SFB Vitamin
SFB Vitamin
Pendahuluan
Vitamin merupakan salah satu senyawa yang dibutuhkan tubuh. Menurut
Lehninger (1982), vitamin merupakan senyawa esensial untuk jasad hidup
walaupun diperlukan dalam jumlah sedikit namun kekurangannya dapat
menyebabkan defisiensi. Keberadaannya yang tidak terlalu benyak dalam tubuh
menyebabkan vitamin disebut sebagai mikronutrien dan tidak semua vitamin
mengandung gugus fungsi amin. Vitamin bekerja sebagai katalisator yang
memungkinkan transformasi kimia makronutrien. Terdapat dua jenis vitamin
yakni vitamin larut air dan vitamin larut lemak. Terdapat berbagai jenis vitamin
larut air seperti asam nikotinat, riboflavin, asam lipoat, asam askorbat, dan
sebagainya. Sementara itu, vitamin larut lemak dapat dieskstraksi dengan pelarut
organik misalnya vitamin A, D, E, dan K (Girindra 1988).
Vitamin C atau asam askorbat dapat larut dalam air dan tidak terbukti
mempunyai fungsi dalam koenzim. Koenzim dapat berperan dalam proses
katalitik enzim atau sebagai pembawa sementara beberapa gugus fungsional
tertentu yang diturunkan dari substrat. Vitamin C dalam tubuh dapat berperan
dalam pembentukan kolagen hewan percobaan dan akan mengubah prolin
menjadi hidroksiprolin. Defisiensi vitamin C dapat menimbulkan gejala edema,
anemia, bahkan perubahan patologi gigi dan gusi (Poedjadi dan Supriyanti 2007).
Gambar 1 Struktur vitamin C (Poedjadi dan Supriyanti 2007).
Vitamin tidak dapat disintesis oleh tubuh meskipun beberapa diantaranya
masih dapat dibentuk oleh tubuh. Akan tetapi, kecepatan pembentukannya sangat
kecil sehingga jumlah yang terbentuk tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh.
Kebutuhan vitamin tersebut dapat diatasi dengan memperoleh vitamin dari
makanan yang dikonsumsi setiap hari, buah-buahan, atau suplemen. Pengaturan
metabolisme, pengubahan lemak dan karbohidrat menjadi energi, dan pengaturan
pembentukan tulang dan jaringan menunjukkan fungsi vitamin yang penting bagi
tubuh (Poedjiadi & Supriyanti 2007).
Percobaan vitamin kali ini dilakukan dengan menggunakan vitamin C
sebagai sampel. Percobaan ini akan menganalisis dan menghitung kadar vitamin
C baik dalam tablet dan sari buah dengan menggunakan metode titrasi iodometri
tak langsung.
Metode Praktikum
Waktu dan tempat praktikum
Praktikum dilaksanakan di Laboratorium Biokimia Departemen Biokimia
FMIPA IPB pada hari Jumat tanggal 3 Desember 2010 pukul 08.00-11.00 WIB.
Alat dan Bahan
Praktikum ini menggunakan peralatan berupa pipet Mohr, buret, labu
erlenmeyer, mortar, pipet tetes, gelas piala, dan bulb.
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan adalah tablet vitamin C,
sari buah jeruk, larutan tiosulfat 0.1 N, indikator pati, larutan iodin 0.1 N,
akuades, dan larutan asam sulfat 2 N.
Prosedur Percobaan
Pembuatan blanko. Blanko disiapkan dengan dicampurkannya 20 ml
akuades dengan 3 ml H2SO4 2 N dan 10 ml larutan iod 0.1 N. Selanjutnya dititrasi
dengan titran berupa tiosulfat 0.1 N. Setelah terjadi perubahan warna maka
ditambahkan 10 tetes indikator pati. Banyaknya volume dicatat.
Penentuan vitamin C. Kadar vitamin C ditentukan pada tablet dan sari
buah jeruk. Penentuan vitamin C pada tablet dilakukan dengan dicampurkannya
300 mg tablet dalam 20 ml akuades. Kemudian ditambahkan 3 ml H 2SO4 2 N dan
10 ml larutan iod 0.1 N. Selanjutnya dititrasi dengan titran berupa tiosulfat 0.1 N.
Setelah terjadi perubahan warna maka ditambahkan 10 tetes indikator pati. Hal
yang sama juga dilakukan pada penentuan kadar vitamin C sari buah jeruk.
Sampel jeruk yang dicampurkan sebanyak 5 ml pada 20 ml akuades. Lalu,
ditambahkan 3 ml H2SO4 2 N dan 10 ml larutan iod 0.1 N. Selanjutnya dititrasi
dengan titran berupa tiosulfat 0.1 N. Setelah terjadi perubahan warna maka
ditambahkan 10 tetes indikator pati. Perubahan volume dicatat.
Simpulan
Kadar vitamin C memiliki perbedaan pada tablet dan sari buah. Penentuan
kadar vitamin C dapat dilakukan dengan iodometri tidak langsung. Kadar vitamin
C tablet sebesar 32.32 mg/ml, lebih besar dibandingkan kadar vitamin C dalam
sari buah yakni sebesar 521.16% atau 5.2116 mg/ml.
Daftar Pustaka
Girindra A. 1988. Penuntun Praktikum Biokimia. Bogor: IPB Pr.
Harjadi W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT Gramedia.
Harvey D. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: Mc Graw Hill.
Lehninger. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Edisi ke-1. Thenawidjaya M,
penerjemah. Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Principles of
Biochemistry.
Poedjiadi A dan Supriyanti FT. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Pr.
Underwood AL. 1980. Analisa Kimia Kuantitatif. Soendoro R, penerjemah.
Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Quantitative Analysis Fourth Ed.
Lampiran
1. Kadar vitamin C dalam tablet
Indikator : Pati
Reaksi : HC6H7O6 + I2 + 2SO32- → 2HI + S4O62- + C6H6O6
Perubahan warna : sebelum penambahan pati: merah menjadi kuning
setelah penambahan pati: biru menjadi tidak berwarna
Vterkoreksi = Vblanko- Vsampel rata-rata
= 9.3 ml – 5.3 ml
= 4 ml
[Vitamin C] = Vterkoreksi x 8.08 mg/ml
= 4 ml x 8.08 mg/ml
= 32.32 mg/1 tablet vitamin C