PENGAMATAN / OBSERVASI
Tahap kedua dalam pengumpulan data adalah pengamatan, dan pada praktiknya
kita lebih sering menyebutnya dengan observasi. Observasi adalah mengamati
perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data tentang masalah kesehatan dan
keperawatan klien.
Tujuan dari observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi
klien melalui kepekaan alat panca indra.
1. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara rinci kepada
klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus dilakukan), karena terkadang
hal ini dapat meningkatkan kecemasan klien atau mengaburkan data (data yang
diperoleh menjadi tidak murni). Misalnya : “Pak, saya akan menghitung nafas
Bapak dalam satu menit“ kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi tidak
valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk mengatur nafasnya.
PEMERIKSAAN FISIK
Tujuan dari pemeriksaan fisik dalam keperawatan adalah untuk menentukan status
kesehatan klien, mengidentifikasi masalah klien dan mengambil data dasar untuk
menentukan rencana tindakan keperawatan.
Ada 4 teknik dalam pemeriksaan fisik yaitu :
1. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang
diperiksa melalui pengamatan. Cahaya yang adekuat diperlukan agar perawat
dapat membedakan warna, bentuk dan kebersihan tubuh klien. Fokus inspeksi
pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk, posisi, simetris.
Dan perlu dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan
bagian tubuh lainnya. Contoh : mata kuning (ikterus), terdapat struma di leher,
kulit kebiruan (sianosis), dan lain-lain.
2. Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera peraba. Tangan dan jari-jari
adalah instrumen yang sensitif digunakan untuk mengumpulkan data, misalnya
tentang : temperatur, turgor, bentuk, kelembaban, vibrasi, ukuran.
3. Perkusi
Redup : suara perkusi jaringan yang lebih padat, misalnya di daerah paru-paru
pada pneumonia.
Pekak : suara perkusi jaringan yang padat seperti pada perkusi daerah jantung,
perkusi daerah hepar.
4. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara yang
dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan
bising usus.
Pendekatan ini dilakukan mulai dari kepala dan secara berurutan sampai ke kaki.
Mulai dari : keadaan umum, tanda-tanda vital, kepala, wajah, mata, telinga,
hidung, mulut dan tenggorokan, leher, dada, paru, jantung, abdomen, ginjal,
punggung, genetalia, rectum, ektremitas.
4. DOENGOES (1993)
B. ASPEK PSIKOSOSIAL
Dalam teori Erikson, anak memperoleh kepuasan bukan dari keberhasilan
mengontrol alat-alat anus saja, tetapi juga dari keberhasilan mengontrol fungsi
tubuh yang lain seperti urinasi, berjalan, melempar, memegang, dan sebagainya.
Pada tahun kedua, penyesuaian psikososial terpusat pada otot anal-uretral (Anal-
Urethral Muscular); anak belajar mengontrol tubuhnya, khususnya yang
berhubungan dengan kebersihan. Pada tahap ini anak dihadapkan dengan budaya
yang menghambat ekspresi diri serta hak dan kewajiban. Anak belajar untuk
melakukan pembatasan-pembatasan dan kontrol diri dan menerima kontrol dari
orang lain. Hasil mengatasi krisis otonomi versus malu-ragu adalah kekuatan
dasar kemauan. Ini adalah permulaan dari kebebasan kemauan dan kekuatan
kemauan (benar-benar hanya permulaan), yang menjadi ujud virtue kemauan di
dalam egonya. Pada tahap ini pola komunikasi mengembangkan penilaian benar
atau salah dari tingkah laku diri dan orang lain, disebut bijaksana (judicious).
A. ASPEK FISIK
B. ASPEK PSIKOSOSIAL
Pada tahap ini Erkson mementingkan perkembangan pada fase bermain, yakni;
identifikasi dengan orang tua (odipus kompleks), mengembangkan gerakan tubuh,
ketrampilan bahasa, rasa ingin tahu, imajinasi, dan kemampuan menentukan
tujuan. Erikson mengakui gejala odipus muncul sebagai dampak dari fase
psikososeksual genital-locomotor, namun diberi makna yang berbeda.
Menurutnya, situasi odipus adalah prototip dari kekuatan yang abadi dari
kehidupan manusia. Aktivitas genital pada usia bermain diikuti dengan
peningkatan fasilitas untuk bergerak. Inisiatif yang dipakai anak untuk memilih
dan mengejar berbagai tujuan, seperti kawain dengan ibu/ayah, atau meninggalkan
rumah, juga untuk menekan atau menunda suatu tujuan. Konflik antara inisiatif
dengan berdosa menghasilkan kekuatan dasar (virtue) tujuan (purpose). Tahap ini
dipenuhi dengan fantasi anak, menjadi ayah, ibu, menjadi karakter baik untuk
mengalahkan penjahat
Selain itu status gizi ibu hamil juga merupakan hal yang sangat berpengaruh
selama masa kehamilan. Kekurangan gizi tentu saja akan menyebabkan akibat
yang buruk bagi si ibu dan janinnya. Ibu dapat menderita anemia, sehingga suplai
darah yang mengantarkan oksigen dan makanan pada janinnya akan terhambat,
sehingga janin akan mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Di
lain pihak kelebihan gizi pun ternyata dapat berdampak yang tidak baik juga
terhadap ibu dan janin. Janin akan tumbuh besar melebihi berat normal, sehingga
ibu akan kesulitan saat proses persalinan.
Yang harus diperhatikan adalah ibu hamil harus banyak mengkonsumsi makanan
kaya serat, protein (tidak harus selalu protein hewani seperti daging atau ikan,
protein nabati seperti tahu, tempe sangat baik untuk dikonsumsi) banyak minum
air putih dan mengurangi garam atau makanan yang terlalu asin.
B. ASPEK PSIKOSOSIAL
Faktor Psikologis yang turut mempengaruhi kehamilan biasanya terdiri dari :
Stressor. Stress yang terjadi pada ibu hamil dapat mempengaruhi kesehatan ibu
dan janin. Janin dapat mengalami keterhambatan perkembangan atau gangguan
emosi saat lahir nanti jika stress pada ibu tidak tertangani dengan baik.
Dukungan keluarga juga merupakan andil yang besar dalam menentukan status
kesehatan ibu. Jika seluruh keluarga mengharapkan kehamilan, mendukung
bahkan memperlihatkan dukungannya dalam berbagai hal, maka ibu hamil akan
merasa lebih percaya diri, lebih bahagia dan siap dalam menjalani kehamilan,
persalinan dan masa nifas.