Isi Imro'
Isi Imro'
A. Latar Belakang
Meyadari akan derasnya arus globalisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi yang berkembang dengan pesat dewasa ini, maka tuntutan terhadap
kualitas pendidikan pada umumnya dan pendidikan dilingkungan madrasah
maupun diluar madrasah pada hususnya menjadi bagian yang tidak dapat dituna-
tunda lagi. Salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan islam
maupun untuk meningkatkan kualitas iman adalah dengan adanya da’wah.
Da’wah berarti menyeru atau mengajak manusia untuk melakukan
kebaikan dan menuruti petunjuk, menyeru berbuat kebajikan dan melarang
perbuatan munkar yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasulnya, agar manusia
mendapatkan kebahagiaan didunia dan diakhirat.seangkan da’wah islam adalah
salah satu bentuk media jihad yang ada didalam agama islam, untuk mengajak
kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran, menyebarkan ilmu pengetahuan,
menasihati sesama.
B. Tujuan
1. Membangkitkan kesadaran manusia diatas kebaikan dan bimbingan
2. Menyuruh berbuat ma’ruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar agar
memperoleh keberuntungan, kebahagiaan didunia dan diakhirat
3. Mengubah pandangan hidup dalam QS. Al-Anfal : 24 disiratkan bahwa
yang menjadi maksud dari da’wah adalah menyadarkan manusia akan arti
hidup yang sebenarnya
4. Mengeluarkan manusia dari gelap gulita menuju terang benderang
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Da’wah
Da’wah secar lughowi berasal dari bahasa ara, da’wah yang artinya
seruan, panggilan, undangan. Secara istilah, kata da’wah berarti menyeru atau
mengajak manusia untuk melkukan kebaikan dan menuruti petuunjuk, meyuruh
berbuat kebajikan dan melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh Allah
SWT.
Syaikh Ali Mahfuzh – murid syaikh Muhammad Abduh – sebagai
pencetus gagasan dan penyusunan pola ilmiah ilmu da’wah memberi batasan
mengenai da’wah sebagai : “Membangkitkan kesadaran manusia
diatas kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat ma’ruf dan
mencegah dari perbuatan yang munkat, supaya mereka
memperoleh keberuntungan, kebahagiaan didunia dan
diakhirat.”
Da’wah adalah usaha penyebaran pemerataan ajaran agama disamping
amar ma’ruf dan nahi munkar. Terhadap umat islam yang telah melaksanakan
risalah nabi lewat 3 macam metode yang opaling pokok yakni da’wah, amar
ma’ruf, dan nahi munkar, allah memberi mereka predikat sebagai umat yang
berbahagia atau umat yang menang.
Da’wah islam adalah salah satu bentuk media jihad yang terdapat dalam
agama islam. Mengajak kepada kebaikan dan mencegah kemunkaran,
menyebarkan ilmu pengetahuan, menasihati sesama adalah beberapa aktifitas
yang biasanya terdapat didalam da’wah islam. Da’wah islam adalah salahsatu
bentuk kewajiban yang harus dipenuhi oileh setiap mislim, sebagaimana firman
Allah berikut :
2
baik. Sesungguhnya Rabmu dialah yang lebih mengetahui
tentang siapa yang tersesat dari jalannya dan dialah yang lebih
mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS. An-Nahl
: 125)
3
jika ditinggalkan oleh semua individu dalam sebuah masyarakat akan berakibat
fatal yang ujung-ujungnya berakhir dengan hancurnya system dan tatanan
masyarakat itu sendiri. Harus disadari bahwa masyarakat itu layaknya sebuah
bangunan jika ada gangguan yang muncul disalahsatu bagian amar ma’ruf nahi
munkar harus senantiasa diterapkan sebagai tindakan prefentif melawan
kerusakan.
Secara prinsipil, seorang muslim dituntut untuk tegas dalam
menyampaikan kebenaran dan melarang dari kemunkaran. Rasulullah bersabda:
“Barang siapa diantara kamu menjumpai kemunkaran maka hendaklah ia rubah
dengan tangan (kekuasaannya),apabial tidak mampu hendaklah dengan lisannya,
dan jika masih belum mampu hendaklah ia menolak dengan hatiny. Dan (dengan
hatinya) itu adalah selemah-lemahnya iman”. Hadits ini memberikan dorongan
kepada orang muslim untuk beramar ma’ruf dengan kekuasaan dalam arti
kedudukan dan kemampuan fisik dan kemampuan financial.
Da’wah dan amar ma’ruf nahi munkar dengan metode yang tepat akan
menghantarkan dan menyajikan agama islam secara sempurna. Metode yang
diterapkan dalam menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar tersebut sebenarnya
akan terus berubah-ubah sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat yang
dihadapi para da’i. amar ma’ruf dan nahi munkar tidak bertujuan memperkosa
fitrah seseorang untuk tunduk dan senantiasa mengikuti tanpa mengetahui hujjah
yang dipakai, tetapi untuk memberikan koreksi dan membangkitkan kesadaran
dalam diri seseorang akan kesalahan dan kekurangan yang dimiliki.
4
awam tidak dapat menerima atas hukum pelarangan pacaran ini. Meskipun tidak
dijelaskan secara eksplisit, namun banyak sekali dalil yang banyak dijadikan
sebagai rujukan untuk pelarangan pacaran tersebut. Telah sama-sama kita ketahui
bahwa islam adalah agama yang mengharamkan perbuatan zina, termasuk juga
perbuatan yang mendekati zina. Sebagamana firman Allah :
Artinya :” Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah
suatu perbuatan yang keji dan sesuatu jaln yang uruk”. (QS. Al-Isro’ :32)
Perbuatan yang tergolong mendekati zina diantaranya adalah saling
memandang, merajuk / manja, bersentuhan (berpegangan tangan , berpelukan),
berdua-duaan, dan lain-lain. Karena unsur-unsur ini dilarang dalam agama islam,
maka tentusaja hal-hal yang didalamnya terdapat unsure tersebut adalah dilarang.
Dari ibnu Abbas r.a. dikatakan : tidak ada yang kuperhitungkan lebih menjelaskan
tentang dosa-dosa kecil daripada hadits yang diriwayatkan oleh Abu Huroiroh
bahwa Rasulallah bersabda, “Allah telah menentukan bagi anak adam bagiannya
dari zina yang pasti dia lakukan. Zinanya mata adalah melihat (dengan syahwat),
zinanya lidah adalah mengucapkan (syahwat), zinanya hati adalah mengaharap
dan menginginkan (pemenuhan nafsu syahwat), maka farji yang membenarkan
atau mendustakannya…”.(H.R. Bukhori Muslim)
Sekarang pertanyaannya, “Apakah didalam pacaran terdapat unsur-unsur
sebagaiman yang telah disebutkan pada dalil-dalil diatas?” kalau memang ada ,
maka jelas bahwa pacaran itu dilarang didalam islam dengan alasan apapun. Jika
dengan keterangan –keterangan yang sudah diuraikan secara jelas diatas ternyata,
masih ada saja yang mengatakan pacaran itu BOLEH, maka patut dipertanyakan,
“apa atau yang aman dalilnya”?
5
kalangan akhwat,dan disana juga sudah di sediakan murobbi yang menangani
da’wah khusus di kalangan ikhwan secara intensif. Diluar itu, ikhwan punya rekan
sesama ikhwan untuk sekedar bartanya atau konsultasi,begitu pula akhwat. Selain
itu, untuk da’wah islam atau ta’lim yang lebih bersifat umum, yang dapat di hadiri
ikhwan dan akhwat pun sudah ada, sperti seminar,dan lain lain. Seminar,bedah
buku, itu boleh di hadiri oleh ikhwn dan akhwat namun tetap menghindarkan
adanya percampuran ataupun berdua-duaan. Maka serahkan saja urusan akhwat
ini kepada akhwat juga atau kepada murobbiyahnya. Kalaupun ada kepentingan,
sekedar menyampaikan saran atau masukan, sampaikan saja melalui rekan
akhwatnya,bukanya kita yang harus turun langsung, atau silahkan saja sampaikan
secara langsung dengan tidak melalui media pacaran dan menghindari unsure
unsure yang mengarah pada MENDEKATI ZINA, sebagaimana telah
disampaikan di atas.
Kalau berbicara masalah “ingin berda’wah islam lebih intensif”,banyak
cara lain yang dapat kita lakukan. Kalau ingin berda’wah islami orang,ya pilih
yang ikhwan juga ,,jangan yang akhwat.lagi pula,andaipun kita hendak melakukan
da’wah islam kepada seluruh perempuan yang ada di sekolah kita, kantor kita,
atau di kampong kita, ,apakah lantas kita juga akan menjadikan mereka sebagai
pacar kita….??
Kalau lantas kita mengatakan bahwa segala sesuatu itu tergantung
pada niatnya(pacaran yang niatnya untuk da’wah islam). Niat itu tidak
berhenti sampai di situ saja,niat itu harus di luruskan,maksudnya adalah,niat untuk
melakukan kebaikan harus di lakukan dengan cara yang lurus atau benar(sesuai
dengan syari’at islam), bukan dengan cara yang buruk ayau di larang oleh Allah
dan Rosul-Nya. Kalu niat baik di lakukan dengan cara yang batil,itu namanya
melenceng!. Sama saja seperti ini,”apakah niat menyumbang ke masjid itu di
perbolekan ,manakala uangnya di peroleh dari hasil merampok,????” ,ya jelas
saja tidak boleh. Itu namanya mencampur adukkan antara yang hak dengan yang
batil, dan Allah SWT telah melaranghal tersebut, sebagaimana firman Allah:
6
Artinya:”Dan janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang
batil, dan janganlah kamu sembunyikan yang hak itu,sedang kamu mengetahui”.
(QS albaqarah:42)
Dari sini semakin jelas bahwa pacaran di larang di dalam agama islam.
Dan tidak ada da’wah islam yang di lakukan dengan metode pacaran, karena nanti
jatuhnya bukan da’wah islam lagi, melainkan mendekati zina, dan Rosulullah
SAW oun tidak mencontohkan cra cara yang demikian. Da’wah islam adalah
perkara suci yang di tujukan hanya untuk Allah SWT. Maka jalankanlah dengan
cara cara suci yang di ridhoi Allah,bukan dengan cara batil yang justru akan
menodai nama da’wah islam dan menimbulkan murka Allah SWT.
7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian dan juga dalil dalil yang sangat jelas meberikan uraian
uraianya,,telah di jelaskan secara mendetail,dapat di simpulkan bahwa da’wah
adalah suatu penyampaian atau penyebaran ilmu atau semacam ceramah tentang
agama,yang tentunya bertujuan untuk mengajak, mempengarui, menberitahu,
memberi pencerahan kepada pendengar, atau malah menyadarkan para pandengar,
agar menuju jalan yang benar(menurut syari’at), dan juga agar jalannya selalu di
ridhoi oleh Allah.
Selain itu,juga dapat di simpulkan bahwa pacaran itu hukumnya haram,karena
pacaran itu termasuk perbuatan yang mendekati zina.,dan perbuatan yang
mendekati zina haram bagi Allah maupun syari’at agama,dan jika ada seorang
aktivis da’wah mengatakan melakukan pacaran agar lebih intensif menda’wai
pasanganya,itu sama sekali sulit di percaya,dan alasanyapun tidak masuk akal.
Karena ada banyak cara lain yang dengan mudah dapat di lakukan tanpa harus
melalui metode pacaran.
Jadi,jika kita memang mempunyai niat untuk memperjuangkan agama
Allah,mengamalkan ilmu yang diberikan Allah kepada kita,mengajarkan agama
Allah yang belum di ketahui masyarakat,harus benar benar di lakukan dengan hati
yang bersih,dalam artian tidak mencampur adukkan antara hak dengan yang batil,
seperti cerita di atas. Kita harus selalu ingat tentang firman firman Allah yang
sudah kita ketahui tentunya,janganlah melakukan sesuatu yang baik dan di iringi
dengan perbuatan yang batil.
8
lebih baik lagi,dan tentunya dengan referensi yang lebih banyak dan di ulas secara
mendetail.
DAFTAR PUSTAKA
• http//:www.da’wah. com
• http//:dakwah islam.com
• Abidin,Zainal. 1992.Seluk Beluk al-Qur’an.Jakarta:Rineka Cipta
• As-Shiddiqy,TM.Hasbi.1974.Sejarah dan Pengantar Ilmu al-
Qur’an tafsir.Jakarta:Bulan Bintang
• Departemen Agama RI.1998.al-qur’an dan
tafsirnya.Jakarta:Proyek PengadaanKitab Suci Al-qur’an
9
Tentang Penulis
10