MAKALAH
Oleh :
ROMI NOVRIADI
Romi Novriadi
Balai Budidaya Laut Batam
Jl. Barelang Raya Jembatan III, Pulau Setokok-Batam
PO BOX 60 Sekupang, Batam – 29422
E-mail : Romi_bbl@yahoo.co.id
Abstrak
Dengan kata lain, yang ingin dicapai disini adalah sebuah integrasi
pembangunan sosial-budaya dan pembangunan lingkungan hidup ke dalam
arus utama pembangunan nasional agar kedua aspek tersebut mendapat
perhatian yang sama bobotnya dengan aspek ekonomi. Pembangunan aspek
sosial-budaya dan lingkungan hidup tidak boleh dikorbankan demi dan atas
pembangunan ekonomi, dalam hal ini adalah melalui sektor ekonomi
perikanan budidaya.
Teknik budidaya ikan saat ini secara intensif telah berkembang dengan
pesat di masyarakat, antara lain melalui pengembangan produksi perikanan
dalam keramba jaring apung di perairan terbuka/laut. Padat penebaran yang
tinggi dan pemberian pakan secara intensif merupakan ciri teknologi budidaya
ini. Masalah yang dapat terjadi akibat kegiatan ini adalah penurunan kualitas
perairan dan kurang terjaminnya kelestarian dari usaha yang dilakukan. Hal
ini antara lain terkait dengan adanya akumulasi limbah dari sistem akuakultur
yang dilaksanakan sehingga mengakibatkan degradasi kualitas perairan pada
budidaya ikan laut.
I.3 Hipotesis
I.3 Tujuan
1.4 Manfaat
Perikanan
Perikanan Akuakultur
Tangkap Pengolahan (Perikanan Budidaya)
Konsumen
Pola arus air pada sebuah unit produksi sangat penting untuk
pengelolaan limbah karna arus yang lebih baik akan meminimalisasi proses
penguraian. penguraian feces ikan dan membuat pengendapan lebih cepat
dan memekatkan padatan yang dapat mengendap. Keadaan ini akan menjadi
kritis karena jumlah yang tinggi dari feces ikan yang tidak terurai dapat
dengan cepat ditangkap sehingga akan dengan cepat mengurangi jumlah
limbah organik terlarut (Mathhieu dan Timmons, 1993). Sebuah pengurangan
pada jumlah polusi ke arah muara merupakan pencapaian terbaik dari
pemindahan zat padat pada bentuk yang dapat mengendap sebelum
diuraikan untuk konsumsi air umum. Dengan penyelesaian ke arah luar
muara, limbah padatan melindungi hewan-hewan benthos dan mengurangi
jumlah oksigen dimana akan mengurangi biodiservitas dari sungai.
Limbah Terlarut
Posfor yang ditemukan pada pakan ikan dan terpecah menjadi bentuk
yang dapat lebih digunakan (Posfat) melalui proses dekomposisi. Pada air
dengan kandungan nutrisi terbatas, Posfor dapat digunakan untuk
meningkatkan jumlah benthos dan plankton pada aliran air. Pada air tawar,
Posfor selalu berada dalam jumlah terbatas untuk produktivitas. Dalam
beberapa kasus, Posfor dan Nitrogen memberikan kontribusi kepada
terjadinya Eutrofikasi pada lapisan air dengan mendukung pertumbuhan
algae dan tumbuhan. Pengelola sumber air harus fokus kepada pengurangan
jumlah Posfor dan Nitrogen pada lapisan air ketika mencoba untuk
meningkatkan kualitas air.
III.2 Metodologi
Metodologi pengamatan yang dilakukan secara garis besar dibagi atas :
a. Pengamatan secara langsung dilapangan, pengamatan ini meliputi :
pengamatan kualitas air dengan parameter seperti : pH, suhu,
konsentrasi oksigen terlarut dan salinitas. Dan juga dilengkapi
dengan pengamatan keberlanjutan produksi air untuk kegiatan
produksi di BBL Batam sepanjang tahun 2010.
b. Pengamatan di laboratorium, parameter yang diamati antara lain :
NH3, NO3, NO2, PO4, dan alkalinitas.
c. Pengamatan kelayakan sumberdaya air yang digunakan dengan
melakukan perbandingan di tiga titik yang berbeda, yakni 5 m, 20 m
dan 40 m dari pompa pasokan air utama.
d. Pengamatan kualitas air secara lengkap, dilakukan 1 x dalam
setahun melalui mekanisme sub-kontrak analisa ke Laboratorium
kualitas air, Teknik Sipil dan lingkungan, Institut Teknologi Bandung.
AIR LAUT
Dipompa
Tower 1/ bulat
Mechanical Filter
Tower 2/ petak
Mechanical Filter
Sand Filter
Kultur
Hatchery Nursery Induk algae
1V.1.2 Data analisa kondisi keragaan kualitas air di 6 (enam) titik produksi, yakni :
1) Titik perairan KJA / lokasi tempat sumberdaya air digunakan, 2) Tower,
3) Hatcherry, 4) Nursery, 5) Tempat pemeliharaan induk, dan 6) media
pemeliharaan kultur algae. Dimana titik sampling yang diambil adalah pada
media alga yang diberikan ke larva.
Januari 2010
Titik Parameter Kualitas Air
Sampling pH DO Temp Sal NO2 NO3 NH3 PO4
min max min max min max min max min max min max min max min max
KJA 7,85 7,92 4,9 5,8 27,8 28,7 30 31 0 0 0 0 0,01 0,02 0 0
Tower 7,81 8,09 5,2 6,0 27,6 29,0 30 30 0 0 0 0 0,01 0,09 0 0
Hatcherry 7,89 8,06 5,0 6,2 28,8 30,7 30 30 0 0,1 0,1 2,4 0,18 0,92 0 0,22
Nursery 7,84 8,04 4,7 5,9 28,5 30,5 30 30 0 0 0 0 0,02 0,08 0 0,03
Induk 7,82 8,06 4,8 6,3 28,1 30,5 30 30 0 0 0 0 0,01 0,02 0 0
Algae 9,42 9,95 5,6 8,9 27,8 31,4 30 30 0,19 0,41 7,3 14,2 0,92 1,12 0,11 0,43
Februari 2010
Titik pH DO Temp Sal NO2 NO3 NH3 PO4
Sampling min max min max min max min max min max min max min max min Max
KJA 7,85 8,02 5,2 5,4 28,5 29,3 30 31 0 0 0 0 0,01 0,02 0 0
Tower 7,79 8,02 5,8 6,3 28,4 30,0 30 31 0 0 0 0,1 0,02 0,12 0 0
Hatcherry 7,55 8,07 4,7 5,8 28,1 30,9 30 31 0 0,1 0,2 0,32 0,71 0,84 0 0,14
Nursery 7,53 8,12 4,3 5,4 28,0 30,5 30 31 0 0 0 0,02 0 0,12 0 0,01
Induk 7,41 8,04 4,7 6,6 28,5 30,5 30 31 0 0 0 0 0,02 0,03 0 0
Algae 8,95 9,84 6,2 7,9 28,6 31,7 30 31 0,19 2,14 3,7 17,5 0,82 1,24 0,2 0,39
Maret 2010
Titik pH DO Temp Sal NO2 NO3 NH3 PO4
Sampling min max min max min max min max min Max min max min max min max
KJA 7,72 7,96 5,0 5,8 29,2 29,5 31 32 0 0 0 0 0,02 0,03 0 0
Tower 7,65 8,04 5,1 6,3 28,7 31,5 31 32 0 0 0 0,2 0,01 0,15 0 0
Hatcherry 7,43 8,04 4,8 6,2 28,2 30,9 31 32 0 0,1 0,1 0,27 0,17 1,11 0,14 0,39
Nursery 7,69 8,03 4,8 5,8 28,7 30,7 31 32 0 0 0 0,1 0,03 0,07 0 0
Induk 7,70 8,05 4,8 6,4 28,6 32,4 31 32 0 0 0 0,15 0,02 0,09 0 0
Algae 9,03 9,77 6,0 7,5 26,9 32,9 29 31 0,27 0,31 0,1 12,3 0,98 1,08 0,26 0,51
April 2010
Titik pH DO Temp Sal NO2 NO3 NH3 PO4
Sampling min max min max min max min max min max min max min max min max
KJA 7,65 7,94 4,8 5,0 28,7 29,1 30 31 0 0 0 0 0,02 0,04 0 0
Tower 7,89 8,04 5,1 6,2 28,6 30,3 30 31 0 0 0 0 0,02 0,05 0 0
Hatcherry 7,32 8,07 4,5 6,3 28,4 32,8 30 31 0 0,1 0,09 0,35 0,17 0,92 0,04 0,12
Nursery 7,62 8,04 4,2 5,8 28,4 31,8 30 31 0 0 0 0,1 0,01 0,12 0 0
Induk 7,87 8,04 5,0 6,5 28,9 30,7 30 31 0 0 0 0 0 0,05 0 0
Algae 9,07 9,89 5,1 7,8 28,4 32,8 30 31 0,14 0,34 0,12 11,5 0,98 1,18 0,27 0,41
Mei 2010
Titik pH DO Temp Sal NO2 NO3 NH3 PO4
Sampling min max min max min max min max min max min max min max min Max
KJA 7,76 7,95 5,0 5,4 29,8 30,2 31 32 0 0 0 0 0 0,02 0 0
Tower 7,90 8,02 5,3 6,4 29,0 30,7 31 32 0 0 0 0 0 0,06 0 0
Hatcherry 7,89 8,12 4,8 5,9 29,8 31,5 31 32 0 0 0,1 0,7 0,39 0,94 0,11 0,19
Nursery 7,87 8,05 4,8 5,9 28,7 31,6 31 32 0 0 0 0,1 0 0,08 0 0
Induk 7,83 8,09 5,0 6,5 28,6 31,7 31 32 0 0 0 0 0,02 0,04 0 0
Algae 9,23 9,78 5,6 8,9 28,8 31,8 28 32 0,13 0,17 5,1 6,2 0,86 0,94 0,1 0,23
Juni 2010
Titik pH DO Temp Sal NO2 NO3 NH3 PO4
Sampling min max min max min max min max min max min max min max min max
KJA 7,95 8,09 5,1 5,5 29,1 29,5 31 31 0 0 0 0 0 0,02 0 0
Tower 7,92 8,12 5,0 6,4 29,0 30,6 31 31 0 0 0 0 0 0,04 0 0
Hatcherry 7,83 8,12 5,2 6,9 29,3 32,1 31 31 0 0 0 0,2 0,56 0,59 0,11 0,18
Nursery 7,75 8,06 4,6 5,9 28,3 30,9 31 31 0 0 0 0 0 0,06 0 0
Induk 7,89 8,08 5,3 6,9 28,4 31,7 31 31 0 0 0 0 0,02 0,03 0 0
Algae 9,42 9,89 5,3 8,9 28,3 31,9 30 31 0,24 0,9 8,1 8,5 1,06 1,14 0,16 0,35
Juli 2010
Titik pH DO Temp Sal NO2 NO3 NH3 PO4
Sampling min max min max min max min max min max min max min max min Max
KJA 7,72 7,98 5,0 5,3 28,7 29,1 31 31 0 0 0 0 0,02 0,04 0 0
Tower 7,88 8,12 5,3 6,7 28,9 30,7 31 31 0 0 0 0 0 0,07 0 0
Hatcherry 7,92 8,09 5,3 6,9 28,5 30,9 31 31 0 0 0 0,1 0,37 0,39 0 0
Nursery 7,88 8,09 5,2 6,3 28,9 30,9 31 31 0 0 0 0 0,05 0,07 0 0
Induk 7,92 8,07 5,0 6,9 29,2 30,9 31 31 0 0 0 0 0,01 0,02 0 0
Algae 9,43 9,84 6,1 8,3 27,7 31,5 30 31 0,2 0,29 7,3 11,3 0,98 1,06 0,11 0,37
Agustus 2010
Titik pH DO Temp Sal NO2 NO3 NH3 PO4
Sampling Min max min max min max min max min max min max min max min Max
KJA 7,98 8,02 5,1 5,8 28,9 29,4 31 31 0 0 0 0 0,01 0,03 0 0
Tower 7,92 8,12 5,0 6,8 28,9 30,8 31 31 0 0 0 0 0,02 0,06 0 0
Hatcherry 7,89 8,09 5,3 6,9 28,9 31,9 31 31 0 0 0 0,1 0,03 0,75 0 0,12
Nursery 7,89 8,09 5,3 6,9 29,1 31,1 31 31 0 0 0 0,1 0,01 0,05 0 0
Induk 7,91 8,09 5,3 6,9 29,0 30,8 31 31 0 0 0 0 0,01 0,03 0 0
Algae 9,44 9,87 6,2 8,4 28,5 32,6 31 31 0,12 0,22 3,9 8,6 0,92 1,14 0,27 1,25
September 2010
Titik pH DO Temp Sal NO2 NO3 NH3 PO4
Sampling Min max min max min max min max min max min max min max min Max
KJA 7,82 7,99 5,4 5,9 28,9 29,6 31 31 0 0 0 0 0,02 0,03 0 0
Tower 7,92 8,11 5,0 6,8 28,9 30,8 31 31 0 0 0 0 0,01 0,09 0 0
Hatcherry 7,87 8,12 5,2 7,1 29,1 31,5 31 31 0 0 0 0,1 0,31 0,52 0 0,11
Nursery 7,81 8,11 5,2 8,6 28,5 30,9 31 31 0 0 0 0 0,08 0,09 0 0
Induk 7,78 8,09 5,3 7,9 29,4 32,6 31 31 0 0 0 0 0,02 0,03 0 0
Algae 9,45 9,89 5,3 7,9 29,4 32,6 31 31 0 0 0 0 0,02 0,03 0,09 0,34
Oktober 2010
Titik pH DO Temp Sal NO2 NO3 NH3 PO4
Sampling Min max min max min max min max min max min max min max min Max
KJA 7,70 8,03 5,4 5,8 29,6 29,8 30 31 0 0 0 0 0,02 0,03 0 0
Tower 7,89 8,03 5,6 6,4 29,0 30,3 30 31 0 0 0 0 0,02 0,07 0 0
Hatcherry 7,83 8,08 6,0 7,2 29,3 32,1 30 31 0 0 0 0,2 0,08 0,39 0 0
Nursery 7,89 8,07 6,1 7,8 29,3 31,9 30 31 0 0 0 0,1 0,02 0,11 0 0
Induk 7,83 8,09 5,3 6,9 29,4 32,7 30 31 0 0 0 0 0,04 0,05 0 0
Algae 9,13 9,89 6,2 8,5 28,9 32,5 29 31 0,11 0,28 5,9 14,9 0,82 1,12 0,11 0,29
November 2010
Titik pH DO Temp Sal NO2 NO3 NH3 PO4
Sampling Min max min max min max min max min max min max min max min max
KJA 7,94 8,02 5,6 5,9 29,4 29,5 31 32 0 0 0 0 0 0,02 0 0
Tower 7,88 8,05 5,7 6,2 29,0 30,7 31 32 0 0 0 0 0,01 0,05 0 0
Hatcherry 7,91 8,13 6,2 8,2 29,3 31,5 31 32 0 0 0 0,1 0,41 0,74 0 0
Nursery 7,53 8,12 6,2 7,3 29,3 31,4 31 32 0 0 0 0 0 0,05 0 0
Induk 7,82 8,09 6,0 7,3 29,1 31,8 31 32 0 0 0 0 0,04 0,05 0 0
Algae 9,34 9,89 7,22 9,45 28,5 31,8 31 32 0,18 0,31 5,9 7,2 0,98 1,12 0 0
Desember 2010
Titik pH DO Temp Sal NO2 NO3 NH3 PO4
Sampling Min max min max min max min max min max min Max min max min max
KJA 7,98 8,08 5,8 5,9 27,6 29,7 31 31 0 0 0 0 0 0,02 0 0
Tower 7,88 8,09 6,1 7,2 27,0 31,2 32 32 0 0 0 0 0 0,08 0 0
Hatcherry 7,82 8,06 6,0 7,5 27,3 31,3 32 32 0 0 0,1 0,2 0,18 0,73 0 0,11
Nursery 7,86 8,15 6,0 7,9 27,3 30,8 32 32 0 0 0 0,1 0,01 0,25 0 0
Induk 7,93 8,14 6,3 7,9 28,2 31,7 32 32 0 0 0 0 0,02 0,04 0 0
Algae 9,47 9,86 6,2 8,6 27,2 31,2 32 32 0,11 2,8 0,14 9,6 0,73 1,04 0,27 0,44
1 2 3
Dermaga /
Rumah pompa
1. Tower / Reservoir
Tower / reservoir / tandon memegang
peranan yang sangat penting bagi
keberhasilan produksi budidaya
perikanan. Karna baik tidaknya kualitas
air untuk media pemeliharaan sangat
tergantung kepada kondisi reservoir
ketika air masuk ke dalamnya dan
diendapkan. Disepanjang tahun 2010,
belum ada pembersihan secara rutin
terhadap reservoir/tandon yang ada.
Akibatnya adalah tumpukan kotoran.
Lumpur dan pasir hasil pengendapan,
secara kasat mata dapat terlihat
menumpuk di dasar bak.
Hasil analisa yang dilakukan di sepanjang tahun 2010 juga menunjukkan
bahwa :
Terdapat fluktuasi yang cukup signifikan pada parameter suhu,
terutama di pagi dan sore hari. Hal ini dapat dimaklumi karena kondisi
bak reservoir sangat terbuka.
Untuk parameter Nitrogen dan derivatnya, yang cukup menonjol adalah
konsentrasi NH3 yang memiliki kisaran 0,01 – 0,15 mg/l. Sumber
terbentuknya NH3 ini dapat berasal dari akumulasi limbah organik yang
ada di dasar bak dan dari air sumber yang dipompa masuk ke dalam
tower.
Konsentrasi oksigen terlarut yang dihasilkan bila dibandingkan dengan
air sumber hanya memiliki perbedaan sebanyak 0,1 – 0,5 mg/l (lihat
tabel DO pagi hari). Padahal tower sudah dilengkapi dengan sistem
degassing column yang dapat disimpulkan belum memberikan peranan
yang optimal.
Dari hasil kajian diatas, perlu dilakukan berbagai upaya perbaikan pada
tower yang ada. Diantaranya adalah :
Melakukan penjadwalan pembersihan kondisi bak tandon/reservoir
secara berkala.
Melakukan pemasangan filterisasi UV untuk mereduksi keberadaan
bakteri dari air sumber dan bak tower sebelum masuk ke dalam media
pemeliharaan.
Melakukan pembersihan terhadap berbagai bahan filter mekanik yang
ada agar penggunaannnya dapat lebih optimal.
Melakukan tindakan sterilisasi terhadap air yang masuk sebelum
dialirkan ke unit produksi, hal ini dapat dilakukan dengan penambahan
bahan sterilisasi seperi Virkon for aquatic atau bahan desinfektan
lainnya.
2. Unit Produksi Algae
Grafik Fluktuasi DO di Unit Kultur Algae Grafik Fluktuasi Suhu di Unit Kultur Algae
tahun 2010 Tahun 2010
10 35
Suhu (derjat celcius)
9 30
8
25
7
DO (mg/l)
6 20 Suhu Pagi
DO pagi
5 15 Suhu Sore
DO sore
4
3 10
2 5
1
0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Ke- Bulan Ke-
Selain kedua parameter diatas, fluktuasi juuga terjadi pada unsur NH3,
NO2, NO3 dan PO4, hal ini dapat dimaklumi karena untuk pertumbuhan
algae membutuhkan pupuk yang berbahan dasar NPK dan berbagai
makro mineral lainnya. Namun ynag menjadi perhatian adalah bila air
dengan konsentrasi unsur organik yang tinggi ini masuk ke media
pemeliharaan larva, hal ini dapat menjadi trigger tersendiri bagi terjadinya
penyakit dikarenakan faktor lingkungan yang buruk. Perlu dikaji lagi
beberapa tekhnik pemanenan, seperti dilakukannya penyaringan terlebih
dahulu, dimana algae yang dimasukkan telah terpisah dari air kultur yang
notabene diketahui telah banyak mengandung unsur organik.
3. Unit Pemeliharaan Larva (hatchery)
9 35
Suhu (derjat celcius)
8 30
7 25
6 DO pagi
DO (mg/l)
10 33
32
31
6 30
DO pagi hari Suhu Pagi
29
4 DO Sore hari Suhu Sore
28
2 27
26
0 25
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan Ke- Bulan Ke-
Kisaran NH3 yang memiliki konsentrasi hingga 0,25 mg/l sudah termasuk
sangat mengkhawatirkan bagi fase pemeliharaan benih, mengingat proses
pergantian air yang cukup tinggi dan juga dilakukannya pembersihan bak
dari kotoran dan sisa pakan setiap pagi dan sore hari. Untuk
mengantisipasi hal ini, tindakan yang telah dilakukan diantaranya adalah
dengan menerapkan penggunaan filter biologi, dimana beberapa bakteri
pengurai seperti Nitrosomonas dan Nitrobacter dikembangkan dalam bio
ball yang ada dalam filter biologi. Namun hal ini masih belum berdampak
begitu baik, karena berdasarkan data justru konsentrasi NH3 di Nursery
meningkat di Bulan Desember tahun 2010.
9 34
8 33
Untuk hasil uji di Laboratorium BBL Batam, berdasarkan data pada tabel
menunjukkan bahwa terdapat peningkatan jumlah akumulasi bahan
organik di perairan KJA BBL Batam. Akumulasi bahan organik ini dapat
berasal dari hasil metabolisme organisme maupun hasil penguraian
bahan baku yang mengandung unsur organi di perairan. Sampai batas
tertentu, secara alami sebenarnya perairan mampu untuk menanggulangi
pengaruh kontaminan tersebut tetapi bila daya dukungnya telah terlewati
akan mengakibatkan perairan menjadi tercemar. Selain itu, akan
dihasilkan gas racun yang mengakibatkan kehidupan ikan menjadi
terganggu bahkan dapat mengakibatkan kematian secara masal.
Proses pemberian pakan di KJA selain menggunakan pelet juga
dilakukan dengan pemberian ikan rucah (Trash fish) pada ikan yang
dibudidayakan. Pemberian trash fish ini bila tidak dilakukan dengan bijak
akan sangat mengganggu kestabilan lingkungan. Mengingat unsur
Nitrogen banyak terkandung pada ikan rucah yang diberikan sebagai
pakan.
Pakan yang baik untuk pembesaran ikan dalam keramba jaring apung
adalah bentuk pelet yang tidak mudah hancur, tidak cepat tenggelam
serta mempunyai aroma yang merangsang nafsu makan ikan. Beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam memilih pakan yaitu kandungan gizi
pakan, sifat fisik, warna, dan aromanya. Berdasarkan hasil penelitian,
kadar protein > 40 % cukup baik untuk pembesaran berbagai ikan laut
komoditas penting seperti : Kerapu dan Kakap putih.
Sifat fisik pakan antara lain yaitu permukaan pelet halus dan licin serta
bagian yang hancur (debu) dalam kemasan kurang dari 5%. Warna pelet
tidak keputih-putihan (berjamur) dan tidak berbau tengik atau apak yang
menandakan pelet telah disimpan lama atau dibuat dari bahan yang
kurang baik kualitasnya. Pakan harus disimpan dalam tempat yang
kering, tertutup dan lamanya penyimpanan tidak lebih dari 6 minggu.
Jumlah pakan yang diberikan harus dapat dikonsumsi ikan secara utuh
(keseluruhan) karena dapat mengurangi pencemaran perairan dan
kepastian ikan memperoleh pakan sesuai dengan kebutuhannya pada
setiap satu kali pemberian. Pemberian pakan harus memperhatikan agar
pakan tidak lolos ke luar keramba, diberikan sedikit demi sedikit merata di
permukaan air dengan luasan yang cukup. Selain itu, apabila suhu air
relatif rendah, oksigen rendah, kesehatan terganggu atau ikan mengalami
stres maka nafsu makan atau konsumsi pakan akan menurun.
Hg2+ > Cd2+ >Ag2+ > Ni2+ > Pb2+ > As2+ > Cr2+ Sn2+ > Zn2+.
V.1 Kesimpulan
V.2 Saran