penyakit mental berat yang menggunakan stimulus listrik singkat untuk menghasilkan kejang umum Penggunaan ECTsaat ini telah berkurang Melihat perkembangan ECT, terdapat banyak perbedaan yang cukup berarti antara ECT yang sekarang lazim digunakan dengan ECT pada awal penemuannya. Pada awal abad ke-16, zat – zat yang dapat menimbulkan kejang digunakan untuk mengobati kondisi kejiwaan Pada 1785, penggunaan terapi induksi kejang telah didokumentasikan di London Medical Journal Pada tahun 1934 oleh ahli saraf Hungaria Ladislas J. Meduna : terapi kejang Metrazol pada tahun 1937, Ugo Cerletti dan Lucio Bini : mengembangkan ide menggunakan listrik sebagai pengganti Metrazol dalam terapi kejang Pada awal 1940-an, dalam upaya untuk mengurangi efek samping ECT, dilakukan dua modifikasi: penggunaan penempatan elektroda sesisi (unilateral ) dan penggantian arus sinusoidal (sinusoidal current) dengan brief pulse Pada tahun 1951 psikiater mulai memodifikasi kejang, dengan memodifikasi prosedur ECT menggunakan zat anestesi dan pelemas otot Pada tahun 1978, The American Psychiatric Association: penggunaan elektroda unilateral direkomendasikan. 1985 : konsensus mengenai ECT 2001 The American Psychiatric Association : pentingnya informed consent pada terapi ECT , dan prosedur penggunaan ECT dalam terapi psikiatri saat ini. 1. Depresi : tidak berespon (resisten) atau intoleransi terhadap obat anti depresi adanya respon yang baik untuk ECT
sebelumnya adanya kebutuhan respon yang cepat dan
definitif ( misalnya karena psikosis atau risiko
bunuh diri) 2. delirium manik 3. katatonia APA 2001 menyatakan penggunaan ECT tidak membayakan bagi ibu dan janin, serta terbukti berhasil selama kehamilan ECT harus berhati – hati pada pasien epilepsi atau gangguan neurologis lainnya Kontraindikasi mutlak untuk ECT : tumor otak Tujuan ECT : menyebabkan kejang klonik terapeutik yang berlangsung selama minimal 15 detik. mekanisme yang tepat dari tindakan ECT tetap belum ditemukan Percobaan pada hewan : ada bukti penurunan koneksi sinaptik di hippocampus, suatu area di lobus temporal yang penting dalam mengendalikan mood dan memori ECS ( Elctroconvulsive shock ) telah terbukti dapat meningkatkan kadar Brain-derived neurotrophic factor (BDNF) dan Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) pada hipokampus tikus ECS Meningkatkan baik pembentukan sinaps baru dan pembentukan sel-sel otak baru (neurogenesis hippocampal) ECT memiliki efek neuroplastik yang lebih kuat dibandingkan dengan antidepresan Elektrokonvulsator : - sinusoid current - brief pulse Elektroda : - unilateral - bilateral Elektroda menyampaikan stimulus listrik. Tingkat Stimulus direkomendasikan untuk ECT adalah yang melebihi ambang kejang seseorang:. sekitar satu setengah kali ambang kejang untuk ECT bilateral dan hingga 12 kali untuk ECT unilateral Ambang kejang ditentukan oleh trial and error ("titrasi dosis"). Beberapa psikiater menggunakan titrasi dosis, beberapa masih menggunakan "dosis tetap" (yaitu, semua pasien diberi dosis yang sama) memperkirakan ambang pasien menurut usia dan jenis kelamin Nilai ambang kejang akan menjadi lebih tinggi sesudah konvulsi pertama. Pemeriksaan rontgen thorax, EKG, tes darah Puasa 6 jam sebelum tindakan Pengosongan kandung kemih dan rektum Pastikan tidak ada gigi palsu / makanan dalam mulut pasien Beri pengganjal antara rahang atas dan bawah Tempat elektroda akan ditempelkan dibersihkan dengan alkohol dipasang alat untuk memeriksa detak jantung, tekanan darah, kadar oksigen,EEG selama ECT. Pada proses ECT terjadi “kejang yang dikendalikan secara medis” yang dihasilkan dengan melewatkan arus listrik antara dua elektroda pada kulit kepala Kejang yang dikendalikan secara medis maksudnya adalah merujuk pada sejumlah modifikasi pengobatan. Sebelum pengobatan, pasien menerima anestesi short-acting secara iv sehingga pasien akan tertidur selama prosedur berlangsung. Setelah dibius, mereka diberi pelemas otot untuk mencegah kontraksi otot oksigen melalui masker wajah Setelah kejang berakhir pasien akan tidak sadar selama kira – kira 5 menit, lalu kesadaran akan muncul kembali perlahan – lahan. ECT diberikan sebagai rangkaian terapi 8 sampai 12 kali , dilakukan tiga kali seminggu, sehingga serangkaian perawatan memerlukan tiga sampai empat minggu Hal terpenting sebelum ECT : informed consent Kebingungan Nyeri kepala Amnesia anterograde Amnesia retrograde Kerusakan jaringan otak ?? Komplikasi ?? Dahulu : - Menyakitkan, ketidaksadaran, kerancuan pikiran,
hilangnya ingatan, cacat fisik
- Tanpa informed consent dari pasien
- Menggunakan elektrokonvulsator arus sinusoid
- Prosedur ECT tanpa modifikasi
- Angka kematian tinggi ( 1 : 1000 )
- Dilakukan pada pasien skizofrenia, mania, dan
depresi - Dilakukan hanya pada pasien rawat inap Saat ini : - Efek samping lebih minimal
- Wajib mendapatkan informed consent dari pasien
- Menggunakan elektrokonvulsator brief pulse
- Prosedur ECT yang dimodifikasi
- Angka kematian semakin menurun ( 4,5 : 100.000)
- Tidak lagi menjadi pilihan terapi pada pasien
skizofrenia dan mania
- Dapat dilakukan pada pasien rawat jalan ECT = kontroversi ECT telah terbukti efektif untuk pasien dengan depresi berat Mekanisme perbaikan klinis akibat ECT masih belum jelas perubahan proses elektrokimia otak Terdapat beberapa perbedaan ECT pada masa dahulu dan saat ini, yang semuanya mengarah ke arah terapi ECT yang lebih baik dan optimal Perlu penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme, indikasi, dan perlu suatu prosedur tetap mengenai terapi ECT Maramis WF; Psikoterapi, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa ed. 7, Airlangga University, 1998 : hal 475 – 481 http://www.news-medical.net/health/Electroconvulsive- Therapy-What-is-Electroconvulsive-Therapy.aspx http://www.uihealthcare.com/topics/medicaldepartments/psyc hiatry/electroconvulsivetherapy/index.html http://en.wikipedia.org/wiki/Electroconvulsive_therapy http://www.ncbi.nlm.nih.gov/bookshelf/br.fcgi? book=hsnihcdc&part=A1409 http://www.psycom.net/depression.central.ect.html http://www.essortment.com/all/whatiselectroc_riek.htm