Standardanbahanajarpaud F 100925101616 Phpapp02
Standardanbahanajarpaud F 100925101616 Phpapp02
PAUD FORMAL
PUSAT KURIKULUM
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
2007
ABSTRAK
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Pusat Kurikulum adalah melaksanakan
Pengembangan bahan ajar dan Standar Kompetensi sebagai salah satu bahan masukan bagi
lembaga yang berwenang mengembangkan Standar Isi. Laporan ini merupakan hasil
pengembangan Standar dan Bahan Ajar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Formal dan
NonFormal. Standar di sini dimaksudkan sebagai Standar Kompetensi yang direntang dari
anak lahir sampai usia 6 tahun. Sedangkan Bahan Ajar di sini merupakan contoh
pembelajaran yang merupakan jabaran dari Standar Kompetensi tersebut (contoh
pengembangan silabus).
Untuk menghasilkan naskah tersebut telah dilakukan serangkaian kegiatan yang meliputi
penyusunan desain untuk menetapkan fokus pengembangan, kajian dokumen dan
pengembangan standar, dilanjutkan dengan studi dokumentasi standar, analisis data hasil
kajian, penyusunan hasil pengembangan bahan ajar (silabus), presentasi hasil pengembangan
dan penyusunan laporan. Kegiatan ini dilaksanakan di Jakarta, Cisarua, Daerah Istimewa
Yogyakarta, Bali, dan Jawa Timur.
Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengembangan Standar Isi sebagai
masukan bagi lembaga yang mempunyai kewenangan untuk mengembangkan standar, serta
model pelaksanaan Standar Isi tersebut dalam bentuk kurikulum serta silabus pada masing-
masing aspek perkembangan anak usia dini yang harus dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan. Standar Isi berisi Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini,
sebagai seperangkat kompetensi yang diharapkan dikuasai anak sesuai dengan tahapan
usianya. Standar ini dikembangkan berdasarkan: perkembangan moral dan nilai-nilai agama,
perkembangan sosial, emosional dan kemandirian, perkembangan bahasa, perkembangan
kognitif, perkembangan fisik/motorik, dan perkembangan seni
Kegiatan ini menghasilkan Laporan Akhir, Naskah Akademik, Naskah Standar Isi.
Naskah Kerangka Dasar Kurikulum PAUD, Naskah Model Silabus PAUD. Selanjutnya
Naskah ini perlu disampaikan kepada Badan Standar Nasional Pendidikan sebagai salah satu
bahan untuk penyusunan Standar Isi PAUD, dan juga disampaikan kepada para ahli untuk
mendapatkan masukan secara terus-menerus untuk penyempurnaan naskah-naskah tersebut.
Hal
Abstrak …………………………………………..……………………. ii
Daftar Isi ……………………………………………………………….. iii
C. Landasan Keilmuan.…………………………………. 5
1. Aspek Fisik ……………. ………………………… 6
2. Aspek Emosi …………..………………………….. 6
3. Aspek Sosial …..………………………………….. 6
4. Aspek Kreatifitas .…………………………………. 6
5. Aspek Spritual ……………………………………. 6
6. Aspek Akademik .…………………………………. 6
LAMPIRAN
1. Naskah Akademik
2. Naskah Standar Isi
3. Naskah Kerangka Dasar Kurikulum PAUD
4. Naskah Model Silabus PAUD Formal
A. Latar Belakang
Salah satu Tugas, Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Pusat Kurikulum adalah melaksanakan
Pengembangan bahan ajar dan Standar Kompetensi PAUD Formal dan NonFormal, Standar
Isi dalam pengembangan kurikulum untuk pendidikan usia dini, pendidikan dasar. Salah satu
yang menjadi bagian dari pengembangan tersebut adalah melakukan kajian kurikulum dari
berbagai mata pelajaran pada jenjang pendidikan dasar yang dijadikan sebagai dasar untuk
melakukan pengembangan standar dan bahan ajar Paud Formal dan NonFormal kurikulum
yang menjadi tanggung jawab Pusat Kurikulum.
Untuk melaksanakan kegiatan tersebut perlu dilakukan serangkaian kegiatan yang utamanya
adalah standar dan bahan ajar kurikulum mata pelajaran pendidikan dasar. Kegiatan di awali
dengan penyusunan desain untuk menetapkan fokus pengembangan, selanjutnya melakukan
kajian dokumen Standar Isi, pengembangan pelaksanaan standar isi, diskusi hasil
pengembangan dokumen standar isi, diskusi hasil kajian pelaksanaan stadar isi, Studi
dokumentasi standar isi, analisis data hasil kajian, penyusunan hasil pengembangan bahan
ajar silabus, presentasi hasil pengembangan dan penyusunan laporan
B. Tujuan
Secara umum kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pengembangan terhadap dokumen dan
pelaksanaan kurikulum untuk pengembangan kurikulum masing-masing aspek
perkembangan anak usia dini yang harus dilakukan secara terus-menerus dan
berkesinambungan
C. Ruang Lingkup
A. Landasan Yuridis
2. UUD No.23 Tahun 2002 pasal 9 ayat 1 tentang perlindungan anak berhak memperoleh
pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat
kecerdasan sesuai dengan minat dan bakatnya.
3. UUD No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1, Pasal1, butir 14
dinyatakan bahwa “ Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui
pemberian rangsangan pendidikan untuk untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut.”
2) Pasal 37 ayat (1) : Kurikulum pendidikan dasar dan menegah wajib memuat:
a. Pendidikan agama
b. Pendidikan kewarganegaraan
c. Bahasa
d. Matematika
e. Ilmu pengetahuan alam
f. Ilmu Pengetahuan sosial
g. Seni dan budaya
h. Pendidikan jasmani dan olah raga
i. Keterampilan
j. Muatan lokal
B. Landasan Filosofis
Pendidkan merupakan suatu upaya untuk memanusiakan manusia. Artinya melalui proses
pendidikan diharapkan terlahir manusia-manusia yang baik. Standar manusia yang “baik”
berbeda antar masyarakat, bangsa atau negara, karena berbeda pandangan filsafah yang
menjadi keyakinannya. Perbedaan filsafat yang dianut dari suatu bangsa akan membawa
perbedaan dalam orientasi atau tujuan pendidikan.
C. Landasan Keilmuan
Landasan keilmuan yang mendasari pentingnya pendidikan anak usia dini didasarkan kepada
beberapa penemuan para ahli tentang tumbuh kembang anak.
Salah satu penyebab utama dalam kesalahan mendidik adalah banyak para orangtua dan guru
yang kurang menyadari cara-cara mendidik yang patut. Pada awal tahun 80-an mulai
bermunculan berbagai kritikan terhadap kurikulum yang dianggap telah mematikan semangat
dan kecintaan anak untuk belajar. National Association for the Young Children (NAEYC)
sebuah organisasi yang muncul pada tahun 1980-an di AS merupakan gerakan yang berusaha
mematut terhadap berbagai miskonsepsi dalam dunia pendidikan anak usia dini. Di sini
berhimpun para pakar pendidik anak usia dini, dimotori Sue Bredekamp membuat petisi
melalui “konsep DAP”. Terjemahan bebas konsep DAP (Developmentally Approriate
Practice) merupakan pendidikan yang patut berorientasi tahap perkembangan anak. Setiap
anak yang berusia 0-8 tahun memiliki pola perkembangan yang dapat diprediksi sehingga
memudahkan dalam upaya memberikan pelayanan pendidikannya.
Penerapan konsep DAP dalam pendidikan anak usia dini memungkinkan para pendidik
melayani anak sebagai individu yang utuh (The Whole Child), yang melibatkan empat
komponen dasar yang dimiliki anak, yaitu Pengetahuan, Ketrampilan, Sifat Alamiah, dan
Perasaan yang bekerja secara bersamaan dan saling berhubungan. Oleh karena itu jika sistem
pembelajaran dapat melibatkan semua aspek ini secara bersamaan maka perkembangan
kepribadian anak akan tumbuh secara berkelanjutan.
Hasil studi para pendukung DAP, metode ini memberikan lingkungan belajar yang senantiasa
mendorong anak bereksplorasi, kreatif, dan menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar.
Dampak terhadap perkembangan sosial-emosi menunjukkan bahwa anak usia dini yang
dilayani dengan metode DAP mempunyai tingkat stress yang rendah dibandingkan anak-anak
yang dilayani tanpa metode DAP. Sebuah studi lain juga melaporkan bahwa anak-anak usia
dini yang berada dalam kelas non DAP memiliki tekanan dalam proses pendidikan karena
mereka senantiasa diminta mengisi lembar kerta kerja yang kurang patut dan kurang
menyenangkan anak.
Sebuah kesepakatan global yang disebut GATE (Global Alliance for Transforming
Education) mencanangkan perlunya transformasi pendidikan dari yang terkotak-kotak
menjadi sebuah konsep yang utuh. Tujuan pendidikan menurut konsep yang utuh ini adalah
untuk membangun manusia seutuhnya. Hal ini seperti yang juga termaktub dalam tujuan
pendidikan nasional kita. Seluruh aspek yang dimiliki anak melalui pandangan holistik ini
(The whole child education) akan berkembang dengan patut termasuk kesadaran bahwa ia
adalah bagian dari anggota keluarganya, sekolah, lingkungan, masyarakat, dan komunitas
global.
Carol Flake mengatakan bahwa dalam menghadapi tantangan global di abad 21 ini, maka
pelayanan pendidikan mesti mampu mengubah paradigma dari yang terkotak-kotak
(fragmented) menjadi pendekatan ekologis. Melihat anak hanya dalam aspek kognitis semata
yang diselesaikan dengan tugas-tugas akademik yang steril dan memberikan mereka mata
pelajaran yang tidak saling berhubungan dengan relevan dalam konteks kehidupan nyata
tidak akan mampu menumbuhkan transformasi kesadaran (consciousness). Transformasi
kesadaran ini merupakan bagian dari proses pendidikan yang akan mampu meredam segala
carut-marut kondisi yang terjadi dalam peradaban modern, seperti kerusakan lingkungan
semesta, konflik antaretnis, dan sebagainya.
Fitjrof Capra mengungkapkan bahwa betapa pengetahuan manusia tentang sains, masyarakat,
dan kebudayaan, telah terkotak-kotak sehingga manusia tidak mampu lagi melihat gambar
keseluruhan dari sebuah fenomena. Akibatnya banyak solusi dilakukan manusia didekati
secara terpisah sehingga membuat masalah semakin terpuruk. Inti pemikiran dari Fitjrof
adalah bagaimana upaya melihat segala sesuatu secara utuh dan menyeluruh yang
diistilahkannya dengan ”Multidisciplinary, Holistic Approach to reality”. Kondisi ini
diperkuat dengan pernyataan David Orr bahwa akar permasalahan yang ada saat sekarang
dikarenakan pemikiran manusia dididik dengan sistem pendidikan yang terkotak-kotak yang
kemudian membuat manusia berfikir secara parsial.
Berdasarkan kajian di tas maka jelas bahwa pendidikan bukan semata-mata menyiapkan
manusia agar dapat berperan dalam salah satu dimensi kehidupan saja, melainkan agar siap
menjalani seluruh dimensi kehidupan. Untuk itu potensi anak usia dini yang perlu
dikembangkan dalam proses pendidikannya sesuai dengan prinsip holistik hendaknya terkait
dengan:
1. Aspek Fisik
Terkait dengan perkembangan motorik halus, motorik kasar, termasuk menjaga
stamina, gizi dan kesehatan.
2. Aspek Emosi
Terkait dengan aspek kesehatan jiwa, mampu mengendalikan tekanan/stress, mampu
mengontrol diri dari perbuatan negatif, memiliki rasa percaya diri,, berani
mengambil risiko, dan memiliki empati.
3. Aspek Sosial
Menumbuhkan rasa senang melakukan pekerjaan, mampu bekerjasama, pintar
bergaul, peduli dengan masalah sosial, berjiwa sosial dan dermawan, bertanggung
jawab, menghormati orang lain, mengerti akan perbedaan dan keunikan, mematuhi
peraturan yang berlaku.
5. Aspek Spritual
Mampu memaknai arti dan tujuan hidup dan bersikap taat terhadap ajaran agama
yang diyakini melalui perbuatan baik yang konsisten.
6. Aspek Akademik
Mampu berfikir logis, berbahasa, dan menulis dengan baik. Selain itu dapat
mengemukakan pertanyaan kritis dan menarik kesimpulan dari berbagai informasi
dengan cermat.
A. Pelaksanaan
Strategi kegiatan ini meliputi hal-hal sebagai berikut ini.
2. Kajian Konsep
• Pengumpulan bahan
• Rapat kesepakatan tentang konsep
• Penyusunan konsep tentang SK dan bahan ajar PAUD
• Raker menerapkan dan kesepakatan tentang konsep SK dan bahan ajar
5. Penyusunan Instrumen
Penyusunan Instrumen untuk keterbacaan, keterlaksanaan, naskah (individual /
kelompok) dan panduan uji coba
• Pleno
• Perbaikan
• Penggandaan
9. Presentasi hasil
• Presentasi dari Tim Puskur
• Unpan balik
• Perumusan hasil umpan balik
B. Hasil
1. Naskah Akademik
2. Rancangan Standar Isi PAUD
3. Rancangan Kerangka Dasar Kurikulum PAUD
4. Contoh Silabus PAUD