Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kegiatan leasing di Indonesia secara formal baru diperkenalkan pada
tahun 1974 berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) Menteri Keuangan,
Menteri Perindustrian dan Menteri Perdagangan No. Kep. 122/MK/IV/2/1974,
No. 32/M/SK/2/1974, dan No. 30/Kbp/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang
Perizinan usaha leasing. Selanjutnya sebagai lembaga yang bertugas dan
berwenang memberi izin usaha bagi perusahaan leasing, Menteri Keuangan
mengeluarkan Surat Keputusan No. 649/MK/IUV/5/1974 tanggal 6 Mei 1974
yang mengatur mengenai ketentuan tata cara perizinan dan kegiatan usaha leasing
di Indonesia. Untuk mendukung perkembangan usaha ini Menteri Keuangan
selanjutnya mengeluarkan Surat Keputusan No. 650/MK/5/1974 tanggal 6 Mei
1974 tentang penegasan ketentuan pajak penjualan dan besarnya bea materai
terhadap usaha leasing. Perlakuan perpajakan terhadap setiap transaksi atau
kontrak leasing antara perusahaan leasing (lessor) dan lessee berdasarkan Surat
Keputusan tersebut bukan merupakan suatu objek pajak dan karenanya tidak
dikenakan pajak penjualan. Sejak itu, terutama pada dekade 80-an jumlah
perusahaan leasing semakin bertambah, sejalan dengan itu volume transaksinya
pun mengalami kenaikan dari tahun ke tahun.
Perusahaan sewa guna usaha di Indonesia lebih dikenal dengan nama
leasing. Kegiatan utama perusahaan sewa guna usaha adalah bergerak di bidang
pembiayaan untuk keperluan barang-barang modal yang diinginkan oleh nasabah.
Pembiayaan di sini maksudnya jika seorang nasabah membutuhkan barang-barang
modal seperti peralatan kantor atau mobil dengan cara disewa atau dibeli secara
kredit dapat diperoleh di perusahaan leasing. Pihak leasing dapat membiayai
keinginan nasabah sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati kedua belah
pihak.
Perusahaan leasing dapat diselenggarakan oleh atau badan usaha yang
berdiri sendiri. Keterbatasan usaha leasing adalah tidak boleh melakukan kegiatan
yang dilakukan oleh bank seperti memberikan simpanan dan kredit dalam bentuk
uang. Oleh karena itu, perusahaan leasing harus pandai-pandai dalam memberikan
atau memilih sasarannya jangan sampai bertentangan dengan jasa yang diberikan
oleh lembaga keuangan bank.
Pengertian sewa guna usaha secara umum adalah perjanjian antara lessor
dengan lessee di mana pihak lessor menyediakan barang dengan hak penggunaan
oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk jangka waktu tertentu.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sebelumnya, ada beberapa masalah
yang berkaitan dengan sewa guna usaha atau leasing yang akan dibahas dalam
makalah ini, yaitu :
1. Apakah yang dimaksud dengan leasing atau sewa guna usaha ?
2. Siapa saja pihak-pihak yang terlibat dalam leasing ?
3. Apa saja penggolongan perusahaan leasing ?
4. Apa saja teknik-teknik pembiayaan leasing ?
5. Bagaimana fleksibilitas dalam leasing ?
6. Bagaimana metode pembayaran sewa guna usaha ?
7. Apa kelebihan leasing sebagai sumber pembiayaan ?
Pengertian Leasing
Beberapa pengertian sewa guna usaha atau dikenal dengan istilah leasing
yang dikemukakan oleh beberapa sumber sebagai berikut :
• Financial Accounting Standard Board (FASB-13):
Sewa guna usaha adalah suatu perjanjian penyediaan barang-barang modal yang
digunakan untuk suatu jangka waktu tertentu.
• The International Accounting Standard (IAS-17):
Sewa guna usaha adalah suatu perjanjian dimana lessor menyediakan barang
(asset) dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa
untuk suatu jangka waktu tertentu.
• The Equipment Leasing Association (ELA-UK):
Sewa guna usaha adalah suatu kontrak antara lessor dengan lessee untuk
penyewaan suatu jenis barang (asset) tertentu langsung dari pabrik atau agen
penjual oleh lessee. Hak kepemilikan barang tetap berada pada lessor. Lessee
memiliki hak pakai atas barang tersebut dengan membayar sewa dengan jumlah
dan dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
• Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21
November 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha:
Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang
modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa
guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan oleh lessee selama
jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala.
Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama yaitu:
a) Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau dalam hal ini pihak yang
memiliki hak kepemilikan atas barang.
b) Lessee adalah perusahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki
hak opsi pada akhir perjanjian.
c) Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.
Dari segi pandangan hukum, kegiatan sewa guna usaha memiliki 4 (empat) ciri
yaitu:
1) Perjanjian antara lessor dengan pihak lessee.
2) Berdasarkan perjanjian sewa guna usaha, lessor mengalihkan hak
penggunaan barang kepada pihka lessee.
3) Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang (asset).
4) Lessee mengembalikan barang tersebut kepada lessor pada akhir periode
yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur ekonomi
barang tersebut.
Operating Lease
Leasing dalam bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan
selanjutnya di-lease-kan kepada lessee. Berbeda dengan finance lease, dalam
operating lease jumlah seluruh pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan
bunganya. Perbedaan ini disebabkan perusahaan leasing mengharapkan
keuntungan justru dari penjualan barang modal yang di-lease-kan atau melalui
beberapa kontrak leasing lainnya. Operating lease dalam pelaksanaannya
membutuhkan suatu keahlian khusus terutama untuik pemeliharaannya dan
pemasaran kembali barang modal yang di-lease-kan tersebut.
Digolongkan operating lease apabila memenuhi kriteria berikut :
a) Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama tidak dapat
menutupi perolehan barang modal yang di-lease-kan ditambah keuntungan yang
diperhitungkan oleh lessor.
b) Perjanjian leasing tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi lessor.
Kesimpulan
Sewa guna usaha (leasing) adalah perjanjian antara lessor (perusahaan
leasing) dengan lessee (nasabah) di mana pihak lessor menyediakan barang
dengan hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk
jangka waktu tertentu. Pihak-pihak yang terlibat dalam leasing adalah lessor,
lessee, supplier, dan bank atau kreditor.
Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat
digolongkan ke dalam 3 kelompok yaitu : independent leasing company, captive
lessor, lease broker atau packager. Teknik pembiayaan leasing secara garis besar
dibagi menjadi dua yaitu : finance lease dan operating lease.
Sewa guna usaha merupakan metode pembiayaan yang fleksibel dalam
memenuhi berbagai kebutuhan pihak lessee, maka fleksibilitas leasing sebagai
sumber pembiayaan antara lain : step lease, skipped payment lease, swap lease,
upgrade lease, master lease, dan short-term or experimental lease. Dan juga
metode pembayaran leasing dapat dilakukan dengan dua cara yaitu payment in
advance dan payment in arrears.
Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa
kelebihan dibandingkan dengan sumber-sumber pembiayaan lainnya antara lain :
pembiayaan penuh, lebih fleksibel, sumber pembiayaan alternatif, off balance
sheet, perlindungan akibat kemajuan teknologi, risiko keusangan, kemudahan
penyusutan anggaran.