PENDAHULUAN
1
1.3 Rumusan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pegertian
Penyakit Addison adalah suatu kelainan endokrin atau hormon yang terjadi pada semua
kelompok umur dan menimpa pria – pria dan wanita – wanita sama rata. Penyakit di
karakteristikan oleh kehilangan berat badan, kelemahan otot, kelelahan, tekanan darah
rendah dan adakalanya penggelapan kulit pada kedua – duanya yaitu bagian – bagian
tubuh yang terbuka dan tidak terbuka. (http:/www.total kesehatan nanda.com/Addison
4html)
Penyakit Addison adalah penyakit yang terjadi akibat fungsi korteks tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan hormon – hormon korteks adrenal (soediman,1996)
Penyakit Addison adalah lesi kelenjar primer karena penyakit destruktif atau atrofik,
biasanya auto imun atau tuberkulosa (baroon, 1994)
Penyakit Addison adalah terjadi bila fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk
memenuhi kebutuhan pasien akan kebutuhan hormon – hormon korteks adrenal
(keperawatan medical bedah, bruner, dan suddart edisi 8 hal 1325)
Penyakit Addison adalah kekurangan partikal ssekresi hormon korteks adrenal. Keadaan
seperti ini terlihat pada hipoado tironisme yang hanya mengenal zona glomeruluna dan
sakresi aldosteron pada sindrom adrenogenetal dimana gangguan enzim menghambat
sekresi steoid (Patofisiologi Edisi 2 Hal 296)
2
2.2 Etiologi
a. Tuberculosis
b. Histo plasmosis
c. Koksidiodomikosisd
d. Kriptokokissie
a. Gejala awal : kelemahan, fatique, anoreksia, hausea, muntah, BB menurun, hipotensi, dan
hipoglikemi.
c. Hiperpiqmentasi : menghitam seperti perunggu, coklat seperti terkena sinar matahari, biasanya
pada kulit buku jari, lutut, siku
2.4 Patofisiologi
3
2.5 Komplikasi
b. Kolaps sirkulasi
c. Dehidrasi
d. Hiperkalemiae
e. Sepsis
f. Ca. Paru
g. Diabetes mellitus
a. Pemeriksaan Laboratorium
c. CT Scan
d. Gambaran EKG
Tegangan rendah aksis QRS vertical dan gelombang ST non spesifik abnormal sekunder
akibat adanya abnormalitas elektrolik
Cortisol adarah dan urin diukur sebelum dan setelah suatu bentuk sintetik dari ACTH
diberikan dengan suntikan. Pada tes ACTH yang disebut pendek cepat. Penyukuran cortisol
dalam darah di ulang 30 sampai 60 menit setelah suatu suntikan ACTH adalah suatu kenaikan
tingkatan – tingkatan cortisol dalam darah dan urin.
4
f. Tes Stimulating CRH
Ketika respon pada tes pendek ACTH adalah abnormal, suatu tes stimulasi CRH
“Panjang” diperlukan untuk menentukan penyebab dari ketidak cukupan adrenal. Pada tes ini,
CRH sintetik di suntikkan secara intravena dan cortisol darah diukur sebelum dan 30, 60 ,90 dan
120 menit setelah suntikan. Pasien – pasien dengan ketidak cukupan adrenal seunder memp.
Respon kekurangan cortisol namun tidak hadir / penundaan respon – respon ACTH.
Ketidakhadiran respon – respon ACTH menunjuk pada pituitary sebagai penyebab ; suatu
penundaan respon ACTH menunjukan pada hypothalamus sebagai penyebab.
2.7 Penatalaksanaan
a. Medik
1) Terapi dengan pemberian kortikostiroid setiap hari selama 2 sampai 4 minggu dosis 12,5
– 50 mg/hr
2) Hidrkortison (solu – cortef) disuntikan secara IV
3) Prednison (7,5 mg/hr) dalam dosis terbagi diberikan untuk terapi pengganti kortisol
4) Pemberian infus dekstrose 5% dalam larutan saline
5) Fludrukortison : 0,05 – 0,1 mg/hr diberikan per oral
b. Keperawatan
1) Pengukuran TTV
2) Memberikan rasa nyaman dengan mengatur / menyediakan waktu istirahat pasien
3) Meniempatkan pasien dalam posisi setengah duduk dengan kedua tungkai ditinggikan
4) Memberikan suplemen makanan dengan penambahan garam
5) Fallow up : mempertahankan berat badan, tekanan darah dan elektrolit yang normal
disertai regresi gambaran klinis
6) Memantau kondisi pasien untuk mendeteksi tanda dan gejala yang menunjukan adanya
krisis Addison.
5
2.8 Konsep Asuhan Keperawatan
1. Identitas
Penyakit Addison bisa terjadi pada laki – laki maupun perempuan yang mengalami krisis adrenal
2. Keluhan Utama
Perlu dikaji apakah klien pernah menderita tuberkulosis, hipoglikemia maupun ca paru, payudara
dan limpama
Pada pasien dengan penyakit Addison gejala yang sering muncul ialah pada gejala awal :
kelemahan, fatiquw, anoreksia, nausea, muntah, BB turun, hipotensi dan hipoglikemi, astenia
(gejala cardinal). Pasien lemah yang berlebih, hiperpigmentasi, rambut pubis dan axila berkurang
pada perempuan, hipotensi arterial (TD : 80/50 mm)
Perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang pernah mengalami penyakit yang sama / penyakit
autoimun yang lain.
a. Sistem Pernapasan
I : Bentuk dada simetris, pergerakan dada cepat, adanya kontraksi otot bantu pernapasan
(dispneu), terdapat pergerakan cuping hidung
P : Resonan
b. Sistem Cardiovaskuler
P : Ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavikula line sinistra
P : Redup
6
A : Suara jantung melemah
c. Sistem Pencernaan
P : Timpani
e. Sistem Endokrin
Destruksi kortek adrenal dapat dilihat dari foto abdomen, Lab. Diagnostik ACTH
meningkat,Integumen Turgor kulit jelek, membran mukosa kering, ekstremitas dingin,cyanosis,
pucat, terjadi piperpigmentasi di bagian distal ekstremitas dan buku – buku pad ajari, siku dan
mebran mukosa.
g. Eliminasi Alvi
h. Sistem Neurosensori
Pusning, sinkope, gemetar, kelemahan otot, kesemutan terjadi disorientasi waktu, tempat,
ruang (karena kadar natrium rendah), letargi, kelelahan mental, peka rangsangan, cemas, koma
( dalam keadaan krisis)
i. Nyeri / kenyamanan
Nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala, nyeri tulang belakang, abdomen, ekstremitas
7
j. Keamanan
Tidak to0leran terhadap panas, cuaca udaha panas, penngkatan suhu, demam yang diikuti
hipotermi (keadaan krisis).
k. Aktivitas / Istirahat
Lelah, nyeri / kelemahan pada otot terjadi perburukan setiap hari), tidak mampu
beraktivitas / bekerja. Peningkatan denyut jantung / denyut nadi pada aktivitas yang minimal,
penurunan kekuatan dan rentang gerak sendi.
l. Seksualitas
Adanya riwayat menopouse dini, aminore, hilangnya tanda – tanda seks sekunder
(berkurang rambut – rambut pada tubuh terutama pada wanita) hilangnya libido
m. Integritas Ego
Adanya riwayat – riwayat fasctros stress yang baru dialami, termasuk sakit fisik atau
pembedahan, ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tidak stabil.
1. Kekurangan volume cairan b/d kekurangan natrium dan kehilangan cairan melalui ginjal,
kelenjar keringat, saluran GIT ( karena kekurangan aldosteron)
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual, muntah, anoreksia)
defisiensi glukontikord
4. Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik tubuh
8
2.10 Rencana Keperawatan
Tujuan jangka pendek : kebutuhan cairan terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama ± 4 jam
Tujuan jangka panjang : klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama ± 7 jam
Kriteria hasil :
Ht : W = 37 – 47 %
L = 42 – 52 %
Ureum = 15 – 40 mg/dl
Intervensi
1) Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari nadi perifer
Rasional : Hipotensi pastoral merupakan bagian dari hiporolemia akibat kekurangan hormon
aldosteron dan penurunan curah jantung sebagai akibat dari penurunan kolesterol
9
2) Ukur dan timbang BB klien
Rasional : Memberikan pikiran kebutuhan akan pengganti volume cairan dan keefektifan
pengobatan, peningkatan BB yang cepat disebabkan oleh adanya retensi cairan dan natrium yang
berhubungan dengan pengobatan strois
3) Kaji pasien mengenai rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler memanjang, turgor
kulit jelek, membran mukosa kering, catat warna kulit dan temperaturnya
Rasional : dihidrasi berat menurunkan curah jantung, berat dan perfusi jaringan terutama
jaringan otak
5) Ouskultasi bising usus ( peristaltik khusus) catat dan laporan adanya mual muntah dan diare
Rasional : kerusakan fungsi saluran cerna dapat meningkatkan kehilangan cairan dan elektrolit
dan mempengaruhi cara untuk pemberian cairan dan nutrisi
Rasional : membantu menurunkan rasa tidak nyaman akibat dari dehidrasi dan mempertahankan
kerusakan membrane mukosa
7) Berikan cairan oral diatas 300 cc/hr sesegera mungkin, sesuai dengan kemampuan kx
Rasional : adanya perbaikan pada saluran cerna dan kembalinya fungsi cairan cerna tersebut
memungkinkan cairan dana elektrolit melalui oral
Kolaborasi
a) Cairan Na Cl 0,9 %
Rasional : mungkin kebutuhan cairan pengganti 4 – 6 liter, dengan pemberian cairan Na Cl 0,9 %
melalui IV 500 – 1000 ml/jam, dapat mengatasi kekurangan natrium yang sudah terjadi
b) Larutan glukosa
10
9) Berikan obat sesuai dosis
a) Kartison (ortone) / hidrokartison (cortef) 100 mg intravena setiap 6 jam untuk 24 jam
Rasional : dapat mengganti kekurangan kartison dalam tubuh dan meningkatkan reabsorbsi
natrium sehingga dapat menurunkan kehilangan cairan dan mempertahankan curah jantung
Rasional: di mulai setelah pemberian dosis hidrokortisol yang tinggi yang telah mengakbatkan
retensi garam berlebihan yang mengakibatkan gangguan tekanan darah dan gangguan elektrolit
10) Pasang / pertahankan kateter urin dan selang NGT sesuai indikasi
Rasional : dapat menfasilitasi pengukuran haluaran dengan akurat baik urin maupun lambung,
berikan dekompresi lambung dan membatasi muntah
a) Hematokrit ( Ht)
b) Ureum / kreatin
Rasional : peningkatan kadar ureum dan kreatinin darah merupakan indikasi terjadinya
kerusakan tingkat sel karena dehidrasi / tanda serangan gagal jantung
c) Natrium
Rasional : hiponatremia merupakan indikasi kehilangan melalui urin yang berlebihan katena
gangguan reabsorbsi pada tubulus ginjal
d) Kalium
Rasional : penurunan kadar aldusteron mengakibatkan penurunan natrium dan air sementara itu
kalium tertahan sehingga dapat menyebabkan hiperkalemia
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d intake tidak adekuat (mual, muntah,
anoreksia) defisiensi glukortikoid
Tujuan Jangka panjang : klien dapat mempertahankan asupan nutrisi dan mengidentifikasi tanda
– tanda perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan setelah dilakukan intervensi selama ± 3 x 24
jam
11
Tujuan Jangka pendek : kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan
intervensi japen selama ± 1 x 24 jam
Kriteria hasil :
Intervensi
1) : kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan intervensi japen selama
± 1 x 24 jam
Rasional : Kekurangan kartisol dapat me nyebabkan fejala intestinal berat yang mempengaruhi
pencernaan dan absorpsi makanan
2) Catat adanya kulit yang dingin / basah, perubahan tingkat kesadaran, nagi yang cepat, nyeri
kepala, sempoyongan
Rasional :Gejala hipoglikemia dengan timbulnya tanda tersebut mungkin perlu pemberian
glukosa dan mengindikasikan pemberian tambahan glukokortikad
Rasional ; anoreksi, kelemahan, dan kehilangan pengaturan metbolisme oleh kartisol terhadap
makanan dapat mengakibatkan penurunan berat badan dan terjadinya mal nutrisi
5) Berikan lingkungan yang nyaman untuk makan contoh bebas dari bau yang tidak sedap, tidak
terlalu ramai
7) Berikan Glukosa intravensi dan obat – obatan sesuai indikasi seperti glukokortikoid
12
Rasional ; memperbaiki hipoglikemi, memberi sumber energi pemberian glukokertikoid akan
merangsang glukoogenesis, menurunkan penggunaan mukosa dan membantu penyimpanan
glukosa sebagai glikogen
Rasionl : anemia dapat terjadi akibat defisit nutrisi / pengenceran yang terjadi akibat reterisi
cairan sehubungan dengan glukokortikoid.
Kriteria hasil : - menunjukan peningkatan klien dan partisipasi dalam aktivitas setelah dilakukan
tindakan
Intervensi
1) Kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktivitas yang dapat dilakukan oleh klien
Rasional : pasien biasanya telah mengalami penurunan tenaga kelemahan otot, menjadi terus
memburuk setiap hari karena proses penyakit dan munculnya ketidakseimbangan natrium kalium
Rasional : kolapsnya sirkulasi dapat terjadi sebagai dari stress, aktivitas jika curah jantung
berkurang
3) Sarana pasien untuk menentukan masa atau periode antara istirahat dan melakukan aktivitas
13
4) Diskusikan cara untuk menghemat tenaga misal : duduk lebih baik dari pada berdiri selama
melakukan aktivitas
Rasional : pasien akan dapat melakukan aktivitas yang lebih banyak dengan mengurangi
pengeluaran tenaga pada setiap kegiatan yang dilakukan
d. Gangguan harga diri b/d perubahan dalam kemampuan fungsi, perubahan karakteristik
tubuh
Tujuan Jangka panjang : Individu dapat mengontrol dan mengidentifikasi tanda – tanda Gx harga
diri
Tujuan jangka pendek : Harga diri klien kembali positif setelah dilakukan tindakan keperawatan
Kriteria hasil : - Menunjukan kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi pada
tubuhnya
Intervensi
Rasional : Membantu mengevaluasi berapa banyak masalah yang dapat diubah oleh pasien
- Teknik relaksasi
- Visualisasi
- Imaginasi
3) Dorongan pasien untuk membuat pilihan guna berpartisipasi dalam penampilan diri sendiri
4) Fokus pada perbaikan yang sedang terjadi dan pengobatan misal menurunkan pigmentasi kulit
Rasional ; ungkapkan seperti ini dapat mengangkat semangat pasien dan meningkatkan harga diri
pasien
14
5) Sarankan pasien untuk mengunjungi seseorang yang penyakitnya telah terkontrol dan
gejalanya telah berkurang
Rasional : dapat menolong pasien untuk melihat hasil dari pengobatan yang telah dilakukan
6) Kolaborasi
Rasional : pendekatan secara koprehensif dapat membantu memnuhi kebutuhan pasien untuk
memelihara tingkah laku pasien.
Tujuan Jangka panjang : Individu mampu mengidentifikasi tanda – tanda munculnya nyeri
setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam
Tujuan jangka pendek : Nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ± 2 jam
S : 36 – 372 oC
N : 80 – 100 x/menit
RR: 16 – 20 x/menit
Intervensi
1) Beri penjelasan pada klien tentang penyebab nyeri dan proses penyakit
Rasional ; Meningkatkan pengetahuan klien dan keluarga, serta agar klien lebih kooperatif
terhadap tindakan yang akan dilakukan
2) Kaji tanda – tanda adanya nyeri baik verbal maupun non verbal, catat lokasi, intensitas (skala
0 – 10) dan lamanya
3) Anjurkan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti imajinasi, misal musik yang
lembut, relaksasi
15
Rasional : Membantu untuk menfokuskan kembali perhatian dan membantu pasien untuk
mengatasi nyeri / rasa tidak nyaman secara lebih efektif
16
4) Kolaborasi
Berikan obat analgetik dan atau analgetik sprei tenggorok sesuai dengan kebutuhannya.
Tujuan Jangka panjang : Klien mampu menerima kondisinya dan menyatakan bahwa Kx tidak
cemas lagi.
Kriteria hasil :
Intervensi
1) Bantu Px dalam membuat metode untuk menhindari atau mengubah episode stres, diskusi
teknik relaksasi
Rasional : Penurunan stress dapat membatasi pengeluaran katekolamin oleh sistem saraf simatis,
sehingga membatasi / mencegah respon vasokonstriksi
Rasional : Informasi perlu bagi pasien untuk mengikuti program terapi dan mengevaluasi
keefektifan
4) Sarankan Px tetap menetapkan secara aktif, jadwal yang teratur dalam makan, tidur dan
latihan
Rasional : Membantu meningkatkan perasaan menyenangkan sehat, dan untuk emmahami bahwa
aktivitas fisik yag tidak teratur dapat meningkatkan kebutuhan hormone
17
5) Diskusikan perasaan pasien yang berhubungan dengan pemakaian obat untuk sepanjang
kehidupan Px.
Rasional : Dengan mendiskusikan fakta – fakta tersebut dapat membantu Px untuk memasukkan
perubahan perilaku yang perlu ke dalam gaya hidup
Tujuan Jangka panjang : eliminasi Kx adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
x 24 jam
Tujuan Jangka pendek : Elliminasi Kx adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 6
jam
Kriteria hasil :
Intervensi
3) Pemasangan kateter
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Addison adalah suatu penyakit yang terjadi pada system endokrin yang dimana
terjadi gangguan yang melibatkan terganggu fungsi bagian dari kelenjar adrenal disebut
korteks kegagalan korteks adrenal memproduksi hormon adrenokortikal yang disebabkan
oleh atropi primer pada korteks adrenal akibat autoimunitas.
3.2 Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
20