Classroom Communication
Classroom Communication
Sebagai guru kita hampir sepanjang hari berkomunikasi dengan murid, sesama guru, staf lain, dan
tentu saja, tukang mie ayam dan sejenisnya. Kadang komunikasinya dengan banyak orang, kadang
dengan individual, kadang harus mendengar dengan teliti, kadang mengacuhkan pembincangan
yang tak berhubungan. Seorang guru bisa multi peran di kelas: jadi MC, wasit, dan tentu juga
sumber pengetahuan baru. Tantangan bagi guru adalah menggunakan tipe komunikasi yang tepat
dengan kombinasi yang tepat pada waktu yang tepat.
Di kelas, komunikasi (“siapa yang bicara pada siapa dengan efek apa”-Lasswell, 1964) sering tidak
punya irama yang tetap atau urutan logis, atau ada guru bicara dengan satu murid sementara yang
lain sabar ngantre. Bisa saja ada satu murid sudah selesai, sementara murid kedua baru selesai
setengah, lalu murid ketiga kelihatan membaca tapi hanya ngelamun, dan murid keempat bertanya
tentang tugas, lalu ada murid kelima datang dari kantor minta jawaban langsung, murid ketiga yang
sedan bosan terpaksa tertunda acaranya. Sementara itu murid pertama yang sudah selesai mulai
bercanda denngan murid keenam. Apakah guru menangani murid yang bosan atau yang ribut
bercanda? Belum selesai menentukan tindakan apa yang harus dilakukan, murid ketujuh
mengajukan pertanyaan, dan seterusnya.
Satu cara mengatur situasi semacam ini adalah dengan mengtahui dan nyaman dengan ciri-ciri
utama komunikasi di ruang kelas. Satu ciri adalah tentang fungsi/ tujuan komunicasi. Salah satu lagi
adalah tentang sifat komunikasi nonverbal. Yang ketiga adalah tentang harapan murid dan guru
tentang bagaimana berpartisipasi di aktifitas kelas atau struktur partisipasi.
FUNGSI BERBICARA
Content (berisi): adalah percakapan tentang apa yang sedang dipelajari. Biasanya guru
menerangkan tentang subjek. Tapi bisa juga karena ada murid bertanya “mengapa langit berwarna
biru?”
Procedure (prosedur): adalah percakapan tentang aturan atau peraturan yang diperlukan untuk
merampungkan suatu tugas di kelas. Misalnya bila guru berkata, “Buat grup berisi dua orang, lalu
tiap grup pilih satu mikroskop.” Atau bila murid bertanya, “Apa kita harus menaruh nama kita di
tiap halaman tes?”
Control (kontrol tindak-tanduk): adalah percakapan untuk mencegah atau mengoreksi tindakan
salah atau tak diminati, terutama bila tindakan tersebut terjadi bukan karena murid tak tahu
peraturan/ prosedur. Misalnya bila guru mengatakan, “Harap berhenti bicara dan mulai lakukan
bilangan di papan tulis.” Atau saat murid membisikkan “Sst!” pada temannya yang ribut.
Kadang pembicaraan content dan procedure tergabung dengan control dalam satu ujaran. Misalnya
ketika guru bilang, “Kalau ada yang bicara, yang lain harap mendengarkan.” Ujaran ini adalah
ujaran prosedur, tapi mungkin guru mengucapkannya karena ada murid yang sibuk berbisik.
Gabungan inilah yang kadang membingungkan murid.
Kadang pesan yang dikirim berbeda dengan yang diterima. Guru mengatakan, “Babak 9 tak akan
termasuk tes, tapi baca saja untuk background.” Murid mendengar, “Babak 9, jangan dibaca.” Ini
pesan yang tak inginkan
Membabarkan dan meluaskan Menjelaskan ide baru dengan Menghindari kebingungan dan
info baru penuh dan secara komplit salah paham tentang ide atau
konsep baru
Pembelajaran kooperatif Murid bekerja dalam grup kecil Supaya bisa bekerja sama, murid
untuk menyelesaikan problem/ perlu menjelaskan ide dan
kerjaan bersama pertanyaan dengan jelas pada
sesama murid
Membuat dan mendiskusikan prosedur harian Membuat dan mendiskusikan peraturan kelas
tentang tindakan yang “baik”
Menyediakan instruksi jelas dan bimbingan Mendengarkan dengan aktif dan empatis
untuk aktifitas
Satu hal lain yang penting dalam tindak -tanduk nonverbal adalah waktu tunggu, yakni jeda antara
pernyataan dan jawaban. Saat guru bertanya, misalnya, waktu tunggu mendorong dan dipergunakan
murid untuk memikirkan jawaban. Tapi riset di ruang kelas (Good & Brophy, 2002) menunjukkan
bahwa waktu tunggu rata-rata hanyalah kurang dari satu detik. Dalam satu detik murid tak bisa
memikirkan jawaban apapun, ataupun hanya bisa memberi jawaban otomatis. Guru sebaiknya
menugggu lebih lama, misalnya dengan menghitung sampai lima dalam hati.
Tatapan mata dan waktu tunggu juga berbeda diantara etnis berbeda. Misalnya orang Barat biasanya
menatap saat mendengar, dan menoleh saat berbicara. Beberapa kultur mempunyai waktu tunggu
yang relatif lama, sedang di kultur lain orang mulai menjawab ketika pembicara belum selesai
bicara.
Saat dua orang berinteraksi, mereka secara insting mengambil jarak yang sesuai dengan keadaan,
hubungan antara mereka berdua, dan kebiasaan kultur mereka. Orang yang baru berkenalan atau
sekedar hubungan profesional biasanya berdiri pada atau lebih jauh dari jarak jabatan tangan. Bila
hubungan mereka berteman, mereka akan berdiri lebih dekat. Pada tempat sempit seperti di dalam
elevator, orang akan mencari posisi paling jauh dari orang lain, misalnya di pojok-pojok lift. Bila
tak bisa, mereka akan berdiri menyamping, bahu membahu. Orang yang berbicara pada seseorang
lainnya akan lebih dekat daripada saat berbicara pada orang banyak, misalnya pada kelas.
STRUKTUR PARTISIPASI
Banyak aktifitas yang mempunyai pola komunikasi, yang disebut struktur partisipasi. Struktur
partisipasi ini adalah gabungan hak dan kewajiban dari peserta komunikasi. Kadang hak dan
kewajiban ini secara eksplisit dinyatakan, tapi biasanya hanya tersirat saja Anggota komunikasi
bisa tahu peraturannya hanya dengan memperhatikan anggota lainnya. Misalnya, di suatu ceramah,
murid bertanggung jawab untuk mendengar, menaikkan tangan bila ingin berbicara, dan supaya
berkomentar pendek dan pada sasaran. Sang guru bisa berbicara panjang, tapi juga harus relevan
dan bisa dimengerti. Struktur-struktur yang paling umum adalah:
Ceramah
Tanya Jawab
Adi Jaya 4
Diskusi
Group Work
Ceramah merupakan struktur paling ringkas waktu. Tapi juga paling besar pertanyaannya apakah
murid benar-benar dapat pembelajaran .
Tanya jawab menaikkan interaksi dan juga minat para murid. Namun struktur ini lebih memakan
waktu, dan kadang dimonopoli oleh satu-dua murid saja.
Diskusi lebih menaikkan minat murid, dan lebih memperlancar pengertian murid pada
pembelajaran (McKeatchie &Svinciki, 2005). Dan kadang ada murid yang memonopoli grup nya,
menembak murid yang pemalu.
Group work memunkginkan murid menjelajah lebih banyak aspek lagi dari subjek. Akan tetapi
efektifitas grup berbeda-beda. Ada grup dimana ada yang memonopoli grup. Ada yang tidak ada
komunikasi sama sekali dalam grup tersebut.
A: Baik, mari kita lihat disini. Lihat kesini ya. Kita akan coba problem matematik baru, namanya
pembagian panjang. C, menurutmu apa ini?
C: pembagian dengan angka besar?
A: Ada ide lain? D?
E (bukan D): Pembagian dengan angka 2 digit
A: ... Aku hanya akan menjawab bila angkat tangan. D, bisa bantu
D: Pembagian dengan sisa
A: Hampir. Sebetulnya kalian berdua setengah benar.
A tentunya seorang guru karena ia berbicara paling banyak, dan menggunakan banyak pembicaraan
kontrol dan prosedur, dan juga karena ia yang mengenalkan topik baru, pembagian panjang.
Kita berasumsi bahwa adalah komunikasi yang lebih baik akan berakibat pada pembelajaran dan
pemikiran yang lebih baik pula.
kelas dimana murid-murid terlalu energetik. Mengganti aktifitas juga bisa mengembalikan
motifivasi murid yang bosan atau capai.
Mengevaluasi murid: Guru bisa menanyakan pertanyaan test - pertanyaan yang jawabannya sudah
diketahui murid. Guru lalu mengevaluasi kualitas jawaban murid (“Berapa 6x7?” “42” “Benar”).
Pertanyaan test tentu saja membantu guru menilai pembelajaran murid, tapi juga menandakan
bahwa gurulah yang expert di kelas, dan dengan demikian orang yang berhak mengontrol arah dan
aliran kelas.
Dengan menanyakan kedua jenis pertanyaan, guru memberikan tunjangan pada pembelajaran anak,
menciptakan zone of proximal development, sesuai dengan teori Vygotsky.
Guru: apa maksudmu belajar lebih banyak? Ini topik yang besar; bagian apa saja yang kau
pikirkan?
Satu strategi lagi adalah memperpanjang waktu tunggu antara pertanyaan guru dan saat murid
menjawab.
Ada beberapa strategi yang bisa digunakan guru untuk meningkatkan risk-taking dan problem
solving murid.
Usahakan perhatian murid diarahkan pada kepuasan intrinsik dari aktifitas tersebut
Kurangi pentingnya nilai, bilamana mungkin
Pastikan murid tahu mereka akan punya cukup waktu untuk menyelesaikan aktifitas
Guru menunjukkan bahwa mereka menghargai ide tak lazim dan solusi elegan
Komunikasi kelas bisa dibilang mempunyai tiga tujuan yang tercampur sekaligus; percakapan
content, procedural, dan behaviour control. Untuk efektif dalam komunikasi verbal, guru harus bisa
memilih strategi yang cocok dengan isi komunikasi tersebut.