Anda di halaman 1dari 5

The Butterfly Methodology

Oleh:
Herwinda Septianingrum (07560288), Rizka Fajarini (07560292), Syakban Nashir (07560293),
Yopi Dika Putra K (07560296), Nani Irianti (07560319), Okhi Rizannata (07560332)

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik


Universitas Muhammadiyah Malang

Tujuan dari metodologi butterfly adalah menuntun migrasi legacy sistem ke target
sistem. Sistem user membutuhkan pengaksesan data di legacy sistem dan target sistem secara
bersamaan selama proses migrasi. Hal ini dilakukan untuk menjaga konsistensi antara kedua
sistem informasi. Metodologi butterfly didasarkan pada asumsi bahwa data di legacy sistem
merupakan bagian terpenting dalam sistem. Metodologi ini membagi pengembangan terget
sistem dan fase data migrasi.
Pada saat awal migrasi data, legacy datastore di ubah menjadi read only. Kemudian
seluruh manipulasi dari legacy data akan dialihkan oleh Data-Access-Allocator (DAA). Hasil
manipulasi tersebut akan disimpan pada sebuah datastore (tempdatastore-TS). Kita menggunakan
metode ini untuk memindahkan data dari legacy sistem ke sistem baru dengan menggunakan
bantuan DAA. Perpindahan data dari legacy sistem akan dimulai ketika seluruh data yang ada
pada legacy sistem dan sudah dimanipulasi akan diarahkan oleh DAA pada new Tempstore.
Chrystaliser itu adalah istilah untuk data transformer. Chrystaliser ini berfungsi untuk migrasi
legacy data ke sistem baru.
Chrystaliser pertama kali akan mengubah semua data yang ada dalam legacy datastore
(ts0) ke sistem target. Pada saat data proses migrasi, DAA akan menyimpan hasil manipulasi
yang ada pada legacy data ke tempstore1 (ts1). Setelah data yang ada dalam legacy data store di
migrasi semua ke ts1, kemudian chrystaliser akan mentransformasikan data ke sistem baru.
Proses ini akan terus berlangsung sampai semua data tertransformasi dan tempstore TS n+1 harus
bernilai lebih kecil dari threshold value. Selama proses berlangsung legacy sistem tidak dapat
diakses dalam jangka waktu tertentu.
DAA dan chrystaliser adalah dua element penting dalam metodologi butterfly. Susunan
dari DAA dan chrystaliser akan di pengaruhi oleh tipe dari migrasi legacy sistem. Jika ts1 lebih
besar dari threshold value, maka threshold value harus disesuaikan lagi sampai semua data dapat
tertransformasi.
Fase-fase yang terdapat dalam metodologi butterfly :
 Fase 0 : Persiapan Migrasi
Setelah memastikan bahwa legacy sistem harus diubah, selanjutnya adalah
mempersiapkan segala sesuatunya untuk migrasi. Metodologi butterfly mempertimbangkan user
requirements untuk migrasi dan penentuan terget sistem menjadi sangat penting. Aktifitas utama
pada fase ini adalah:

 Fase 1 : Mempelajari legacy sistem dan mendevelop target data schema.


Untuk melakukan migrasi kita harus mengetahui legasy sistem karena jika tidak
nengetahui legacy sistem maka kita tidak akn dapat membuat migration requirement. Pada fase
ini dilakukan reverse engineering. Berikut adalah aktifitas utama yang ada pada fase 1:

 Fase 2: Membangun sampel data store yang didasarkan pada sampel target data di terget
sistem.
Aktifias utama pada fase ini adalah menentukan sampel legasi data untuk membuat
chrysalier. Chrysaliser adalah data trasformer yang memindah data dari legasy sistem ke target
sistem. Sampel legasi data akan diubah oleh Chrysaliser ke sampel data store. Ini digunkan
untuk mendevelop dan melakukan tes pada target sistem. Berikut adalah aktifitas utama yang
ada pada fase 2:

 Fase 3: Melakukan migrasi semua komponen kecuali data dari legasi sistem ke terget.
Pada fase ini prinsip forward engineering digunkan untuk migrasi. Sampel data store
pada fase 2 digunakan untuk mendukung siklus “‘design-develop-test’ untuk membangun
komponen target yang baru. Berikut adalah aktifitas utama yang ada pada fase 3:

 Fase 4: Memindah legacy data ke target sistem dan melakukan training user di target
sistem.
Pada fase ini dilakukan migrasi pada legacy data dan ini adalah inti dari metodologi
butterfly. Legacy data akan secara berangsur-angsur dipindahkan ke target sistem. Berikut
adalah aktifitas utama yang ada pada fase 4:
 Fase 5 : Cut-over untuk menyelesaikan target sistem
Pada fase ini terget sistem yang telah selesai di buat dan semua legacy data telah
dimigrasi sehingga sistem telah siap dijalankan.

Kelebihan dari metodologi ini adalah:

 Mendefinisikan secara jelas dan mendukung untuk melakukan testing:

Mendokumentasikan dari berbagai studi kasus dari 80% waktu yang dihabiskan dalam
proses reengineering yang dibuat untuk testing. Pada setiap langkah dalam butterfly
methodology dapat melengkapi dan menyukseskan testing.

 Fleksibel:

Metodologi ini tidak mengacu pada migration tools tertentu (kecuali untuk DAA dan
Chrysaliser). oleh karena itu, sebuah pilihan dari tool yang paling cocok dapat dibuat dari
ketersediaan wide range saat ini dan tool ini mungkin juga dapat digunakan lagi dalam
migration project yang berbeda
 Total durasi dari data migrasi dapat di estimasi:

Waktu migrasi legacy data dapat ditentukan dari besarnya legacy data (X0) di dalam
legacy sistem serta kecepatan dari DAA dan Chrysaliser

 Memiliki pengaruh yang kecil diantara legacy sistem dan target sistem: hanya sebuah
single-way data transformation yang dibutuhkan pada saat on-line operation dan sisanya
dapat diselesaikan pada saat off-line.

 Gangguan pada lagacy sistem sangat kecil: legacy sistem akan terus beroperasi seperti
biasa dalam sebuah migrasi sampai TempStore terakhir sebelum mencapai threshold
value yang telah ditentukan. Akibatnya, legacy sistem tidak akan pernah bisa diakses
untuk jumlah waktu yang .

 Mempromosikan kegiatan paralel: Hal ini dapat dilihat bahwa Tahap 4 tidak harus
menunggu sampai Tahap 3 telah benar-benar selesai.

Adapun faktor-faktor lain yang mendukung keberhasilan metodologi butterfly adalah sebagai
berikut:
 Memahami legacy dan target sistem secara menyeluruh
 Sampel Datastore yang tepat dan singkat.
 Chrystaliser yang cepat
 DAA yang efisien

Kekurangan dari metodologi ini adalah:

KESIMPULAN

Dalam paper ini menyajikan pendekatan baru untuk masalah migrasi legacy sistem.
Proses migrasi secara keseluruhan adalah prosedur yang sangat kompleks. Metodologi Butterfly
berlaku untuk seluruh proses migrasi legacy sistem, khususnya pada migrasi legacy data dalam
mission-critical environment. Metodologi Butterfly menawarkan pendekatan baru, yaitu
gateway-free. Hal ini berawal dari pemikiran tentang bagaimana legacy sistem dapat bermigrasi
secara menyeluruh ke sistem baru.

Anda mungkin juga menyukai