Komposisi
Komposisi
Aku mulai menjalani hari diluar rumah setelah jarum jam menunjukkan
pukul 11.00 WIB. Setelah sebelumnya aku menghabiskan waktu bermain dengan dua
orang keponakanku yang lucu-lucu, masing-masing berusia 2 dan 4 tahun. Dan biasa
kupanggil dengan sebutan abang, dan adik. Melihat tawa dan senyum mereka ketika
bermain denganku membuatku merasa iri, betapa tawa mereka terlihat tanpa beban dan
tanpa dosa.
Aku mengajak bude dan kedua keponakanku berbelanja ke pasar, bude
yang kumaksud di sini adalah seseorang yang bekerja dirumah, tidak ada hubungan darah
sama sekali dengan kami. Tujuanku mengajak mereka ke pasar bukan untuk berbelanja,
namun hanya memperkenalkan pada kedua keponakanku bahwa kehidupan bukan hanya
di rumah, sekolah dan taman bermain saja. Mereka juga harus melihat banyak yang
menarik di luar rumah. Aku berani bertaruh mereka akan merasa asing sekali di pasar.
Dan benar saja, melewati kios daging abang tidak tahan dan muntah,
bukan hanya abang yang ingin muntah, senarnya aku juga merasa demikian namun ku
tahan. Beginilah hari-hari yang dilewati oleh tukang daging, gumamku. Melewati
sekumpulan pedagang ikan, abang dan adik terlihat senang. Abang memang senang
dengan pengetahuan baru, hewan, sayur, jajanan pasar dan segala buah-buahan yang dia
lihat dia tanyakan untuk menutupi rasa ingin tahunya. Bagaimana dengan adik? Ya, dia
memang terlihat senang, namun hanya senang sebatas melihat si lele berkumpul. Adik tak
mau beranjak dari tempat lele tersebut, dan dengan sedikit bujuk dan rayuan, aku berhasil
mengajaknya pulang dengan membelikan beberapa ekor lele yang masih hidup.
Sesampainya di rumah, lele tersebut kami lepaskan di kolan ikan di depan
rumah. Berjam-jam abang dan adik memperhatikan ikan baru mereka yang menghuni
kolam. Makan siang dan membaca buku pun mereka lakukan di pinggir kolam, tidak
sedikitpun waktu mereka lewatkan untuk mengamati makhluk air berkumis tersebut.
Sehabis shalat ashar, kembali aku melakukan rutinitasku di kantor. Capek?
Tentu saja tidak, bahkan aku merasa sangat senang ketika sudah waktunya berangkat ke
kantor, karena aku akan bertemu dengan sekumpulan mahasiswa berpakaian rapi, anak
muda yang berfikir untuk masa depan dan selalu bersemangat.
Hampir semua orang yang ku kenal benci dengan hari ini, namun aku
tidak, Berfikir dan Berjiwa Besar, buku itu yang selalu mengajariku memandang positif
kesegala arah, lagi-lagi aku ucapkan terimakasih pada semua rekan kerjaku yang telah
mengenalkan buku ini padaku, bila tidak, mungkin sampai saat ini bacaan-bacaan yang
tidak bermutulah yang masih saja menemaniku.
Aku kuliah pukul 11.00, aku tidak mendapat kelas bahasa inggris.
Terimakasih banyak aku ucapkan pada otakku yang dapat mengerjakan toefl kemaren,
walaupun tidak dengan nilai yang kuharapkan. Kuliah berakhir siang, aku melanjutkan
kegiatanku dengan berkumpul bersama temanku sewaktu SMA dulu. Bercanda dengan
menggunakan bahasa daerah, membuatku merasa nyaman, dan tambah rindu dengan
kampong halaman. Aku merasa ingin pulang kampung. Sudah sembilan bulan aku
meninggalkan Pekanbaru, kampung halamanku.
Terkadang jika ingat rumah, aku menangis, dan tidak sanggup menelfon
rumah, karena aku tidak ingin orang tua dan keluarga besarku khawatir. Aku anak
pertama dari tiga bersaudara. Aku harus terlihat kuat dan pantang menyerah, karena apa
yang aku lakukan pasti akan ditiru oleh adik-adikku.
Lagi-lagi aku tidak ada urusan dengan kampus, kerena aku tidak mendapat
kelas bahasa inggris, aku menghabiskan separoh hariku dengan keponakanku.
Mengantarkannya ke TK, menjemputnya kembali dan akhirnya mengantarkan mereka ke
kamar tidur untuk istirahat siang. Aku membacakan buku pengetahuan anak, yang
berjudul Mengapa Burung Dodo Punah, mereka terlihat antusias dan semangat, padahal
buku tersebut sudah berkali-kali aku bacakan untuk mereka.
Dari puluhan buku pengetahuan anak yang mereka punya, mereka
memang paling suka buku tersebut dan Mengapa Planet Mempunyai Orbit. Mau tidak
mau aku harus menghafal semua isi buku mereka, karena meraka selalu bertanya trentang
isi buku tersebut, kapanpun dimanapun. Jika aku tidak dapat menjawab dengan benar,
mereka akan marah dan menunjukkan ekspresi wajah tidak senang.
Sehabis shalat ashar, kembali aku menjalankan rutinitas kantorku.
Rutinitas harian yang sangat aku tunggu-tunggu kehadirannya. Dan rekan-rekan kerja
yang paling aku rindukan. Baik itu wajah, maupun perkataan mereka yang mendidik.