(Zoning Regulation)?
Kali ini saya akan membahas mengenai salah satu instrumen pengendalian
pemanfaatan ruang, yang berarti keluar dari lingkup perencanaan, yaitu
peraturan zonasi. Meskipun demikian, antara perencanaan dan pengendalian
pemanfaatan ruang keduanya tidak dapat dipisahkan. Perencanaan,
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan
komponen-komponen dari pelaksanaan penataan ruang, yang nantinya
menentukan wujud dan struktur tata ruang.
Dalam pengertian ini, peraturan zonasi dibuat sebagai penjabaran dari zona
peruntukan yang termuat di dalam rencana rinci, yang merupakan
pengaturan terhadap pemanfaatan ruang dan pengendaliannya. Apa yang
disebut sebagai rencana rinci? Rencana rinci tediri atas:
Hanya saja, terdapat ketentuan yang menyatakan rencana detail tata ruang
didasarkan dasar bagi penyusunan peraturan zonasi. Hal ini didasarkan atas
interpretasi terhadap Pasal 14 ayat (6) UU No. 26 Tahun 2007 yang
menyebutkan bahwa:
Di berbagai negara, peraturan zoning terdiri dari dua unsur, yaitu zoning
text/zoning statement dan zoning map. Zoning map berisi aturan-aturan (atau
menjadi sisi dari regulasinya), yang menjelaskan mengenai tata guna lahan
dan kawasan, pemanfaatan yang diizinkan dan diizinkan dengan syarat,
standar pengembangan, minumum lot requirement, dll.. Sementara itu,
zoning map berisi pembagian blok peruntukan dengan ketentuan aturan
untuk tiap blok peruntukan. Selain itu, zoning map menggambarkan mengenai
tata guna lahan dan lokasi tiap fungsi lahan dan kawasan. Dalam praktiknya
peta zonasi dibuat dalam kode zonasi yang digambarkan dalam bentuk huruf
dan angka. Kuncinya adalah membuat sistem pengkodean yang konsisten
yang dapat dengan mudah diingat dan dibaca.
Dilihat dari rincian materi yang diatur, dapat diuraikan sebagai berikut:
Sebagai kritik atas teknik peraturan zonasi yang kaku, maka terdapat varian
zoning yang berkembang. Teknik-teknik tersebut tidak akan dibahas lebih
lanjut disini karena beragam sesuai kebutuhan. Intinya, bahwa persepsi
zoning sangat ketat dan sukar diubah, tidaklah benar. Zonasi mengalami
revisi dengan mengikuti tahapan proses pengubahannya. Pertimbangan-
pertimbangan lokal pun akan sangat banyak mewarnai persoalan: kapan
diperlukan revisi? Bagaimana prosesnya? Siapa saja yang mengajukan?
Kesimpulan
Pemahaman tentang peraturan zonasi merupakan sesuatu yang relatif baru.
Banyak sekali persoalan-persoalan terkait peraturan perundangan yang
mengatur mengenai penyusunannya, disamping persoalan-persoalan praktis
di lapangan. Dengan disebutkannya secara eksplisit di dalam UU Penataan
Ruang, maka mau tidak mau pengerucutan terhadap pemahaman mutlak
diperlukan. Oleh karena itu, saat ini praktik di lapangan berpotensi akan
sangat beragam diseusikan dengan interpretasi masing-masing konsultan tata
ruang. Begitu juga dengan instansi terkait yang memerlukan penyusunan
peraturan zonasi. Tulisan ini hanya memberikan overview perihal persoalan-
persoalan tersebut, meskipun akan banyak pertanyaan yang mengikuti.
Tulisan ini dapat menjadi pemicu untuk lebih mendiskusikannya bersama-
sama.