Anda di halaman 1dari 4

Nama : Suci Nadia

NIM : 2010/296659/SA/ 15130


Jurusan : Antropologi Budaya
Fakultas : Ilmu Budaya

Jumat, 22 April 2011

Pagi yang cerah, namun tak secerah hatiku, rekan-rekanku selalu


mengajarkanku untuk memulai hari dengan senyuman dan perasaan yang bahagia, karena
itulah aku selalu mengenyahkan segala pikiran buruk disetiap pagiku. Seperti pagi ini,
aku menginap di kos rekan kerjaku di kaliurang km 14,5. menghirup udara pagi yang
segar, cukup sulit kudapatkan di kampung halamanku di Pekanbaru.
Hari ini urusanku di kampus tidak ada sama sekali, tapi tidak ditempat
kerjaku. Pukul sembilan pagi aku dan rekanku sudah berada di kantor, untuk mengadakan
rapat koordinasi hari itu. Mungkin sebagian mahasiswa di jogja hanya berkecimpung di
dunia kampus dan kos. Namun tidak denganku, aku anak rantau, dan aku tidak ingin
pulang ke kampung halaman hanya dengan membawa selembar ijazah, aku ingin
membawa kesuksesan ditangan.
Rapat selesai sebelum waktunya shalat jumat, aku kagum dengan rekan-
rekan kerjaku, mereka berpakaian rapi, tidak hanya mengejar materi, merekapun selalu
melaksanakan ibadah. Kantorku berada di dekat mesjid dan gereja, memudahkan mereka
yang bekerja di sana untuk melakukan ibadah masing-masing.
Seusai waktu shalat jumat, aku menyempatkan diri membaca, membaca
adalah hobiku, buku apapun akan kubaca, selagi itu menarik, menguntungkan dan
menghibur. Rekan kerjaku yang rata-rata seumuran denganku selalu memarahiku jika aku
membaca buku-buku yang menurutnya tidak penting, mereka memang rekan kerja yang
menyebalkan, sekaligus paling berarti bagiku.
Dari merekalah sedikit demi sedikit aku mulai bisa mengatur
pengeluaranku setiap bulan, mulai meninggalkan bacaan komikku, hanya komik Conan
lah yang sampai saat ini belum bisa aku tinggalkan. Mereka sebenarnya kesal, namun
mau bagaimana lagi, kebiasaan memang sedikit susah untuk dihilangkan.
Berfikir dan Berjiwa Besar, buku yang selalu direkomendasikan salah
seorang rekan kerjaku. Awalnya aku menolak, namun sekali aku membaca buku itu,
mataku tidak pernah lepas darinya. Buku yang berisi motivasi dan semangat, buku yang
berguna untuk semua kalangan, terlebih lagi para mahasiswa. Bibit-bibit calon pemimpin
Negara, terkadang aku kesal melihat mahasiswa jaman sekarang yang selalu
menghabiskan waktu hanya untuk berkumpul dan menghabiskan uang.
Sehabis melaksanakan ibadah shalat ashar, aku dan rekan kerjaku
memasuki jam kerja, kami mulai membarterkan tenaga, waktu, dan pikiran kami untuk
sepenuhnya memikirkan pekerjaan. Bersikap professional, layaknya seorang pebisnis.
Sabtu, 23 April 2011

Aku mulai menjalani hari diluar rumah setelah jarum jam menunjukkan
pukul 11.00 WIB. Setelah sebelumnya aku menghabiskan waktu bermain dengan dua
orang keponakanku yang lucu-lucu, masing-masing berusia 2 dan 4 tahun. Dan biasa
kupanggil dengan sebutan abang, dan adik. Melihat tawa dan senyum mereka ketika
bermain denganku membuatku merasa iri, betapa tawa mereka terlihat tanpa beban dan
tanpa dosa.
Aku mengajak bude dan kedua keponakanku berbelanja ke pasar, bude
yang kumaksud di sini adalah seseorang yang bekerja dirumah, tidak ada hubungan darah
sama sekali dengan kami. Tujuanku mengajak mereka ke pasar bukan untuk berbelanja,
namun hanya memperkenalkan pada kedua keponakanku bahwa kehidupan bukan hanya
di rumah, sekolah dan taman bermain saja. Mereka juga harus melihat banyak yang
menarik di luar rumah. Aku berani bertaruh mereka akan merasa asing sekali di pasar.
Dan benar saja, melewati kios daging abang tidak tahan dan muntah,
bukan hanya abang yang ingin muntah, senarnya aku juga merasa demikian namun ku
tahan. Beginilah hari-hari yang dilewati oleh tukang daging, gumamku. Melewati
sekumpulan pedagang ikan, abang dan adik terlihat senang. Abang memang senang
dengan pengetahuan baru, hewan, sayur, jajanan pasar dan segala buah-buahan yang dia
lihat dia tanyakan untuk menutupi rasa ingin tahunya. Bagaimana dengan adik? Ya, dia
memang terlihat senang, namun hanya senang sebatas melihat si lele berkumpul. Adik tak
mau beranjak dari tempat lele tersebut, dan dengan sedikit bujuk dan rayuan, aku berhasil
mengajaknya pulang dengan membelikan beberapa ekor lele yang masih hidup.
Sesampainya di rumah, lele tersebut kami lepaskan di kolan ikan di depan
rumah. Berjam-jam abang dan adik memperhatikan ikan baru mereka yang menghuni
kolam. Makan siang dan membaca buku pun mereka lakukan di pinggir kolam, tidak
sedikitpun waktu mereka lewatkan untuk mengamati makhluk air berkumis tersebut.
Sehabis shalat ashar, kembali aku melakukan rutinitasku di kantor. Capek?
Tentu saja tidak, bahkan aku merasa sangat senang ketika sudah waktunya berangkat ke
kantor, karena aku akan bertemu dengan sekumpulan mahasiswa berpakaian rapi, anak
muda yang berfikir untuk masa depan dan selalu bersemangat.

Minggu, 24 April 2011

Hari minggu, hari yang biasanya merupakan hari bermalas-malasan bagi


sebagian anak muda. Namun tidak buatku, kantorku memang membagi waktu kerja
sesuai dengan keadaan pelakunya, banyak orang sibuk di luaran masih tetap mampu
menjalankan bisnis ditempat kerjaku dikarenakan pembagian waktu kerja yang sangat
menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Aku memulai aktifitas kantorku di siang hari, tidak ada sesuatu yang
menarik yang harus diceritakan disini. Apakah aku harus membagi kisah tentang
aktifitasku di kantor? Tentu saja tidak akan kuceritakan, karena pembaca pasti akan
bosan.
Yang membedakan antara aktifitas kantorku hari ini dan hari lainnya
hanyalah kegiatan dan lokasinya, kegiatan hari ini berlangsung besar dan mengundang
tamu dari luar, pemotivator dari sekolah bisnis ternama, alumnus D3 komunikasi UGM.
Di usianya yang masih muda, sekitar 27 tahun, ia telah menjadi seorang pembicara yang
kehadirannya selalu ditunggu-tunggu.

Senin, 25 April 2011

Hampir semua orang yang ku kenal benci dengan hari ini, namun aku
tidak, Berfikir dan Berjiwa Besar, buku itu yang selalu mengajariku memandang positif
kesegala arah, lagi-lagi aku ucapkan terimakasih pada semua rekan kerjaku yang telah
mengenalkan buku ini padaku, bila tidak, mungkin sampai saat ini bacaan-bacaan yang
tidak bermutulah yang masih saja menemaniku.
Aku kuliah pukul 11.00, aku tidak mendapat kelas bahasa inggris.
Terimakasih banyak aku ucapkan pada otakku yang dapat mengerjakan toefl kemaren,
walaupun tidak dengan nilai yang kuharapkan. Kuliah berakhir siang, aku melanjutkan
kegiatanku dengan berkumpul bersama temanku sewaktu SMA dulu. Bercanda dengan
menggunakan bahasa daerah, membuatku merasa nyaman, dan tambah rindu dengan
kampong halaman. Aku merasa ingin pulang kampung. Sudah sembilan bulan aku
meninggalkan Pekanbaru, kampung halamanku.
Terkadang jika ingat rumah, aku menangis, dan tidak sanggup menelfon
rumah, karena aku tidak ingin orang tua dan keluarga besarku khawatir. Aku anak
pertama dari tiga bersaudara. Aku harus terlihat kuat dan pantang menyerah, karena apa
yang aku lakukan pasti akan ditiru oleh adik-adikku.

Selasa, 26 April 2011

Lagi-lagi aku tidak ada urusan dengan kampus, kerena aku tidak mendapat
kelas bahasa inggris, aku menghabiskan separoh hariku dengan keponakanku.
Mengantarkannya ke TK, menjemputnya kembali dan akhirnya mengantarkan mereka ke
kamar tidur untuk istirahat siang. Aku membacakan buku pengetahuan anak, yang
berjudul Mengapa Burung Dodo Punah, mereka terlihat antusias dan semangat, padahal
buku tersebut sudah berkali-kali aku bacakan untuk mereka.
Dari puluhan buku pengetahuan anak yang mereka punya, mereka
memang paling suka buku tersebut dan Mengapa Planet Mempunyai Orbit. Mau tidak
mau aku harus menghafal semua isi buku mereka, karena meraka selalu bertanya trentang
isi buku tersebut, kapanpun dimanapun. Jika aku tidak dapat menjawab dengan benar,
mereka akan marah dan menunjukkan ekspresi wajah tidak senang.
Sehabis shalat ashar, kembali aku menjalankan rutinitas kantorku.
Rutinitas harian yang sangat aku tunggu-tunggu kehadirannya. Dan rekan-rekan kerja
yang paling aku rindukan. Baik itu wajah, maupun perkataan mereka yang mendidik.

Anda mungkin juga menyukai