I. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu :
Menjelaskan pengertian tekanan darah dan faktor-faktor yang
mempengaruhinya
Menjelaskan fenomena pengaturan aliran darah
Menjelaskan karakteristik darah dan manfaat penentuan parameter-parameter
hematologi
II. Pembuluh darah dan tekanan darah
II.1 Teori Dasar
Tekanan darah
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan
yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah.
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh
arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh
manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya
diukur seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan
tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan
sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di
antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk
mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk
atau berbaring. Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara
alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh
lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas
fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih
rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda,
paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Bila tekanan darah diketahui lebih tinggi dari biasanya secara berkelanjutan,
orang itu dikatakan mengalami masalah darah tinggi. Penderita darah tinggi
mesti sekurang-kurangnya mempunyai tiga bacaan tekanan darah yang
melebihi 140/90 mmHg saat istirahat. Tekanan darah tinggi atau hipertensi
adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis
(dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya
tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat
diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu
tinggi adalah salah satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal
jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung
kronis. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII Kategori
Sfigmomanometer adalah alat ukur tekanan darah. Nama ini berasal dari kata
Yunani sphygmós (pulsa), plus kata manometer (pengukur tekanan). Alat
ukur ini dibuat pertama kali oleh Samuel Siegfried Karl Ritter von Basch
pada tahun 1881, dan dikembangkan lebih lanjut oleh Scipione Riva-Rocci
(1896), dan Harvey Cushing (1901).
Perubahan fungsi ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara:
1. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam
dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume darah dan
mengembalikan tekanan darah ke normal.
2. Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan garam
dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan darah kembali ke
normal.
3. Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan enzim
yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon angiotensin, yang
selanjutnya akan memicu pelepasan hormon aldosteron.
Ginjal merupakan organ penting dalam mengendalikan tekanan darah;
karena itu berbagai penyakit dan kelainan pda ginjal bisa menyebabkan
terjadinya tekanan darah tinggi. Misalnya penyempitan arteri yang menuju ke
salah satu ginjal (stenosis arteri renalis) bisa menyebabkan hipertensi.
Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal juga bisa
menyebabkan naiknya tekanan darah.
Sistem saraf otonom
Sistem saraf simpatis merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang untuk
sementara waktu akan:
1. meningkatkan tekanan darah selama respon fight-or-flight (reaksi fisik
tubuh terhadap ancaman dari luar)
2. meningkatkan kecepatan dan kekuatan denyut jantung; juga
mempersempit sebagian besar arteriola, tetapi memperlebar arteriola di
daerah tertentu (misalnya otot rangka, yang memerlukan pasokan darah
yang lebih banyak)
3. mengurangi pembuangan air dan garam oleh ginjal, sehingga akan
meningkatkan volume darah dalam tubuh
4. melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin (noradrenalin),
yang merangsang jantung dan pembuluh darah.
Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala;
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan
dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya
tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung,
pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada
penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang
normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul
gejala berikut:
1. sakit kepala
2. Kelelahan
3. Mual
4. Muntah
5. sesak nafas
6. Gelisah
7. pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada
otak, mata, jantung dan ginjal.
8. Kadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan
bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak. Keadaan ini disebut
ensefalopati hipertensif, yang memerlukan penanganan segera.
Penyebab hipertensi
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi 2 jenis :
1. Hipertensi primer atau esensial adalah hipertensi yang tidak / belum
diketahui penyebabnya (terdapat pada kurang lebih 90 % dari seluruh
hipertensi).
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan/ sebagai akibat dari
adanya penyakit lain.
Hipertensi primer kemungkinan memiliki banyak penyebab, beberapa
perubahan pada jantung dan pembuluh darah kemungkinan bersama-sama
menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Jika penyebabnya diketahui, maka
disebut hipertensi sekunder. Pada sekitar 5-10% penderita hipertensi,
penyebabnya adalah penyakit ginjal. Pada sekitar 1-2%, penyebabnya adalah
kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu (misalnya pil KB).
Penyebab hipertensi lainnya yang jarang adalah feokromositoma, yaitu tumor
pada kelenjar adrenal yang menghasilkan hormon epinefrin (adrenalin) atau
norepinefrin (noradrenalin). Kegemukan (obesitas), gaya hidup yang tidak aktif
(malas berolah raga), stres, alkohol atau garam dalam makanan; bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang diturunkan.
Stres cenderung menyebabkan kenaikan tekanan darah untuk sementara waktu,
jika stres telah berlalu, maka tekanan darah biasanya akan kembali normal.
Beberapa penyebab terjadinya hipertensi sekunder:
1. Penyakit Ginjal
2. Stenosis arteri renalis
3. Pielonefritis
4. Glomerulonefritis
5. Tumor-tumor ginjal
6. Penyakit ginjal polikista (biasanya diturunkan)
7. Trauma pada ginjal (luka yang mengenai ginjal)
8. Terapi penyinaran yang mengenai ginjal
9. Kelainan Hormonal
10. Hiperaldosteronisme
11. Sindroma Cushing
12. Feokromositoma
13. Obat-obatan
14. Pil KB
15. Kortikosteroid
Kapas
Alcohol 70%
NaCl
Na sitrat
Asam asetat
Gentian violet
Serum anti A
Serum anti B
Serum Rh
a. Anatomi
i. Karakteristik dan morfologi darah
Cara memperoleh darah segar untuk pemeriksaan :
Bersihkan jari manis atau kelingking dengan kapas yang dibasahi dengan
etanol 70% , biarkan etanol menguap kemudian ambil darah dengan cara
memasukkan lanset steril keujung jari yang telah dibersihkan. Sebaiknya
darah mengalir dengan sendirinya tanpa ditekan.jangan menggunakan
tetesan pertama
a) Cara pengisian pipet
Pegang pipet dekat dengan ujungnya, lalu tempatkan ujung pipet
tersebut pada tetesan darah segar sehingga darah masuk sebanyak
0,5 tanda . isi pipet dengan cairan pengencer- pipet dalam keadaan
horizontal sebanyak yang ditentukan. Jangan sampai terbentuk
gelembung udara didalam pipet. Tutuplah ujung pipet dengan jari,
kemudian kocok selama 2menit.lalu teteskan 2tetes larutan encer
ini pada hemositometer.tutup hemositometer dengan cover glass
.setelah setengah menit hitung jumlah sel darah dibawah
mikroskop.
b) Pengukuran sel darah merah
Ambil darah segar dengan cara seperti diatas. Lalu encerkan 200x
dengan cairan pengencer sel darah merah , yaitu natrium sitrat
2,5% kocok. Kemudian teteskan 2tetes pada hemositometer lalu
hitung jumlah sel darah darah merah. Sel darah merah yang
dihitung adalah sel yang terdapat pada 5 kotak kecil pada kotak
besar yang terdapat dipusat, yaitu dari kotak-kotak kecil pada tiap
sudut dan pada pusat kotak besar. Kemudian sel darah merah yang
menyentuh batas atau berada diatas batas, hanya dihitung pada 2
sisi yang tegak lurus dari kotak ybs. Faktor perhitungan untuk
menghitung sel darah merah adalah 10.000 . jadi untuk
memperoleh nilai sel darah merah per mm3 darah, kalikanlah
jumlah sel darah merah yang diperoleh dari hasil perhitungan
dengna 10.000. faktor perhitungan ini diperoleh dari hasil
perhitungan antara volume kamar hitung pada hemositometer
dengan faktor pengenceran. ( lihatlah pada literature, bagaimana
bentuk sel darah merah ! )
c) Pengukuran sel darah putih
Ambil darah segar dengan cara seperti diatas .kemudian encerkan
20 kali dengan cairan pengencer yaitu larutan turk.
Larutan turk :
Asam asetat glacial 1ml
Larutan gentian violet 1% (dalam air ) 1ml
Akuadest 100ml
d) Hematokrit
Ambil drah segar denhan cara seperti diatas. Kemudian tempatkan
pipa kapiler hematokrit pada tetes tersebut. Lalu isi pipa kapiler
hematokrit , minimal s/d 2/3 penuh. Kemudian tutup pipa kapiler
yang telah terisi darah tersebut dengan lilin. Letakkan pipa-pipa
kapiler pada chamber mikrosentrifuga sedemikian rupa sehingga
posisisnya seimbang ( jika jumlah pipa kapiler yang disentrifuga
tidak memungkinkan untuk membuat posisi yang seimbang, dapat
ditambahkan pipa kapiler kosong sebagai penyeimbang ).
Kemudian tutup chamber dengan tutup sentrifuga. Sentrifuga
dilakukan pada kecepatan tinggi selama 4menit.
b. Fisiologi
i. Penentuan Hb
a. Metode tallquist
Prosedur:
Ambil satu tetes darah dengan kertas tallquist. Kemudian tentukan
prosentase Hb dengan membandingkan warna yang saudara peroleh
dengan warna pada kertas pembanding.
b. Metode sahli
Prosedur :
Tabung sahli diisi dengan HCL 0,1 N s/d setinggi 10% dari tinggi
skala maksimal. Kemudian masukkan darah sebanyak 20 mikroliter.
Aduk dengan menggunakan pengaduk yang tersedia. Lalu encerkan
dengan HCL sampai warna campuran sama dengan warna standar
pada alat. Pembacaan dilakukan pada penerangan yang wajar, tidak
didepan jendela. Angka yang dibaca pada skala langsung
menunjukkan kadar Hb darah. Bandingkan hasil yang diperoleh dari
ke-2 metode diatas.
ii. Waktu perdarahan
Lukai ujung jari dengan lanset steril. Kemudian catat waktu saat
timbulnya tetes darah pertama . serap darah yang keluar dengan
menggunakan kertas yang dpat menyerap, misalnya tissue. Kemudian
catat waktu saaat darah berhenti mengalir ( saat diserapkan, tidak ada
bercak darah pada tissue). Selisih waktu antara saat timbulnya tetes darah
pertama dengan saat darah berhenti mengalir adalah waktu perdarahan.
Tabel
Pengamatan penentuan golongna darah
Golongan pengamatan
O Tidak terjadi penggumpalan sel darah pada kedua sisi
A Terjadi penggumpalan sel darah oleh serum anti-A
B Terjadi penggumpalan sel darah oleh serum anti-B
AB Terjadi penggumpalan sel darah pada kedua sisi
TABEL
Hubungan Tekanan Darah dengan Posisi / Aktivitas Tubuh
Perempuan Laki-laki
Warna : kebiruan
Warna : kemerahan
4. Hematokrit
2,6
=0,5 X 100 %=50 %
5,2
5. Penentuan Hb
a. Metode Tallquist
Setelah darah diteteskan pada kertas tallquist dan didiamkan beberapa menit dan
didapatkan hasil Hb=70
b. Metode Sahli
Hasil yang didapatkan Hb=70
6. Waktu Perdarahan
Tetes Pertama = 5 detik
Berhentinya darah = 2 menit
Selisih waktu = 1 menit 55 detik (waktu perdarahan )
Waktu koagulasi =
1. Darah pertama timbul = 3,48 detik
2. Waktu terjadinya benang hilis fibrin = 2menit 1detik
3. Waktu koagulasi = 5menit 88detik
Waktu
Jenis Waktu (menit) Literatur
7. Penggolangan Darah
V. Pembahasan
5.1 Pengukuran Tekanan Darah
V.2Hyeperemia
Pada aliran darah, dapat terjadi gangguan berupa hyperemia. Hyperemia adalah
suatu kondisi medis dimana terjadi penumpukan darah pada suatu area khusus pada
tubuh. Kadang-kadang hyperemia memperlihatkan tanda merah diatas kulit, hal ini
disebabkan oleh kebuntuan pada kapiler. Kondisi pada umumnya terkait dengan
adanya penghalang atau radang yang mencegah darah mengalir secara normal.
Hyperemia memiliki dua jenis, yaitu hyperemia aktif dan pasif.
Hyperemia pasif atau disebut juga hyperemia reaktif merupakan salah satu
gangguan pada aliran darah karena adanya sumbatan pada bagian tubuh sehingga
darah tidak dapat mengalir secara bebas. Aliran darah yang membawa zat-zat penting
bagi tubuh akan sulit mengalir ke bagian tubuh yang tersumbat, sehingga aktivitas sel
di bagian tubuh tersebut menjadi menurun. Untuk memperlihatkan fenomena pada
aliran darah tersebut, dilakukan percobaan dengan mengikat jari menggunakan
benang, setelah diikat terjadi perubahan pada jari. Perubahan tersebut berupa suhu
pada jari lebih dingin, warna menjadi kebiruan serta ada pembengkakan pada jari
yang diikat.
Ketika sumbatan pada bagian tubuh tersebut dilepas, maka tubuh akan membuat
suatu keadaan sehingga darah menyembur keluar dari daerah yang tersumbat. Dengan
adanya semburan darah yang keluar, hal ini disebut sebagai hyperemia pasif. Disebut
hyperemia pasif karena sumbatan tidak distimulus oleh lingkungan luar dan tubuh
sendiri yang membuat mekanisme untuk mengatasi adanya sumbatan aliran darah
pada bagian tubuhnya.
Hyperemia aktif atau disebut juga hyperemia fungsional terjadi karena ada
pengaruh dari lingkungan. Dengan adanya pengaruh tersebut dapat menyebabkan
peningkatan pada gastrointestinal. Misalnya ketika percobaan jari tangan dicelupkan
ke air panas. Dengan kondisi lingkungan yang panas akan meningkatkan aliran darah
di dalam tubuh. Kemudian dari aliran tersebut, bagian tubuh yang terkena panas
tersebut mengalami perubahan seperti warna menjadi lebih kemerahan, suhu lebih
panas, dan terjadi pembesaran jari tangan.
Dengan kondisi suhu yang panas, menyebabkan daerah pada jari yang dicelupkan
pada air panas menjadi kekurangan oksigen. Lanjut setelah kondisi kembali seperti
semula, tubuh menyesuaikan keadaan dan kondisi aliran darah kembali seperti
semula. Darah terdiri dari plasma dan sel-sel darah. Sek-sel darah dapat dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan
keping darah (trombosit). Sel darah merah merupakan bagian dari sel-sel darah yang
tidak memiliki initi (nukleus). Sel darah merah memiliki hemoglobin (Hb) yang dapat
memberikan warna merah pada darah. Hb memiliki sejumlah kecil besi (Fe) yang
dapat mengikat oksigen, sehingga oksigen dapat dialirkan ke seluruh bagian sel-sel
tubuh. Jika kekurangan Hb maka akan mengalami gangguan pada sirkulasi oksigen
dalam sel. Maka untuk mengetahui adanya gangguan terhadap Hb, kita dapat
menghitung kadar Hb dalam darah. Kadar Hb normal (dalam gram) dalam darah yaitu
14 – 16 g/ 100 ml darah. Kita dapat menghitungnya melalui persentase kadar Hb yang
diukur berdasarkan skala yang ada pada kertas pembanding (Metode Tallquist).
Setelah membandingkan skala yang tertera pada kertas pembanding, praktikan
memiliki kadar Hb 11,2 g/100 ml. Kadar ini sedikit di bawah normal untuk kondisi
Hb dalam menjalankan tugasnya untuk membawa oksigen dalam sirkulasi darah.
Sehingga tubuh akan memiliki gangguan dalam sirkulasi oksigen darah, sehingga
dapat mengakibatkan hipoksia dengan gejala lemah, letih dan lesu.
V.3Karakteristik dan Morfologi Darah
Selain menghitung kadar Hb, kelainan atau gangguan fisiologis pun dapat dilihat dari
jumlah eritrosit dalam darah. Jumlah eritrosit yang kurang akan menyebabkan
gangguan pada tubuh mialnya anemia, karena berkurangnya jumlah eritrosit akan
sebanding dengan berkurangnya jumlah Hb yang mengangkut oksigen untuk dialirkan
ke seluruh bagian tubuh. Pengukuran eritrosit pada mikroskop memberikan hasil
sebesar 55x 104/ mm3 darah. Jumlah eritrosit yang normal adalah sekitar 5,4 x 106/
mm3 darah (Tortora). Sehingga dapat dikatakan bahwa jumlah eritrosit praktikan yang
diukur masih berkisar pada kondisi yang normal. Selain jumlah sel darah merah,
bentuk sel darah merah pun berperan dalam kondisi fisiologis seseorang, bentuk
normal sel darah merah adalah bulat telur dan sedikit cekung. Dalam sel darah juga
mengandung leukosit atau sel darah putih yang memiliki nukleus (inti). Sel darah putih
berperan dalam sistem imun tubuh. Dalam kondisi yang normal, tubuh mengandung
7000-10000 sel darah putih per mm3 darah. Jika jumlah sel darah putih kurang dari
jumlah normal maka akan mengalami gangguan pada sistem imun tubuh orang
tersebut sehingga menyebabkan orang tersebut mudah terserang infeksi. Pada
pengamatn, praktikan memiliki jumlah leukosit 2100/ mm3 darah. Jumlah tersebut
tidak berkisar pada jumlah normal sel darah putih, sehingga dapat dikatakan bahwa
jumlah sel darah putih praktikan tidak dalam taraf normal . Namun mungkin saja ada
kesalahan pada saat penghitungan sel darah tersebut.
V.4Penentuan Hb
Pada sel darah terdapat kandungan trombosit atau keping darah yang berperan
dalam pembekuan darah. Jumlah trombosit juga berperan dalam menentukan adanya
gangguan pada tubuh atau tidak. Karena jika seseorang mengalami gangguan,
misalnya terserang penyakit demam berdarah kadar trombositnya akan turun sehingga
jika ada luka (terutama luka pada bagian dalam tubuh), akan sulit untuk dilakukan
hemostasis (penutupan luka).
Untuk waktu koagulasi terlihat saat terbentuknya benang fibrin setelah adanya
pendarahan. Biasanya benang fibrin terbentuk saat waktu pendarahan berhenti. Waktu
koagulasi normal menurut Guyton adalah 6-10 menit. Namun, pada pengamatan yang
dilakukan pada mencit, waktu koagulasi terjadi setelah 5,88 menit. Hal ini bisa saja
terjadi karena ada karakteristik seseorang, jika mengalami pendarahan akan cepat
terjadi koagulasi. Hal ini terjadi karena karakteristik tromboist dan faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya koagulasi pada setiap orang berbeda-beda. Selain itu, ada
pula gangguan pada hemostasis dimana ada orang yang memiliki waktu koagulasi
melebihi normal, misalnya pada penderita hemofilia. Pada penderita hemofilia terdapat
gangguan pada faktor-faktor pembekuan darah.
V.5Penggolongan Darah
Selain memiliki karakteristik dengan kandungan sel darahnya, setiap orang
memiliki karakteristik khusus dalam penggolongan darah. Adanya aglutinogen dalam
masing-masing darah akan menyebabkan adanya aglutinasi darah oleh serum anti-
aglutonogen tersebut. Dari fenomena terjadinya aglutinasi menyebabkan darah
digolongkan menjadi 4 golongan yaitu A (teraglutinasi oleh serum Anti-A), B
(teraglutinasi oleh seru Anti-B), AB (teraglutinasi oleh serim Anti-A dan Anti-B), serta
O (tidak teraglutinasi oleh kedua serum). Pada percobaan yang dilakukan, darah
praktikan memberikan penggumpalan (aglutinasi) oleh serum Anti-B, sehingga dapat
disimpulkan bahwa praktikan memiliki golongan darah B.
VI. Kesimpulan
VII. Daftar Pustaka