk keamanannya.

Vaksin dapat menimbulkan efek samping. Dengan vaksin hidup, kita mungkin
mengalami penyakit yang ringan. Dengan vaksin yang dinonaktifkan, kita mungkin
mengalami kesakitan, kemerahan, dan bengkak di tempat yang disuntik. Kita juga
mungkin merasa lemas, kelelahan, atau mual selama waktu yang singkat.

2.1.2 Imunisasi

Imunisasi adalah salah satu cara untuk menangkal penyakit-penyakit berat yang
terkadang belum ada obat untuk menyembuhkannya. Imunisasi umumnya diberikan
kepada anak-anak balita (usia di bawah lima tahun). Imunisasi dilakukan dengan
memberikan vaksin yang merupakan bibit penyakit yang telah dibuat lemah kapada
seseorang agar tubuh dapat membuat antibodi sendiri terhadap bibit penyakit kuat yang
sama.

Imunisasi dapat pula didefinisikan sebagai pemberian kekebalan tubuh terhadap


6 suatu
penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun
yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan
memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar
dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Dengan kata lain, imunisasi adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu. Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk membantu mencegah
suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini
berfungsi melindungi terhadap penyakit. Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap
sehat, tetapi juga membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa
kanak-kanak. Vaksin secara umum cukup aman. Keuntungan perlindungan yang diberikan
vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin timbul. Dengan adanya
vaksin maka banyak penyakit masa kanak-kanak yang serius, yang sekarang ini sudah
jarang ditemukan.

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan
tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan
penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus
dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan dan hidup anak.

2.2 Fungsi, Tujuan dan Manfaat Vaksinasi/Imunisasi

2.2.1 Fungsi Vaksinasi/Imunisasi

Fungsi utama dari vaksin adalah untuk pencegahan terhadap suatu penyakit yang
diakibatkan oleh kuman.Bagaimana vaksin dibuat? Vaksin dibuat dengan cara
melumpuhkan atau mematikan kuman. Dengan konsentrasi tertentu, vaksin disuntikkan ke
dalam tubuh seseorang sehingga sistem kekebalan tubuhnya memberikan respon terhadap
vaksin tersebut. Pada saat ini vaksin banyak yang dibuat hanya dengan mengambil bagian
7
gen kuman, sehingga relatif lebih aman (contoh : HbsAg, Hepatitis B surface antigen.

Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan


memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan
atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain
diperlukan imunisasi lainnya.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan
tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan
penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus
dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat
membahayakan kesehatan dan hidup anak.

2.2.2 Tujuan Imunisasi

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka
penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan
kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi
yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air,
Tbc, dan lain sebagainya.

Tujuan Imunisasi adalah sebagai berikut:

 Mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang.

 Menghilangkan penyakit tertentu pada populasi

Keberhasilan Imunisasi tergantung faktor:

8
1. Status Imun Penjamu:

 Adanya Ab spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi, misal:

 Campak pada bayi

 Kolustrum ASI – IgA polio

 Maturasi imunologik: Neonates fungsi makrofag, kadar komplemen,


aktifasi optonin.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

 Pembentukan Ab spesifik terhadap Ag kurang hasil vaksinasi ditunda


sampai umur 2 bulan.

 Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan,


bayi diimunisasi.

 Frekuensi penyakit, dampaknya pada neonatus berat imunisasi dapat


diberikan pada neonatus.

 Status imunologik (seperti defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang.

2. Genetik

Secara genetik respon imun manusia terhadap Ag tertentu baik, cukup, rendah
keberhasilan vaksinasi tidak 100%.

3. Kualitas vaksin

 Cara pemberian, misal polio oral imunitas lokal dan sistemik

 Dosis vaksin

 Tinggi menghambat respon, menimbulkan efek samping

 Rendah tidak merangsang sel imunokompeten

 Frekuensi Pemberian

Respon imun sekunder Sel efektor aktif lebih cepat, lebih tinggi produksinya,
9
afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi respon imun yang terjadi .
Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar Ab spesifik masih tinggi Ag
dinetralkan oleh Ab spesifik tidak merangsang sel imunokompeten.

 Ajuvan : Zat yang meningkatkan respon imun terhadap Ag

 Mempertahankan Ag tidak cepat hilang

 Mengaktifkan sel imunokompeten

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

 Jenis Vaksin

Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik. Imunisasi adalah suatu usaha
untuk membuat seseorang menjadi kebal terhadap penyakit tertentu dengan
menyuntikan vaksin. Vaksin adalah kuman hidup yang dilemahkan / kuman mati /
zat yang bila dimasukkan ke tubuh menimbulkan kekebalan terhadap penyakit
tertentu. Imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit:
Poliomyelitis (kelumpuhan), Campak (measles), Difteri (indrak), Pertusis (batuk
rejan / batuk seratus hari), Tetanus, Tuberculosis (TBC), Hepatitis B dan untuk
mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh wabah yang
sering berjangkit.

2.2.3 Manfaat Imunisasi

a) Manfaat untuk anak, Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
b) Manfaat untuk keluarga, Menghilangkan kecemasan dan biaya pengobatan bila
anak sakit. Mendorong keluarga kecil apabila si orang tua yakin bahwa anak-anak
akan menjalani masa anak-anak dengan aman.
c) Manfaat untuk Negara, Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal sehat untuk melanjutkan pembangunan negara dan memperbaiki citra
bangsa Indonesia diantara segenap bangsa di dunia.
1
2.3 Jenis-jenis Vaksinasi/Imunisasi 0

2.3.1 Vaksinasi

Beberapa jenis vaksin dibedakan berdasarkan proses produksinya antara lain :


a. Vaksin Hidup (Live attenuated vaccine)
Vaksin terdiri dari kuman atau virus yang dilemahkan, masih antigenik namun tidak
patogenik. Contohnya adalah virus polio oral. Oleh karena vaksin diberikan sesuai
infeksi alamiah (oral), virus dalam vaksin akan hidup dan berkembang biak di epitel

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

saluran cerna, sehingga akan memberikan kekebalan lokal. Sekresi IgA lokal yang
ditingkatkan akan mencegah virus liar yang masuk ke dalam sel tubuh.
b. Vaksin mati (Killed vaccine / Inactivated vaccine)
Vaksin mati jelas tidak patogenik dan tidak berkembang biak dalam tubuh. Oleh
karena itu diperlukan pemberian beberapa kali.
c. Rekombinan
Susunan vaksin ini (misal hepatitis B) memerlukan epitop organisme yang patogen.
Sintesis dari antigen vaksin tersebut melalui isolasi dan penentuan kode gen epitop
bagi sel penerima vaksin.
d. Toksoid
Bahan bersifat imunogenik yang dibuat dari toksin kuman. Pemanasan dan
penambahan formalin biasanya digunakan dalam proses pembuatannya. Hasil
pembuatan bahan toksoid yang jadi disebut sebagai natural fluid plain toxoid, dan
merangsang terbentuknya antibodi antitoksin. Imunisasi bakteriil toksoid efektif
selama satu tahun. Bahan ajuvan digunakan untuk memperlama rangsangan antigenik
dan meningkatkan imunogenesitasnya.
e. Vaksin Plasma DNA (Plasmid DNA Vaccines)
Vaksin ini berdasarkan isolasi DNA mikroba yang mengandung kode antigen yang
patogen dan saat ini sedang dalam perkembangan penelitian. Hasil akhir penelitian
pada binatang percobaan menunjukkan bahwa vaksin DNA (virus dan bakteri)
1
merangsang respon humoral dan selular yang cukup kuat, sedangkan penelitian klinis
1
pada manusia saat ini sedang dilakukan.

MACAM VAKSINASI PADA BALITA

1. Polio

Polio merupakan sebuah jenis penyakit lumpuh yang menyerang sistem saraf pusat.
Biasanya orang yang terkena polio akan terkena lumpuh layu. Bahkan tak jarang hingga
dewasa bisa menyebabkan kelumpuhan total. Polio disebabkan oleh virus yang masuk
melalui mulut melalui makanan yang terkontaminasi feses dari seorang penderita polio.
Virus ini kemudian menginfeksi saluran usus, dari sini akan menyebabkan melemahnya
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

otot. Lalu mengapa virus ini sangat berbahaya bagi manusia? Hal ini dikarenakan ketika
terserang virus ini menyerang secara tiba-tiba tanpa merasakan gejala apapun.

Pentingnya imunisasi saat anak-anak atau bayi, dikarenakan virus ini menyerang
manusia pada saat usia 3 hingga 5 tahun. Imunisasi terhadap bayi akan memberikan
kekebalan dari serangan polio. Pemberian imunisasi ini biasanya melalui 2 cara yaitu
lewat suntikan atau melalui oral. Dan dilakukan dalam dua tahap, tahap pertama
biasanya dilakukan saat bayi berusia 0 bulan.

Selanjutnya pada usia 2,4 dan 6 bulan, terkadang sampai usia 18 bulan dan 5 tahun.
Pemberian imunisasi polio ini biasanya disertai dengan pemberian imunisasi DPT
(Difteri Pertusis Tetanus). Pemberian imunisasi pada seorang balita biasanya akan
menyebabkan diare ringan, pusing-pusing dan sakit otot. Orang tua yang akan
memberikan imunisasi polio juga harus sedikit waspada, maksudnya ketika seorang
anak dalam keadaan demam (suhu lebih 38,5 C), muntah atau diare maka jangan
diberikan terlebih dahulu. Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus, vaksin
yang digunakan oleh banyak negara termasuk Indonesia adalah vaksin hidup, berbentuk
cairan.

2. BCG (Bacille Calmette Guerin)

1
BCG (Bacille Calmette Guerin) merupakan salah satu vaksin yang akan memberikan
2
kekebalan terhadap penyakit TB. Seperti kita tahu , TB Paru merupakan salah satu
penyakit yang disebabkan oleh virus yang dinamakan mikrobakterium tuberkolosa.
Bakteri ini merupakan bakteri yang bersifat BTA( Bakteri Tahan Asam). Penyebaran
bakteri ini melalui udara saat penderita TBC batuk. Bakteri ini akan masuk dan
berkembang biak di paru-paru. Orang yang terkena virus TBC, biasanya akan
mengalami gejala demam (meskipun tidak terlalu tinggi), penurunan nafsu makan, batuk
selama lebih dari 3 minggu dan perasaan tidak enak.

Pada seorang bayi dengan usia 0-3 bulan, vaksin ini diberikan hanya sekali saja.
Berbeda dengan vaksin polio, pada vaksin polio, vaksin ini tidak diperlukan lagi
pengulangan, hal ini dikarenakan antibodi yang diperoleh tinggi terus tak pernah turun.
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Jika pada vaksin polio, seorang bayi setelah diimunisasi akan merasa pusing-pusing dan
sakit otot, maka pada jenis vaksin ini seorang bayi akan timbul bisul-bisul dan bernanah
pada daerah yang disuntik. Bisul ini sebenarnya tidak sakit dan hanya akan
menimbulkan bekas saja di daerah yang disuntik, bisul jenis ini hanya menjadi penanda
bahwa vaksin yang diberikan berhasil.

3. Hepatitis B

Vaksin ini merupakan salah satu vaksin yang tercepat untuk dimasukkan di tubuh
manusia. Karena menurut salah satu jurnal, virus ini harus diinjeksikan ke dalam tubuh
bayi sekurangnya 12 jam setelah lahir.

Ada beberapa jenis hepatitis yaitu hepatitis A,B,C,D,E. Secara umum hepatitis
merupakan jenis peradangan pada hati atau liver. Penyebabnya pun bermacam-macam,
mulai dari virus sampai dengan obat-obatan. Pada kasus hepatitis B, disebabkan oleh
luka karena tusukan benda tajam, seperti pisau, jarum suntiik yang terkontaminasi.
Gejala virus ini hampir sama dengan jenis hepatitis lainnya, seorang penderita yang
terkena virus ini biasanya mengalami hilangnya nafsu makan, mual muntah, demam,
rasa lelah dan mata kuning.

1
Sedikit berbeda dengan kedua jenis vaksin diatas, pada vaksin hepatitis B3dilakukan
selama 3 kali. Antara suntikan pertama dan kedua berjarak waktu satu bulan. Kemudian
suntikan kedua dan ketiga berjarak 5 bulan. Vaksin yang disuntikkan ke dalam tubuh
seorang bayi biasanya akan disertai dengan demam ringan dan akan timbul bekas
suntikan. Jangan panik dengan semua ini, karena gejala ini akan hilang dengan
sendirinya, akan tetapi jika perlu, orang tua dapat memebrikan parasetamol kepada sang
anak.

4. Vaksinasi Campak

Bibit penyakit yang menyebabkan campak adalah virus. Vaksin yang digunakan
adalah vaksin hidup. Kemasan dalam flacon berbentuk gumpalan yang beku dan kering
untuk dilarutkan dalam 5 cc pelarut. Sebelum menyuntikkan vaksin ini, harus terlebih
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

dahulu dilarutkan dengan pelarut vaksin (aqua bidest). Disebut beku kering oleh karena
pabrik pembuatan vaksin ini pertama kali membekukan vaksin tersebut kemudian
mengeringkannya. Vaksin yang telah dilarutkan potensinya cepat menurun dan hanya
bertahan selama 8 jam.

2.3.2 Imunisasi

Imunisasi adalah salah satu cara untuk menangkal penyakit-penyakit berat yang
terkadang belum ada obat untuk menyembuhkannya. Imunisasi umumnya diberikan
kepada anak-anak balita (usia di bawah lima tahun). Imunisasi dilakukan dengan
memberikan vaksin yang merupakan bibit penyakit yang telah dibuat lemah kapada
seseorang agar tubuh dapat membuat antibodi sendiri terhadap bibit penyakit kuat yang
sama.

Jenis-jenis Imunisasi Kekebalan Tubuh 1


4
A. Imunisasi Aktif

Imunisasi aktif adalah kekebalan tubuh yang didapat seseorang karena tubuh yang secara
aktif membentuk zat anti bodi.

1. Imunisasi aktif alamiah adalah kekebalan tubuh yang secara otomatis diperoleh setelah
sembuh dari suatu penyakit.
2. Imunisasi aktif buatan adalah kekebalan tubuh yang didapat dari vaksinasi yang
diberikan untuk mendapatkan perlindungan dari suatu penyakit

B. Imunisasi Pasif

Imunisasi adalah kekebalan tubuh yang bisa diperoleh seseorang yang zat kekebalan
tubuhnya didapatkan dari luar.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

1. Imunisasi pasif alamiah adalah antibody yang didapat seseorang karena diturunkan
oleh ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam
kandungan.
2. Imunisasi pasif buatan adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum
untuk mencegah penyakit tertentu.

Anak-anak kecil adalah korban yang lemah terhadap berbagai serangan penyakit yang
berbahaya karena tubuh anak masih belum sempurna sistem kekebalan tubuhnya di mana belu
banyak terdapat antibodi di dalam tubuhnya. Untuk itulah diperlukan imunisasi lengkap wajib
yang teratur pada anak agar terhindar dari berbagai macam gangguan penyakit berbahaya dan
fatal.

Vaksin imunisasi mungkin dapat memberikan efek samping yang membuat anak jatuh
sakit, namun dampak positif perlindungan yang dihasilkan vaksin tersebut amat sangat
berguna. Berikut di bawah ini adalah merupakan beberapa jenis-jenis atau macam-macam
imunisasi bagi anak:

1. Imunisasi BCG
1
Imunisasi BCG Vaksinasi BCG memberikan kekebalan aktif terhadap5 penyakit
tuberkulosis (TBC). BCG diberikan 1 kali sebelum anak berumur 2 bulan. BCG ulangan
tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. Vaksin disuntikkan secara intrakutan
pada lengan atas, untuk bayi berumur kurang dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,05 mL
dan untuk anak berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 mL. Vaksin ini
mengandung bakteri Bacillus Calmette-Guerrin hidup yang dilemahkan, sebanyak 50.000-
1.000.000 partikel/dosis. Kontraindikasi untuk vaksinasi BCG adalah penderita gangguan
sistem kekebalan (misalnya penderita leukemia, penderita yang menjalani pengobatan
steroid jangka panjang, penderita infeksi HIV). Reaksi yang mungkin terjadi:
Reaksi lokal : 1-2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul
kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi
pustula (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 8-12 minggu dengan meninggalkan
jaringan parut.

Reaksi regional : pembesaran kelenjar getah bening ketiak atau leher, tanpa disertai
nyeri tekan maupun demam, yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan. Komplikasi
yang mungkin timbul adalah:

 Pembentukan abses (penimbunan nanah) di tempat penyuntikan karena


penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk
mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi
(pengisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat.
 Limfadenitis supurativa, terjadi jika penyuntikan dilakukan terlalu dalam atau
dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2-6 bulan.

Vaksin BCG tidak dapat mencegah seseorang terhindar dari infeksi M. tuberculosa
100%, tapi dapat mencegah penyebaran penyakit lebih lanjut, Berasal dari bakteri hidup
yang dilemahkan ( Pasteur Paris 1173 P2), Ditemukan oleh Calmette dan Guerin

 Diberikan sebelum usia 2 bulan Disuntikkan intra kutan di daerah insertio


m. deltoid dengan dosis 0,05 ml, sebelah kanan 1
 Imunisasi ulang tidak perlu, keberhasilan diragukan 6

Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan dengan 4 cc NaCl 0,9%. Setelah
dilarutkan harus segera dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang. Penyimpanan pada
suhu < 5°C terhindar dari sinar matahari (indoor day-light).

Cara Penyuntikan BCG

a. Bersihkan lengan dengan kapas air


b. Letakkan jarum hampir sejajar dengan lengan anak dengan ujung jarum yang
berlubang menghadap keatas.
c. Suntikan 0,05 ml intra kutan
d. Benjolan kulit yang pucat dengan pori- pori yang khas diameter 4-6 mm
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Kenapa Suntikan Intra Kutan?

a. Vaksin BCG lapisan chorium kulit sebagai depo berkembang biak reaksi indurasi,
eritema, pustula
b. Setelah cukup berkembang sub kutan kapiler, kelenjar limfe, peredaran darah Bayi
kulitnya tipis intra kutan sulit sering suntikan terlalu dalam (sub kutan)

Reaksi Sesudah Imunisasi BCG

a. Reaksi Normal Lokal

• Minggu indurasi, eritema, kemudian menjadi pustula


• 3-4 minggu pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan)
• 8-12 minggu ulkus menjadi scar diameter 3-7 mm.

b. Reaksi Regional pada Kelenjar

• Merupakan respon seluler pertahanan tubuh


• Kadang terjadi di kelj axila dan servikal (normal BCG-it is)
1
• Timbul 2-6 bulan sesudah imunisasi
7
• Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-)
• Akan mengecil 1-3 bulan kemudian tanpa pengobatan.

Komplikasi

a. Abses di tempat suntikan

• Abses bersifat tenang (cold abses) tidak perlu terapi


• Oleh karena suntikan sub kutan
• Abses matang aspirasi

b. Limfadenitis supurativa

• Oleh karena suntikan sub kutan atau dosis tinggi


KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

• Terjadi 2-6 bulan sesudah imunisasi


• Terapi tuberkulostatik mempercepat pengecilan.

Reaksi yang pernah tertular pada TBC:

• Koch Phenomenon reaksi lokal berjalan cepat (2-3 hari sesudah imunisasi) 4-6
minggu timbul scar.
• Imunisasi bayi > 2 bulan tes tuberkulin (Mantoux)
• Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan TBC
• Menyuntikkan 0,1 ml PPD di daerah flexor lengan bawah secara intra kutan
• Pembacaan dilakukan setelah 48 – 72 jam penyuntikan
• Diukur besarnya diameter indurasi di tempat suntikan.
• < 5 mm : negatif
• 6-9 mm : meragukan
• 10 mm : positif

Kontra Indikasi
1
8
• Respon imunologik terganggu : infeksi HIV, def imun kongenital, leukemia,
keganasan
• Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat kanker, radiasi
• Hamil

2. Imunisasi Hepatitis B

 Vaksin berisi HBsAg murni


 Diberikan sedini mungkin setelah lahir
 Suntikan secara Intra Muskular di daerah deltoid, dosis 0,5 ml.
 Penyimpanan vaksin pada suhu 2-8°C

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

 Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan imunoglobulin hepatitis B 12 jam setelah
lahir + imunisasi Hepatitis B
 Dosis kedua 1 bulan berikutnya
 Dosis ketiga 5 bulan berikutnya (usia 6 bulan)
 Imunisasi ulangan 5 tahun kemudian
 Kadar pencegahan anti HBsAg > 10mg/ml
 Produksi vaksin Hepatitis B di Indonesia, mulai program imunisasi pada tahun
1997

Efek Samping

• Demam ringan
• Perasaan tidak enak pada pencernaan
• Rekasi nyeri pada tempat suntikan

Tidak Ada Kontraindikasi

3. Imunisasi Polio

Imunisasi polio memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit poliomielitis. Polio


bisa menyebabkan nyeri otot dan kelumpuhan pada salah satu maupun kedua
lengan/tungkai. Polio juga bisa menyebabkan kelumpuhan pada otot-otot pernafasan dan
otot untuk menelan. Polio bisa menyebabkan kematian. Terdapat 2 macam vaksin polio:
1
IPV (Inactivated Polio Vaccine, Vaksin Salk), mengandung virus polio yang 9 telah
dimatikan dan diberikan melalui suntikan OPV (Oral Polio Vaccine, Vaksin Sabin),
mengandung vaksin hidup yang telah dilemahkan dan diberikan dalam bentuk pil atau
cairan. Bentuk trivalen (TOPV) efektif melawan semua bentuk polio, bentuk monovalen
(MOPV) efektif melawan 1 jenis polio. Imunisasi dasar polio diberikan 4 kali (polio I,II,
III, dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi polio ulangan diberikan
1 tahun setelah imunisasi polio IV, kemudian pada saat masuk SD (5-6 tahun) dan pada
saat meninggalkan SD (12 tahun). Di Indonesia umumnya diberikan vaksin Sabin. Vaksin
ini diberikan sebanyak 2 tetes (0,1 mL) langsung ke mulut anak atau dengan
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

menggunakan sendok yang berisi air gula. Kontra indikasi pemberian vaksin polio: - Diare
berat - Gangguan kekebalan (karena obat imunosupresan, kemoterapi, kortikosteroid) -
Kehamilan. Efek samping yang mungkin terjadi berupa kelumpuhan dan kejang-kejang.
Dosis pertama dan kedua diperlukan untuk menimbulkan respon kekebalan primer,
sedangkan dosis ketiga dan keempat diperlukan untuk meningkatkan kekuatan antibobi
sampai pada tingkat yang tertingiu. Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi dasar,
kepada orang dewasa tidak perlu dilakukan pemberian booster secara rutin, kecuali jika
dia hendak bepergian ke daerah dimana polio masih banyak ditemukan. Kepada orang
dewasa yang belum pernah mendapatkan imunisasi polio dan perlu menjalani imunisasi,
sebaiknya hanya diberikan IPV. Kepada orang yang pernah mengalami reaksi alergi hebat
(anafilaktik) setelah pemberian IPV, streptomisin, polimiksin B atau neomisin, tidak boleh
diberikan IPV. Sebaiknya diberikan OPV. Kepada penderita gangguan sistem kekebalan
(misalnya penderita AIDS, infeksi HIV, leukemia, kanker, limfoma), dianjurkan untuk
diberikan IPV. IPV juga diberikan kepada orang yang sedang menjalani terapi penyinaran,
terapi kanker, kortikosteroid atau obat imunosupresan lainnya. IPV bisa diberikan kepada
anak yang menderita diare. Jika anak sedang menderita penyakit ringan atau berat,
sebaiknya pelaksanaan imunisasi ditunda sampai mereka benar-benar pulih. IPV bisa
menyebabkan nyeri dan kemerahan pada tempat penyuntikan, yang biasanya berlangsung
hanya selama beberapa hari.

 Vaksin dari virus polio (tipe 1,2 dan 3) yang dilemahkan, dibuat dlm biakan sel-
vero : asam amino, antibiotik, calf serum dalam magnesium klorida dan fenol
merah
 Vaksin berbentuk cairan dengan kemasan 1 cc atau 2 cc dalam flacon, pipet.
 Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes (0,1 ml)
 Vaksin polio diberikan 4 kali, interval 4 minggu
 Imunisasi ulangan, 1 tahun berikutnya, SD kelas I, VI
 Anak diare gangguan penyerapan vaksin.
 Ada 2 jenis vaksin yaitu IPV salk dan OPV sabin IgA lokal
 Penyimpanan pada suhu 2-8°C
 Virus vaksin bertendensi mutasi di kultur jaringan maupun tubuh penerima vaksin
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 2
0
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

 Beberap virus diekskresi mengalami mutasi balik menjadi virus polio ganas yang
neurovirulen
 Paralisis terjadi 1 per 4,4 juta penerima vaksin dan 1 per 15,5 juta kontak dengan
penerima vaksin

Kontra Indikasi : Defisiensi imunologik atau kontak dengannya

4. Imunisasi DPT

Imunisasi DPT adalah suatu vaksin 3-in-1 yang melindungi terhadap difteri, pertusis
dan tetanus. Difteri adalah suatu infeksi bakteri yang menyerang tenggorokan dan dapat
menyebabkan komplikasi yang serius atau fatal. Pertusis (batuk rejan) adalah inteksi
bakteri pada saluran udara yang ditandai dengan batuk hebat yang menetap serta bunyi
pernafasan yang melengking. Pertusis berlangsung selama beberapa minggu dan dapat
menyebabkan serangan batuk hebat sehingga anak tidak dapat bernafas, makan atau
minum. Pertusis juga dapat menimbulkan komplikasi serius, seperti pneumonia, kejang
dan kerusakan otak. Tetanus adalah infeksi bakteri yang bisa menyebabkan kekakuan pada
rahang serta kejang Vaksin DPT adalah vaksin 3-in-1 yang bisa diberikan kepada anak
yang berumur kurang dari 7 tahun. Biasanya vaksin DPT terdapat dalam bentuk suntikan,
yang disuntikkan pada otot lengan atau paha. Imunisasi DPT diberikan sebanyak 3 kali,
yaitu pada saat anak berumur 2 bulan (DPT I), 3 bulan (DPT II) dan 4 bulan (DPT III);
selang waktu tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi DPT ulang diberikan 1 tahun setelah
2
DPT III dan pada usia prasekolah (5-6 tahun). Jika anak mengalami reaksi alergi terhadap
1
vaksin pertusis, maka sebaiknya diberikan DT, bukan DPT.

Setelah mendapatkan serangkaian imunisasi awal, sebaiknya diberikan booster vaksin


Td pada usia 14-16 tahun kemudian setiap 10 tahun (karena vaksin hanya memberikan
perlindungan selama 10 tahun, setelah 10 tahun perlu diberikan booster). Hampir 85%
anak yang mendapatkan minimal 3 kali suntikan yang mengandung vaksin difteri, akan
memperoleh perlindungan terhadap difteri selama 10 tahun. DPT sering menyebakan efek
samping yang ringan, seperti demam ringan atau nyeri di tempat penyuntikan selama

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

beberapa hari. Efek samping tersebut terjadi karena adanya komponen pertusis di dalam
vaksin. Pada kurang dari 1% penyuntikan, DTP menyebabkan komplikasi berikut:

 Demam tinggi (lebih dari 40,5° Celsius)


 kejang-kejang
 Demam (resiko lebih tinggi pada anak yang sebelumnya pernah mengalami kejang
atau terdapat riwayat kejang dalam keluarganya)
 Syok (kebiruan, pucat, lemah, tidak memberikan respon).

Jika anak sedang menderita sakit yang lebih serius dari pada flu ringan, imunisasi DPT
bisa ditunda sampai anak sehat. Jika anak pernah mengalami kejang, penyakit otak atau
perkembangannya abnormal, penyuntikan DPT sering ditunda sampai kondisinya
membaik atau kejangnya bisa dikendalikan. 1-2 hari setelah mendapatkan suntikan DPT,
mungkin akan terjadi demam ringan, nyeri, kemerahan atau pembengkakan di tempat
penyuntikan. Untuk mengatasi nyeri dan menurunkan demam, bisa diberikan
asetaminofen (atau ibuprofen). Untuk mengurangi nyeri di tempat penyuntikan juga bisa
dilakukan kompres hangat atau lebih sering menggerak-gerakkan lengan maupun tungkai
yang bersangkutan. Imunisasi DT memberikan kekebalan aktif terhadap toksin yang
dihasilkan oleh kuman penyebab difteri dan tetanus. Vaksin DT dibuat untuk keperluan
khusus, misalnya pada anak yang tidak boleh atau tidak perlu menerima imunisasi
pertusis, tetapi masih perlu menerima imunisasi difteri dan tetanus. Cara pemberian
2
imunisasi dasar dan ulangan sama dengan imunisasi DPT. Vaksin disuntikkan pada otot
2
lengan atau paha sebanyak 0,5 mL. Vaksin ini tidak boleh diberikan kepada anak yang
sedang sakit berat atau menderita demam tinggi. Efek samping yang mungkin terjadi
adalah demam ringan dan pembengkakan lokal di tempat penyuntikan, yang biasanya
berlangsung selama 1-2 hari. Terdiri dari:

 Toxoid difteri racun yang dilemahkan


 Bordittela pertusis bakteri yang dilemahkan
 Toxoid tetanus racun yang dilemahkan (+) aluminium fosfat dan mertiolat

 Merupakan vaksin cair. Jika didiamkan sedikit berkabut, endapan putih didasarnya
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

 Diberikan pada bayi > 2 bulan oleh karena reaktogenitas pertusis pada bayi kecil.
 Dosis 0,5 ml secara intra muskular di bagian luar paha.
 Imunisasi dasar 3x, dengan interval 4 minggu.
 Vaksin mengandung Aluminium fosfat, jika diberikan sub kutan menyebabkan
iritasi lokal, peradangan dan nekrosis setempat.

Reaksi Pasca Imunisasi:

 Demam, nyeri pada tempat suntikan 1-2 hari diberikan anafilatik + antipiretik
 Bila ada reaksi berlebihan pasca imunisasi demam > 40°C, kejang, syok imunisasi
selanjutnya diganti dengan DT atau DPaT

Kontra Indikasi

 Kelainan neurologis n terlambat tumbuh kembang


 Ada riwayat kejang
 Penyakit degeneratif
 Pernah sebelumnya divaksinasi DPT menunjukkan: anafilaksis, ensefalopati,
kejang, renjatan, hiperpireksia, tangisan/teriakan hebat.

5. Imunisasi Campak
2
3
Imunisasi campak memberikan kekebalan aktif terhadap penyakit campak (tampek).
Imunisasi campak diberikan sebanyak 1 dosis pada saat anak berumur 9 bulan atau lebih.
Pada kejadian luar biasa dapat diberikan pada umur 6 bulan dan diulangi 6 bulan
kemudian. Vaksin disuntikkan secara subkutan dalam sebanyak 0,5 mL. Kontra indikasi
pemberian vaksin campak: - infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38°Celsius -
gangguan sistem kekebalan - pemakaian obat imunosupresan - alergi terhadap protein
telur - hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin - wanita hamil.

Efek samping yang mungkin terjadi berupa demam, ruam kulit, diare, konjungtivitis
dan gejala kataral serta ensefalitis (jarang). Imunisasi MMR memberi perlindungan

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

2
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

terhadap campak, gondongan dan campak Jerman dan disuntikkan sebanyak 2 kali.
Campak menyebabkan demam, ruam kulit, batuk, hidung meler dan mata berair. Campak
juga menyebabkan infeksi telinga dan pneumonia. Campak juga bisa menyebabkan
masalah yang lebih serius, seperti pembengkakan otak dan bahkan kematian. Gondongan
menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua
kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Gondongan bisa menyebabkan meningitis (infeksi
pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Kadang gondongan juga
menyebabkan pembengkakan pada buah zakar sehingga terjadi kemandulan. Campak
Jerman (rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar
getah bening leher. Rubella juga bisa menyebakban pembengkakan otak atau gangguan
perdarahan. Jika seorang wanita hamil menderita rubella, bisa terjadi keguguran atau
kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkannya (buta atau tuli). Terdapat dugaan bahwa
vaksin MMR bisa menyebabkan autisme, tetapi penelitian membuktikan bahwa tidak ada
hubungan antara autisme dengan pemberian vaksin MMR. Vaksin MMR adalah vaksin 3-
in-1 yang melindungi anak terhadap campak, gondongan dan campak Jerman. Vaksin
tunggal untuk setiap komponen MMR hanya digunakan pada keadaan tertentu, misalnya
jika dianggap perlu memberikan imunisasi kepada bayi yang berumur 9-12 bulan.
Suntikan pertama diberikan pada saat anak berumur 12-15 bulan. Suntikan pertama
mungkin tidak memberikan kekebalan seumur hidup yang adekuat, karena itu diberikan
suntikan kedua pada saat anak berumur 4-6 tahun (sebelum masuk SD) atau pada saat
anak berumur 11-13 tahun (sebelum masuk SMP). Imunisasi MMR juga diberikan kepada
orang dewasa yang berumur 18 tahun atau lebih atau lahir sesudah tahun 1956 dan tidak
yakin akan status imunisasinya atau baru menerima 1 kali suntikan MMR sebelum masuk
SD. Dewasa yang lahir pada tahun 1956 atau sebelum tahun 1956, diduga telah memiliki
kekebalan karena banyak dari mereka yang telah menderita penyakit tersebut pada masa
kanak-kanak. Pada 90-98% orang yang menerimanya, suntikan MMR akan memberikan
perlindungan seumur hidup terhadap campak, campak Jerman dan gondongan. Suntikan
kedua diberikan untuk memberikan perlindungan adekuat yang tidak dapat dipenuhi oleh
suntikan pertama. Efek samping yang mungkin ditimbulkan oleh masing-masing
komponen vaksin: Komponen campak 1-2 minggu setelah menjalani imunisasi, mungkin
akan timbul ruam kulit. Hal ini terjadi pada sekitar 5% anak-anak yang menerima suntikan
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

MMR. Demam 39,5° Celsius atau lebih tanpa gejala lainnya bisa terjadi pada 5-15% anak
yang menerima suntikan MMR. Demam ini biasanya muncul dalam waktu 1-2 minggu
setelah disuntik dan berlangsung hanya selama 1-2 hari. Efek samping tersebut jarang
terjadi pada suntikan MMR kedua.

Komponen gondongan Pembengkakan ringan pada kelenjar di pipi dan dan dibawah
rahang, berlangsung selama beberapa hari dan terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah
menerima suntikan MMR.

Komponen campak Jerman Pembengkakan kelenjar getah bening dan atau ruam kulit
yang berlangsung selama 1-3 hari, timbul dalam waktu 1-2 mingu setelah menerima
suntikan MMR. Hal ini terjadi pada 14-15% anak yang mendapat suntikan MMR. Nyeri
atau kekakuan sendi yang ringan selama beberapa hari, timbul dalam waktu 1-3 minggu
setelah menerima suntikan MMR. Hal ini hanya ditemukan pada 1% anak-anak yang
menerima suntikan MMR, tetapi terjadi pada 25% orang dewasa yang menerima suntikan
MMR. Kadang nyeri/kekakuan sendi ini terus berlangsung selama beberapa bulan (hilang-
timbul). Artritis (pembengkakan sendi disertai nyeri) berlangsung selama 1 minggu dan
terjadi pada kurang dari 1% anak-anak tetapi ditemukan pada 10% orang dewasa yang
menerima suntikan MMR. Jarang terjadi kerusakan sendi akibat artritis ini. Nyeri atau
mati rasa pada tangan atau kaki selama beberapa hari lebih sering ditemukan pada orang
dewasa. Meskipun jarang, setelah menerima suntikan MMR, anak-anak yang berumur
2
dibawah 6 tahun bisa mengalami aktivitas kejang (misalnya kedutan). Hal ini 5biasanya
terjadi dalam waktu 1-2 minggu setelah suntikan diberikan dan biasanya berhubungan
dengan demam tinggi. Keuntungan dari vaksin MMR lebih besar jika dibandingkan
dengan efek samping yang ditimbulkannya. Campak, gondongan dan campak Jerman
merupakan penyakit yang bisa menimbulkan komplikasi yang sangat serius. Jika anak
sakit, imunisasi sebaiknya ditunda sampai anak pulih.

Vaksin dari virus hidup (CAM 70- chick chorioallantonik membrane) yang
dilemahkan + kanamisin sulfat dan eritromisin Berbentuk beku kering, dilarutkan dalam 5
cc pelarut aquades.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

 Diberikan pada bayi umur 9 bulan oleh karena masih ada antibodi yang diperoleh
dari ibu.
 Dosis 0,5 ml diberikan sub kutan di lengan kiri.
 Disimpan pada suhu 2-8°C, bisa sampai – 20 derajat celsius
 Vaksin yang telah dilarutkan hanya tahan 8 jam pada suhu 2-8°C
 Jika ada wabah, imunisasi bisa diberikan pada usia 6 bulan, diulang 6 bulan
kemudian

Efek Samping: Demam, Diare, Konjungtivitis, Ruam setelah 7 – 12 hari pasca imunisasi.
Kejadian encefalitis lebih jarang

Kontra Indikasi:

 Infeksi akut dengan demam, defisiensi imunologik, tx imunosupresif, alergi


protein telur, hipersensitifitas dng kanamisin dan eritromisin, wanita hamil.
 Anak yang telah diberi transfusi darah atau imunoglobulin ditangguhkan minimal
3 bulan.
 Tuberkulin tes ditangguhkan minimal 2 bulan setelah imunisasi campak

6. Imunisasi HIB
2
Imunisasi Hib membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza 6tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi tenggorokan berat
yang bisa menyebabkan anak tersedak. Vaksin Hib diberikan sebanyak 3 kali suntikan,
biasanya pada saat anak berumur 2, 4 dan 6 bulan.
7. Imunisasi varisella
Imunisasi varisella memberikan perlindungan terhadap cacar air. Cacar air ditandai
dengan ruam kulit yang membentuk lepuhan, kemudian secara perlahan mengering dan
membentuk keropeng yang akan mengelupas. Setiap anak yang berumur 12-18 bulan dan
belum pernah menderita cacar air dianjurkan untuk menjalani imunisasi varisella. Anak-

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

anak yang mendapatkan suntikan varisella sebelum berumur 13 tahun hanya memerlukan
1 dosis vaksin. Kepada anak-anak yang berumur 13 tahun atau lebih, yang belum pernah
mendapatkan vaksinasi varisella dan belum pernah menderita cacar air, sebaiknya
diberikan 2 dosis vaksin dengan selang waktu 4-8 minggu. Cacar air disebabkan oleh virus
varicella-zoster dan sangat menular.
Biasanya infeksi bersifat ringan dan tidak berakibat fatal; tetapi pada sejumlah kasus
terjadi penyakit yang sangat serius sehingga penderitanya harus dirawat di rumah sakit
dan beberapa diantaranya meninggal. Cacar air pada orang dewasa cenderung
menimbulkan komplikasi yang lebih serius. Vaksin ini 90-100% efektif mencegah
terjadinya cacar air. Terdapat sejumlah kecil orang yang menderita cacar air meskipun
telah mendapatkan suntikan varisella; tetapi kasusnya biasanya ringan, hanya
menimbulkan beberapa lepuhan (kasus yang komplit biasanya menimbulkan 250-500
lepuhan yang terasa gatal) dan masa pemulihannya biasanya lebih cepat. Vaksin varisella
memberikan kekebalan jangka panjang, diperkirakan selama 10-20 tahun, mungkin juga
seumur hidup.
Efek samping dari vaksin varisella biasanya ringan, yaitu berupa:
• Demam
• Nyeri dan pembengkakan di tempat penyuntikan
• Ruam cacar air yang terlokalisir di tempat penyuntikan.

Efek samping yang lebih berat adalah:


• 2
Kejang demam, yang bisa terjadi dalam waktu 1-6 minggu setelah penyuntikan
• Pneumonia 7

• Reaksi alergi sejati (anafilaksis), yang bisa menyebabkan gangguan pernafasan,


kaligata, bersin, denyut jantung yang cepat, pusing dan perubahan perilaku. Hal ini
bisa terjadi dalam waktu beberapa menit sampai beberapa jam setelah suntikan
dilakukan dan sangat jarang terjadi.
• Penurunan koordinasi otot.
Imunisasi varisella sebaiknya tidak diberikan kepada:
 Wanita hamil atau wanita menyusui

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

 Anak-anak atau orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan yang lemah atau
yang memiliki riwayat keluarga dengan kelainan imunosupresif bawaan
 Anak-anak atau orang dewasa yang alergi terhadap antibiotik neomisin atau gelatin
karena vaksin mengandung sejumlah kecil kedua bahan tersebut
 Anak-anak atau orang dewasa yang menderita penyakit serius, kanker atau
gangguan sistem kekebalan tubuh (misalnya AIDS)
 Anak-anak atau orang dewasa yang sedang mengkonsumsi kortikosteroid - Setiap
orang yang baru saja menjalani transfusi darah atau komponen darah lainnya
 Anak-anak atau orang dewasa yang 3-6 bulan yang lalu menerima suntikan
immunoglobulin.
8. Imunisasi HBV
Imunisasi HBV memberikan kekebalan terhadap hepatitis B. Hepatitis B adalah suatu
infeksi hati yang bisa menyebabkan kanker hati dan kematian. Dosis pertama diberikan
segera setelah bayi lahir atau jika ibunya memiliki HBsAg negatif, bisa diberikan pada
saat bayi berumur 2 bulan.
Imunisasi dasar diberikan sebanyak 3 kali dengan selang waktu 1 bulan antara
suntikan HBV I dengan HBV II, serta selang waktu 5 bulan antara suntikan HBV II
dengan HBV III. Imunisasi ulangan diberikan 5 tahun setelah suntikan HBV III. Sebelum
memberikan imunisasi ulangan dianjurkan untuk memeriksa kadar HBsAg. Vaksin
disuntikkan pada otot lengan atau paha. Kepada bayi yang lahir dari ibu dengan HBsAg
positif, diberikan vaksin HBV pada lengan kiri dan 0,5 mL HBIG (hepatitis B immune
globulin) pada lengan kanan, dalam waktu 12 jam setelah lahir. Dosis kedua diberikan
2
pada saat anak berumur 1-2 bulan, dosis ketiga diberikan pada saat anak berumur 6 bulan.
8
Kepada bayi yang lahir dari ibu yang status HBsAgnya tidak diketahui, diberikan HBV I
dalam waktu 12 jam setelah lahir. Pada saat persalinan, contoh darah ibu diambil untuk
menentukan status HBsAgnya; jika positif, maka segera diberikan HBIG (sebelum bayi
berumur lebih dari 1 minggu). Pemberian imunisasi kepada anak yang sakit berat
sebaiknya ditunda sampai anak benar-benar pulih. Vaksin HBV dapat diberikan kepada
ibu hamil.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Efek samping dari vaksin HBV adalah efek lokal (nyeri di tempat suntikan) dan
sistemis (demam ringan, lesu, perasaan tidak enak pada saluran pencernaan), yang akan
hilang dalam beberapa hari.
9. Imunisasi Pneumokokus Konjugata
Imunisasi pneumokokus konjugata melindungi anak terhadap sejenis bakteri yang
sering menyebabkan infeksi telinga. Bakteri ini juga dapat menyebabkan penyakit yang
lebih serius, seperti meningitis dan bakteremia (infeksi darah). Kepada bayi dan balita
diberikan 4 dosis vaksin. Vaksin ini juga dapat digunakan pada anak-anak yang lebih
besar yang memiliki resiko terhadap terjadinya infeksi pneumokokus.

 Untuk mencegah infeksi SSP oleh karena Haemofilus influenza tipe B


 Diberikan MULAI umur 2-4 bulan, pada anak > 1 tahun diberikan 1 kali
 Vaksin dalam bentuk beku kering dan 0,5 ml pelarut dalam semprit.
 Dosis 0,5 ml diberikan IM
 Disimpan pada suhu 2-8°C
 Di Asia belum diberikan secara rutin
 Imunisasi rutin diberikan di negara Eropa, Amerika, Australia.

10. Imunisasi MMR

Imunisasi MMR sebaiknya tidak diberikan kepada:

 Anak yang alergi terhadap telur, gelatin atau antibiotik neomisin


 Anak yang 3 bulan yang lalu menerima gamma globulin
 Anak yang mengalami gangguan kekebalan tubuh akibat kanker, leukemia, 2
9
limfoma maupun akibat obat prednison, steroid, kemoterapi, terapi penyinaran atau
obati imunosupresan.
 Wanita hamil atau wanita yang 3 bulan kemudian hamil.

Kontra Indikasi: Wanita hamil, imuno kompromise, kurang 2-3 bulan sebelumnya
mendapat transfusi darah atau tx imunoglobulin, reaksi anafilaksis terhadap telur.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

11. Imunisasi Typhus

Tersedia 2 jenis vaksin: Suntikan (typhim) >2 tahun & oral (vivotif) > 6 tahun 3 dosis

 Typhim (Capsular Vi polysaccharide-Typherix) diberikan dengan dosis 0,5 ml


secara IM. Ulangan dilakukan setiap 3 tahun.
 Disimpan pada suhu 2-8°C
 Tidak mencegah Salmonella paratyphi A atau B
 Imunitas terjadi dalam waktu 15 hari sampai 3 minggu setelah imunisasi

Reaksi Pasca Imunisasi: Demam, nyeri ringan, kadang ruam kulit dan eritema, indurasi
tempat suntikan, daire, muntah.

12. Imunisasi Hepatitis A

Imunisasi diberikan pada daerah kurang terpajan, pada anak umur > 2 tahun. Imunisasi
dasar 3x pada bulan ke 0, 1, dan 6 bulan kemudian. Dosis vaksin (Harvix-inactivated virus
strain HM 175) 0,5 ml secara IM di daerah deltoid. Reaksi yag terjadi minimal kadang
demam, lesu, lelah, mual-muntah dan hialng nafsu makan.

13. Imunisasi TT

Imunisasi tetanus (TT, tetanus toksoid) memberikan kekebalan aktif terhadap


penyakit tetanus. ATS (Anti Tetanus Serum) juga dapat digunakan untuk pencegahan
(imunisasi pasif) maupun pengobatan penyakit tetanus. Kepada ibu hamil, imunisasi TT
diberikan sebanyak 2 kali, yaitu pada saat kehamilan berumur 7 bulan dan 8 bulan. Vaksin
3
ini disuntikkan pada otot paha atau lengan sebanyak 0,5 mL. Efek samping dari tetanus
0
toksoid adalah reaksi lokal pada tempat penyuntikan, yaitu berupa kemerahan,
pembengkakan dan rasa nyeri.

14. Imunisasi IPD

Apa gunanya vaksinasi IPD?

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

IPD adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri pneumokokus (streptoccoccus


pneumoniae). Bakteri tersebut secara cepat dapat masuk ke dalam sirkulasi darah dan
merusak (invasif) serta dapat menyebabkan infeksi selaput otak (meningitis) yang biasa
disebut radang otak.

Penelitian menunjukkan, sebagian besar bayi dan anak di bawah usia 2 tahun pernah
menjadi pembawa ( carrier) bakteri pneumokokus di dalam saluran pernapasan mereka.
Oleh karena itu, bayi baru lahir hingga bocah usia 2 tahun berisiko tinggi terkena IPD.
Yang paling fatal bila bakteri pneumokokus menyerang otak. Pada kasus-kasus meningitis
seperti ini, kematian akan menyerang 17% penderita hanya dalam kurun waktu 48 jam
setelah terserang. Kalaupun dinyatakan sembuh umumnya meninggalkan kecacatan
permanen, semisal gangguan pendengaran dan gangguan saraf yang selanjutnya
memunculkan gangguan motorik, kejang tanpa demam, keterbelakangan mental dan
kelumpuhan.

Dari ketiga bakteri yang biasa menyebabkan meningitis (Streptococcus pneumoniae,


Haemophilus influenzae type B, dan Neisseria meningitis), Streptococcus pneumoniae
merupakan bakteri yang seringkali menyerang anak di bawah 2 tahun. Meningitis karena
bakteri pneumokokus ini dapat menyebabkan kematian hanya dalam waktu 48 jam. Bila
sembuh pun sering kali meninggalkan kecacatan permanen.

Vaksinasi dipercaya sebagai langkah protektif terbaik mengingat saat ini resistensi
kuman pneumokokus terhadap antibiotik semakin meningkat. Karena anak-anak di bawah
usia 1 tahun memiliki risiko paling tinggi menderita IPD, maka amat dianjurkan agar
3
pemberian imunisasi dilakukan sedini mungkin. Untungnya, saat ini sudah ditemukan
1
vaksin pneumokokus bagi bayi dan anak di bawah 2 tahun. (dari artikel sebuah tabloid
kesehatan, oleh: Sukman Tulus Putra, dr.,Sp.A.(K), FACC, FECS, Ketua Umum Pengurus
Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Apakah vaksinasi ini dipakai di tempat lain?

Menurut salah seorang dokter di milis sehat(1): Aman tidak, Di indonesia baru tahun
ini 2006, tapi di Amrika, sejak 2000 sudah disuntikan wajib dan laporan ilmiah tahun
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

2001 telah 23 juta dosis diberikan dengan efek samping yang tidak jauh lebih banyak dari
efek samping imunisasi rutin saat itu. Sampai sekarang telah direkomendasikan di
Amerika, Australia, Korea, Philipina, Spanyol, Malaysia, Singapore dan Canada.

Apakah sudah dilaksanakan di Indonesia?

Situs resmi IDAI (www.idai.or.id) belum memasang jadwal terbaru setelah jadwal
tahun 2004 hasil revisi. Menurut salah seorang dokter di milis sehat(1): Dari bocoran hasil
rapat Satgas imunisasi IDAI di medan (1-5 mei) direkomendasikan untuk dimasukkan
bersamaan vaksin influensa pada jadwal rekomentasi idai 2006. Menurut situs majalah
Anakku (www.anakku.net dibuka pada tanggal 19 Mei 2006): Vaksinasi IPD
direkomendasikan oleh IDAI sejak tahun 2006 bersamaan dengan mulai
direkomendasikannya vaksinasi Influenza.

Bagaimana jadwalnya?

Imunisasi IPD pada usia (1):

 < 6 bulan: diberikan dasar 3 kali jarak 2 bulan dan penguat/ulangan (booster) pada
usia 12 – 15 bulan. > 4 kali
 6 - 12 bulan diberikan dasar 2 kali, dan penguat seperti diatas > 3 kali 12 – 24
bulan . Diberikan dasar 2 kali tidak perlu penguat. > 2 kali
3
 24 bulan. Diberikan 1 kali > 1 kali
2

Apa nama vaksin IPD?

Ada dua jenis yang sudah beredar, dan ada yang dalam pengembangan/penelitian:

 Prevenar atau PCV 7 (diseluruh dunia sama mereknya): berisi 7 serotype (4,
6B, 9V, 14, 18C, 19F and 23F). Bisa diberikan pada sejak bayi usia 2 bulan.
Harganya relatif mahal.
 Pneumo23: berisi 23 serotype, diberikan pada anak berusia lebih dari 2
tahun. Harganya lebih murah.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

 Sedang dikembangkan vaksin baru berisi 9 serotype (prevenar ditambah


serotype 1 dan 5, yang banyak menimbulkan pneumococcus disease di negara
berkembang). Diharapkan ijinnya akan keluar 2-3 tahun lagi. (Produksi Wyeth)
 Sedang dikembangkan juga vaksin berisi 11 serotype (produksi GSK dan
Sanofi-Pasteur).

Ada keuntungan lain dalam penelitian vaksin produksi baru ini bahwa: In addition, an
unexpected benefit of vaccination (9 serotype vaccine) was the decrease of symptomatic
pneumonia cases associated with a viral infection, whether influenza virus or one of the
paramyxoviruses.

Apa efek samping vaksinasi ini?

Menurut labelnya, efek samping yang sering terjadi (Very common) pada pemberian
prevenar pada saluran pencernaan adalah diare dan muntah. Menurut artikel oleh dokter
Sukman Tulus Putra: Reaksi terhadap vaksin yang terbanyak dilaporkan adalah demam
ringan < 38 derajat Celcius, rewel, mengantuk (drowsy), dan beberapa reaksi ringan
lainnya yang biasa ditemui pada pemberian berbagai jenis vaksin.

Dalam praktek, salah seorang dokter di milis sehat(1) menyampaikan: dari 20an kasus,
5-8 pasien menelefon dan mengatakan panas tapi tidak tinggi (<38). Ada 1 pasien yang
nafsu makannya menurun dan panasnya > 38. Belum ada yang mengeluh 3diare dan
3
muntah.
Apa yang perlu diperhatikan?

Bila ada riwayat reaksi alergi terhadap imunisasi Dipteria (DPT), maka tidak diberikan
imunisasi IPD jenis Prevenar (kontraindikasi), karena dalam Prevenar ada kandungan
varian dari Diphteria toxin (sebagai protein-carrier).

Pemberian imunisasi IPD tidak menghapus jadwal imunisasi yang lain (seperti HiB,
tetap seperti jadwalnya).

Apa kendalanya?

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Harga vaksinasi masih relatif tinggi. Dilaporkan berkisar 850-950 ribu rupiah
(Prevenar). WHO menyebutkan: A vaccine providing effective protection against
pneumococcal disease for young children in developing countries may be ready for use in
2008-2009, and could be introduced in such countries provided adequate supply and
financial help are arranged.

2.4 Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah dengan Vaksinasi/Imunisasi

2.4.1 Vaksinasi

Vaksin itu antara lain untuk penyakit:

1. Tetanus

Tetanus adalah infeksi akut karena racun yang dibuat dalam tubuh oleh bakteri
Clostridium tetani. Penyakit ini bisa membuat kejang otot, rahang terkancing, gangguan
bernapas, dan kematian. Bakterinya terdapat di debu, tanah, lalu masuk ke dalam tubuh
manusia melalui luka terpotong, luka terbuka, dan luka terbakar. Macam vaksinnya
adalah toksoid, diberikan dalam bentuk suntikan. Vaksinasi tetanus biasanya diberikan
sebagai imunisasi dasar pada bayi melalui vaksinasi DPT dan perlu diulang setelah 10
tahun. 3
4

2. Meningitis meningokokus (Meningokok)


Penyakit radang selaput otak (meningitis) disebabkan oleh bakteri Neisseria
meningitidis (meningokokus). Cara penularannya melalui udara, batuk, bersin dari
orang yang telah terinfeksi bakteri, atau kontak dengan sekret pernapasan (minum dari

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

gelas yang sama). Gejala penyakitnya berupa demam, sakit kepala, dan tidak enak
badan. Penyakit ini lebih sering terdapat di Afrika dan agak jarang dijumpai di
Indonesia. Biasanya, para calon jemaah haji diwajibkan menjalani vaksinasi ini tiga
minggu sebelum keberangkatan. Vaksinnya diberikan dalam bentuk suntikan, dan
bertahan di tubuh selama 2-3 tahun.

3. Tifoid
Lebih dikenal sebagai penyakit typhus atau demam Tifoid. Penderita akan C), sakit
3
kepala, rasa mengalami panas tubuh yang tinggi (di atas 40 lelah, dan hilang
5 nafsu
makan. Gejala lain, sakit pada perut, buang-buang air, mual, dan menggigil. Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi bakteri Salmonella typhi. Penularan terjadi akibat
mengonsumsi air atau makanan yang terkontaminasi bakteri. Vaksinnya berupa bakteri
yang dimatikan, diberikan melalui oral (ditelan) atau suntikan (jenis vaksinnya Thyvim
A). Satu kali vaksinasi bertahan untuk tiga tahun.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

4. Campak (Measle)
Penyakit yang disebabkan virus ini memiliki gejala demam, menggigil, serta
hidung dan mata berair. Timbul ruam-ruam pada kulit berupa bercak dan bintil
berwarna merah pada kulit muka, leher, dan selaput lendir mulut. C. Terjadi°Saat
penyakit memuncak, suhu tubuh bisa mencapai 40 pembengkakan di sekeliling mata,
membuat penderita silau melihat cahaya terang. Vaksin campak merupakan virus yang
dilemahkan, dan diberikan dalam bentuk suntikan.

5. Parotitis (Mumps)
Disebabkan oleh virus yang menyerang kelenjar air liur di mulut, dan
3 banyak
6
diderita anak-anak dan orang muda. Semakin tinggi usia penderita, gejala yang
dirasakan lebih hebat. Kebanyakan, orang menderita penyakit ini hanya sekali seumur
hidup. Tetapi, sekitar 10% penderita kemungkinan bisa mengalami serangan kedua.
Vaksinnya merupakan virus yang dilemahkan, diberikan dalam bentuk suntikan.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

6. Rubella (Campak Jerman)


Rubella merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus, mengakibatkan ruam
pada kulit menyerupai campak, radang selaput lendir, dan radang selaput tekak. Ruam
ini biasanya hilang dalam waktu 2-3 hari. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku pada
persendian, dan rasa lemas. Biasanya diderita setelah penderita berusia belasan tahun
atau dewasa. Bila infeksi terjadi pada wanita yang sedang hamil muda (tiga bulan
pertama) dapat memengaruhi pertumbuhan bayi. Nama vaksinasinya MMR (Measle
Mumps Rubella). Vaksinasi ini dianjurkan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu ketika
usia wanita mencapai 18 tahun dan disarankan satu kali lagi ketika akan menikah. Bila
sudah menerima 2 kali, maka tidak perlu diulang lagi.

7. Yellow Fever (Demam Kuning)


Penyakit ini disebabkan virus yang dibawa nyamuk Aedes dan Haemagogus.
3
Orang yang akan bepergian ke Afrika Selatan wajib menjalani vaksinasi penyakit ini.
7
Serangan ringan demam kuning memberikan gejala mirip dengan flu. Bila lebih parah
akan disertai dengan timbulnya rasa mual, muntah-muntah, perdarahan, lalu kulit
menjadi kekuningan. Vaksin diberikan dalam bentuk suntikan. Satu kali suntikan
bertahan memberi perlindungan selama 10 tahun.

8. Hepatitis B
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Vaksinasi hepatitis B diperlukan untuk mencegah gangguan hati yang disebabkan


oleh virus hepatitis B (VHB). Gejala penyakitnya diawali dengan timbulnya demam
selama beberapa hari. Lalu timbul rasa mual, keletihan, dan tetap terasa letih meski
telah beristirahat cukup. Urine (air seni) akan terlihat keruh seperti air teh. Bagian putih
bola mata dan kuku akan terlihat berwarna kuning. Cara penularannya mirip dengan
HIV/AIDS, yaitu melalui darah atau produk darah. Misalnya, lewat transfusi darah
yang telah tercemar HVB, penggunaan bersama peralatan yang bisa melukai, seperti
jarum suntik, pisau cukur, jarum tindik, jarum tato, sikat gigi yang dipakai oleh
penderita HVB (karena bila terjadi luka berarti darah yang menempel di alat tersebut
bisa menjadi sumber penularan), dan melalui hubungan seksual. Vaksin diberikan
dalam bentuk suntikan, dilakukan tiga kali, yaitu bulan ke-0 (saat pertama
penyuntikan), ke-1, dan ke-6.

3
8

9. Japanese B enchephalitis
Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menimbulkan infeksi pada otak. Virus
dibawa oleh nyamuk Culex yang hidup di daerah Asia (dari India Timur ke Korea,
Jepang, dan Indonesia). Vaksinasi diberikan melalui suntikan pada hari ke-0, 7, dan 28.
Dilakukan vaksinasi pendukung setahun kemudian. Vaksinasi diulang setiap 3 tahun.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

10. Rabies
Penyakit infeksi pada otak ini disebabkan oleh virus. Penularannya melalui gigitan
atau cakaran hewan yang terinfeksi virus rabies. Hewan yang mungkin menularkan
rabies adalah anjing, kucing, kelelawar, monyet, dan lainnya. Vaksin diberikan melalui
suntikan sebanyak 3 kali, yaitu hari ke-0, 7, dan 28. Vaksinasi pendukung dilakukan
setahun kemudian. Vaksinasi rabies diulang setiap 5 tahun. Bagi yang belum pernah
menerima vaksinasi rabies, penyuntikan dilakukan sebanyak 5 kali, yaitu pada hari ke-
0, 3, 7, 14, dan 28. Penyuntikan dilakukan lagi setelah 3 bulan.

3
9

11. Influenza
Penyakit yang disebabkan oleh virus dari keluarga Orthomyxoviridae ini
menimbulkan wabah berulang dengan aktivitas kuat serta kejadian infeksi dan
kematian yang tinggi pada semua usia. Influenza merupakan penyakit yang cukup
berat bila diderita oleh orang berusia lanjut (di atas 65 tahun) serta penderita yang
mempunyai penyakit jantung, paru-paru, dan diabetes mellitus (kencing manis).
Karena itu, vaksinasi influenza sangat penting diterima oleh kelompok ini ditambah
dengan para penderita asma, gagal ginjal, dan penderita dalam keadaan
imunkompromais (orang yang kekebalan tubuhnya menurun karena suatu hal.
Misalnya, orang yang harus menjalani cuci darah, penderita HIV/AIDS). Vaksin
influenza diberikan setiap tahun.
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

2.4.2 Imunisasi
Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi
4
1. Parvovirus
0
Parvovirus disebabkan oleh virus yang menyerang sistem kerja usus, sel darah
putih, dan hati. Penyakit ini tergolong jenis baru. Mula-mula muncul di Amerika
Serikat, Kanada, Eropa, kemudian di Australia. Penyakit ini menyebar ke seluruh
dunia seiring dengan globalisasi dalam segala hal.

Parvovirus dapat menyerang anjing segala ras dan berbagai tingkat umur. Penyakit
ini dapat berakibat kematian. Angka kematian akibat penyakit ini sangat tinggi karena
penderita menglami dehidrasi hebat.

Virus menginfeksi tubuh setelah 5-7 hari. Gejala awal tampak anjing muntah dan
diare, tubuh anjing pun mengalami dehidrasi. Nafsu makan juga menurun. Biasanya,
disertai peingkatan suhu tubuh. Hingga kini obat yang efektif untuk penyakit ini belum
ditemukan. Bila anjing telah terserang, pengobatan awal yang dilakukan untuk
mengatasi dehidrasi dan mencegah infeksi skunder dengan cara pemberian obat.
Karena anjing selalu muntah maka pengobatan tidak dilakukan melalui mulut, tetapi
melui infus.

2. Distemper

Penyebab distemper adalah virus dari golongan Paramyxovirus. Penyakit ini


menyerang anjing semua umur, tetapi yang paling rentan adalah anak anjing berumur
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

2-3 bulan. Masa inkubasi atau kurun waktu masuknya virus ke dalam tubuh sampai
menimbulkan gejala penyakit adalah 6-12 hari dan bisa lebih pendek lagi jika kondisi
tubuh anjing kurang fit. Gejala-gejala yang muncul pada anjing yang terserang
distemper adalah sebagai berikut:

 Muntah-muntah

Kira-kira seminggu setelah virus masuk ke dalam tubuhnya, anjing mengalami


muntah-muntah dan dua hari kemudian anjing tidak mau makan. Badannya
menggigil dengan suhu tubuh mencapai 40º C, tampak mengantuk, dan kotorannya
lunak.
4
1
 Batuk kering

Gejala yang tampak selanjutnya adalah lesu dan pandangan sayu, sera tidak
bergairah dan kelihatan tertekan. Kemudian anjing akan mengalami batuk-batuk
kering, hidung kering tapi berlendir, dan kotorannya yang lunak mulai terlihat
disertai nanah.

 Batuk hebat

Pada stadium berikutnya, batuknya semakin menjadi, hidungnya kotor dan


berlendir, serta berkerak karena nanah. Berat badannya menyusut drastis.

 Selaput putih mata menjadi merah

Selain batuknya semakin menjadi, pernapasannya menjadi cepat sekali karena


mungkin menderita radang paru. Kemudian, selaput putih pada matanya menjadi
merah.

 Suhu mendadak naik

Suhu badan anjing penderita distemper berubah-ubah. Setelah beberapa saat turun,
tiba-tiba naik lagi dan bahkan melebihi 40 ºC, serta bisa terkena radang otak.
Lama-kelamaan akan lumpuh dan kejang-kejang karena sarafnya terganggu.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

3. Rabies

Rabies adalah jenis penyakit pada anjing yang paling banyak dikenal masyarakat.
Penyakit ini juga sering disebut dengan anjing gila karena menyerang sistem syaraf,
sehingga anjing kehilangan kendali perilakunya. Rabies termasuk penyakit hewan
yang ditakuti karena bersifat zoonosis atau bisa menular ke manusia.

Gejala awal penyakit yang disebabkan oleh virus dari kelompok Rabdovirus ini
adalah anjing kehilangan nafsu makan, gelisah, menyendiri, dan agresif. Selanjutnya
anjing cenderung menggigit benda-benda yang tidak basa seperti rumput, tanah, dan
batu. Pada tahap berikutnya, anjing penderita rabies selalu mencari tempat-tempat
4
yang gelap untuk berlindung, manik mata membesar, dan pandangannya2 kosong.
Anjing penderita rabies tidak lagi mengenali tuannya.

Virus rabies bersarang di kelnjar ludah, pankreas, dan jaringan syaraf. Karenanya,
penularan baik pada anjing lain maupun pada manusia bisa melalui gigitan dari anjing
penderita rabies. Masa inkubasi berlangsung 3-8 minggu, tergantung pada kecepatan
virus menjalar ke sistem syaraf. Mengurangi resiko penularan melalui gigitan bisa
dilakukan dengan segera membersihkan luka bekas gigitan anjing gila menggunakan
air bersih, selanjutnya membersihkan ulang menggunakan alkohol 70% dan akhirnya
membawanya ke dokter.

Rabies adalah penyakit anjing yang tidak bisa diobati. Karenanya, anjing penderita
rabies sebaiknya segera di musnahkan sebelum menulari anjing lain dan manjadi
ancaman bagi manusia. Upaya pencegahan melalui vaksinasi rabies harus dilakukan
agar anjing memiliki kekebalan terhadap penyakit berbahaya ini.

4. Leptosprirosis

Penyakit yang dikenal dengan istilah demam tikus ini disebabkan bakteri dari
ordo Spirochaetales. Penyakit ini bisa menular ke manusia. Penularan terjadi karena
anjing suka menjilati air dan kotoran anjing lain yang terkontaminasi.

Gejala yang tampak sering dihubungkan dengan adanya kerusakan darah, penyakit
hati, dan ginjal. Gejala tersebut antara lain demam tinggi, anjing mengalami kejang,
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

rasa nyeri perut, muntah-muntah, dan mencret serta rahang, gigi, dan mulut tampak
kekuningan.

Untuk pencegahan, lakukan vaksinasi secara teratur. Menjaga tempat pakan agar
tetap bersih. Jangan sekali-kali membiarkan atau meninggalkan anjing setelah selesai
makan. Wadah pakan segera diambil, bila tidak bisa dikerubungi lalat atau dikencingi
kecoa, tikus atau binatang lain.

5. Canine Hepatitis (Radang Hati)

4
Pemicu penyakit radang hati adalah virus golongan Adenovirus tipe 1 dan 2. virus
3
ini menyerang anjing segala umur. Sumber penularan virus yaitu air kencing, kotoran,
darah dan air liur penderita.

Anjing yang sakit mengalami demam tinggi, terlihat gelisah, depresi, kehilangan
nafsu makan, lesu, muntah, radang tenggorokan dan nyeri lambung akut. Gejala lain
yang muncul kornea mata memutih, keluar suatu lapisan dari selaput mata dan mulut,
serta kulit berwarna kekuningan.

Lakukan vaksinasi hepatitis secara rutin tiap tahun. Untuk mencegah agar tidak
terjadi penularan lebih luas, sebaiknya dua minggu setelah penderita hepatitis
disingkirkan, anjing lain baru diijinkan kembali ke lingkungan asal. Tentunya lakukan
vaksin hepatitis pada anjing sehat terlebih dahulu. Pengobatan diarahkan pada
penanggulangan dehidrasi, pencegahan komplikasi, serta memperkuat daya tahan dan
kondisi umum.

2.5 Penatalaksanaan Vaksinasi/Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah mempertinggi daya tahan tubuh agar anak Anda tidak terkena
penyakit infeksi. Meskipun penyakitnya sudah tidak ada, imunisasi tetap diperlukan untuk
berjaga-jaga kalau penyakit tersebut muncul kembali.

Sebagian besar imunisasi diberikan ketika anak berumur 4 bulan. Anda akan mendapat
kartu yang berisi jadwal imunisasi dan kapan seharusnya imunisasi diberikan. Jangan lupa

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

mencatat tanggal dan jenis vaksinasi yang telah diberikan untuk membantu dokter
menentukan apakah anak Anda perlu mendapat vaksinasi tertentu.

Umumnya dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan keluarga untuk menentukan
apakah anak Anda perlu mendapatkan vaksinasi jenis tertentu. Misalnya, bila di keluarga
Anda ada yang menderita TBC, anak Anda harus mendapat suntikan BCG pada sekitar usia 1
tahun.

Tabel berikut adalah jenis imunisasi yang dianjurkan pada masa kanak-kanak serta tabel penyakit
infeksi yang paling sering terjadi pada anak-anak. 4
4
Penyakit Waktu Reaksi Perlindungan
Imunisasi DPT, Suntikan pada umur 2, 4, Anak bisa Tetanus harus diulang
difteri, batuk rejan 6, 18 bulan. Dan diulang demam, tempat setiap 5 tahun supaya
(partusis), tetanus pada 4-5 tahun suntikan terasa terhindar dari tetanus
sakit.
Polio Vaksin diminum pada usia Tidak ada Harus diulang agar selalu
0, 2, 3, 4, 6, 18 bulan dan terlindung
ulangi pada umur 5 tahun
Campak Suntikan pada usia 9 bulan Demam dan Tidak diketahui berapa
dan diulang pada usia 6 timbul bercak- lama sejak vaksinasi
tahun bercak terakhir
Tuberkolosa (BCG) Suntikan pada usia 0-3 Sakit dan kaku Seumur hidup
bulan dan diulang pada di tempat
usia 10-13 tahun, kalau suntikan
dianggap perlu.
Rubella Suntikan untuk anak Mungkin nyeri Tidak diketahui berapa
perempuan usia 10-14 sendi lama sejak vaksinasi
tahun terakhir

Keterangan jadwal imunisasi berdasarkan usia pemberian, sesuai IDAI, periode 2004.

Umur Vaksin Keterangan


Saaat Hepatitis HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada
lahir B-1 umur 1 dan 6 bulan
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di
RB/RS, polio diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari
transmisi virus vaksin terhadap bayi lain)
1 bulan Hepatitis Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan
B-2
0-2 BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada >3
4
bulan bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG
5
diberikan apabila hasilnya negatif.
2 bulan DTP-1 Diberikan pada umur lebih dari 6 minggu
Hib-1 Diberikan mulai umur 2 bulan
Polio-1 Dapat diberikan bersama DTP-1
4 bulan DTP-2 Diberikan secara terpisah
Hib-2 Hib-2 dapat dikombinasikan dengan Hib-2
Polio-2 Diberikan bersama dengan DPT-2
6 bulan DTP 3 Dapat dikombinasikan dengan Hib-3
Hib-3
Diberikan bersama DTP-3
Polio 3
9 bulan Campak-1 Campak 1 diberikan pada umur 9 bulan, apabila telah mendapat MMR
pada usia 15 bulan, Campak 2 tidak perlu diberikan.
15 -18 MMR Apabila sampai usia 12 bulan belum mendapat imunisasi cacar
bulan

Hib-4
18 DTP-4 Diberikan satu tahun setelah DTP-3
bulan Polio-4 Diberikan bersamaan dengan DTP-4
2 tahun Hepatitis Direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan 2 kali dengan interval
A 6-12 bulan
2-3 Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2
tahun tahun, perlu diulang setiap 3 tahun.
5 tahun DTP-5 Diberikan pada umur 5 tahun
Polio-5 Diberikan bersama DTP-5
6 tahun MMR Diberikan untuk catch up immunization pada anak yang belum mendapat
MMR-1
10 dT/TT Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 diberikan untuk imunitas selama
tahun
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 4
6
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

25 tahun.

Diberikan pada umur 10 tahun


Varisela

Jadwal Imunisasi

Temukan bagaimana cara vaksin bekerja untuk merangsang sistem kekebalan tubuh
dan memerangi penyakit infeksi. Pahami perbedaan antara kekebalan alami dengan
kekebalan karena vaksin, dan belajar lebih jauh tentang tipe dari vaksin.

Bakteri, virus dan kuman penyakit mengancam tubuh setiap harinya. Tetapi bila
penyakit yang disebabkan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh, maka tubuh kita
akan membentuk suatu sistem kekebalan, membuat protein yang disebut antibodi untuik
melawan mikroorganisme tersebut. Tujuan dari sistem kekebalan tubuh adalah mencegah

4
KELOMPOK V (LIMA) 7
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

penyakit dengan menghancurkan serbuan dari luar atau membuatnya menjadi tidak
berbahaya.

Vaksin merangsang sistem kekebalan tubuh. Untuk memahami bagaimana vaksin bekerja,
maka perlu diketahui juga bagaimana tubuh kita mendapatkan kekebalan.

Memahami Kekebalan Tubuh

Tubuh kita bisa kebal terhadap bakteri, virus dan kuman dengan dua cara:

• Dengan mendapat penyakit (kekebalan alami).


• Dengan vaksin (kekebalan yang disebabkan oleh vaksin).

Baik itu kekebalan alami atau dari vaksinasi, sekali anda mendapat kekebalan terhadap
penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme, anda akan lebih terlindungi dari penyakit
tersebut.

Kekebalan Alami

Kekebalan alami berkembang setelah terekspos oleh organisme tertentu. Sistem


kekebalan anda akan bekerja sebagai pertahanan terhadap penyakit yang sama dari virus
atau bakteri tertentu.
Paparan terhadap penyerbu ini akan merangsang pembentukan sel darah putih tertentu
dalam tubuh yang disebut sel B. Sel B memproduksi plasma sel, yang kemudian
memproduksi antibodi yang didesain spesifik untuk melawan kuman. Antibodi ini
disirkulasi ke cairan tubuh. Bila ada kuman yang sama masuk dalam tubuh di lain waktu,

4
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT 8
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

antibodi itu akan mengenali dan akan menghancurkannya. Sekali tubuh kita memproduksi
antibodi tertentu, maka antibodi tersebut akan diproduksi bila diperlukan.
Disamping kerja B sel, sel darah putih lain singgah macrophages menghadapi dan
memusnahkan penyerbu asing. Jika tubuh bertemu dengan kuman yang belum pernah
terekspos sebelumnya, informasi mengenai kuman disampaikan ke sel darah putih yang
disebut sel T pembantu. Sel ini membantu produksi sel yang berjuang melawan infeksi lain.
Satu kali terekspos oleh virus atau bakteri tertentu, waktu berikutnya terekspos, antibodi dan
sel T akan bekerja. Mereka dengan segera bereaksi terhadap organisme, menyerangnya
sebelum penyakit berkembang.
Sistem kekebalan bisa mengenali dan secara efektif bertempur melawan organisme yang
berbeda.

Kekebalan karena Vaksin

Selama vaksinasi, vaksin yang mengandung virus, bakteri atau organisme lain yang telah
mati atau dilemahkan disuntikkan ke dalam tubuh (kiri). Vaksin kemudian merangsang
sistem kekebalan tubuh untuk memproduksi antibodi untuk melawan organisme tersebut
(tengah). Lain waktu saat organisme tersebut kembali menyerang tubuh, antibodi dari
sistem kekebalan akan menyerang dan akan menghentikan infeksi (kanan).
Hasil kekebalan yang disebabkan oleh vaksin didapat setelah menerima vaksin. Vaksin
memicu kemampuan sistem kekebalan berjuang melawan infeksi dengan tanpa kontak
langsung dengan kuman yang menghasilkan penyakit. Vaksin berisi kuman yang telah
dimatikan atau dilemahkan atau derivatifnya. Kalau diberikan kepada orang sehat, vaksin
memicu respon kekebalan tubuh. Vaksin memaksa tubuh berpikir bahwa sedang diserang
4
KELOMPOK V (LIMA)
9
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

oleh organisme spesifik, dan sistem kekebalan bekerja untuk memusnahkan penyerbu dan
mencegahnya menginfeksi lagi.
Jika terekspos terhadap penyakit saat telah divaksin, kuman yang menyerbu akan
menghadapi antibodi. Kekebalan anda berkembang mengikuti vaksinasi mirip kekebalan
yang diperoleh dari infeksi alami.
Beberapa dosis vaksin mungkin diperlukan untuk jawaban kebal yang penuh. Beberapa
orang gagal mendapatkan kekebalan penuh saat dosis pertama vaksin tetapi memberi hasil
pada dosis lanjutan. Sebagai tambahan, kekebalan yang didapatkan dari beberapa vaksin,
seperti tetanus dan pertussis, tidak untuk seumur hidup. Karena respon kekebalan mungkin
berkurang dengan berjalannya waktu, mungkin perlu dosis vaksin tambahan untuk
memulihkan atau menambah kekebalan.

Tipe-tipe Vaksin
Vaksin disiapkan dengan beberapa cara yang berbeda. Untuk tiap tipe, tujuannya adalah
sama, yaitu merangsang sistem kekebalan tanpa menyebabkan penyakit.

• Vaksin dilemahkan. Beberapa vaksin, seperti campak, cacar dan cacar air
(variscella), menggunakan virus hidup yang telah dilemahkan. Vaksin tipe ini
menghasilkan respon antibodi yang kuat, seringkali hanya perlu satu kali pemakaian
diperlukan untuk kekebalan seumur hidup.
• Vaksin inaktifasi. Vaksin lain dibuat dengan cara menggunakan bakteri atau virus
yang sudah di inaktifasi. Vaksin polio dibuat dengan cara ini. Vaksin ini umumnya
lebih aman dari vaksin hidup karena organisme penyebab penyakit tidak dapat
bermutasi kembali menyebabkan penyakit setelah organisme tersebut dimatikan.
• Vaksin toksoid. Beberapa tipe bakteria menyebabkan penyakit dengan
memproduksi toksin yang menyerang pembuluh darah. Vaksin toksoid, seperti pada
difteri dan tetanus,
• Vaksin aselular dan subunit. Vaksin aselular dan subunit dibuat dengan
menggunakan bagian-bagian dari virus atau bakteri. Vaksin hepatitis dan Haemophilus
influenzae tipe b dibuat dengan cara ini.
5
0
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Saat ini, vaksin untuk hampir dua lusin penyakit berbeda diizinkan untuk penggunaan
di Amerika. Ada 12 vaksin yang direkomendasikan untuk anak berumur dibawah 2 tahun.
Menurut Pusat untuk Kontrol Penyakit dan Pencegahan, usaha imunisasi yang tersebar
luas sudah merendahkan laju timbulnya beberapa penyakit gawat, termasuk diphtheria,
tetanus, campak dan polio sebanyak lebih dari 95 persen sejak awal abad ke-20.

Kekebalan buatan atau kekebalan alami: mana yang lebih baik?

Penyakit yang dapat membunuh atau menyebabkan cacat permanen sebaliknya dapat
dicegah dengan vaksin, seperti kelumpuhan pada polio, kerusakan pendengaran pada
radang selaput otak, kerusakan hati pada hepatitis B, atau kerusakan otak (radang otak)
pada campak. Kekebalan dari perlindungan vaksin menawarkan perlindungan yang mirip
dengan bila diperoleh dari infeksi alami. Pada saat yang bersamaan, vaksin jarang
menyebabkan individu dalam resiko keadaan komplikasi serius akibat infeksi.

Beberapa orang percaya bahwa banyak yang terjangkit saat mewabahnya suatu
penyakit adalah sebenarnya yang dulunya divaksinasi. Dan ada yang bilang bahwa
kekebalan dari vaksin tidak efektif. Benar bahwa vaksin tidak 100 persen melindungi.
Kebanyakan vaksin yang disuntikkan saat masa kecil efektif bagi 85% hingga 95% dari
penerima. Selama mewabahnya suatu penyakit, sejumlah orang yang pernah divaksinasi
memang akan ketularan penyakit. Tetapi, biasanya orang yang telah divaksinasi biasanya
sakitnya lebih tidak parah, sedangkan yang tidak divaksinasi lebih dalam bahaya besar.

2.6 Efek Sampimg Vaksinasi/Imunisasi

2.6.1 Efek Samping Vaksinasi

Vaksin, seperti obat apapun, mampu menyebabkan masalah serius, seperti reaksi alergi
parah. Risiko vaksin MMR menyebabkan luka serius, atau kematian, sangat kecil.
Mendapatkan vaksin MMR jauh lebih aman daripada mendapatkan salah satu dari ketiga
penyakit. Kebanyakan orang yang mendapatkan vaksin MMR tidak memiliki masalah
5
dengan hal itu. 1

Masalah ringan
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

 Demam (sampai dengan 1 orang dari 6)


 Ruam ringan (sekitar 1 orang dari 20)
 Pembengkakan kelenjar di pipi atau leher (jarang) Jika masalah ini terjadi,
biasanya dalam waktu 7-12 hari setelah tembakan.
 Mereka terjadi lebih sering setelah dosis kedua.
Masalah Moderat

 Kejang (menyentak atau menatap) yang disebabkan oleh demam (sekitar 1 dari
3.000 dosis)
 Sementara rasa sakit dan kekakuan pada sendi, terutama pada wanita remaja atau
dewasa (sampai dengan 1 dari 4)
 Sementara jumlah trombosit yang rendah, yang dapat menyebabkan gangguan
perdarahan (sekitar 1 dari 30.000 dosis)
Masalah yang parah (Sangat Langka)

 Reaksi alergi yang serius (kurang dari 1 dari satu juta dosis)
 Beberapa masalah berat lainnya telah diketahui terjadi setelah anak mendapat
vaksin MMR. Tapi ini sangat jarang terjadi, para ahli tidak bisa memastikan apakah
mereka disebabkan oleh vaksin atau tidak. Ini termasuk:
• Keadaan tuli
• Jangka panjang kejang, koma, atau menurunkan kesadaran
• Tetap kerusakan otak

Ada banyak vaksinasi diperlukan untuk bayi dan tiap vaksin memiliki efek samping.
Tidak semua bayi akan mengalami efek samping sementara akan beberapa. Berikut ini
adalah beberapa efek samping bayi Anda mungkin pengalaman dari berbagai vaksin:

Hepatitis B
Hepatitis B diberikan kepada bayi dan efek samping yang serius sangat jarang. Efek
5
samping yang lebih umum adalah kelembutan atau kemerahan di tempat suntikan dan
2 anak
demam. Jika anak Anda saat ini sedang sakit maka imunisasi harus ditunda. Jika

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Anda mengalami reaksi alergi pada vaksinasi hepatitis B sebelumnya maka seri
tambahan harus dihindari.

1. Vaksin Pneumokokus PCV


Vaksin ini melindungi terhadap bakteri meningitis, pneumonia, dan infeksi darah. Efek
samping mungkin termasuk demam rendah, bengkak atau nyeri di tempat suntikan,
atau bahkan kemerahan. Sebelumnya reaksi terhadap vaksin harus menghentikan
waran seri ini vaksinasi tertentu. Efek samping dari vaksin ini meliputi kelelahan,
mudah tersinggung, demam, kehilangan nafsu makan, bengkak di tempat suntikan
bersama dengan kemerahan dan kelembutan. Beberapa anak, dalam kasus yang jarang
terjadi, mungkin mengalami kejang. Sebagian besar anak tidak memiliki efek samping,
tetapi ada risiko komplikasi kecil.

2. Hib
Vaksin Hib adalah untuk Haemophilus influenza. Bakteri ini menyebabkan meningitis
pada anak-anak dan vaksin Hib membantu mencegah itu. Kemungkinan efek samping
termasuk nyeri, pembengkakan dan / atau kemerahan di tempat suntikan.

3. IPV
Vaksin polio IPV perkelahian, yang dapat menyebabkan kelumpuhan. Risiko dari
vaksin polio termasuk kemerahan atau rasa sakit di tempat injeksi. Efek lainnya
termasuk demam. Anak-anak yang seharusnya tidak vaksin ini termasuk anak-anak
dengan alergi terhadap polimiksin, neomisin, atau streptomisin.

4. Flu Shot
Tembakan Flu, juga disebut ditembak influenza, diberikan untuk melindungi terhadap
infeksi virus ini. Efek samping dari tembakan ini termasuk pembengkakan, rasa sakit
atau kemerahan di tempat injeksi. Beberapa individu mungkin memiliki nyeri tubuh
dan demam rendah. Vaksin semprot hidung dapat menyebabkan gejala flu ringan
5
karena terbuat dari virus hidup. Sangat jarang pengalaman siapa pun reaksi parah pada
3
vaksinasi flu.

2.6.2 Efek Samping Imunisasi

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

a) BCG

1. Reaksi norma,, Bakteri BCG ditubuh bekerja dengan sangat lambat.


Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil merah di tempat penyuntikan
dengan garis tengah 10 mm. Setelah 2 – 3 minggu kemudian, pembengkakan
menjadi abses kecil yang kemudian menjadi luka dengan garis tengah 10 mm,
jangan berikan obat apapun pada luka dan biarkan terbuka atau bila akan ditutup
gunakan kasa kering. Luka tersebut akan sembuh dan meninggalkan jaringan parut
tengah 3-7 mm.
2. Reaksi berat, Kadang terjadi peradangan setempat yang agak berat atau
abses yang lebih dalam, kadang juga terjadi pembengkakan di kelenjar limfe pada
leher / ketiak, hal ini disebabkan kesalahan penyuntikan yang terlalu dalam dan
dosis yang terlalu tinggi.
3. Reaksi yang lebih cepat, Jika anak sudah mempunyai kekebalan terhadap
TBC, proses pembengkakan mungkin terjadi lebih cepat dari 2 minggu, ini berarti
anak tersebut sudah mendapat imunisasi BCG atau kemungkinan anak tersebut
telah terinfeksi BCG.

b) DPT

1. Panas, Kebanyakan anak akan menderita panas pada sore hari setelah
mendapat imunisasi DPT, tapi panas ini akan sembuh dalam 1 – 2 hari. Anjurkan
agar jangan dibungkus dengan baju tebal dan dimandikan dengan cara melap
dengan air yang dicelupkan ke air hangat.
2. Rasa sakit di daerah suntikan, Sebagian anak merasa nyeri, sakit,
kemerahan, bengkak.
3. Peradangan, Bila pembengkakan terjadi seminggu atau lebih, maka hal ini
mungkin disebabkan peradangan, mungkin disebabkan oleh jarum suntik yang
5
tidak steril karena: 4

 Telah tersentuh,

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

 Sebelum dipakai menyuntik jarum diletakkan diatas tempat yang tidak


steril,
 Sterilisasi kurang lama,
 Pencemaran oleh kuman.

4. Kejang-kejang, Reaksi yang jarang terjadi sebaliknya diketahui petugas,


reaksi disebabkan oleh komponen dari vaksin DPT.

c) Polio

Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja dengan baik karena ada
gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.

d) Hepatitis D

Efek samping: tidak ada

e) Campak

Efek samping vaksin campak : panas dan kemerahan. Anak-anak mungkin panas
selama 1 – 3 hari setelah 1 minggu penyuntikan, kadang disertai kemerahan seperti
penderita campak ringan.

BAB III 5
5
PENUTUP

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

3.1 Kesimpulan

A. Definisi Vaksinasi/Imunisasi

• Vaksin secara arti berasal dari bahasa latin ’vacca = melemahkan’. Definisi
lengkapnya kurang lebih adalah suatu kuman (bakteri/virus) yang sudah dilemahkan
yang kemudian dimasukkan ke dalam tubuh seseorang untuk membentuk kekebalan
tubuh (imunitas) secara aktif. Serta Vaksin adalah suatu bahan yang berusaha
melindungi orang terhadap penyakit.

• Imunisasi adalah salah satu cara untuk menangkal penyakit-penyakit berat yang
terkadang belum ada obat untuk menyembuhkannya. Imunisasi umumnya diberikan
kepada anak-anak balita (usia di bawah lima tahun).

B. Fungsi, Tujuan dan Manfaat Vaksinasi/Imunisasi

• Fungsi Vaksinasi/Imunisasi

Fungsi utama dari vaksin adalah untuk pencegahan terhadap suatu penyakit yang
diakibatkan oleh kuman. Sedangkan Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada
anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa,
sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.

• Tujuan Imunisasi

Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi
angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa
menyebabkan kematian pada penderitanya.

• Manfaat Imunisasi

Manfaat untuk anak, dan manfaat untuk keluarga, serta manfaat untuk Negara

C. Jenis-jenis Vaksinasi/Imunisasi

• Vaksinasi 5
6

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Beberapa jenis vaksin dibedakan berdasarkan proses produksinya antara lain Vaksin
Hidup, Vaksin mati (Killed vaccine / Inactivated vaccine), Rekombinan, Toksoid,
serta Vaksin Plasma DNA (Plasmid DNA Vaccines) sedangkan Macam vaksinasi pada
balita adalah BCG (Bacille Calmette Guerin), Polio, dan Hepatitis B serta Vaksinasi
Campak.

• Imunisasi

Jenis-jenis Imunisasi Kekebalan Tubuh yaitu Imunisasi Aktif dan Imunisasi Pasif
sedangkan Berikut di bawah ini adalah merupakan beberapa jenis-jenis atau macam-
macam imunisasi bagi anak: Imunisasi BCG, Imunisasi Hepatitis B, Imunisasi Polio,
Imunisasi DPT, Imunisasi Campak, Imunisasi HIB, Imunisasi varisella, Imunisasi
HBV, Imunisasi Pneumokokus Konjugata, Imunisasi MMR, Imunisasi Typhus,
Imunisasi Hepatitis A, Imunisasi TT, Imunisasi IPD.

D. Penyakit-penyakit yang Dapat Dicegah dengan Vaksinasi/Imunisasi

• Vaksinasi

Vaksin itu antara lain untuk penyakit adalah Tetanus, Meningitis meningokokus
(Meningokok), Tifoid, Campak (Measle), Parotitis (Mumps), Rubella (Campak
Jerman), Yellow Fever (Demam Kuning), Hepatitis B, Japanese B encephalitis,
Rabies, Influenza.

• Imunisasi

Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi adalah Parvovirus,


Distemper, Rabies, Leptosprirosis, Canine Hepatitis (Radang Hati).

E. Penatalaksanaan Vaksinasi/Imunisasi 5
7

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Tujuan imunisasi adalah mempertinggi daya tahan tubuh agar anak Anda tidak terkena
penyakit infeksi. Meskipun penyakitnya sudah tidak ada, imunisasi tetap diperlukan untuk
berjaga-jaga kalau penyakit tersebut muncul kembali. Sebagian besar imunisasi diberikan
ketika anak berumur 4 bulan. Anda akan mendapat kartu yang berisi jadwal imunisasi dan
kapan seharusnya imunisasi diberikan. Jangan lupa mencatat tanggal dan jenis vaksinasi
yang telah diberikan untuk membantu dokter menentukan apakah anak Anda perlu
mendapat vaksinasi tertentu. Umumnya dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan
keluarga untuk menentukan apakah anak Anda perlu mendapatkan vaksinasi jenis tertentu.
Misalnya, bila di keluarga Anda ada yang menderita TBC, anak Anda harus mendapat
suntikan BCG pada sekitar usia 1 tahun.

F. Efek Sampimg Vaksinasi/Imunisasi

• Efek Samping Vaksinasi

Vaksin, seperti obat apapun, mampu menyebabkan masalah serius, seperti reaksi alergi
parah. Risiko vaksin MMR menyebabkan luka serius, atau kematian, sangat kecil.
Sedangkan Berikut ini adalah beberapa efek samping bayi Anda mungkin pengalaman
dari berbagai vaksin:

 Hepatitis B, Efek samping yang lebih umum adalah kelembutan atau


kemerahan di tempat suntikan dan demam.

 Vaksin Pneumokokus PCV, Efek samping mungkin termasuk demam


rendah, bengkak atau nyeri di tempat suntikan, atau bahkan kemerahan.
Sebelumnya reaksi terhadap vaksin harus
 Hib, Kemungkinan efek samping termasuk nyeri, pembengkakan dan / atau
kemerahan di tempat suntikan.
 IPV, Risiko dari vaksin polio termasuk kemerahan atau rasa sakit di tempat
injeksi. Efek lainnya termasuk demam.
 Flu Shot, Efek samping dari tembakan ini termasuk pembengkakan, rasa
sakit atau kemerahan di tempat injeksi.
• Efek Samping Imunisasi 5
8
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

 BCG yang terjadi adalah Reaksi normal, Reaksi berat, serta Reaksi yang
lebih cepat,
 DPT yang terjadi Panas, Rasa sakit di daerah suntikan, Peradangan,
Kejang-kejang.
 Polio, Bila anak sedang diare ada kemungkinan vaksin tidak bekerja
dengan baik karena ada gangguan penyerapan vaksin oleh usus akibat diare berat.
 Hepatitis D, Efek samping: tidak ada
 Campak, Efek samping vaksin campak : panas dan kemerahan.

DAFTAR PUSTAKA

5
9
Mitchell, Deborah. 2003. Orang Tua Harus Tahu Tentang Vaksinasi Anak. PT Gramedia Pustaka
Utama : Jakarta.

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

Sutedjo, AY. 2008. Mengenal Obat-obatan Secara Mudah dan Aplikasinya dalam Perawatan.
Amara Books : Yogyakarta.

http://astaqauliyah.com/2008/08/imunisasi-pengertian-jenis-dan-ruang-lingkup/diakses
15/11/2010

http://mypijar.blogspot.com/2005_04_01_archive.html diakses 15/11/2010

http://reksamedja.blogspot.com/2010/06/definisi-vaksinjenis-dan-penyakit-yang.html diakses
15/11/2010

http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-imunisasi-tujuan-manfaat-cara-dan-jenis-imunisasi-
pada-manusia diakses 15/11/2010

http://mypijar.blogspot.com/2005/04/imunisasi.html diakses 15/11/2010

http://organisasi.org/jenis_dan_macam_macam_imunisasi_kekebalan_tubuh_anti_bodi_ilmu_sain
s_biologi diakses 15/11/2010

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/08_152_PerlukahImunisasiDewasa.pdf/08_152_PerlukahIm
unisasiDewasa.html diakses 15/11/2010

http://biohealth.wordpress.com/2008/09/01/jenis-vaksin-dan-serum/ diakses 15/11/2010

LAMPIRAN
6
0
1. Nurfaizin Yunus NIM F1D2 09 121

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

2. Dini Apriany NIM F1D2 09 077

3. Fauzia Zahra Fahrunnisa NIM F1D2 09 011

4. Waode Sartini NIM F1D2 09 049

6
1

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

5. Muhamad Syarifuddin NIM F1D2 09 103

6. Ermawati Rahim NIM F1D2 09 027

7. Ahmad Faizal Saytno NIM F1D2 09 037

6
2
KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

8. Nur Alam NIM F1D2 09 093

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FARMAKOLOGI SOSIAL DAN PENGENALAN OBAT
“VAKSINASI/IMUNISASI”

6
3

KELOMPOK V (LIMA)
ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Anda mungkin juga menyukai