Anda di halaman 1dari 3

PARADIGMA BARU INTERNAL AUDITOR

(Artikel ini telah dimuat di Majalah AUDITOR, Rubrik “Kolom 1″, Edisi No. 05 tahun 2002, ISSN : 1412-5501)

Oleh : Muh. Arief Effendi,SE,MSi,Ak,QIA *)

Perkembangan profesi internal auditing dalam era globalisasi saat ini sangat pesat, bahkan Controller telah diakui keberadaannya sebagai
bagian dari organisasi perusahaan (corporate governance)yang dapat membantu manajemen dalam meningkatkan kinerja perusahaan,
terutama dari aspek pengendalian.

Dimana dalam perkembangannya, telah terjadi perubahan pandangan terhadap profesi controller dari paradigma lama yang masih berorientasi
pada mencari kesalahan (watchdog) menuju paradigma baru yang lebih mengedepankan peran sebagai konsultan dan katalis. Selain itu juga
telah terjadi pendekatan baru dalam internal audit yaitu risk based audit approach.

The Institute of Controller pada tahun lalu (2001) telah melakukan redifinisi terhadap internal auditing. Dimana disebutkan bahwa internal
auditing adalah suatu aktivitas independen dalam menetapkan tujuan dan merancang aktivitas konsultasi (consulting activity) yang bernilai
tambah (value added) dan meningkatkan operasi perusahaan. Dengan demikian internal auditing membantu organisasi dalam mencapai tujuan
dengan cara pendekatan yang terarah dan sistematis untuk menilai dan mengevaluasi keefektifan manajemen resiko (risk management)
melalui pengendalian (control) dan proses tata kelola yang baik (governance processes).

Pengertian risk management secara umum merupakan pengelolaan risiko-risiko yang terkait dengan aktivitas, fungsi dan proses, sehingga suatu
organisasi dapat meminimalkan kerugian (loss) dan memaksimalkan kesempatan (opportunity). Pengelolaan risiko meliputi identifikasi, analisis,
assesment, penanganan, monitoring dan komunikasi risiko.

Paradigma Baru VS Paradigma lama

Peran controller sebagai watchdog telah berlangsung lama sekitar tahun 1940-an., sedangkan peran sebagai konsultan baru muncul sekitar
tahun 1970-an. Adapun peran controller sebagai katalist baru berkembang sekitar tahun 1990-an. Perbedaan pokok ketiga peran controller
tersebut sebagai berikut :

URAIAN

WATCHDOG CONSULTANT CATALIST

Proses Audit kepatuhan (Compliance Audit) Audit operasional Quality Assurance

Fokus Adanya Variasi (penyimpangan, kesalahan atau kecurangan dll) Penggunaan sumber daya (resources) Nilai (Values)

Impact Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang

Berdasarkan tabel tersebut dapat dijelaskan, sebagai berikut :

· Peran watchdog meliputi aktivitas inspeksi, observasi, perhitungan, cek & ricek yang bertujuan untuk memastikan ketaatan / kepatuhan
terhadap ketentuan, peraturan atau kebijakan yang telah ditetapkan. Audit yang dilakukan adalah compliance audit dan apabila terdapat
penyimpangan dapat dilakukan koreksi terhadap sistem pengendalian manajemen. Peran watchdog biasanya menghasilkan saran /
rekomendasi yang mempunyai impact jangka pendek, misalnya perbaikan sistem & prosedur atau internal control.

· Peran controller sebagai konsultan diharapkan dapat memberikan manfaat berupa nasehat (advice) dalam pengelolaan sumber daya
(resources) organisasi sehingga dapat membantu tugas para manajer operasional. Audit yang dilakukan adalah operational audit / performance
audit, yaitu meyakinkan bahwa organisasi telah memanfaatkan sumber daya organisasi secara ekonomis, efisien dan efektif (3E) sehingga dapat
dinilai apakah manajemen telah menjalankan aktivitas organisasi yang mengarah pada tujuannya. Rekomendasi yang dibuat oleh auditor
biasanya bersifat jangka menengah.

· Peran controller sebagai katalis berkaitan dengan quality assurance, sehingga controller diharapkan dapat membimbing manajemen dalam
mengenali risiko-risiko yang mengancam pencapaian tujuan organisasi. Quality assurance bertujuan untuk meyakinkan bahwa proses bisnis
yang dijalankan telah menghasilkan produk / jasa yang dapat memenuhi kebutuhan customer. Dalam peran katalis, controller bertindak sebagai
fasilitator dan agent of change. Impact dari peran katalis bersifat jangka panjang, karena focus katalis adalah nilai jangka panjang (longterm
values) dari organisasi, terutama berkaitan dengan tujuan organisasi yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dan
pemegang saham (stake holder) .
Terdapat pergeseran filosofi internal auditing dari paradigma lama menuju paradigma baru, yang ditandai dengan perubahan orientasi dan
peran profesi controller. Pada abad 21 ini controller lebih berorientasi untuk memberikan kepuasan kepada jajaran manajemen sebagai
pelanggan (customer satisfaction). Controller tidak dapat lagi hanya berperan sebagai watchdog, namun harus dapat berperan sebagai mitra
bisnis bagi manajemen. Perbedaan antara paradigma lama (pendekatan tradisional) dengan paradigma baru (pendekatan baru) sebagai
berikut :

URAIAN

PARADIGMA LAMA PARADIGMA BARU

Peran Watchdog Konsultan & Katalis

Pendekatan Detektif (mendeteksi masalah) Prefentif (mencegah masalah)

Sikap Seperti Polisi Sebagai mitra bisnis / customer

Ketaatan / kepatuhan Semua policy / kebijakan Hanya policy yang relevan

Fokus Kelemahan / penyimpangan Penyelesaian yang konstruktif

Komunikasi dengan manajemen terbatas Reguler

Audit Financial / compliance audit Financial, compliance, operasional audit.

Jenjang karir Sempit (hanya auditor) Berkembang luas (dapat berkarir di bagian / fungsi lain)

Risk Based Audit Approach

Pendekatan risk based audit memerlukan keterlibatan controller dalam risk assessment. Risk assessment menyoroti peran controller dalam
identifikasi dan analisis risiko-risiko bisnis yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu diperlukan sikap proaktif dari controller dalam mengenali
resiko-resiko yang dihadapi manajemen dalam mencapai tujuan organisasinya. Controller dapat menjadi mitra manajemen dalam
meminimalkan resiko kerugian (loss) serta memaksimalkan peluang (opportunity) yang dimiliki perusahaan. Penentuan tujuan dan ruang
lingkup audit serta alokasi sumber daya controller sepenuhnya didasarkan pada prioritas tingkat resiko bisnis yang dihadapi organisasi. Dalam
risk assessment terdapat 3 (tiga) konsep penting yaitu tujuan (goal), resiko (risk) dan kontrol (control). Tujuan merupakan outcome yang
diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu proses atau bisnis. Risiko adalah kemungkinan suatu kejadian / tindakan akan menggagalkan atau
berpengaruh negatif terhadap kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan bisnisnya, sedangkan kontrol merupakan elemen–elemen
organisasi yang mendukung manajemen dan karyawan dalam mencapai tujuan organisasi.

Agar risk based audit dapat berhasil dengan baik diperlukan kerjasama antara controller dengan manajemen dalam melakukan control self
assessment. Control self assessment merupakan proses dimana manajemen melakukan self assessment terhadap pengendalian atas aktivitas
pada unit operasional masing-masing dengan bimbingan controller.

Dalam hal ini, manajemen melakukan identifikasi resiko bisnis serta mengevaluasi apakah telah ada pengendalian yang dapat mengurangi
resiko tersebut serta mengembangkan action plan untuk meningkatkan pengendalian yang ada. Manfaat utama dari control self assessment
oleh manajemen adalah adanya kesadaran bahwa tanggungjawab untuk menilai risiko dan pengendalian aktivitas suatu organisasi berada
ditangan manajemen sendiri sehingga dapat meningkatkan ownership of control.Berdasarkan paradigma baru profesi controller tersebut,
dapat disimpulkan sebagai berikut, pertama, pada era abad ke-21 ini peran controller tidak dapat lagi hanya sebagai watchdog saja, namun
perlu ditingkatkan perannya menjadi konsultan dan katalis bagai manajemen, sehingga controller dapat menjadi mitra bisnis bagi manajemen.
Kedua, controller perlu merubah pendekatan dalam melakukan audit, yaitu dari pendekatan tradisional menuju risk based audit approach.*

Daftar Pustaka

1. Sofwan, Irwan : “Peran Controller dalam Perkembangan Organisasi menjelang abad 21“, bahan pelatihan internal audit tingkat manajerial,
Yayasan Pendidikan Internal Audit (YPIA), Jakarta, desember 1997.

2. Samid, Suripto : “Peran Audit Internal sebagai Alat Manajemen untuk mengurangi Risiko“, makalah Seminar FKSPI BUMN/BUMD, Bandung, 5
September 2002.
*) Penulis adalah alumni S1 Akuntansi FE UGM (1990) & S2 Magister Akuntansi FE UI (2001). Penulis saat ini bekerja sebagai controller sebuah
BUMN serta Staf Pengajar di STIEM Jakarta dan STIE Trisakti Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai