PENDAHULUAN
ULKUS KORNEA
Ulkus Kornea adalah keadaan patologik kornea yang ditandai oleh adanya
infiltrat supuratif disertai defek kornea bergaung, diskontinuitas jaringan kornea dapat terjadi
dari epitel sampai stroma. Ulkus kornea merupakan hilangnya sebagian permukaan kornea akibat
kematian jaringan kornea. Ulkus kornea yang luas memerlukan penanganan yang tepat dan cepat
uuntuk mencegah perluasan ulkus dan timbulnya komplikasi seperti desmetokel, perforasi,
endoftalmitis. [1,4]
Gambar 3. Ulkus kornea yang disertai dengan hipopion
Etiologi
Ulkus biasanya terbentuk akibat : infeksi oleh bakteri (misalnya stafilokokus,
pseudomonas, atau pneumokokus), jamur virus (misalnya herpes) atau protozoa akantamuba,
selain itu ulkus kornea disebabkan reaksi toksik, degenerasi, alergi dan penyakit kolagen
vaskuler. Kekurangan vitamin A atau protein, mata kering (karena kelopak mata tidak menutup
secara sempurna dan melembabkan kornea). Faktor resiko terbentuknya antara lain adalah cedera
mata, ada benda asing di mata, dan iritasi akibat lensa kontak.[1-5]
Patofisiologi
Bila pertahanan normal pada mata seperti epitel kornea mengalami gangguan,
resiko terjadinya infeksi sangat tinggi. Penyebab yang mungkin seperti trauma langsung pada
kornea, penyakit alis mata yang kronis, abnormalitas tear film yang mengganggu keseimbangan
permukaan bola mata dan trauma hipoksia akibat pemakaian lensa kontak.
Koloni bakteri patologi pada lapisan kornea bersifat antigen dan akan melepaskan
enzim dan toksin. Hal ini akan mengaktifkan reaksi antigen antibodi yang mengawali proses
inflamasi. Sel-sel PMN pada kornea akan membentuk infiltrat. PMN berfungsi memfagosit
bakteri. Lapisan kolagen stroma dihancurkan oleh bakteri dan enzim leukosit dan proses
degradasi berlanjut meliputi nekrosis dan penipisan. Karena penipisan lapisan ini, dapat terjadi
perforasi menyebabkan endoftalmitis. Bila kornea telah sembuh, dapat timbul jaringan sikatrik
yang menyebabkan penurunan tajam penglihatan. Bakteri gram positif lebih banyak menjadi
penyebab infeksi bakterialis di dunia bagian selatan. Psaeudomonas aeruginosa paling banyak
ditemukan pada ulkus kornea dan keratitis karena lensa kontak. [4,5]
Terbentuknya ulkus pada kornea mungkin banyak ditentukan oleh adanya kolagenase
yang dibentuk oleh sel epitel baru dan sel radang. Dikenal ada 2 bentuk tukak pada kornea, yaitu
sentral dan marginal/perifer.Tukak kornea sentral disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur, dan
virus. Sedangkan perifer umumnya disebabkan oleh reaksi toksik, alergi, autoimun, dan infeksi.
Infeksi pada kornea perifer biasanya disebabkan oleh kuman Stafilokok aureus, H. influenza, dan
M. lacunata.
Faktor-faktor pencetus terjadinya ulkus kornea:
1. Adanya kelainan pada bulu mata (trikiasis) dan adanya insufisiensi sistem lakrimal,
sumbatan saluran lakrimal.
2. Faktor eksternal ; luka pada kornea (erosio kornea) karena trauma, penggunaan lensa
kontak, luka bakar pada daerah muka.
Gejala klinis
Ulkus kornea biasanya terjadi sesudah terdapatnya trauma ringan yang merusak epitel
kornea. Gejala-gejala yang ditimbulkan olehnya bervariasi tergantung dari jenis ulkus apakah
steril atau infektif, keadaan fisik pasien, besarnya ulkus dan virulensi inokulum. Ulkus akan
memberikan gejala mata merah, sakit mata ringan hingga berat, fotofobia, penglihatan menurun
dan kadang kotor. Ulkus kornea akan memberikan kekeruhan berwarna putih pada kornea
dengan defek epitel yang bila diberi pewarnaan fluoresein akan berwarna hijau di tengahnya. Iris
sukar dilihat karena keruhnya kornea akibat edema dan infiltrasi sel radang pada kornea. Gejala
yang dapat menyertai adalah penipisan kornea, lipatan Descemet, reaksi jaringan uvea (akibat
gangguan vaskularisasi irirs), berupa suar, hipopion, hifema dan sinekhia posterior. Biasanya
kokus gram positif, stafilokokus aureus dan streptokokus pneumoni akan memberikan gambaran
ulkus yang terbatas, berbentuk bulat atau lonjong, berwarna putih abu-abu pada anak ulkus yang
supuratif. Daerah kornea yang tidak terkena tetap berwarna jernih dan tidak terlihat infiltrasi sel
radang. [3]
Ulkus sentral yang disebabkan Streptococcus beta-hemolyticus tidak memiliki ciri khas.
Stroma kornea disekitarnya sering menunjukkan infiltrat dan sembab, dan biasanya
terdapat hipopion yang berukuran sedang. Kerokan memperlihatkan kokus gram (+)
dalam bentuk rantai. Obat-obat yang disarankan untuk pengobatan adalah Cefazolin,
Penisillin G, Vancomysin dan Ceftazidime.
Ulkus kornea sentral yang disebabkan Staphylococcus aureus, Staphylococcus
epidermidis, dan Streptococcus alfa-hemolyticus kini lebih sering dijumpai daripada
sebelumnya, banyak diantaranya pada kornea yang telah terbiasa terkena kortikosteroid
topikal. Ulkusnya sering indolen namun dapat disertai hipopion dan sedikit infiltrat pada
kornea sekitar. Ulkus ini sering superficial, dan dasar ulkus teraba padat saat dilakukan
kerokan. Kerokan mengandung kokus gram (+) satu-satu, berpasangan, atau dalam
bentuk rantai. Keratopati kristalina infeksiosa telah ditemukan pada pasien yang
menggunakan kortikosteroid topikal jangka panjang, penyebab umumnya adalah
Streptococcus alfa-hemolyticus. [3,4]
c) Ulkus Kornea Fungi
Ulkus kornea fungi, yang pernah banyak dijumpai pada pekerja pertanian,
kini makin banyak diantara penduduk perkotaan, dengan dipakainya obat kortikosteroid
dalam pengobatan mata. Sebelum era kortikosteroid, ulkus kornea fungi hanya timbul
bila stroma kornea kemasukan sangat banyak mikroorganisme. Mata yang belum
terpengaruhi kortikosteroid masih dapat mengatasi masukkan mikroorganisme sedikit-
sedikit.
Kerokan dari ulkus kornea fungi, kecuali yang disebabkan Candida umum-
nya mengandung unsur-unsur hifa; kerokan dari ulkus Candida umumnya mengandung
pseudohifa atau bentuk ragi, yang menampakkan kuncup-kuncup khas. [2,3]
d) Ulkus Kornea Virus
Keratitis Herpes Simpleks
Keratitis herpes simpleks ada dua bentuk yaitu primer dan rekurens. Keratitis
ini adalah penyebab ulkus kornea paling umum dan penyebab kebutaan kornea paling
umum di Amerika. Bentuk epitelialnya adalah padanan dari herpes labialis yang memiliki
ciri-ciri imunologik dan patologik sama juga perjalanan penyakitnya. Perbedaan satu-
satunya adalah bahwa perjalanan klinik keratitis dapat berlangsung lama karena stroma
kurang vaskuler sehingga menghambat migrasi limfosit dan makrofag ke tempat lesi.
Penyakit stroma dan endotel tadinya diduga hanyalah respons imunologik terhadap
partikel virus atau perubahan seluler akibat virus, namun sekarang makin banyak bukti
yang menunjukkan bahwa infeksi virus aktif dapat timbul di dalam stroma dan mungkin
juga sel-sel endotel selain di jaringan lain dalam segmen anterior seperti iris dan endotel
trabekel. Kortikosteroid topikal dapat mengendalikan respons peradangan yang merusak
namun memberi peluang terjadinya replikasi virus. Jadi setiap kali menggunakan
kortikosteroid topikal harus ditambahkan obat anti virus. [4,5]
Keratitis Virus Varicella-Zoster
Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan diagnosis
yang biasa dilakukan adalah :
- Ketajaman penglihatan
- Tes refraksi
- Pemeriksaan slit-lamp
- Keratometri (pengukuran kornea)
- Respon refleks pupil
- Goresan ulkus untuk analisis atau kultur
- Pewarnaan kornea dengan zat fluoresensi
Pengobatan
Yang harus diperhatikan dalam terapi ulkus kornea adalah bahwa ulkus kornea
tidak boleh dibebat, karena akan menaikkan suhu sehingga berfungsi sebagai inkubator, selain
itu debridement juga sangat membantu dalam keberhasilan penyembuhan. Pengobatan ulkus
dihentikan bila sudah terjadi epitelisasi dan mata terlihat tengan kecuali bila penyebabnya
pseudomonas yang memerlukan pengobatan ditambah 1-2 minggu. Pada ulkus kornea dilakukan
keratoplasti atau pembedahan apabila dengan terapi medikamentosa tidak sembuh, terjadi
jaringan parut yang menganggu penglihatan, penurunan visus yang menganggu pekerjaan
penderita, kelainan kornea yang tidak disertai kelainan ambliopia. [3,5]
GLAUKOMA SEKUNDER
Glukoma sekunder adalah glaukoma yang disebabkan karena penyakit lain, bisa penyakit
lokal pada mata atau penyakit sistemik. Glaukoma sekunder ada sudut tertutup dan sudut
terbuka:
Glaukoma sekunder sudut terbuka
Terjadi sumbatan cairan akuos pada anyaman trabekulum atau produksi cairan akuos
yang berlebihan dan mempuntyai penyebab yang jelas. Galukoma jenis ini bisa terjadi akibat
sumbatan sebelum trabekulum misalnya pada lapisan endotel, selaput peradangan, atau membran
fibrovaaskular; sumbatan ada trabekulum misal karena sumbatan darah, makrofag, sel
neoplastik, partikel pigmen, protein, dan zonula lensa, serta sumbatan di kanalis Schlemm, dan
tekanan vena episklera yang meningkat akibat trombusatau sumbatan lain.
Penyakit yang mengakibatkan antaranya adalah uveitis, katarak hipermatur, hifema,
kerusakan sudut iridokorneal akibat trauma tumpul, sindroma psedoeksfoliasidan sindroma
pigmentari. Pemakaian steroid jangka panjang juga dapat menyebabkan glaukoma sekunder
sudut terbuka. Gejala yang timbul dapat akut misal yang disebabkan uvietis; dan dapat pula
kronis (pengobatan steroid jangka panjang, pasca trauma). Gejala antara lain, tidak merasa saki,
mata tenang, sedikit atau tidak menimbulkan keluhan.
Glaukoma sekunder sudut tertutup
Pada glaukoma ini, aliran humor akuos tidak lancar karena tertutupnya trabekulum
meshwork oleh iris akibat dari kelainan mata lain. Beberapa shworkkelainan mata yang apat
menyebabkan galukoma sekunder sudut tertutup adalah uveitis, lensa yang maju atau membesar,
tumor intaokuler, dan neovaskularisasi sudut iridokornea.
Pada uveitis, galukoma dapat terjadi karena terbentuknya perlekatan iris bagian sentral
dengan permukaan depan ensa yang disebut sinekia posterior yang menyebabkan aliran akuos
dari KOP ke KOA terhambat. Selanjutnya akan terjadi pengembungan iris ke depan (iris bombe)
yang akan menutup sudut iridokornea. Uveitis juga mengakibatkan perlekatan iris bagian perifer
dengan trabekula meshwork yang disebut sinekia anterior perifer sehingga jaringan trebekulum
tidak dapat berfungsi mengalirkan humor akuos ke kanalis Schlemm.
Luksasi lensa ke depan menyebabkan KOA menjadi dangkal. Iris akan terdorong ke
kornea sehingga menutup jaringan trabekulum. Pembengkakan lensa akibat meresapnya
sejumlah cairan ke dalam lensa pada proses katarak juga mempersempit KOA sehingga
memudahkan terjadinya penutupan trabekulum meshwork oleh iris.
Tumor yang berasal dari uvea atau retina dapat mendesak iris ke depan sehingga iris
menutup trabekulum meswork. Misalnya pada melanoma yang berasal dari uvea tumbuh cepat
dan menyebabkan kenaikan TIO. Kenaikan TIO ini dapat disebabkan gangguan karena gangguan
pada sudut iridokorneal atau tertutupnya trabekulum meshwork atau akibat pertambahan volume
intraokuler.
Neovaskularisasi sudut sering terjadi pada penderita retinopati diabetes mellitus dan
penyakit-penyakit vaskular retina. Pada penyakit retina tersebut, akan terjadi iskemi retina.
Kondisi iskemi akan merangsang terbentuknya pembuluh darah baru yang rapuh
(neovaskularisasi) di retina. Neovaskularisasi ini juga dapat terjadi pada iris dan sudut
iridokorneal, akibatnya iris akan melekat pada trabekulum meshwork sehingga cairan akuos
terganggu dan TIO meningkat. [2]
Daftar pustaka
2. Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. 1st ed. Bagian ilmu penyakit mata FKUGM.
2007.
4. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 14. Jakarta: Widya
Medika, 2000.