Anda di halaman 1dari 2

8.5.

The Agency Cost/ Contracting Model

Model Biaya Agensi (agency cost model) adalah model yang paling sering digunakan untuk
menjelaskan pembayaran dividen. Model biaya agensi menjelaskan pembayaran dividen tunai sebagai
usaha maksimalisasi nilai oleh manajer dari perusahaan tertentu untuk meminimalisasi biaya
deadweight dari konflik agensi antara manajer dan shaareholders yang muncul perusahaan publik yang
besar dimana terdapat pemisahan kepemilikan dan kontrol. Faktor-faktor yang memperngaruhi
pembayaran dividen, antara lain (1) industri dimana perusahaan tersebut bergerak, ukuran perusahaan,
ketersediaan kesempatan investasi NPV positif dan (2) banyaknya shareholders, “tightness” atau
“diffuseness” relatif, ada atau tidaknya keinginan atau kemampuan bloc-holder yang memiliki share besar
dalam perusahaan untuk memonitor langsung manajemen perusahaan.

Impact Dividend Payout as


Increase in This Firm-Level Variable Follows

-Asset growth rate Reduce

-Positive-NPV investment opportunities Reduce

-Capital intensity of the production process Increase

-Free cash flow generated Increase

-Number of individual shareholders Increase

-Relative "tighness" of ownership coalition Reduce

-Size of largest bloc-holder Reduce

Faktor lain yang memengaruhi pembayaran dividen, dapat dibagi menjadi dua level, yaitu level
perusahaan dan level makroekonomi. Faktor level perusahaan sudah dijelaskan diatas dan berikut
penjelasan faktor makroekonomi melalui tabel.

Impact Dividend Payout as


Increase in This Macroeconomic Variable Follows

-Transaction costs of security trading Increase

-Personal tax rates on dividend income Reduce

-Personal tax rates on capital gains income Increase

-Importance of institusional investors Reduce

-Power of institusional investors in corporate Reduce


governance

-Relative importance of capital markets versus Increase


intermediated financing

-Amount of corporate information disclosure Reduce


8.6 The Signaling Model

Model ini didasari ide bahwa manajer menginginkan informasi tentang baiknya prospek
keuangan perusahaan diketahui oleh shareholders, tetapi manajer menginginkan biaya yang rendah tapi
tidak mungkin ditiru oleh perusahaan yang lebih lemah. Perusahaan yang kuat memiliki insentif untuk
memberikan sinyal yang costly, tetapi terjangkau dan tidak bisa ditiru oleh perusahaan yang lebih lemah.
Dividend signaling models dapat menjelaskan hal ini. Pembayaran dividen tunai dinilai costly karena
perusahaan harus dapat menghasilkan kas yang cukup untuk membayar dividen dan karena pembayaran
dividen tersebut juga, perusahaan tidak bisa men-support proyek NPV positif.

Separating equilibrium menjelaskan perusahaan yang lebih kuat yang mengeluarkan sinyal
dengan membayarkan dividennya, akan dibalas dengan harga saham yang lebih tinggi, sementara
perusahaan yang lebih lemah memilih untuk tidak mengeluarkan sinyal dan harga sahamnya tidak
berubah. Ekuilibrium ini stabil dan tidak ada pihak yang dapat mengambil keuntungan dari perilaku
signaling ini. Mengeluarkan sinyal mungkin seperti burning money- boros, tetapi perusahaan dengan
prospek keuangan yang baik dapat menutup biaya ini melalui pengeluaran saham baru dengan harga
yang lebih tinggi. Walaupun dividen costly dan boros, tetapi itu merupakan cara yang paling tidak mahal
untuk menunjukkan nilai perusahaan di pasar yang terdapat asymmetric information antara manajer
dengan shareholder.

8.6.1 Empirical Assessments

The cash flow signaling model konsisten dengan observasi yang menyatakan bahwa pembayaran
dividen cenderung berhubungan langsung dengan profitabilitas perusahaan. Perusahaan dengan free
cash flow besar, membayar dividen yang lebih tinggi. Signaling model juga konsisten dengan observasi
yang menyatakan respon pasar terhadap pengumuman dividen. Perusahaan yang mengumumkan
pembagian dividen mendapati harga sahamnya naik dan perusahaan yang meng-cut dividen akan
mendapati harga sahamnya turun.

Signaling model juga memiliki kekurangan, yaitu tidak dapat memprediksi respon positif terhadap
kenaikan dividen an respon negatif terhadap penurunan dividen. Model ini juga hanya memberkan
sedikit prediksi mengenai variabilias cross-sectional dari pembayaran dividen lintas industri, negara dan
kepemilikan. Bahkan, observasi terbaru mendapatkan hasil yang bertentangan dengan model signaling
ini, bahwa perusahaan dengan prospek pertumbuhan yang besar membayarkan lebih sedikit dividen
dari penghasilan mereka

Anda mungkin juga menyukai