Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Kata Pengantar


Penyakit Addison adalah gangguan yang melibatkan terganggu fungsi bagian dari
kelenjar adrenal disebut korteks. Hal ini menyebabkan penurunan produksi dua penting
bahan kimia (hormon) biasanya dirilis oleh korteks adrenal: kortisol dan aldosteron.
Adrenals dua kelenjar, masing-masing bertengger di atas bagian dari dua ginjal. Bagian
luar dari kelenjar dikenal sebagai korteks; bagian dalam yang dikenal sebagai medula.
Masing-masing bagian dari kelenjar adrenal adalah bertanggung jawab untuk
memproduksi berbagai jenis hormon.
Kortisol adalah hormon yang sangat kuat yang dihasilkan oleh korteks adrenal.
Hal ini terlibat dalam mengatur fungsi yang hampir setiap jenis organ dan jaringan di
seluruh tubuh, dan dianggap sebagai salah satu dari beberapa hormon mutlak diperlukan
untuk hidup.
Aldosteron, juga diproduksi oleh korteks adrenal, memainkan peran sentral dalam
mempertahankan proporsi yang sesuai air dan garam dalam tubuh. Ketika keseimbangan
ini marah, volume darah yang beredar di seluruh tubuh akan jatuh berbahaya yang
rendah, disertai dengan penurunan tekanan darah.
penyakit Addison juga disebut insufisiensi adrenocortical primer . Dengan kata
lain, proses beberapa mengganggu langsung dengan kemampuan korteks adrenal untuk
menghasilkan nya hormon. Tingkat kortisol dan aldosteron baik drop, dan banyak fungsi
seluruh tubuh adalah terganggu.

1.2 Tujuan Penulisan

1. Megetahui pegertian penyakit Addison


2. Menjelaskan factor penyebab penyakit Addison
3. Meguraikan asuhan keperawatan penyakit Addison

1
1.3 Rumusan Masalah

1.Bagaimanakah asuhan keperawatan

1.4 Metode Penulisan

Dalam penyelesaian makalah ini,penulis mengunakan metode pustaka dan internet,yakini


mencari literatur-literatur dan sumber-sumber yang berkaitan dengan bahan materi yang sedang
dibahas.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pegertian

 Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon yang terjadi pada semua
kelompok umur dan menimpa pria – pria dan wanita – wanita sama rata. Penyakit di
karakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot, kelelahan, tekanan darah
rendah dan adakalanya penggelapan kulit pada kedua – duanya yaitu bagian – bagian
tubuh yang terbuka dan tidak terbuka. (http:/www.total kesehatan nanda.com/Addison
4html)
 Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan hormon – hormon korteks adrenal (soediman,1996)
 Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik,
biasanya auto imun atau tuberkulosa (baroon, 1994)
 Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal
(keperawatan medical bedah, bruner, dan suddart edisi 8 hal 1325)
 Penyakit Addison adalah kekurangan partikal ssekresi hormon korteks adrenal. Keadaan
seperti ini terlihat pada hipoado tironisme yang hanya mengenal zona glomeruluna dan
sakresi aldosteron pada sindrom adrenogenetal dimana gangguan enzim menghambat
sekresi steoid (Patofisiologi Edisi 2 Hal 296)

2
2.2 Etiologi

a. Tuberculosis

b. Histo plasmosis

c. Koksidiodomikosisd

d. Kriptokokissie

e. Pengangkatan kedua kelenjar adrenal

f. Kanker metastatik (Ca. Paru, Lambung, Payudara, Melanoma, Limfoma)

g. Adrenalitis auto imun

2.3 Manifestasi Klinik

a. Gejala awal : kelemahan, fatique, anoreksia, hausea, muntah, BB menurun, hipotensi, dan
hipoglikemi.

b. Astenia (gejala cardinal) : pasien kelemahan yang berlebih

c. Hiperpiqmentasi : menghitam seperti perunggu, coklat seperti terkena sinar matahari, biasanya
pada kulit buku jari, lutut, siku

d. Rambut pubis dan aksilaris berkurang pada perempuan

e. Hipotensi arterial (td : 80/50 mmHg/kurang)

f. Abnormalitas fungsi gastrointestinal

2.4 Patofisiologi

Kerusakan pada korteks adrenal mempengaruhi insufisiensi kortisol yang menyebabkan


hilangnya glukoneogenesis, glikogen hati menurun yang mengakibatkan hipoglikemia,
insufisiensi kortisol mengakibatkan ACTH dan MSH  sehingga merangsang sekresi melanin
meningkat sehingga timbul hiperpigmentasi. Defisiensi aldosteron dimanifestasikan dengan
peningkatan kehilangan natrium melalui ginjal dan peningkatan reabsorpsi kalium oleh ginjal
kekurangan garam dapat dikaitkan dengan kekurangan air dan volume. Penurunan volume
plasma yang bersirkulasi akan dikaitkan dengan kekurangan air dan volume mengakibatkan
hipotensi.

3
2.5 Komplikasi

a. Syok, (akibat dari infeksi akut atau penurunan asupan garam)

b. Kolaps sirkulasi

c. Dehidrasi

d. Hiperkalemiae

e. Sepsis

f. Ca. Paru

g. Diabetes mellitus

2.6 Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan Laboratorium

 Penurunan konsentrasi glukosa dan natrium (hipoglikemia dan hiponatrium)


 Peningkatan konsentrasi kalium serum (hiperkalemia)
 Peningkatan jumlah sel darah putih (leukositosis)
 Penurunan kadar kortisol serum
 Kadar kortisol plasma rendah

b. Pemeriksaan radiografi abdominal menunjukan adanya klasifikasi diadrenal

c. CT Scan

Detektor klasifikasi adrenal dan pembesaran yang sensitive hubungannya dengan


insufisiensi pada tuberculosis, infeksi, jamur, penyakit infiltrasi malignan dan non malignan dan
hemoragik adrenal

d. Gambaran EKG

Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal sekunder
akibat adanya abnormalitas elektrolik

e. Tes stimulating ACTH

Cortisol adarah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari ACTH
diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendek cepat. Penyukuran cortisol
dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan
tingkatan – tingkatan cortisol dalam darah dan urin.

4
f. Tes Stimulating CRH

Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH
“Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak cukupan adrenal. Pada tes ini,
CRH sintetik di suntikkan secara intravena dan cortisol darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan
120 menit setelah suntikan. Pasien – pasien dengan ketidak cukupan adrenal seunder memp.
Respon kekurangan cortisol namun tidak hadir / penundaan respon – respon ACTH.
Ketidakhadiran respon – respon ACTH menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ; suatu
penundaan respon ACTH menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.

2.7 Penatalaksanaan

a. Medik

1) Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5
– 50 mg/hr
2) Hidrkortison (solu – cortef) disuntikan secara IV
3) Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
4) Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline
5) Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral

b. Keperawatan

1) Pengukuran TTV
2) Memberikan rasa nyaman dengan mengatur / menyediakan waktu istirahat pasien
3) Meniempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan
4) Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam
5) Fallow up : mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit yang normal
disertai regresi gambaran klinis
6) Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang menunjukan adanya
krisis Addison.

5
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan

1. Identitas

Penyakit Addison bisa terjadi pada laki – laki maupun perempuan yang mengalami krisis adrenal

2. Keluhan Utama

Pada umumnya pasien mengeluh kelemahan, fatique, nausea dan muntah.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Perlu dikaji apakah klien pernah menderita tuberkulosis, hipoglikemia maupun ca paru, payudara
dan limpama

4. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala awal :
kelemahan, fatiquw, anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan hipoglikemi, astenia
(gejala cardinal). Pasien lemah yang berlebih, hiperpigmentasi, rambut pubis dan axila berkurang
pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50 mm)

5. Riwayat Penyakit Keluarga

Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama / penyakit
autoimun yang lain.

6. Pemeriksaan Fisik ( Body Of System)

a. Sistem Pernapasan

I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot bantu pernapasan
(dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung

P : Terdapat pergesekan dada tinggi

P : Resonan

A : Terdapat suara ronkhi, krekels pada keadaan infeksi

b. Sistem Cardiovaskuler

I : Ictus Cordis tidak tampak

P : Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra

P : Redup

6
A : Suara jantung melemah

c. Sistem Pencernaan

· Mulut dan tenggorokan : nafsu makan menurun, bibir kering

· Abdomen : I : Bentuk simetris

A: Bising usus meningkat

P : Nyeri tekan karena ada kram abdomen

P : Timpani

d. Sistem muskuluskeletal dan integumen

Ekstremitas atas : terdapat nyeri

Ekstremitas bawah : terdapat nyeri

Penurunan tonus otot

e. Sistem Endokrin

Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab. Diagnostik ACTH
meningkat,Integumen Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas dingin,cyanosis,
pucat, terjadi piperpigmentasi di bagian distal ekstremitas dan buku – buku pad ajari, siku dan
mebran mukosa.

f. Sistem Eliminasi Uri

Diuresis yang diikuti oliguria, perubahan frekuensi dan krakteristik urin

g. Eliminasi Alvi

Diare sampai terjadi konstipasi, kram abdomen

h. Sistem Neurosensori

Pusning, sinkope, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi disorientasi waktu, tempat,
ruang (karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka rangsangan, cemas, koma
( dalam keadaan krisis)

i. Nyeri / kenyamanan

Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang, abdomen, ekstremitas

7
j. Keamanan

Tidak to0leran terhadap panas, cuaca udaha panas, penngkatan suhu, demam yang diikuti
hipotermi (keadaan krisis).

k. Aktivitas / Istirahat

Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap hari), tidak mampu
beraktivitas / bekerja. Peningkatan denyut jantung / denyut nadi pada aktivitas yang minimal,
penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.

l. Seksualitas

Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda – tanda seks sekunder
(berkurang rambut – rambut pada tubuh terutama pada wanita) hilangnya libido

m. Integritas Ego

Adanya riwayat – riwayat fasctros stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik atau
pembedahan, ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.

2.9 Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui ginjal,
kelenjar keringat, saluran GIT ( karena kekurangan aldosteron)

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia)
defisiensi glukontikord

3. Intoleransi aktivitas b/d penurunan produksi metabolisme, ketidakseimbangan cairan elektrolit


dan glukosa

4. Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh

5. Anxietas b/d kurangnya pengetahuan

6. Defisit perawatan diri b/d kelamahan otot

7. Gx eliminasi uri b/d Gx reabsorbsi pada tubulus

8
2.10 Rencana Keperawatan

a. Kekurangan volume cairan b/d ketidakseimbangan input dan output

Tujuan jangka pendek : kebutuhan cairan terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ± 4 jam

Tujuan jangka panjang : klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ± 7 jam

Kriteria hasil :

 Pengeluaran urin adekuat (1 cc/kg BB/jam)


 TTV dbn N : 80 – 100 x/menit S : 36 – 37 oC TD : 120/80 mmHg
 Tekanan nadi perifer jelas kurang dari 3 detik
 Turgor kulit elastic
 Pengisian kapiler naik kurang dari 3 detik
 Membran mukosa lembab
 Warna kulit tidak pucat
 Rasa haus tidak ada
 BB ideal (TB 100) – 10% (TB – 100) – H
 Hasil lab

Ht : W = 37 – 47 %

L = 42 – 52 %

Ureum = 15 – 40 mg/dl

Natrium = 135 – 145 mEq/L

Calium = 3,3 – 5,0 mEq/L

Kretanium = 0,6 – 1,2 mg/dl

Intervensi

1) Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer

Rasional : Hipotensi pastoral merupakan bagian dari hiporolemia akibat kekurangan hormon
aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kolesterol

9
2) Ukur dan timbang BB klien

Rasional : Memberikan pikiran kebutuhan akan pengganti volume cairan dan keefektifan
pengobatan, peningkatan BB yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang
berhubungan dengan pengobatan strois

3) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang, turgor
kulit jelek, membran mukosa kering, catat warna kulit dan temperaturnya

Rasional : mengidentifikasi adanya hipotermia dan mempengaruhi kebutuhan volume pengganti

4) Periksa adanya status mental dan sensori

Rasional : dihidrasi berat menurunkan curah jantung, berat dan perfusi jaringan terutama
jaringan otak

5) Ouskultasi bising usus ( peristaltik khusus) catat dan laporan adanya mual muntah dan diare

Rasional : kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit
dan mempengaruhi cara untuk pemberian cairan dan nutrisi

6) Berikan perawatan mulut secara teratur

Rasional : membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat dari dehidrasi dan mempertahankan
kerusakan membrane mukosa

7) Berikan cairan oral diatas 300 cc/hr sesegera mungkin, sesuai dengan kemampuan kx

Rasional : adanya perbaikan pada saluran cerna dan kembalinya fungsi cairan cerna tersebut
memungkinkan cairan dana elektrolit melalui oral

Kolaborasi

8) Berikan cairan, antara lain :

a) Cairan Na Cl 0,9 %

Rasional : mungkin kebutuhan cairan pengganti 4 – 6 liter, dengan pemberian cairan Na Cl 0,9 %
melalui IV 500 – 1000 ml/jam, dapat mengatasi kekurangan natrium yang sudah terjadi

b) Larutan glukosa

Rasional: dapat menghilangkan hipovolemia

10
9) Berikan obat sesuai dosis

a) Kartison (ortone) / hidrokartison (cortef) 100 mg intravena setiap 6 jam untuk 24 jam

Rasional : dapat mengganti kekurangan kartison dalam tubuh dan meningkatkan reabsorbsi
natrium sehingga dapat menurunkan kehilangan cairan dan mempertahankan curah jantung

b) Mineral kartikoid, flu dokortisan, deoksikortis 25 – 30 mg/hr peroral

Rasional: di mulai setelah pemberian dosis hidrokortisol yang tinggi yang telah mengakbatkan
retensi garam berlebihan yang mengakibatkan gangguan tekanan darah dan gangguan elektrolit

10) Pasang / pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai indikasi

Rasional : dapat menfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat baik urin maupun lambung,
berikan dekompresi lambung dan membatasi muntah

11) Pantau hasil laborat

a) Hematokrit ( Ht)

R/ peningkatan kadar Ht darah merupakan indikasi terjadinya hemokonsentrasi yang akan


kembali normal sesuai dengan terjadinya dehidrasi pada tubuh

b) Ureum / kreatin

Rasional : peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah merupakan indikasi terjadinya
kerusakan tingkat sel karena dehidrasi / tanda serangan gagal jantung

c) Natrium

Rasional : hiponatremia merupakan indikasi kehilangan melalui urin yang berlebihan katena
gangguan reabsorbsi pada tubulus ginjal

d) Kalium

Rasional : penurunan kadar aldusteron mengakibatkan penurunan natrium dan air sementara itu
kalium tertahan sehingga dapat menyebabkan hiperkalemia

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual, muntah,
anoreksia) defisiensi glukortikoid

Tujuan Jangka panjang : klien dapat mempertahankan asupan nutrisi dan mengidentifikasi tanda
– tanda perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan setelah dilakukan intervensi selama ± 3 x 24
jam

11
Tujuan Jangka pendek : kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan
intervensi japen selama ± 1 x 24 jam

Kriteria hasil :

: kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat


setelah dilakukan tindakan intervensi
japen selama ± 1 x 24 jam

Intervensi

1) : kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan intervensi japen selama
± 1 x 24 jam

Rasional : Kekurangan kartisol dapat me nyebabkan fejala intestinal berat yang mempengaruhi
pencernaan dan absorpsi makanan

2) Catat adanya kulit yang dingin / basah, perubahan tingkat kesadaran, nagi yang cepat, nyeri
kepala, sempoyongan

Rasional :Gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda tersebut mungkin perlu pemberian
glukosa dan mengindikasikan pemberian tambahan glukokortikad

3) Pantau pemasukan makanan dan timbang BB tiap hari

Rasional ; anoreksi, kelemahan, dan kehilangan pengaturan metbolisme oleh kartisol terhadap
makanan dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan terjadinya mal nutrisi

4) Berikan atau bantu perawatan mulut

Rasional ; mulut yang bersih dapat meningkatkan nafsu makan

5) Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas dari bau yang tidak sedap, tidak
terlalu ramai

Rasional ; Dapat meningkatkan nafsu makan dan memperbaiki pemasukan makanan

6) Pertahankan status puasa sesuai indikasi

Rasional ; mengistirahatkan gastro interstinal, mengurangi rasa tidak enak

7) Berikan Glukosa intravensi dan obat – obatan sesuai indikasi seperti glukokortikoid

12
Rasional ; memperbaiki hipoglikemi, memberi sumber energi pemberian glukokertikoid akan
merangsang glukoogenesis, menurunkan penggunaan mukosa dan membantu penyimpanan
glukosa sebagai glikogen

8) Pantau hasil lab seperti Hb, Hi

Rasionl : anemia dapat terjadi akibat defisit nutrisi / pengenceran yang terjadi akibat reterisi
cairan sehubungan dengan glukokortikoid.

c. Itoleransi aktivitas b/d penurunan O2 kejaringan otot kedalam metabolisme, ketidak


seimbangan cairan elektrolit dan glukosa

Tujuan : aktivitas klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria hasil : - menunjukan peningkatan klien dan partisipasi dalam aktivitas setelah dilakukan
tindakan

- TTV N : 80 – 100 x/menit RR : 16 – 20 x/menit TD : 120/80 mmHg

Intervensi

1) Kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien

Rasional : pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga kelemahan otot, menjadi terus
memburuk setiap hari karena proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan natrium kalium

2) Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas

Rasional : kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai dari stress, aktivitas jika curah jantung
berkurang

3) Sarana pasien untuk menentukan masa atau periode antara istirahat dan melakukan aktivitas

Rasional : mengurangi kelelahan dan menjaga ketenangan pada jantung

13
4) Diskusikan cara untuk menghemat tenaga misal : duduk lebih baik dari pada berdiri selama
melakukan aktivitas

Rasional : pasien akan dapat melakukan aktivitas yang lebih banyak dengan mengurangi
pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan

d. Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik
tubuh

Tujuan Jangka panjang : Individu dapat mengontrol dan mengidentifikasi tanda – tanda Gx harga
diri

Tujuan jangka pendek : Harga diri klien kembali positif setelah dilakukan tindakan keperawatan

Kriteria hasil : - Menunjukan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada
tubuhnya

- Dapat beradaptasi dengan orang lain

- Dapat mengungkapkan perasaannya tentang dirinya.

Intervensi

1) Dorongan pasien untuk mengungkapkan perasaan tentang keadaannya misal : perubahan


penampilan dan peran

Rasional : Membantu mengevaluasi berapa banyak masalah yang dapat diubah oleh pasien

2) Sarankan pasien untuk melakukan manajemen stress misal :

- Teknik relaksasi

- Visualisasi

- Imaginasi

Rasional :Meminimalkan perasaan stress, frustasi, meningkatkan kemampuan koping.

3) Dorongan pasien untuk membuat pilihan guna berpartisipasi dalam penampilan diri sendiri

Rasional ; dapat membantu meningkatkan kepercayaan diri, memperbaiki harga diri

4) Fokus pada perbaikan yang sedang terjadi dan pengobatan misal menurunkan pigmentasi kulit

Rasional ; ungkapkan seperti ini dapat mengangkat semangat pasien dan meningkatkan harga diri
pasien

14
5) Sarankan pasien untuk mengunjungi seseorang yang penyakitnya telah terkontrol dan
gejalanya telah berkurang

Rasional : dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari pengobatan yang telah dilakukan

6) Kolaborasi

Rujuk kepelayanan sosial konseling, dan kelompok pendukung sesuai pendukubg

Rasional : pendekatan secara koprehensif dapat membantu memnuhi kebutuhan pasien untuk
memelihara tingkah laku pasien.

e. Nyeri akut b/d diskontinuitas sistem konduksi spasme otot abdomen

Tujuan Jangka panjang : Individu mampu mengidentifikasi tanda – tanda munculnya nyeri
setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam

Tujuan jangka pendek : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 2 jam

Kriteria hasil : - Kx mengatakan nyeri berkurang

- Kx tidak menyeringai kesakitan

- TTV dalam batas normal

S : 36 – 372 oC

N : 80 – 100 x/menit

RR: 16 – 20 x/menit

Intervensi

1) Beri penjelasan pada klien tentang penyebab nyeri dan proses penyakit

Rasional ; Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga, serta agar klien lebih kooperatif
terhadap tindakan yang akan dilakukan

2) Kaji tanda – tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas (skala
0 – 10) dan lamanya

Rasional ; Bermanfaat dalam mengevaluasi nyeri, menentukan pilihan intervensi, menentukan


efektifitas terapi

3) Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, misal musik yang
lembut, relaksasi

15
Rasional : Membantu untuk menfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk
mengatasi nyeri / rasa tidak nyaman secara lebih efektif

16
4) Kolaborasi

Berikan obat analgetik dan atau analgetik sprei tenggorok sesuai dengan kebutuhannya.

Rasional : menurunkan nyeri dan rasa tidak nyaman, meningkatkan istirahat.

f. Cemas b/d kurangnya pengetahuan

Tujuan Jangka panjang : Klien mampu menerima kondisinya dan menyatakan bahwa Kx tidak
cemas lagi.

Kriteria hasil :

 Pasien akan menyatakan pemahaman, kebutuhan untuk mengatasi kurangnya


percaya diri
 Px akan menunjukan pemahaman program medis dan gejala untuk dilaporkan ke
dokter
 Pasien akan menunjukan perubahan poal hidup / perilaku untuk menurunkan
terjadinya masalah

Intervensi

1) Bantu Px dalam membuat metode untuk menhindari atau mengubah episode stres, diskusi
teknik relaksasi

Rasional : Penurunan stress dapat membatasi pengeluaran katekolamin oleh sistem saraf simatis,
sehingga membatasi / mencegah respon vasokonstriksi

2) Diskusikan tujuan, dosis, efek samping obat

Rasional : Informasi perlu bagi pasien untuk mengikuti program terapi dan mengevaluasi
keefektifan

3) Kaji skala anxietas

Rasional : Mengetahui derajad kecemasan Kx

4) Sarankan Px tetap menetapkan secara aktif, jadwal yang teratur dalam makan, tidur dan
latihan

Rasional : Membantu meningkatkan perasaan menyenangkan sehat, dan untuk emmahami bahwa
aktivitas fisik yag tidak teratur dapat meningkatkan kebutuhan hormone

17
5) Diskusikan perasaan pasien yang berhubungan dengan pemakaian obat untuk sepanjang
kehidupan Px.

Rasional : Dengan mendiskusikan fakta – fakta tersebut dapat membantu Px untuk memasukkan
perubahan perilaku yang perlu ke dalam gaya hidup

6) Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian anti depresan, diazepam

g. Gangguan eliminasi uri b/d Gx reabsorbsi

Tujuan Jangka panjang : eliminasi Kx adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
x 24 jam

Tujuan Jangka pendek : Elliminasi Kx adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6
jam

Kriteria hasil :

 Kx tidak lagi mengeluh Bak sedikit / kencing tidak lancar

Intervensi

1) Anjurkan pada Kx agar diet tinggi garam

Rasional : menambah retensi Na+

2) Anjurkan pada kx untuk minum banyak

Rasional : melancarkan aliran kencing lancar

3) Pemasangan kateter

Rasional : Agar kx dapat BAK dengan lancar

4) Obs. Input dan output

Rasional : Mengetahui keseimbangan cairan

5) Kolaborasi pemberian diuretik

Rasional : meningkatkan kerja ginjal untuk melancarkan BAK

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

Addison adalah suatu penyakit yang terjadi pada system endokrin yang dimana
terjadi gangguan yang melibatkan terganggu fungsi bagian dari kelenjar adrenal disebut
korteks kegagalan korteks adrenal memproduksi hormon adrenokortikal yang disebabkan
oleh atropi primer pada korteks adrenal akibat autoimunitas.

3.2 Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca bisa memahami atau


mempelajari tentang materi yang dibahas “Asuhan Keperawatan Penyakit
Addison”sehingga bisa menjadi referensi.Dan kritik sarannya penulis harapkan untuk
pembuatan makalah berikutnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilynn. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : ECG

Http://wwww.total kesehatan nanca.com/Addison4.html

Price, Sylvia. 2005. patofisiologi. Edisi 6. Jakarta : EGC

20

Anda mungkin juga menyukai