Anda di halaman 1dari 2

HATI-HATI PILIH BAHAN

BACAAN!

Sebagai seorang muslim, yang menginginkan sebuah kemajuan, tentu ada beberapa aspek
dan kebutuhan yang harus kita penuhi. Aspek-aspek tersebut ada yang bersifat fisik dan ada yang
nonfisik.
Untuk fisik, mungkin kita bisa mendapatkannya dari berolahraga, atau mengkonsumsi
makanan dengan nilai gizi yang seimbang. Sedangkan nonfisik bisa kita dapatkan dari segala
sesuatu yang ada di lingkungan kita. Kebutuhan nonfisik ini, berupa suplemen untuk
meningkatkan pengetahuan dan kecerdasan, bisa juga untuk mengasah kepekaan hati. Ada
banyak cara mendapatkan suplemen itu, misalnya dengan mengikuti seminar, diskusi, surfing
internet, ceramah, dan membaca.
Namun, sadarkah kita, bahwa kebutuhan-kebutuhan yang kita perlukan, baik fisik maupun
nonfisik, belum tentu “aman” buat kita? Sekarang kita harus berhati-hati dalam memilih
makanan. Karena banyak makanan yang mengandung unsur-unsur yang diharamkan oleh agama,
seperti mengandung babi, dan sejenisnya. Untuk itu kita harus mencari makanan yang sudah
disertifikasi halal oleh MUI.
Untuk suplemen nonfisik, misal bacaan atau apapun itu, kita juga mesti pilih-pilih. Karena
banyak sekali bahan bacaan yang kelihatannya bagus, namun setelah dikupas ternyata
“mengerikan.” Contoh kasus, Ayat-ayat Setan-nya Salman Rhusdie, dan masih banyak yang
lainnya.
Untuk buku semacam itu, mungkin kita akan mudah mengenali keburukannya. Karena
memang judulnya sudah menyatakan secara eksplisit. Namun, bagaimana dengan buku yang
sama sekali tidak menampakan wujud asli atau menyembunyikan misi yang dibawa oleh
penulisnya? Di sinilah diperlukan kehati-hatian. Diperlukan filter dalam diri kita untuk
menyaring pesan apa saja yang baik dan mana yang tidak.
Untuk buku, hati-hati dan harus kita sadari bahwa penulisnya membawa misi tertentu.
Kalau penulis muslim, sudah barang tentu ia membawa misi keislaman. Akan tetapi jika
penulisnya nonmuslim, perlu diwaspadai dengan misi yang ia bawa. Bukannya su’uzhon, tetapi
waspada tetap diperlukan. Karena di dalam Al Quran, Allah sudah menegaskan bahwa orang
Nasrani dan Yahudi tidak akan pernah senang dengan kita, sebelum kita mengikuti mereka.
Buku-buku yang saya maksud, salah satunya adalah The Secret, yang ditulis oleh Rhonda
Byrne. Buku ini memang bagus untuk mendongkrak semangat dan motivasi kita. Akan tetapi jika
dicermati lebih detail, ada sesuatu yang ganjal di dalamnya. Dijelaskan di sana bahwa alam
semesta memiliki kekuatan untuk mengabulkan keinginan kita, asal kita mengirimkan signal
positif ke alam. Maka alam akan merespon-nya, dengan mengabulkan dan memberikan jalan
untuk tercapainya apa yang kita inginkan.
Namun, di buku itu tak satupun kalimat yang menyertakan keterlibatan Allah atau Tuhan.
Semuanya atas usaha manusia dibantu dengan alam semesta. Sama sekali menapikan peran Allah
sebagai pemberi dan pengabul segala doa dan keinginan. Di buku itu juga, secara implisit,
menyatakan bahwa di kehidupan ini tidak berlaku hukum qadha dan qodhar. Manusia
“diperintahkan” di dalam buku itu, untuk tidak percaya akan takdir Allah. Sangat berbahaya!
Qadha dan qodhar adalah salah satu elemen dalam rukun iman yang enam perkara. Kalau
kita tidak meyakini salah satu rukun iman, akan ‘jomplang’ lah iman kita.
Menurut Reza M. Syarief, dalam bukunya Life Excelent, mengatakan bahwa hidup ini
ibarat kita menumpang pesawat terbang. Setinggi atau sejauh apapun penerbangan yang kita
lakukan selalu berlaku satu peraturan. Bahwa kita tidak akan pernah bisa mengubah arah angin
(nasib / takdir), tapi kita dapat merubah arah sayap (sikap).
Sangat jauh kan perbedaan buku yang ditulis oleh muslim dengan yang nonmuslim? Maka
kita harus berhati-hati dan selalu waspada. Itu untuk setiap pribadi kita. Lalu bagaimana dengan
saudara-saudara kita yang belum mengerti akan hal ini?
Saya jadi teringat dengan tausyiah Ust. Khozin Abu Faqih. Beliau mengatakan, bahwa
kebathilan itu muncul ke permukaan, karena kebenaran seolah terendam di bawah. Luas area
kebathilan itu mengalahkan luas area kebenaran. Sehingga, area kebenaran itu menjadi sempit
oleh luasnya area kebathilan. Maka untuk memunculkan kebenaran ke permukaan, kita harus
membalikkan keadaan. Area kebenaran harus kita perluas, sehingga area kebathilan menjadi
menyempit.
Lalu, untuk kasus buku atau bahan bacaan yang bisa mengikis nilai-nilai akidah,
bagaimana? Kita pilih bacaan-bacaan yang bukan hanya mencerdaskan otak, tetapi juga bacaan
yang mampu menyuburkan akidah kita.
Atau kita menulis buku-buku atau artikel yang berbau Islam dan peningkatan iman kepada
Allah. Jadilah kita bagian dari masyarakat yang juga menyumbang pemikiran demi kemaslahatan
umat, dengan menulis. Tentu saja juga harus dipublikasikan di media. Seperti yang dikatakan
oleh Gola Gong, penulis dan pemilik Rumah Dunia. Beliau mengatakan, bahwa hampir sembilan
puluh persen masyarakat Indonesia adalah beragama Islam. Maka sudah selayaknya, buku-buku
yang beredar dan yang dikonsumsi oleh masyarakat adalah buku-buku tentang Islam dan
keindahannya.
So, buku apakah yang anda baca sekarang?

Atih Ardiansyah (Fatih Beeman)


Fikom Unpad 2006

Anda mungkin juga menyukai