BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
tinggi rendahnya angka kematian ibu dan angka kematian perinatal. Dikemukakan
bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan satu negara untuk
Setiap tahun diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada bulan pertama kehidupan
dan dua pertiganya meninggal pada minggu pertama. Penyebab utama kematian pada
minggu pertama kehidupan adalah komplikasi kehamilan dan persalinan seperti asfiksia,
sepsis, dan komplikasi berat lahir rendah. Kurang lebih 98% kematian ini terjadi di
negara berkembang dan sebagian besar kematian ini dapat dicegah dengan pencegahan
persalinan diIndonesia setiap tahunnya sekitar 5.000.000 jiwa dapat dijabarkan bahwa
kematian bayi sebesar 56/10.000 menjadi sekitar 280.000 atau terjadi setiap 18-20 menit
sekali. Penyebab kematian bayi adalah asfiksia neonatorum 49-60%, infeksi 24-34%,
Angka kematian bayi (AKB) diIndonesia, pada tahun 1997 tercatat sebanyak
41,4 per 1000 kelahiran hidup. Sedangkan menurut SDKI 2002, angka kematian bayi
adalah 35 per 1000 kelahiran hidup.Dalam upaya mewujudkan visi “Indonesia sehat
2010”, maka salah satu tolak ukur adalah menurunnya angka mortalitas dan morbiditas
neonatus, dengan proyeksi pada salah satu penyebab mortalitas pada bayi baru lahir
24 september 2008).
Sampai saat ini ikterus masih merupakan masalah pada bayi baru lahir yang
sering dihadapi tenaga kesehatan terjadi pada sekitar 25-50% bayi cukup bulan dan lebih
tinggi pada neonatus kurang bulan. Oleh sebab itu memeriksa ikterus pada bayi harus
sehingga kulit(terutama) dan atau sklera bayi (neonatus) tampak kekuningan. Pada
sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya.
Dikemukakan bahwa angka kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan
Banyak bayi baru lahir, terutama bayi kecil (bayi dengan berat lahir < 2500g atau
usia gestasi <37 minggu) mengalami ikterus pada minggu pertamanya.Di Indonesia
didapatkan data ikterus dari beberapa rumah sakit pendidikan. Insidens di RSCM tahun
2003, menemukan prevalensi ikterus pada bayi baru lahir sebesar 58%. RS. Dr. Sardjito
melaporkan sebanyak 85% bayi cukup bulan sehat mempunyai kadar bilirubin diatas
5mg/dl dan 23,8% memiliki kadar bilirubin diatas 13mg/dl dan 23,8% memiliki kadar
2008).
Data yang agak berbeda didapatkan dari RS. Dr. Kariadi Semarang dimana
insidens ikterus pada tahun 2003 hanya sebesar 13,7%, 78% diantaranya merupakan
hiperbilirubinemia sebesar13,1%. Didapatkan juga data insidens ikterus pada bayi cukup
bulan sebesar 12,0% dan bayi kurang bulan 22,8%. Insidens ikterus neonatorum di
RS.Dr. Soetomo Surabaya sebesar 30% pada tahun 2000 dan 13% pada tahun 2002.
2008).
Dari survey awal yang peneliti lakukan pada bulan oktober 2008 melalui data
rekam medik, insidens ikterus di RSUD Pirngadi Medan didapatkan hasil yaitu pada
tahun 2006 bayi kurang bulan (18 orang pasien) dan bayi cukup bulan(10 orang pasien) .
Sedangkan pada tahun 2007 bayi kurang bulan (10 orang) dan bayi cukup bulan (9
orang).
kesehatan, tetapi juga merupakan tanggung jawab ibu untuk menurunkan angka
kematian bayi khususnya ikterus. Oleh karena itu, berdasarkan data diatas maka
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pengetahuan ibu post partum tentang ikterus pada bayi baru lahir
C Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
bayi baru lahir yang berkaitan dengan pengertian ikterus, pembagian ikterus,
D. Manfaat Penelitian
Pirngadi Medan mengenai pengetahuan ibu post partum yang berada disana
tentang ikterus pada bayi baru lahir sehingga bila pengetahuan ibu belum baik
maka diharapkan rumah sakit beserta tenaga kesehatan untuk lebih aktif
terhadap materi pembelajaran khususnya tentang ikterus pada bayi baru lahir.