Anda di halaman 1dari 26

BABV

Dari Kerjasama Regional Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN



Oleh: Yasmin Sungkar

1. Pengantar

Pada KTT ASEAN ke-9 di Bali tahun 2003, para pemimpin ASEAN sepakat membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN yang ditargetkan tercapai pad a tahun 2020. Dalam ketetapan Bali Concord 11, Komunitas Ekonomi adalah salah satu dari tiga pilar yang saling berkaitan yang menjadi landasan untuk terbentuknya Komunitas ASEAN. Keputusan penting pada KIT ASEAN ke- 12 di Cebu Januari 2007 adalah mempercepat jadwal pembentukan Komunitas ASEAN dari target semula tahun 2020 menjadi tahun 2015. Percepatan jadwal ini semula diusulkan dalam KIT ASEAN ke-ll di Kuala Lumpur tahun 2005 dan diperkuat dengan rekomendasi dari ASEAN Economic Ministerial Meeting ke-38 pada Agustus 2006. Meskipun pemimpin ASEAN menyadari bahwa delapan tahun dari sekarang adalah waktu yang cukup pendek untuk mencapai Komunitas ASEAN, namun perkembangan ekonomi di Asia menuntut percepatan proses integrasi ekonomi ASEAN. Dalam situasi persaingan ekonomi yang semakin tajam, ada kekhawatiran bahwa Asia Tenggara akan tertinggaI jauh dari pesatnya pertumbuhan ekonomi China dan India. Gagasan membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN diharapkan bisa mengalirkan semangat bam untuk berintegrasi ke dalam dan meningkatkan daya saing kawasan agar dapat merebut investasi asing.

Sejalan dengan aspek ekonomi dalam Visi ASEAN 2020, Komunitas Ekonomi ASEAN diharapkan menjadi suatu pasar tunggal dan basis produksi dimana arus barang, jasa, investasi,

117

Menuju KomunitilS ASEAN 2015: Dari State Orientedke People Oriented

modal dan pekerja terampil bisa bebas bergerak. Bab ini menganalisa elemen inti dari Komunitas Ekonomi ASEAN. Dimulai dengan penjeJasan ide membentuk komunitas ekonomi dan melihat pengalaman Uni Eropa, bab ini lebih difokuskan pada konsep, pentahapan dan bentuk komunitas ekonomi seperti apa yang pada akhirnya akan dicapai dalam Komunitas Ekonomi ASEAN. Sesuai dengan tern a penelitian, bab ini juga akan meninjau transformasi dari state-oriented ke peop/eoriented dalam proses menuju suatu komunitas ekonomi di kawasan Asia Tenggara.

2. Konsep dan Proses Menuju Komunitas Ekonomi

Lee Kuan Yew, sebagai bekas pemimpin ASEAN yang paham akan nilai-nilai integrasi, mengatakan bahwa ide Asia Tenggara bisa terintegrasi dan menjadi satu komunitas seperti Uni Eropa akan sulit dicapai. Rasa pesimis itu tercermin dalam ucapannya, "to have one currency, a borderless community. I don't see that, not yet. Maybe after 50, 70, 60 years. we can look at that matter again".' Namun pemimpin ASEAN saat ini ingin membuktikan bahwa integrasi ekonomi regional bukanlah hal yang tidak mungkin. Mereka sadar bahwa Eropa dan Asia tidak sarna dan akan selalu berbeda. Tapi bukan berarti kepentingan ekonomi dan politik di kawasan Asia tidak akan membawa ASEAN pada tingkat integrasi yang lebih tinggi atau bahwa proses integrasi Uni Eropa pada derajat tertentu tidak bisa diulang.

Sebenamya integrasi ekonomi yang diserukan pemimpin ASEAN bukanlah pada tingkat integrasi yang dicapai Uni Eropa saat ini dan bukan pula sekedar menjiplak langkah-Iangkah yang ditempuh komunitas ekonomi di Eropa. Bahkan saat KTT di Bali tahun 2003 para pemimpin ASEAN menekankan bahwa integrasi ekonomi yang hendak dicapai tidak akan menggiring ASEAN menjadi suatu unifikasi politik, sehingga tidak akan ada institusi supranasional seperti Komisi Eropa (European

1 Carlos H. Conde, "ASEAN pursues El.l-style regional integration", International Herald Tribune, 12 Januari 2007.

118

Dari Ke~asama Regional Menuju Komunilas Ekonomi ASEAN

Comissiom. Selaku ketua Eminent Persons Group (EPG)2, Tan Sri Musa Hitam yang juga bekas wakil perdana menteri Malaysia juga mengatakan, "since visiting EU, I've become more conservative with ASEAN, because we learned that the EU is not that good an organization that can be transferred to ASEAN".3

Sebenarnya Uni Eropa adalah contoh sukses integrasi regional. Namun bila ASEAN menempuh proses yang sama belurn tentu akan mencapai hasil akhir yang sarna. Kondisi Iingkungan dan motivasi politik ketika cikal bakal Uni Eropa mulai berintegrasi sangat berbeda dengan kondisi yang dihadapi ASEAN saat ini. Lingkungan ekonorni intemasional yang sangat terbuka saat ini juga sangat berbeda dengan situasi di tahun 1 950-an. Tingkat ekonomi anggota lama Uni Eropa lebih seragam dibanding tingkat ekonorni anggota ASEAN yang bervariasi, yaitu dari ekonomi yang sudah maju, ekonomi tahap transisi, sampai ekonomi yang kurang berkembang. Demikian pula dengan corak politiknya. Perbedaan karakter ini perlu menjadi pertimbangan dalam mempelajari proses integrasi di Eropa, sehingga ASEAN bisa menetapkan langkah-Iangkah apa yang cocok ditempuh untuk mencapai bentuk komunitas di kawasan Asia Tenggara.

Tujuan akhir dari Komunitas Ekonomi ASEAN bukan membentuk keseragaman sistem bea-cukai (custom union) seperti European Economic Community di tahun 1950-an. Pada prinsipnya, keseragaman bea-cukai adalah sekelompok negara sepakat menghapuskan hambatan perdagangan di antara mereka dan menetapkan kebijakan satu tarif untuk perdagangan dengan negara bukan anggota. Tahap ini adalah satu tingkat integrasi di atas kawasan perdagangan bebas. Kawasan perdagangan bebas, seperti AFT A (ASEAN Free Trade Area), menyepakati harmonisasi tarif di antara anggotanya, tetapi masing-masing

2 EPG terdiri dari 10 warga terhonnat ASEAN yang diantaranya adalah bekas diplomat, menteri luar negeri, dan presiden yang dibentuk pemimpin ASEAN saat KIT ASEAN ke-Il di Kuala Lumpur tahun 2005. Kelompok ini bertugas mengevaluasi dan memberi rekornendasi bagi arah ASEAN ke depan.

J "Leaders will give ASEAN some teeth", Jakarta Post, 13 Januari 2007.

119

Menuju Komunitas ASEAN 2015: Dari State Oriented ke People Oriented

< ,

bebas menentukan tarif untuk berdagang dengan bukan anggota. Salah· satu keuntungan sistem bea-cukai yang seragam adalah biaya transaksi menjadi rendah. Biaya transaksi antar batas negara ini sering menjadi penghambat perdagangan yang mestinya lebih mungkin dihindari antar negara tetangga daripada antar negara yang berjauhan. Namun penghapusan biaya transaksi ini bisa rumit prosesnya walaupun dilakukan antar negara tetangga. Sebagai contoh, Uni Eropa memerlukan waktu dari ] 957 sampai pertengahan 1990-an untuk mencapai tahap "invisible borders" dan itupun barn mencakup sebagian anggotanya," Mengingat masih adanya perbedaan tingkat pembangunan dan derajat keterbukaan sistem ekonomi di antara anggota ASEAN, maka sangatlah sulit bagi ASEAN untuk mencapai tahap keseragaman 'bea-cukai dalam jangka waktu pendek.

Proses integrasi ekonomi di Eropa menempuh cara-cara yang cukup liberal. Integrasi ekonomi multi sektor dimulai dengan Treaty of Rome tahun ] 957 sebagai kelanjutan dari inisiatif awal yang menempatkan sumber-sumber ekonomi di bawah satu otoritas, seperti European Coal and Steel Community. European Economic Community (EEC) yang dilahirkan Treaty of Rome adalah usaha ambisius untuk menciptakan pasar yang terintegrasi di Eropa. Pada intinya mereka membentuk "customs union plus" dengan masa transisi sepuluh tahun untuk mencapai perdagangan bebas antar anggotanya dan satu tarif untuk berdagang ke luar. Inisiatif berikutnya-yang dimaksud dengan "plus"-antara lain ditambahkannya Common Agricultural Policy dan pada akhir 1960-an EEC baru berfungsi secara penuh. Kemudian EEC memfokuskan diri pada ekspansi horisontal, negosiasi perdagangan bebas dan perluasan anggota secara bertahap. Pada akhir 1980-an EEC yang kemudian menjadi European Community (EC) sudah menjadi komunitas Eropa yang terintegrasi yang bercirikan keseragaman bea-cukai dan

4 Maurice Schiff dan L. Alan Winters, Regional Integration and Development, World Bank and Oxford University Press, 2003, hal. 72.

120

Dari Kerjasama Regional Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN

berbagai perlak.uan istimewa bagi anggotanya dengan mencakup hampir 80 persen perdagangannya. Namun belum adanya keseragaman dalam kebijakan perdagangan eksternal menyebabkan masih adanya hambatan non-tarif di tingkat nasional dan makin lama makin menyulitkan EC karena menggangu proses integrasi pasar.

Keputusan membentuk pasar bersama (common market) melalui Single European Act (SEA) pada tahun 1986 menunjukkan kemauan para pemimpin Eropa mencegah terpecahnya pasar dan bahkan lebih jauh untuk menciptakan pasar bersama dimana barang, jasa, tenaga kerja dan modal bisa bergerak bebas.' Langkah ini dipandang luar biasa karena tidak hanya menyangkut urusan perdagangan tetapi juga kebijakan domestik yang pada saat itu tidak bisa disentuh. Dari sini nampak bahwa dibanding negara-negara anggota organisasi regional lain, anggota EC lebih siap menyerahkan otoritas nasional kepada institusi supranasional yang tentunya menuntut perubahan kebijakan domestik. ASEAN mempunyai tekad yang sarna, yaitu membentuk pasar tunggal, namun belum-dan mungkin tidak akan--diikuti kesiapan anggotanya untuk menyerahkan otoritas nasional kepada institusi yang lebih tinggi. Dalam konteks ekonomi, perubahan kebijakan domestik di tiap-tiap negara ASEAN selama ini lebih didorong oleh tuntutan perkembangan ekonomi global ketimbang memenuhi anjuran dari ASEAN. Sebenamya disamping usaha integrasi ke dalam ASEAN, justru karakteristik outward looking di tingkat nasional dan regional ini periu dipertahankan bila tiap negara anggota dan ASEAN sebagai kesatuan tidak mau tenggelam dalam arus ekonomi global.

Pengalaman Eropa adalah suatu contoh sukses walaupun dalam proses integrasinya tidak selalu mulus. Plummer mengidentifikasi tiga hal yang menjadi modal kesuksesan tersebut. Pertama, kemauan politik Uni Eropa untuk seialu

5 Michael G. Plummer, "Creating an ASEAN Economic Community: Lessons from the EU and Reflections on the Roadmap", dalam Roadmap 10 ASEAN Economic Community, diedit oleh Denis Hew, Singapore: [SEAS, 2005, hal 33-34.

121

Menuju Komunilas ASEAN 2015: Dan State Oriented ke People Oriented

, ,

melangkah ke depan akhirnya menyelamatkan proses integrasi dari kemandegan dan kemunduran. Ke-dua, integrasi ekonomi bisa mengalami kemajuan karena pengembangan institusi, Komisi Eropa sangat penting fungsinya dalam memberikan visi bagi integrasi Eropa dan juga dalam melaksanakan kebijakannya bersama-sama dengan European Court of Justice. Parlemen Eropa berfungsi sebagai forum demokratis penting dan pertemuan pejabat pemerintah di berbagai tingkat. Forum ini tidak hanya penting dalam menciptakan dan menlaksanakan program integrasi ekonomi, tetapi juga membangun kepercayaan antar negara anggota. Ke-tiga, integrasi Uni Eropa selalu melibatkan negara-negara industri dan karakter ini baru berubah saat negara-negara yang ekonominya dalam tahap transisi di Eropa Tengah dan Timur bergabung pada Mei 2004.6

Uni Eropa adalah organisasi yang lebih solid dibandingkan dengan ASEAN yang terbilang longgar dan sejauh ini belum mau menjalin ikatan yang ketat. Keinginan mempertahankan ikatan yang longgar ini bahkan secara eksplisit disebut di bagian awal Deklarasi Bali Concord II yang berbunyi: "Reaffirming the fundamental importance of adhering to the principle of noninterference and consensus in ASEAN Cooperation"," Padahal inti dari Deklarasi Bali Concord II adalah kesepakatan pemimpin ASEAN untuk membentuk Komunitas ASEAN yang berarti mengarah ke integrasi yang lebih luas dan dalam serta lebih mengikat. Nampaknya ASEAN masih nyaman dengan pnnsip-pnnsip lama walaupun hal mi tidak selalu menguntungkan dalam konteks ekonomi, khususnya mengingat perkembangan ekonomi dunia yang menuntut tindakan cepat. Mungkinkah ASEAN mentransformasikan diri dari kerjasama ekonomi regional menjadi suatu komunitas ekonomi sambil mempertahankan prinsip tersebut? ASEAN berharap bila suatu saat barang, jasa, modal dan investasi bisa bergerak bebas di kawasan, maka makin lama garis antara isu internal dan

(, ibid. hal 35-36.

7 Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord II), Bali, Indonesia, 7 Oktober 2003.

122

Dari Ke~asama Regional Menuju Komunilas Ekonomi ASEAN

eksternal akan -kabur sehingga anggota ASEAN akan terbuka satu sarna lain baik secara ekonomis maupun politis. Sebenarnya ASEAN bisa melihat Uni Eropa sebagai model dan inspirasi dalam proses menuju ke bentuk komunitas. Menyadari lemah dan lambatnya kerjasama ekonomi ASEAN yang disebabkan oleh fleksibilitas yang kabur, seperti kelonggaran waktu dalam rangka memproteksi industri domestik, maka muncul keinginan kuat organisasi ini agar ASEAN Charter memuat ketentuanketentuan yang mengikat secara hukum seperti European Union Charter. Dengan demikian ASEAN akan mempunyai mekanisme untuk memaksa, bahkan kalau mungkin menerapkan sanksi bagi anggotanya yang tidak mengikuti aturan yang sudah ditetapkan. Hal ini bisa dilihat sebagai langkah maju walaupun prinsip lama masih dipegang.

Menurut ASEAN Vision 2020 yang menjadi rujukan bagi pembentukan Komunitas ASEAN, tujuan akhir dari integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara adalah terbentuknya Komunitas Ekonomi ASEAN. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan kornunitas ekonomi oleh organisasi ASEAN, berikut adalah butir-butir penting yang diambil dari Deklarasi Bali Concord II rnengenai konsep Komunitas Ekonomi ASEAN:

I. Komunitas Ekonomi ASEAN adalah realisasi tujuan akhir dari integrasi ekonomi yang digariskan dalam ASEAN Vision 2020 untuk menciptakan kawasan ekonomi ASEAN yang stabil, sejahtera dan berdaya saing tinggi.

2. Landasan bagi Komunitas Ekonomi ASEAN adalah kepentingan bersama di antara negara anggota ASEAN untuk memperdalam dan memperluas usaha-usaha integrasi ekonomi melalui kerjasama yang sedang berjalan dan inisiatif baru dalam kerangka waktu yang jelas.

3. Komunitas Ekonomi ASEAN perlu menjadikan ASEAN sebagai suatu pasar tunggal dan basis produksi, dengan rnengubah keanekaragaman yang menjadi karakter kawasan menjadi peJuang bisnis yang saling melengkapi.

4. Komunitas Ekonomi ASEAN perlu menjamin bahwa perluasan dan pendalaman integrasi ASEAN harus dibarengi

123

Menuju Komunitas ASEAN 2015: Dan State Orientedke People Oriented

dengan kerjasama teknik dan pembangunan dalam usaha mengatasi jurang pembangunan dan mempercepat integrasi ekonomi anggota bam (Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam).

5. Untuk mencapai komunitas ekonomi yang terintegrasi secara penuh, ASEAN perlu menerapkan Iangkah-langkah Iiberalisasi dan kerjasama.

Kawasan ekonomi yang stabil dan berdaya saing tinggi yang hendak dicapai adalah kondisi dimana barang, jasa dan investasi bisa bergerak be bas, modal lebih bebas bergerak, pembangunan ekonomi yang setingkat, serta berkurangnya kemiskinan dan jurang sosial-ekonomi di tahun 2020. Sedangkan konsep pasar tunggal dan basis produksi ditujukan untuk mengembangkan kawasan ASEAN agar lebih dinamis dan kuat sehingga bisa menjadi bagian dari rantai pemasok global melalui perdagangan bebas barang dan jasa, serta iklim investasi yang terbuka. Pertimbangannya adalah investasi asing akan tertarik membangun jaringan produksi regional di negara-negara anggota ASEAN jika kawasan ASEAN menjadi bagian yang bisa diandalkan dan mata rantai produksi global dengan memanfaatkan skala ekonomi yang lebih besar dan keuntungan komparatif lokal. Strategi ASEAN dalam hal ini harus mencakup integrasi ASEAN dan peningkatan daya saing ekonomi ASEAN. Adapun usaha memperkecil jurang pembangunan dan mempercepat integrasi ekonomi anggota baru akan dilakukan melalui program Initiative for ASEAN Integration (lAI) dan Regional Integration Agreement (RIA)8 sehingga keuntungan dari integrasi ASEAN bisa dirasakan

RIAl dicanangkan pada November 2000 untuk membantu negara-negara anggota barn dalam proses integrasi ekonomi dan menghindari munculnya dua lapisan dalam tubuh ASEAN. Ernpat bidang yang menjadi prioritas IAJ adalah pembangunan infrastruktur, sumberdaya manusia, teknologi inforrnasi dan telekomunikasi, serta pembangunan kapasitas bagi integrasi ekonomi regional. Adapun rentang RIA bisa mulai dan kawasan perdagangan bebas sampai uni ekonomi. AFT A yang dimulai tahun 1992 adalah bentuk RIA yang dipilih anggota ASEAN. Pengaturan perdagangan bebas ini diawali dengan perdagangan barang dan kemudian diperluas mencakup Iiberalisasi perdagangan jasa dan arus investasi di kawasan.

124

Dari Kerjasama Regional Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN

semua anggota dan memungkinkan rnereka melangkah bersama tanpa ada anggota yang tertinggal.

Laporan ASEAN-ISIS (Institute of Strategic and International Studies) berjudul 'Towards an ASEAN Economic Community' mengusulkan sasaran akhir dad integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara adalah menciptakan pasar yang terintegrasi penuh (common market) dengan mempertimbangkan bidang-bidang yang dianggap belum siap untuk berintegrasi lebih dalam bisa disusulkan kemudian. Usulan ini dikenal dengan pendekatan "common market minus". Pengertian pasar bersama di sini adalah terciptanya kondisi adanya perdagangan bebas secara penuh serta modal dan pekerja bebas bergerak. Kebebasan bergerak bagi pekerja berarti mereka berhak untuk tinggal dan mencari pekerjaan di seluruh kawasan ASEAN. Dalam hal ini diperlukan pengakuan bersama atas kualifikasi tenaga profesional dan teknisi," Mengingat tingkat pembangunan ekonomi negara anggota ASEAN yang beragam saat ini, maka secara politis ide di atas sangat sulit diterapkan. Altematif lain yang diusulkan oleh ISEAS (Institute of Southeast Asian Studies) dalam 'Concept Paper on the ASEAN Economic Community' adalah pendekatan "FTA pius". Pendekatan irii meliputi elemen tertentu dari common market, seperti modal dan tenaga terampil bebas bergerak, tarif 0% untuk perdagangan intra-regional, tetapi tidak memberlakukan keseragaman tarif untuk berdagang dengan bukan anggota ASEAN. Mengingat ASEAN sudah menjalankan program AFT A, nampaknya pendekatan ini lebih memungkinkan untuk diterapkan. Namun perlu diingat juga bahwa pengalaman integrasi Eropa menunjukkan bahwa tanpa keseragaman tarif ekstemal, maka pasar regional akan selalu terfragmentasi. JO Bahkan keseragaman tarif ekstemal tanpa diikuti keseragaman

~ Hadi Soesastro, • ASEAN Economic Community: Concept, Costs, and Benefits', dalam Roadmap to ASEAN Economic Community, diedit oleh Denis Hew, Singapore: ISEAS, 2005, hal. 23-24.

III Michael O. Plummer, "Creating an ASEAN Economic Community: Lessons from the EU and Reflections on the Roadmap", dalam Roadmap to ASEAN Economic Community, diedit oleh Denis Hew, Singapore: [SEAS, 2005, hal. 47.

125

Menuju Komunitas ASEAN 2015: Dari State Oriented ke People Oriented

kebijakan perdagangan tidak cukup untuk menciptakan pasar yang terintegrasi penuh. Pengalaman ini sudah ditunjukkan dalam proses integrasi ekonomi di Eropa. Lagipula pasar yang terfragmentasi tidak akan mengurangi biaya transaksi serta menjadikan daya tarik kawasan berkurang bagi investasi asing. Apapun bentuk akhir dari integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara, yang pasti ASEAN harus melanjutkan programprogram kerjasama ekonomi yang sudah dimulai.

3. Dari Kerjasama Ekonomi Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN

Dalam konteks Komunitas ASEAN. ada anggapan bahwa kerjasama ekonomi adalah segmen yang paling mudah dikelola. Hal ini dikarenakan adanya sasaran yang jelas, seperti pemotongan dan penghapusan tarif serta harmonisasi standar bea-cukai. Oleh karena itu para Menteri Ekonomi ASEAN sudah terlebih dahulu menyetujui percepatan jadwal agar Komunitas Ekonomi ASEAN bisa dicapai pada tahun 2015. Pertimbangannya adalah pasar ASEAN yang terfragmentasi tidak bisa bersaing dengan China dan India dalam menarik investasi asing. Dalam konteks globalisasi ekonomi lebih luas, para Menteri Ekonomi ASEAN semakin menyadari kerjasama ekonomi di Asia Tenggara akan kehilangan relevansinya jika tidak mempercepat pembentukan pasar tunggal di kawasan. Namun masih ada pertanyaan, bagaimana ASEAN akan mencapai suatu komunitas ekonomi jika masih ada jurang pembangunan antar anggotanya. Dalam pertemuan puncak ASEAN yang melahirkan Bali Concord II, pemimpin ASEAN kembali menekankan perlunya segera memperkecil jurang pembangunan tersebut. Hal ini sangat krusial bagi ASEAN agar semua anggota bisa menyamakan langkah. Jadi pada intinya ada empat komponen dalam Komunitas ASEAN, yaitu tiga pilar komunitas ditambah agenda khusus mempersempit jurang pembangunan. Vietnam dan Kambojaberusaha bergerak dengan cepat untuk mengejar ketertinggalan dari anggota lama ASEAN. Terlepas dari alotnya negosiasi perdagangan multilateral,

126

Dan Ke~asama Regional Menuju Komunilas Ekonomi ASEAN

masuknya Vietnam menjadi anggota World Trade Organization (WTO) menunjukkan pentingnya sistem perdagangan internasional dan kemampuan negara berkembang mempercepat langkah. Bila semua negara ASEAN sudah menjadi anggota WTO-saat ini tinggal Laos yang belum menjadi anggota WTO--, maka integrasi ekonomi di antara mereka akan semakin kuat.

Namun pada kenyataannya perdagangan bebas dalam kerangka AFT A yang sudah dimulai sejak 1992 masih belum juga mendongkrak tingkat perdagangan intra-ASEAN yang relatif kecil dibanding perdagangan total ASEAN. Pada saat Komunitas Ekonomi ASEAN mulai dicanangkan, persentase perdagangan intra-ASEAN terhadap perdagangan total semua anggota ASEAN hanya mencapai 22,1 persen. Sebagai perbandingan, pada saat yang sarna perdagangan antar anggota dalam EU-25, NAFTA dan MERCUSOR" masing-masing mencapai 67,3, 44,6 dan 14,9 persen." Rendahnya perdagangan intra-ASEAN ini antara lain dikarenakan masih adanya hambatan non-tarif perbedaan standar produk dan belum harmonisnya prosedur bea-cukai. Persoalan lain yang sarna pentingnya adalah kurang populemya skema CEPT (Common Effective Preferential Tarriff) di kalangan swasta, kurang jelasnya aturan kandungan lokal dan belum kuatnya mekanisme penyelesaian masalah perdagangan. Oleh karena itu ASEAN membolehkan negara anggota yang belum siap berintegrasi untuk menyusul di kemudian hari agar tidak memperlambat anggota yang lebih siap. AItematif ini dikenal dengan formula ASEAN-X (ASEAN minus X). Dokumen berisi saran bagi integrasi ekonomi ASEAN yang dilampirkan dalam Deklarasi Bali Concord II masih merekomendasikan formula ini dalam

II EU-25 terdiri dari: Austria, Belgia, Cyprus, Ceko, Denmark, Estonia, Perancis, Finlandia, Jerman, Yunani, Hungaria, lrlandia, Italia, Lithuania, Latvia, Luxemburg, Malta, Belanda, Polandia, Portugis, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, Inggris. NAFT A terdiri dari: Amerika, Canada, Meksiko. MERCUSOR terdiri dari:

Argentina, Brasil, Paraguay, Uruguay.

12 ASEAN. Baseline Report: Measurements to Monitor Progress towards the ASEAN Community, ASEAN Secretariat: 2005, hal. 4.

127

Menuju Komunitas ASEAN 2015: Dan State Oriented ke People Oriented

butir-butir di bawah sektor investasi dan perdagangan jasa, Bahkan di bagian awal dokumen rekomendasi secara eksplisit disebut bahwa dengan mengakui tidak semua anggota ASEAN bisa memenuhi jadwal yang direkomendasikan, maka disarankan adanya kelonggaran dalam implementasi program ekonomi sehingga negara-negara yang sudah siap bisa mulai terlebih dahulu.

Di samping formula A SEAN-X. bisa juga ditempuh pendekatan Oua+X di mana dua anggota ASEAN yang siap berintegrasi dalam sektor tertentu bisa menjalankannya lebih dahulu dan anggota lain bisa menyusul kemudian. Dalam hal ini berarti negara yang menyusul kemudian harus menerima ketentuan yang sudah disepakati dua anggota yang sudah lebih dulu berintegrasi. Kondisi demikian belum tentu menarik bagi anggota ASEAN yang sudah terbiasa dengan prinsip konsensus. Bahkan beberapa anggota ASEAN yang tidak puas dengan lambatnya integrasi ekonomi di kawasan secara individu melakukan pengaturan perdagangan dengan negara-negara di luar kawasan yang menjadi mitra dagang utamanya. Walaupun meningkatnya perdagangan bilateral ini dikhawatirkan bisa melemahkan spirit AFT A. namun hal ini tidak terhindarkan selama negara-negara anggota belum bisa menyamakan langkah. ASEAN Way yang berpegang pada prinsip konsensus juga akan selalu membuka peluang bagi anggota yang lebih maju ekonominya untuk meJangkah sendiri. Dengan demikian formula ASEAN-X yang dimaksudkan untuk memberi kelonggaran bagi anggota yang belum marnpu menyarnakan langkah, pada akhimya bisa menjadi formula X-ASEAN (X minus ASEAN) bagi anggota yang mau melangkah lebih cepat.

Kaitan an tara perdagangan bebas dan investasi sangat penting dan keduanya adalah elemen utama dalam proses integrasi ekonomi. Salah satu sasaran perdagangan bebas adalah menurunkan biaya transaksi intra-regional dan menawarkan pasar yang terintegrasi bagi perusahaan multinasional. Perjanjian perdagangan dalam AFT A lebih jauh bisa dilihat sebagai perjanjian investasi juga akhimya. Menurut Plummer,

128

Dari Ke~asama Regional Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN

pengalaman integrasi di Eropa menunjukkan pentingnya kaitan tersebut. Banyak langkah-Iangkah menuju terciptanya pasar yang terintegrasi untuk investasi asing di Eropa datang dari SEA.IJ Adalah hal yang legis bila salah satu sasaran Komunitas Ekonomi ASEAN adalah investasi bisa bergerak bebas-di samping barang dan jasa. Bila investasi bisa bergerak bebas maka negara anggota yang lebih maju bisa mendorong investasi intra-regional dengan membangun jaringan produksi di negaranegara anggota lainnya. Salah satu indikator tingkat integrasi ekonomi di sektor investasi adalah persentasi dari investasi intra-regional terhadap investasi asing secara total yang masuk ke ASEAN. DaJam jangka waktu 2001-2003, investasi asing yang masuk ke ASEAN secara total mencapai 50,7 milyar dolar AS. Dari jumlah tersebut, hanya 16,6 persen datang dari kawasan ASEAN. yang berarti sebagian besar invesatsi datang dari luar kawasan. Sebagai perbandingan, investasi intraregional dalam EU-25 mencapai 72,2 persen dad investasi total yang masuk kawasan tersebut.14 Jadi masih banyak ruang bagi anggota ASEAN untuk saling berinvestasi dengan memanfaatkan keuntungan komparatif lokal dan perdagangan bebas di antara mereka. Hanya dua keuntungan tersebutkomparatif lokal dan perdagangan bebas--tidak cukup untuk mendorong investasi intra-ASEAN, tetapi harus dibarengi keterbukaan sektor-sektor investasi dan kemudahan prosedur investasi di tiap negara anggota.

Walaupun tidak mudah untuk mencapai tingkat integrasi ekonomi yang lebih tinggi, sebenarnya saat ini kerjasama ekonomi ASEAN bukan pada tahap paling awal. ASEAN sudah meletakkan landasan dan menj alan i proses integrasi ekonomi seperti ASEAN Free Trade Area (AFT A), ASEAN Framework Agreement on Services (AF AS) dan ASEAN Investment Area (AlA). Dalam perjalanan menuju Komunitas Ekonomi, ASEAN

13 Michael G. Plummer, "Creating an ASEAN Economic Community: Lessons from the EU and Reflections on the Roadmap", dalam Roadmap to ASEAN Economic Community, diedit oleh Denis Hew, Singapore: ISEAS, 2005, hal, 45.

14 ASEAN. Baseline Report: Measurements to Monitor Progress towards the ASEAN Community, ASEAN Secretariat: 2005, hal. 5.

129

Menuju Komunitas ASEAN 2015: Dari State Oriented ke People Oriented

boleh dibilang sudan berada di tengah jalan dan perlu menciptakan mekanisme dan langkah-langkah baru untuk memperkuat implementasi kerjasama ekonomi yang sedang berlangsung; mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; mempermudah pergerakan pengusaha dan tenaga terampil; serta memperkuat mekanisme institusi ASEAN. Sebagai langkah awal dalam proses mencapai Komunitas Ekonorni, ASEAN akan menerapkan rekomendasi dari High Level Task Force (HLTF) on ASEAN Economic Integration. HLTF ini dibentuk oleh ASEAN Economic Ministers yang kemudian ditugaskan membuat suatu rekomendasi atas langkahlangkah memperdalam integrasi ekonomi regional. Rekomendasi tersebut diajukan bersamaan dengan disepakatinya Bali Concord II. Fokus dari rekomendasi HLTF adalah Iiberalisasi perdagangan barang dan jasa, serta kemudahan investasi. Di samping itu, HL TF juga mengusulkan perlunya memperkuat kerjasama dan integrasi di bidang lainnya, seperti pembangunan sumber daya manusia, pengakuan kualifikasi pendidikan, konsultasi kebijakan keuangan dan ekonomi makro, peningkatan jarmgan infrastruktur dan komunikasi, pengembangan transaksi elektronik melalui e-ASEAN. serta mengintegrasikan industri di seluruh kawasan dan meningkatkan keterlibatan sektor swasta.

Secara garis besar, rekomendasi HLTF15 diarahkan pada dua hal, yaitu inisiatif kerjasama ekonomi yang sedang berlangsung dan inisiatif baru. Langkah-langkah yang direkomendasikan untuk memperkuat kerjasama ekonomi yang sedang berlangsung antara lain;

• Memperjelas ketentuan kandungan lokal dalam skema CEPT.

• Menetapkan kriteria untuk mengidentifikasi hambatan nontarif serta membuat program kerja untuk menghapus hambatan tersebut.

IS Secara lengkap bisa dilihat pada Recommendations of HLTF on ASEAN Economic Integration yang dilampirkan pada DekIarasi Bali Concord II, 2003.

130

o ari Kerjasama Regional Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN

• Menjamin penerapan sistem jalur hijau bagi produk CEPT dan menerapkan pendekatan satu jendela (single window) untuk memproses dokumen perdagangan secara elektronik.

• Membuat target khusus bagi harmonisasi stan dar dan aturan teknis untuk sektor yang nilai perdagangannya signifikan.

• Menetapkan target dan jadwal bagi Iiberalisasi sektor jasa menuju perdagangan jasa yang bebas bergerak dan menerapkan formula ASEAN-X bagi negara-negara yang siap.

• Mempercepat dibukanya sektor investasi yang masih dikategorikan sensitif dengan menerapkan formula ASEANX.

• Mempromosikan relokasi perusahaan dalam kawasan ASEAN dan bila perlu ditawarkan insentifkhusus.

• Membangun jaringan kawasan perdagangan bebas (free trade zone) ASEAN agar perusahaan bisa mengatur proses manufaktur di berbagai negara ASEAN untuk memanfaatkan kekuatan komparatif tiap negara.

Salah satu rekomendasi penting dari HLTF yang termasuk dalam inisiatif baru adalah diciptakannya mekanisme penyeJesaian masalah (dispute settlement mechanism atau DSM) yang lebih efektif. Maksudnya suatu mekanisme yang memiliki kekuatan untuk mengambil keputusan yang mengikat secara sah dalam menyelesaikan masalah perdagangan antar anggota. Hal tnl untuk mengantisipasi meningkatnya permasalahan perdagangan sejalan dengan meningkatnya taraf integrasi ekonomi. Dalam hal ini HLTF menyarankan dibentuknya:

• Unit hukum (legal unit) dalam Sekretariat ASEAN yang berfungsi memberi nasehat hukum bagi masalah perdagangan.

• ASEAN Consultation to Solve Trade and Investment Issues (ACT) seperti mekanisme EU SOLVIT yang berfungsi memberikan solusi cepat bagi masalah-masalah operasional.

• ASEAN Compliance Body (ACB) seperti model WTO Textile Monitoring Body.

131

Menuju Komunilas ASEAN 2015: Dari State Oriented ke People Oriented

Rekomendasi lain yang cukup penting untuk menuju integrasi ekonomi adalah mensosialisasikan program ekonomi ASEAN di antara kelompok pengusaha dan investor serta lembaga publik. Dalam hal ini HL TF menyarankan ASEAN melakukan dua langkah. Pertama, menggelar program sosialisasi tahunan pada tingkat nasional dan regional. Ke-dua, mengadakan konsultasi secara rutin dengan perwakilan sektor swasta di tingkat nasional dan regional untuk mendiskusikan inisiatif ekonomi ASEAN.

Keputusan mempercepat jadwal pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN mendapat tanggapan beragam dari berbagai kelompok di Indonesia. Kelompok bisnis Indonesia di satu sisi mengakui bahwa percepatan jadwal membentuk pasar tunggal ASEAN bisa mendorong anggota ASEAN untuk mampu bersaing dengan raksasa ekonomi China dan India. Namun di sisi lain mereka tidak yakin bahwa target ini bisa dicapai tepat waktu. Pandangan semacam ini tidak hanya muncul di kalangan pelaku ekonomi, tetapi juga dikemukakan oleh pengamat ekonomi ASEAN dari berbagai organisasi. Hadi Soesastro, pengamat ASEAN, melontarkan kritik keras terhadap keputusan percepatan jadwal tersebut dengan mengatakan bahwa para Menteri Ekonomi ASEAN membuat pemyataan bersama tanpa berpikir apakah mereka bisa mencapai target yang mereka sepakati. Lebih lanjut Soesastro mengatakan:

"ASEAN as a whole is not ready for it. There is no coordination among ASEAN members. There is no clarity. An of those are because there is no institution that controls the process of the economic integration of these countries. ASEAN needs a mechanism to support the integration. Or else, it would be a joke" .16

Kekhawatiran bahwa pasar tunggal tidak bisa tercipta

seperti yang diharapkan memang cukup beralasan bila proses integrasi ekonomi tidak didukung mekanisme yang kuat dan institusi yang efektif. Sekiranya negara-negara anggota ASEAN tidak siap menyerahkan bagian dari kedaulatannya pada institusi

16 Andi Haswidi dan Chrysanthi Tarigan, "Doubts greet move to speed up ASEAN single market", Jakarta Post, 24 Agustus 2006.

132

Dan Ke~asama Regional Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN

yang lebih tinggi seperti yang dilakukan Uni Eropa, paling tidak harus ada badan atau unit regional yang mengkoordinasikan sektor ekonomi tertentu. Di pihak lain, menyadari singkatnya waktu untuk mencapai target integrasi ekonomi 2015, para Menteri Ekonomi ASEAN bekerja keras menyatukan strategi. Perkembangan terakhir dalam mempersiapkan diri menuju Komunitas Ekonomi ASEAN, saat ini para Menteri Ekonomi ASEAN sudah menyelesaikan cetak biru (blue print) yang akan disampaikan pada KIT ASEAN yang akan datang di Singapura bulan November nanti.17 Inti dari cetak biru terse but adalah program mempercepat integrasi ekonomi yang sudah mereka sepakati tahun lalu dan mencakup rencana strategis jangka pendek, menengah dan jangka panjang sampai integrasi ekonomi terlaksana penuh.

Pertanyaan khusus bagi Indonesia ialah apakah Indonesia mampu bersaing dengan anggota lainnya untuk mengambil keuntungan dari membesamya pasar regional j ika pasar tunggal ASEAN terbentuk. Oidik J Rachbini, anggota Komisi VI DPR bidang perdagangan dan industri, meragukan keuntungan pasar tunggal bagi ekonomi Indonesia dan berpendapat lebih baik memaksimalkan kebijakan perdagangan Indonesia yang sudah sangat terbuka saat ini daripada membuka pintu lebih lebar yang nantinya bisa membahayakan industri lokal. Namun John A. Prasetio, eksekutif senior Kadin, berpendapat berbeda dan mengatakan bahwa terbentuknya pasar tunggal lebih cepat bisa menguntungkan sebagian perusahaan Indonesia yang sudah mapan karena mereka akan memperoleh pasar yang lebih besar walaupun belum tentu bisa bersaing dengan India dan China. Masalah utama bagi Indonesia bukan Jagi tarif, tetapi infrastruktur untuk mendukung perdagangan barang dan jasa antar negara ASEAN.18 Pandangan optimis ini, khususnya menyangkut tarif, didukung oleh data bahwa 80 persen produk

11 "ASEAN ministers approve blueprint to transform region into a boom zone by 2015", Jakarta Post, 27 Agustus 2007.

IK Andi Haswidi dan Chrysanthi Tarigan, "Doubts greet move to speed up ASEAN single market", Jakarta Post, 24 Agustus 2006.

133

Menuju Komunitas ASEAN 2015: Dan State Oriented ke People Oriented

total di kawasan sudah bebas dari tarif sejak Januari 2007. Sisanya adalah produk yang dikategorikan sensitif dan strategis bagi masing-rnasing anggota. Misalnya beras, gula, rokok, dan alkohol dikategorikan sensitif oleh Indonesia sehingga masih dikenakan tarif'tlnggl.Namun ditargetkan sisa 20 persen produk ini bisa bebas tarifmenjelang 2010. Perlu diingat bahwa produk. produk perdagangan yang mendapat keringanan tarif adalah

produk yang mengandung minimal 40 persen kandungan lokal ASEAN. Sebagai contoh, industri otomotifProton Malaysia bisa mengekspor produknya ke Indonesia dengan tarif 5 persen atau bahkan 0 persen. Di samping penghapusan tarif, ASEAN juga akan menyederhanakan prosedur bea-cukai, menyamakan standar produksi dan memudahkan pergerakan manusia di kawasan.

Oalam usaha menuju integrasi ekonomi yang lebih tinggi, disamping melalui program-program yang disepakati sepuluh negara anggota, sebenarnya ada juga usaha-usaha yang dijaJani sebagian negara anggota yang dikenal dengan kerjasama subregional. Kerjasama ini memanfaatkan kedekatan geografis bagian wiJayah tertentu dari rnasing-masing anggota dan bisa membawa keuntungan ekonomis bagi wilayah-wilayah terse but bila dikelola dengan serius. Tujuannya adalah memperkuat-jalur ekonomi dan mengoptimalkan komplemetaritas antar wilayah yang berdekatan. Segitiga pertumbuhan Sijori (Singapura-JohorRiau) adalah bentuk kerjasama sub-regional yang sudah berlangsung secara resmi sejak 1992. Dengan semakin bertambahnya wilayah di Malaysia dan Indonesia yang ikut dalam kerjasama segitiga pertumbuhan tersebut, maka Sijori menjadi Indonesia-Malaysia-Singapore Growth Triangle (IMSGT). Pendekatan ini kemudian disusul tiga kerjasama subregional lainnya. Pertama, Brunei Darussalam-IndonesiaMalaysia-Philippines East ASEAN Growth Area (BIMPEAGA) yang meliputi Brunei, Kalimantan dan Sulawesi Utara di Indonesia, Malaysia Timur dan wilayah di bagian selatan Filipina. Ke-dua, Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) yang meliputi wilayah utara Sumatra dan Riau di

134

Dari Ke~asama Regional Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN

Indonesia, negara bagian Johor dan Penang di Malaysia dan wilayah selatan Thailand. Ke-tiga, wilayah sepanjang West-East Corridor (WEe) di Mekong Basin yang meliputi Vietnam, Laos, Cambodia dan timur laut Thailand.

Inisiatif kerjasama sub-regional ini mestinya lebih mudah direalisasikan karena menghapus hambatan perdagangan dan investasi di kawasan sub-regional lebih mudah daripada rnenghapus hambatan di seluruh kawasan ASEAN. Lebih-Iebih dengan sudah berjaJannya perdagangan antara Aceh dan wilayah selatan Thailand serta mudahnya manusia dan barang bergerak antara wilayah utara Sumatra dan Malaka, Johor dan Penang. Melalui pola kerjasama ekonomi sub-regional diharapkan bisa mendorong usaha kecil dan menengah (UKM) di masing-masing wilayah yang terlibat sehingga manfaatnya bisa dirasakan masyarakat luas. Perhatian besar pada UKM, yang berarti ada usaha serius untuk memberdayakan ekonomi masyarakat, misalnya nampak pada BIMP-EAGA Action Plan 2006-2010 yang menempatkan pengembangan UKM di urutan pertama. Urutan berikutnya mencakup pembangunan berkelanjutan dan pengelolaan Iingkungan, pengembangan fariwisata serta pembangunan infrastruktur dan transportasi. [ Namun belajar dari pengalaman masih rendahnya pemanfaatan skema CEPT yang dianggap rumit oleh pelaku bisnis, maka seharusnya ada mekanisme yang lebih mudah dipraktekkan dalam kerjasama sub-regional. Berbagai kerjasama sub-regional seperti ini bisa dijadikan basis untuk mencapai perdagangan bebas di seluruh kawasan ASEAN dan lebih luas mendukung pilar ekonomi dalam mencapai Komunitas ASEAN.

4. Transformasi dari state-oriented ke people-oriented

Selama ini ASEAN dikenal sebagai organisasi regional yang didominasi oleh pejabat pemerintah, para menteri dan pemimpin negara. Keputusan dan kesepakatan regional dihasilkan dari

19 lsi dari ~IMP-EAGA Action Plan 2006-2010 secara lengkap bisa dilihat di http://www.aseansec.org/I8500.htm

135

Menuju Komunitas ASEAN 2015: Dari State Oriented ke People Oriented

negosiasi 'dan konsensus di antara aktor negara tersebut. Masyarakat belum terlibat secara langsung dalam proses ini. Sekarang pemimpin ASEAN menginginkan agar ASEAN menjadi suatu organisasi yang lebih bersifat people-centered. Sejak KIT ASEAN terakhir, dialog antar pemimpin dan pejabat ASEAN dan masyarakat sudah lebih meningkat walaupun belum menampakkan hasil yang jelas. MasaJahnya hampir separuh anggota ASEAN tidak memiliki organisasi nonpemerintah yang independen dan justru lembaga yang disponsori pemerintah cukup dominan. ASEAN-ISIS adalah salah satu aktor non-pemerintah yang bertujuan membangun saling kepercayaan di kawasan sudah banyak terlibat dalam dialog regional. Semula fokusnya adalah masalah keamanan, namun sekarang mencakup juga masalah ekonomi yang dihadapi ASEAN. Peran ASEAN-ISIS dalam mendukung kerjasama ASEAN an tara lain sebagai sumber input kebijakan bagi pengambil keputusan, sebagai forum bagi para ahli untuk bertukar informasi dan pemikiran menyangkut permasalahan ASEAN, serta sebagai laboratorium untuk menggodok ide dan altern at if yang berpikir ke depan/"

Dalam pertemuan ASEAN People's Assembly ke-3 di Manila pada September 2003, muncul banyak pertanyaan menyangkut hubungan an tara organisasi ASEAN dan masyarakat ASEAN dalam rangka pembentukan Komunitas Ekonomi. Bagaimana Komunitas Ekonomi ASEAN akan membawa manfaat bagi masyarakat ASEAN? Apakah konsep Komunitas Ekonomi ASEAN sudah dikenal dan dipahami masyarakat? Apakah visi Komunitas Ekonomi ASEAN sejalan dengan visi masyarakat? Pertanyaan-pertanyaan semacam ini merupakan tantangan bagi ASEAN dalam rangka mewujudkan suatu komunitas. Kita harus mengakui bahwa pengetahuan masyarakat tentang ASEAN masih sangat kurang. Padahal

211 Noda Makito, 'The Role of Nonstate Actors in Building an ASEAN Community', dalam Road to ASEAN-lO: Japanese Perspectives on Economic Integration, diedit oleh Sueo Sekiguchi dan Noda Makito, Japan Center for International Exchange, 1999, hal. 19.

136

Dari Kerjasama Regional Menuju Komunilas Ekonomi ASEAN

dukungan luas dari berbagai lapisan masyarakaf sangat diperlukan untuk membentuk komunitas. Hal ini diakui Termsak Chalermpalanupap, Director and Head Research dari Sekretariat ASEAN yang mengatakan:

"one of the key challenges in building the ASEAN Community is in promoting public awareness of ASEAN. ASEAN needs to improve its communication skills to better inform peoples of the many good things that it has been doing for them. More and improved interaction channels should be developed and institutionalized in order to generate public interest in contributing ideas for ASEAN and to process these inputs to enrich ASEAN's policies options and ensure ASEAN's relevance to the well-being and aspirations of peoples"?

Dalam konteks membangun jaringan ekonomi, ASEAN sudah mulai melakukan konsultasi dengan perwakilan sektor swasta. Jalur yang digunakan antara lain:

• ASEAN Leaders' annual dialogue with the ASEAN Business Advisory Council (ABAC)

• ASEAN Economic Ministers' consultations with ABAC and ASEAN Chambers of Commerce and Industry (ASEANCCI)

• ASEAN Senior Economic Officials' consultations with ABAC and ASEAN-CCI

Adalah suatu kenyataan bahwa "communications gap" sudah lama berlangsung antara pengelola ASEAN dan masyarakat ASEAN. Walaupun sudah ada berbagai mekanisme konsultasi, namun masih terbatas untuk inisiatif tertentu. Oleh karena itu kelompok bisnis maupun masyarakat secara luas merasa bahwa jalur dimana mereka semestinya bisa ikut terlibat masih sangat terbatas atau bahkan tidak bisa diakses. Padahal keberhasilan membangun sebuah komunitas menuntut keterlibatan semua pihak dalam proses integrasinya. Hal ini bisa dilakukan melalui pertukaran ide secara rutin dan

21 Hasil diskusi dalam One Day Workshop "ASEAN Community 20[5: from a State-oriented toa People-Oriented", Jakarta: Pusat Penelitian Politik-Lll'I, 30 Mei 2007.

137

M enuju Komunitas ASEAN 2015: Dan State Oriented ke People Oriented

rnenginformasikan kemajuan proses membangun kornunitas kepada kelompok bisnis dan masyarakat ASEAN. Disinilah pentingnya komunikasi dan koordinasi antara sektor publik dan sektor swasta sehingga pejabat pemerintah bisa lebih memahami dampak dari kebijakannya dan sekaligus memberi ruang bagi kelompok bisnis untuk menyumbang masukan yang positif dan terlibat dalam proses pengambilan keputusan.

Hal lain yang juga penting adalah kemampuan ASEAN menjawab pertanyaan atas manfaat Komunitas Ekonomi ASEAN bagi masyarakat. Secara sederhana, konsekuensi dari integrasi ekonomi regional secara penuh akan membawa keuntungan bagi konsumen-dalam hal ini masyarakat ASEAN. Artinya konsumen punya pilihan produk lebih banyak untuk memperoleh kebutuhannya serta harga barang dan jasa semakin bersaing. Dari sisi ini konsumen memperoleh manfaat dari harga yang termurah. Namun di sisi lain, ada konsekuensi berbeda bagi produsen-yang juga bag ian dari masyarakat ASEAN. Produsen yang kalah bersaing dalam hal ini menjadi korban dari proses integrasi ekonomi. Kekhawatiran ini sudah muncul sejak AFTA mulai diluncurkan walupun belum ada studi empiris yang menunjukkan dampak negatif AFT A. Mungkin hal ini lebih disebabkan tingkat perdagangan intra-regional yang masih rendah. Persoalan demikian juga dialami kawasan Eropa. Contoh sederhana, baru-baru ini BBe News menyiarkan bahwa selama sepuluh tahun terakhir ini, 50 persen produsen keju di Swiss terpaksa gulung tikar karena tidak bisa bersaing dengan keju yang masuk dari negara-negara tetangga. Apakah ASEAN, khususnya Indonesia denganjumlah penduduk terbesar dan daya saing relatif rendah, siap menangung konsekuensi terse but? Dalam konteks ini, bisa dimengerti bila ASEAN tidak mengadopsi cara-cara liberal yang mungkin bisa mengganggu pasar nasional masing-masing anggotanya. Perlu diingat pula bahwa pelaku bisnis secara individu punya karakter standar, yaitu harus bisa "bertahan" dan kalau mungkin "berjaya". Mereka tidak akan peduli seruan atau program ASEAN kalau dirasa tidak akan membawa keuntungan bagi usahanya. Yang

138

Dari Kerjasama Regional Menuju Komunilas Ekonomi ASEAN

jelas; pelaku bisnis selalu menghadapi pesaing baik di tingkat nasional, regional maupun internasional, jadi mengharuskan mereka bertindak gesit dan taktis. Sedangkan proses negosiasi ASEAN makan waktu sangat panjang, ditambah lagi masih banyak masalah dalam implementasinya. Pada prakteknya tidak mudah mempertemukan dua karakter yang berlawanan ini, namun dalam proses membangun komunitas ekonomi, ASEAN dan pelaku bisnis harus paralel strateginya.

Dalam konteks Indonesia, kelompok bisnis merasa belum mendapat manfaat yang diharapkan dari kerjasama ASEAN dan menganggap keputusan dan kebijakan pemimpin ASEAN sering tidak relevan dengan perkembangan ekonomi nasional. M.S. Hidayat selaku ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADlN) mengatakan bahwa banyak kebijakan ASEAN-yang lebih bersifat produk politik daripada ekonomi-tidak bisa diterapkan walaupun tampak menarik seeara teori.22 Walaupun demikian, ada indikasi positif dengan adanya keyakinan bahwa pemerintah dan sektor swasta hams bekerja sarna untuk kesejahteraan rakyat melalui perdagangan regional dan internasional. Inisiatif Kadin Batam mengadakan ASEAN Small Medium Enterprise Expo bulan Juli 2007 adalah suatu langkah konkrit. Tujuan Expo ini adalah: memberikan kesempatan kepada pelaku Usaha Keeil Menengah (UKM) dalam mempromosikan produk-produk mereka di antara kalangan pelaku usaha UKM se ASEAN; memperluas pasar produk untuk tujuan ekspor dan impor; mendorong kalangan UKM untuk mengembangkan produk-produk mereka agar sesuai dengan standar intemasional; mendorong kalangan UKM untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan di wilayah ASEAN. Dalam masa Expo lima hari digelar pula sebuah seminar sebagai forum untuk mendiskusikan tentang bagaimana caranya mengembangkan UKM diwilayah ASEAN, meningkatkan daya saing di kalangan pelaku UKM, serta merumuskan kerjasama yang saling menguntungkan di kalangan

II "Business yet to feel benefit from ASEAN", Jakarta Post, 21 Februari 2007.

139

Menuju Komunitas ASEAN 2015: Dari State Oriented ke People Oriented

UKM wilayah ASEAN.2J Kegiatan semacam ini bisa membantu menjawab pertanyaan tentang manfaat Komunitas Ekonomi ASEAN bagi masyarakat karena UKM adalah pelaku ekonorni penting di Indonesia dan lebih melibatkan masyarakat luas.

Di samping sudah adanya usaha memperkenalkan ASEAN ke berbagai lapisan masyarakat, bukan suatu rahasia bahwa ASEAN belum banyak dikenal masyarakat. Ada pandangan menarik dari Batam mengenai hubungan masyarakat dengan ASEAN dalam konteks integrasi ASEAN. Masyarakat di sana hanya tahu bahwa ASEAN ito adalah Singapura dan Malaysiamaksudnya di samping Indonesia. Mereka tidak begitu tahu tentang negara ASEAN lainnya, termasuk Brunei Darussalam yang secara geografis letaknya relatif jauh dibanding Singapura dan Malaysia. Hal ini antara lain karena tidak ada hubungan dagang dengan negara-negara tersebut. Sedangkan hubungan dagang dengan Singapura dan Malaysia sangat erat. Lagipula 80 persen PMA di kawasan Batam berasal dari Singapura.' Kalau anggota lama ASEAN belum juga dikenal, terlebih lagi dengan anggota barn. Kenyataan di lapangan seperti ini harus menjadikan ASEAN semakin aktif dalam menggeser karakteristik state-oriented ke arah people-oriented. ASEAN Charter yang bakal menjadi landasan hukum atau semacam konstitusi bagi ASEAN bisa menjadi tolok ukur atas usaha organisasi ASEAN dalam mengubah karakternya. Ali Alatas, salah seorang anggota EPG, mengungkapkan bahwa, "as per the request of the head of states and governments, we tried to draw up a charter which would change ASEAN into a more peoplecentered orfanization, not just a place government officials and diplomats? Salah satu cara yang bisa ditempuh ASEAN adalah membuka jalur komunikasi secara reguler dengan berbagai lapisan masyarakat yang terwakili dalam berbagai kelompok.

23 KADIN Batam: "ASEAN Small Medium Enterprise Expo and Seminar", hltp;llwww.kadin·indonesia.oddlidlagenda kadin isi.php?news id=1745

24 Hasil wawancara Tim ASEAN dengan wartawan Batam Pos, di Batam, II Juli 2007.

25 "ASEAN faces 'critical period' in a changing world", Jakarta Post, 17 Januari 2007.

140

Dari Kerjasama Regional Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN

5. Penutup

Kalaupun ASEAN tidak mengarah ke proses integrasi yang ditempuh Uni Eropa dirnana institusi supranasional menjadi tonggak utama, maka ASEAN perlu mengembangkan proses lain. Di sam ping belajar dari pengalaman komunitas lain yang lebih tua, semestinya ASEAN juga belajar dari pengalamannya sendiri. Para pengelola dan pengamat ASEAN sarna-sama mengakui kelemahan dan kelambatan kerjasama ekonomi regional ini. Proses negosiasi yang menampung semua kepentingan anggotanya untuk mencapai konsensus seperti yang dijalani ASEAN selama ini tidak akan menolong terbentuknya Komunitas Ekonomi ASEAN jika tidak dilengkapi mekanisme yang lebih jelas dan mengikat. Meskipun gagasan membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN bisa dilihat sebagi langkah logis dari kelanjutan kerjasama ekonomi yang sudah dijalankan selama ini, namun sasaran tersebut tidak otomotis akan tercapai. Sudah pasti diperlukan komitmen yang lebih kuat dari anggotanya untuk mengikuti langkah-langkah ke arah integrasi yang lebih tinggi dan mematuhi kerangka waktu yang ditetapkan. Disamping usaha meningkatkan perdagangan dan investasi intra-regional, hal yang lebih penting adalah menjadikan Komunitas Ekonomi ASEAN sebagai alat untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat ASEAN.

Hal lain yang tidak kalah penting adalah ASEAN yang selama ini melibatkan hanya aktor negara harus menggeser orientasinya sehingga aktor non-negara terlibat dalam proses membangun komunitas. Lagipula proses globalisasi yang tidak bisa dihindari, di mana banyak persoalan saling berkaitan dan melewati batas-batas negara, semakin mengurangi kekuatan negara. Konsekuensinya aktor negara harus berbagi kekuatan dengan aktor non-negara, Khusus untuk integrasi di bidang ekonomi, aktor non-negara semestinya lebih diperankan oleh pelaku ekonomi. Komunitas Ekonomi ASEAN akan sulit dicapai bila pelaku ekonomi tidak mengenal ASEAN, tidak mengenal program-program ekonomi ASEAN yang dihasilkan dari negosiasi panjang, dan yang pentingjuga adalah bila pelaku

141

Menuju Komunitas ASEAN 2015: Dari State Oriented ke People Oriented ekonomi tidak terlibat dalam perumusan arah dan langkahlangkah rnencapai suatu komunitas. Walaupun secara alamiah ada kedekatan geografis di kawasan ASEAN, secara ekonomi masih banyak elemen persaingan relatif terhadap saling ketergantungan di antara anggotanya. Oleh karena itu proses untuk menjadi suatu komunitas ekonomi regional tidak akan datang secara alamiah dan bahkan akan melalui jaJan yang tidak mudah. Peran dan inisiatif dari aktor non-negara sangat dibutuhkan dalam hal ini.

,-

142

Anda mungkin juga menyukai