Anda di halaman 1dari 25

Konsep dasar keperawatan I

bawah judul
Konsep dasar keperawatan I: "KONSEP DASAR KEPERAWATAN
PERKEMBANGAN, KONSEP DAN TREN KEPERAWATAN

Disampaikan oleh : Dafid Arifiyanto.

Keperawatan sebagai bagian intergral dari pelayanan kesehatan, ikut menentukan menentukan
mutu dari pelayanan kesehatan. Tenaga keperawatan secara keseluruhan jumlahnya
mendominasi tenaga kesehatan yang ada, dimana keperawatan memberikan konstribusi yang
unik terhadap bentuk pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang relatif, berkelanjutan,
koordinatif dan advokatif. Keperawatan sebagai suatu profesi menekankan kepada bentuk
pelayanan professional yang sesuai dengan standart dengan memperhatikan kaidah etik dan
moral sehingga pelayanan yang diberikan dapat diterima oleh masyarakat dengan baik.
A. Sejarah Keperawatan
Keperawatan sebagai suatu pekerjaan sudah ada sejak manusia ada di bumi ini, keperawatan
terus berkembang sesuai dengan kemajuan peradaban teknologi dan kebudayaan. Konsep
keperawatan dari abad ke abad terus berkembang, berikut adalah perkembangan keperawatan di
dunia :
1. Mother Instink
Pekerjaan keperawatan sudah ada sejak manusia diciptakan, keperawatan ada sebagai suatu
naluri (instink). Setiap manusia pada tahap ini menggunakan akal pikirannya untuk menjaga
kesehatan, menggurangi stimulus kurang menyengkan, merawat anak, menyusui anak dan
perilaku masih banyak perilaku lainnya.
2. Animisme
Manusia pada tahap ini memiliki keyakinan bahwa keadaan sakit adalah disebabkan oleh
arwah/roh halus yang ada pada manusia yang telah meninggal atau pada manusia yang hidup
atau pada alam ( batu besar, pohon, gunung, sungai, api, dll). Untuk mengupayakan
penyembuhan atau perawatan bagi manusia yang sakit maka roh jahat harus di usir, para dukun
mengupayakan proses penyembuhan dengan berusaha mencari pengetahuan tentang roh dari
sesuatu yang mempengaruhi kesehatan orang yang sakit. Setelah dirasa mendapatkan
kemampuan, para dukun berupaya mengusir roh dengan menggunakan mantra-mantra atau obat-
obatan yang berasal dari alam.
3. Keperawatan penyakit akibat kemarahan para dewa
Pada tahap ini manusia sudah memiliki kepercayaan tentang adanya dewa-dewa, manusia yang
sakit disebabkan oleh kemarahan dewa. Untuk membantu penyembuhan orang yang sakit
dilakukan pemujaan kepada para dewa di tempat pemujaan (kuil), dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kuil adalah tempat pelayanan kesehatan.
4. Ketabiban
Mulai berkembang kemungkinan sejak ± 14 abad SM, pada masa ini telah dikenal teknik
pembidaian, hygiene umum, anatomi manusia.
5. Diakones dan Philantrop
Berkembang sejak ± 400 SM, para diakones memberikan pelayanan perawatan yang diberikan
dari rumah ke rumah, tugas mereka adalah membantu pendeta memberikan pelayanan kepada
masyarakat dan pada masa ini merupakan cikal bakal berkembangnya ilmu keperawatan
kesehatan masyarakat. Philantop adalah kelompok yang mengasingkan diri dari keramaian dunia,
dimana mereka merupakan tenaga inti yang memberikan pelayanan di pusat pelayanan kesehatan
(RS) pada masa itu.
6. Perkembangan ilmu kedokteran Islam
Pada tahun 632 Masehi, Agama Islam melalui Nabi Muhamad SAW dan para pengikutnya
menyebarkan agama Islam keseluruh pelosok dunia. Selain menyebarkan ajaran agama beliau
juga menyebarkan ilmu pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan pengobatan terhadap
penyakit (kedokteran).
7. Perawat terdidik ( 600 – 1583 )
Pada masa ini pendidikan keperawatan mulai muncul, dimana program itu menghasilkan
perawat-perawat terdidik. Pendidikan keperawatan diawali di Hotel Dien dan Lion Prancis yang
kemudian berkembang menjadi rumah sakit terbesar disana. Pada awalnya perawat terdidik
diseleksi dari para pengikut agama dimana tenaga mereka diperbantukan dalam kegiatan
perawatan paska terjadinya perang salib. Tokoh perawat yang terkenal pada saat (1182 – 1226)
itu adalah St Fransiscas dari Asisi Italia.
8. Perawat Profesional (abad 18 – 19)
Perkembangan ilmu pengetahuan semakin pesat sejak abad ini termasuk ilmu kedokteran dan
keperawatan. Florence Nightingale (1820-1910) adalah tokoh yang berjasa dalam pengembangan
ilmu keperawatan, beliau mendirikan sekolah keperawatan moderen pada tahun 1960 di RS St.
Thomas di London.

Melihat perkembangan keperawatan di dunia dengan kemajuannya dari tahap yang paling klasik
sampai dengan terciptanya tenaga keperawatan yang professional dan diakui oleh dunia
internasional tentu dapat dijadikan cerminan bagi perkembangan keperawatan di Indonesia.
Mengikuti perkembangan keperawatan di dunia, keperawatan di Indonesia juga terus
berkembang, adapun perkembangannya adalah sebagai berikut :
1. Seperti halnya perkembangan keperawatan di dunia, di Indonesia pada awalnya pelayanan
perawatan masih didasarkan pada naluri, kemudian berkembang menjadi aliran animisme, dan
orang bijak beragama.
2. Penjaga orang sakit (POS/zieken oppasser)
Sejak masuknya Vereenigge oost Indische Compagine di Indonesia mulai didirikan rumah sakit,
Binnen Hospital adalah RS pertama yang didirikan tahun 1799, tenaga kesehatan yang melayani
adalah para dokter bedah, tenaga perawat diambil dari putra pertiwi. Pekerjaan perawat pada saat
itu bukan pekerjaan dermawan atau intelektual, melainkan pekerjaan yang hanya pantas
dilakukan oleh prajurit yang bertugas pada kompeni. Tugas perawat pada saat itu adalah
memasak dan membersihkan bagsal (domestik work), mengontol pasien, menjaga pasien agar
tidak lari/pasien gangguan kejiwaan.
3. Model keperawatan Vokasional (abad 19)
Berkembangnya pendidikan keperawatan non formal, pendidikan diberikan melalui pelatihan-
pelatihan model vokasional dan dipadukan dengan latihan kerja.
4. Model keperawatan kuratif (1920)
Pelayanan pengobatan menyeluruh bagi masyarakat dilakukan oleh perawat seperti
imunisasi/vaksinasi, dan pengobatan penyakit seksual.
5. Keperawatan semi profesional
Tuntutan kebutuhan akan pelayanan kesehatan (keperawatan) yang bermutu oleh masyarakat,
menjadikan tenaga keperawatan dipacu untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
dibidang keperawatan. Pendidikan-pendidikan dasar keperawatan dengan sistem magang selama
4 tahun bagi lulusan sekolah dasar mulai bermunculan.
6. Keperawatan preventif
Pemerintahan belana menganggap perlunya hygiene dan sanitasi serta penyuluhan dalam upaya
pencegahan dan pengendalian wabah, pemerintah juga menyadari bahwa tindakan kuratif hanya
berdampak minimal bagi masyarakat dan hanya ditujukan bagi mereka yang sakit. Pada tahun
1937 didirikan sekolah mantri higene di Purwokerto, pendidikan ini terfokus pada pelayanan
kesehatan lingkungan dan bukan merupakan pengobatan.
7. Menuju keperawatan profesional
sejak Indonesia merdeka (1945) perkembangan keperawatan mulai nyata dengan berdirinya
sekolah pengatur rawat (SPR) dan sekolah bidan di RS besar yang bertujuan untuk menunjang
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pendidikan itu diberuntukan bagi mereka lulusan SLTP
ditambah pendidikan selama 3 tahun, disamping itu juga didirikan sekolah bagi guru perawat dan
bidan untuk menjadi guru di SPR. Perkembangan keperawatan semakin nyata dengan
didirikannya organisasi Persatuan Perawat Nasional Indonesia tahun 1974.
8. Keperawatan profesional
Melalui lokakarya nasional keprawatan dengan kerjasama antara Depdikbud RI, Depkes RI dan
DPP PPNI, ditetapkan definisi, tugas, fungsi dan kompetensi tenaga perawat professional di
Indonesia. Diilhami dari hasil lokakarya itu maka didirikanlah akademi keperawatan, kemudian
disusul pendirian PSIK FK-UI (1985) dan kemudian didirikan pula program paska sarjana
(1999).

B. Pengertian Keperawatan
Pada lokakarya nasional 1983 telah disepakati pengertian keperawatan sebagai berikut,
keperawatan adalah pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual
yang komprehensif yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit
maupun sehat yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia.
Florence Nightingale (1895) mendefinisikan keperawatan sebagai berikut, keperawatan adalah
menempatkan pasien alam kondisi paling baik bagi alam dan isinya untuk bertindak.
Calilista Roy (1976) mendefinisikan keperawatan merupakan definisi ilmiah yang berorientasi
kepada praktik keperawatan yang memiliki sekumpulan pengetahuan untuk memberikan
pelayanan kepada klien.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keperawatan adalah upaya pemberian
pelayanan/asuhan yang bersifat humanistic dan professional, holistic berdasarkan ilmu dan kiat,
standart pelayanan dengan berpegang teguh kepada kode etik yang melandasi perawat
professional secara mandiri atau memalui upaya kolaborasi.

C. Definisi Perawat
Definisi perawat menurut UU RI. No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, perawat adalah mereka
yang memiliki kemampuan dan kewenangan melakukan tindakan keperawatan berdasarkan ilmu
yang dimiliki diperoleh melalui pendidikan keperawatan.
Tyalor C Lillis C Lemone (1989) mendefinisikan perawat adalah seseorang yang berperan dalam
merawat atau memelihara, membantu dengan melindungi seseorang karena sakit, luka dan proses
penuaan.
Definisi perawat menurut ICN (international council of nursing) tahun 1965, perawat adalah
seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan keperawatan yang memenuhi syarat serta
berwenang di negeri bersangkutan untuk memberikan pelayanan keperawatan yan bertanggung
jawab untuk meningkatkan kesehatan, pencegahan penyakit dan pelayanan penderita sakit.

D. Tren Keperawatan
Setelah tahun 2000, dunia khususnya bangsa Indonesia memasuki era globalisasi, pada tahun
2003 era dimulainya pasar bebas ASEAN dimana banyak tenaga professional keluar dan masuk
ke dalam negeri. Pada masa itu mulai terjadi suatu masa transisi/pergeseran pola kehidupan
masyarakat dimana pola kehidupan masyarakat tradisional berubah menjadi masyarakat yang
maju. Keadaan itu menyebabkan berbagai macam dampak pada aspek kehidupan masyarakat
khususnya aspek kesehatan baik yang berupa masalah urbanisaasi, pencemaran, kecelakaan,
disamping meningkatnya angka kejadian penyakit klasik yang berhubungan dengan infeksi,
kurang gizi, dan kurangnya pemukiman sehat bagi penduduk. Pergeseran pola nilai dalam
keluarga dan umur harapan hidup yang meningkat juga menimbulkan masalah kesehatan yang
berkaitan dengan kelompok lanjut usia serta penyakit degeneratif.
Pada masyarakat yang menuju ke arah moderen, terjadi peningkatan kesempatan untuk
meningkatkan pendidikan yang lebih tinggi, peningkatan pendapatan dan meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap hukum dan menjadikan masyarakat lebih kritis. Kondisi itu
berpengaruh kepada pelayanan kesehatan dimana masyarakat yang kritis menghendaki
pelayanan yang bermutu dan diberikan oleh tenaga yang profesional. Keadaan ini memberikan
implikasi bahwa tenaga kesehatan khususnya keperawatan dapat memenuhi standart global
internasional dalam memberikan pelayanan kesehatan/keperawatan, memiliki kemampuan
professional, kemampuan intelektual dan teknik serta peka terhadap aspek social budaya,
memiliki wawasan yang luas dan menguasi perkembangan Iptek.
Namun demikian upaya untuk mewujudkan perawat yang professional di Indonesia masih belum
menggembirakan, banyak factor yang dapat menyebabkan masih rendahnya peran perawat
professional, diantaranya :
1. Keterlambatan pengakuan body of knowledge profesi keperawatan. Tahun 1985 pendidikan
S1 keperawatan pertama kali dibuka di UI, sedangkan di negara barat pada tahun 1869.
2. Keterlambatan pengembangan pendidikan perawat professional.
3. Keterlambatan system pelayanan keperawatan., ( standart, bentuk praktik keperawatan,
lisensi )

Menyadari peran profesi keperawatan yang masih rendah dalam dunia kesehatan akan
berdampak negatif terhadap mutu pelayanan kesehatan bagi tercapainya tujuan kesehatan “ sehat
untuk semua pada tahun 2010 “, maka solusi yang harus ditempuh adalah :
1. Pengembangan pendidikan keperawatan.
Sistem pendidikan tinggi keperawatan sangat penting dalam pengembangan perawatan
professional, pengembangan teknologi keperawatan, pembinaan profesi dan pendidikan
keperawatan berkelanjutan. Akademi Keperawatan merupakan pendidikan keperawatan yang
menghasilkan tenaga perawatan professional dibidang keperawatan. Sampai saat ini jenjang ini
masih terus ditata dalam hal SDM pengajar, lahan praktik dan sarana serta prasarana penunjang
pendidikan.
2. Memantapkan system pelayanan perawatan professional
Depertemen Kesehatan RI sampai saat ini sedang menyusun registrasi, lisensi dan sertifikasi
praktik keperawatan. Selain itu semua penerapan model praktik keperawatan professional dalam
memberikan asuhan keperawatan harus segera di lakukan untuk menjamin kepuasan
konsumen/klien.
3. Penyempurnaan organisasi keperawatan
Organisasi profesi keperawatan memerlukan suatu perubahan cepat dan dinamis serta
kemampuan mengakomodasi setiap kepentingan individu menjadi kepentingan organisasi dan
mengintegrasikannya menjadi serangkaian kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya.
Restrukturisasi organisasi keperawatan merupakan pilihan tepat guna menciptakan suatu
organisasi profesi yang mandiri dan mampu menghidupi anggotanya melalui upaya jaminan
kualitas kinerja dan harapan akan masa depan yang lebih baik serta meningkat.

Komitmen perawat guna memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu baik secara mandiri
ataupun melalui jalan kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain sangat penting dalam terwujudnya
pelayanan keperawatan professional. Nilai professional yang melandasi praktik keperawatan
dapat di kelompokkan dalam :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik
keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap
masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
selalu mengupayakan keputusan dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak
merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan
sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan
keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati
janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan
spiritual klien.
3. Otonomi, kendali dan tanggung gugat
Otonomi merupakan kebebasan dan kewenangan untuk melakukan tindakan secara mandiri. Hak
otonomi merujuk kepada pengendalian kehidupan diri sendiri yang berarti bahwa perawat
memiliki kendali terhadap fungsi mereka. Otonomi melibatkan kemandirian, kesedian
mengambil resiko dan tanggung jawab serta tanggung gugat terhadap tindakannya
sendiribegitupula sebagai pengatur dan penentu diri sendiri.
Kendali mempunyai implikasi pengaturan atau pengarahan terhadap sesuatu atau seseorang. Bagi
profesi keperawatan, harus ada kewenangan untuk mengendalikan praktik, menetapkan peran,
fungsi dan tanggung jawab anggota profesi.
Tanggung gugat berarti perawat bertanggung jawab terhadap setiap tindakan yang dilakukannya
terhadap klien.

PARADIGMA KEPERAWATAN

Oleh : Dafid Arifiyanto

A. Pengertian
( Kohu, 1997 )
Paradigma adalah suatu pandangan global yang dianut oleh mayoritas anggota suatu kelompok
ilmiah.
Paradigma keperawatan Islam adalah cara pandang, persepsi, keyakinan, nilai-nilai dan konsep-
konsep dalam menyelenggarakan profesi kperawatan yang melaksanakan sepenuhnya ajaran
Islam.

B. Unsur Paradigma Keperawatan


Secara umum paradigma keperawatan terdiri dari 4 (empat) komponen dasar yaitu :
1. Manusia dan kemanusiaan (klien)
Manusia tersusun atas jasad (fisik) dan jiwa (roh), namun demikian sebenarnya manusia adalah
makhluk yang diciptakan sempurna dan utuh meliputi bio-psiko sosio dan spiritual. Komponen
fisik adalah komponen yang mempunyai wujud dan membutuhkan sesuatu untuk kelangsungan
hidup seperti bernapas, minum, makan, melihat, mendengar dan lain sebagainya. Komponen roh
merupakan komponen yang tak berujud dan kita wajib meyakini keberadaannya.
2. Lingkungan
Lingkungan terdiri dari dua bagian yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal.
a. Lingkungan internal
· Genetika adalah lingkungan dalam diri manusia yang mempengaruhi unsure-unsur sifat dan
struktur fungsi tubuh.
· Struktur dan fungsi tubuh merupakan komponen yang membentuk manusia, meliputi, system
tulang, integumen, cardiovaskuler, respirasi, urinaria, eliminasi, gastrointestinal, persyarafan,
endokrin dan system tubuh lainnya.
· Psikologis merupakan usnsur internal yang terdapat dalam diri manusia, yang memberikan
warna tersendiri pada saat manusia berperilaku.
· Spiritual merupakan unsure hakiki sebagai modal dasar dalam menjalankan kehidupan.
b. Lingkungan eksternal
Lingkungan eksternal adalah lingkungan diluar manusia yang dapat mempengaruhi kesehatan
manusia secara langsung ataupun tidak langsung, begitu juga dengan pelaksanaan profesi
keperawatan. Komponen yang terdapat dalam lingkungan eksternal adalah :
· Lingkungan biologis ( mahluk hidup ), yang berada dilingkungan manusia itu yang dapat
mempengaruhi kesehatan baik sebagai reservoir atau agent.
· Lingkungan fisik, lingkungan selain makhluk hidup yang ada disekitar manusia yang dapat
mempengaruhi manusia. Contoh : angin, air, udara, gunung, tanah, batu api dan benda-benda
mati lainnya.
· Lingkungan social adalah lingkungan yang memungkinkan terjadinya interaksi antar sesama
manusia sehinga terbentuk tatanan kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Dari interaksi itu
akan tertanam perilaku, nilai-nilai/norma yang akan dianut oleh manusia dalam lingkungannya.
· Lingkungan spiritual, adalah lingkungan yang dapat mendorong manusia untuk berperilaku
seperti kaidah-kaidah yang diyakini dalam ajarannya. ( Al Quran, Injil, Zabur, Taurat, dan …… )
3. Kesehatan
· Kesehatan adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri, dipelihara, dilindungi dan ditingkatkan.
· Kesehatan adalah hak azasi dan sekaligus investasi serta modal utama untuk berkarya dan
beraktifitas secara produktif.
· Kesehatan adalah tujuan hidup manusia dan keperawatan.
4. Keperawatan
Pelayanan professional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan berdasarkan
ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio psiko sosio spiritual yang komprehensif
yang ditujukan kepada individu, kelompok dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia.

C. Konsep Paradigma
Terdapat berbagai macam teori yang menggambarkan/menjelaskan komponen-komponen yang
terdapat dalam paradigma keperawatan, perbedaan itu terlatak pada penekanan pada salah satu
komponen dari paradigma keperawatan.
Klien
Keperawatan Kesehatan
Lingkungan
Florence Nightingale (1859)

Klien
Keperawatan Kesehatan
Lingkungan
Pada awal tahun 1950 teori paradigma keperawatan berubah dimana dimana penekanan yang
pada awalnya pada factor lingkungan beralih pada sifat dan hubungan perawat-klien. Penganut
pandangan ini adalah :
1. Peplan (1952), memperkenalkan teori interpersonal sebagai dasar perawat dalam menganalisa
proses interaksi dalam berhubungan dengan klien.
2. Orlande (1961), menggunakan teori komunikasi dalam menjelaskan “ A DELIBRATE
NURSING APPROACH “
3. Johmson (1961), equilibrium atau stabilitas sebagai tujuan asuhan keperawatan.
4. Roy (1970), peran perawat dalam membantu pasien dalam mengembangkan adaptasi.
5. Rogers (1970), konsep manusia yang unik, manusia dan lingkungan takdapat dipisahkan,
saling mempengaruhi dan bekerjasama dalam proses perubahan.
6. King (1971), Proses transaksi yang kompleks perawat-klien.
7. Orem (1971), meningkatkan kemandirian pasien untuk merawat dirinya sendiri.

Klien

Keperawatan Kesehatan

Lingkungan

Komponen paradigma keperawatan modern

Klien ( manusia )

Keperawatan Kesehatan

Lingkungan

KEPERAWATAN SEBAGAI PROFESI


Oleh : Dafid Arifiyanto

A. Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk
kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang
lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan
professional.
Menurut Webster profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan
menyangkut ketrampilan intelaktual.
Kelly dan Joel, 1995 menjelaskan professional sebagai suatu karakter, spirit atau metode
professional yang mencakup pendidikan dan kegiatan diberbagai kelompok okupasi yang
angotanya berkeinginan menjadi professional. Professional merupakan suatu proses yang
dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.

B. Karakteristik Profesi
1. Gary dan Pratt (1991), Kiozer Erb dan Wilkinson (1995) mengemukakan karakteristik
professional sebagai berikut :
a. Konsep misi yang terbuka terhadap perubahan
b. Penguasaan dan penggunaan pengetahuan teoritis
c. Kemampuan menyelesaikan masalah
d. Pengembangan diri secara berkesinambungan
e. Pendidikan formal
f. System pengesahan terhadap kompetensi
g. Penguatan secara legal terhadap standart professional
h. Praktik berdasarkan etik
i. Hukum terhadap malpraktik
j. Penerimaan dan pelayanan pada masyarakat
k. Perbedaan peran antara pekerja professional dengan pekerjaan lain dan membolehkan praktik
yang otonom.

2. Menurut Lindberg, Hunter dan Kruszewski (1993), Leddy dan Pepper (1993) serta Berger dan
Williams (1992), keperawatan sebagai suatu profesi memiliki karakteristik sebagai berikut :
a. Kelompok pengetahuan yang melandasi keterampilan untuk menyelesaikan masalah dalam
tatanan praktik keperawatan.
Pada awalnya praktik keperawatan dilandasi oleh ketrampilan yang bersifat intuitif. Sebagai
suatu disiplin, sekarang keperawatan disebut sebagai suatu ilmu dimana keperawatan banyak
sekali menerapkan ilmu-ilmu dasar seperti ilmu perilaku, social, fisika, biomedik dan lain-lain.
Selain itu keperawatan juga mempelajari pengetahuan inti yang menunjang praktik keperawatan
yaitu fungsi tubuh manusia yang berkaitan dengan sehat dan sakit serta pokok bahasan
pemberian asuhan keperawatan secara langsung kepada klien.
b. Kemampuan memberikan pelayanan yang unik kepada masyarakat.
Fungsi unik perawat adalah memberikan bantuan kepada sesorang dalam melakukan kegiatan
untuk menunjang kesehatan dan penyembuhan serta membantu kemandirian klien.
c. Pendidikan yang mmenuhi standart dan diselenggarakan di perguruan tinggi atau universitas.
Beralihnya pendidikan keperawatan kepada institusi pendidikan tinggi memberikan kesempatan
kepada perawat untuk mendapatkan pengetahuan dan ketrampilan intelektual, interpersonal dan
tehnikal yang memungkinkan mereka menjalankan peran dengan lebih terpadu dalam pelayanan
kesehatan yang menyeluruh dan berkesinambungan. Disampingg itu perawat dituntut untuk
mengembangkan Iptek keperawatan.
d. Pengendalian terhadap standart praktik.
Standart adalah pernyatan atau criteria tentang kualitas praktik. Standart praktik keperawatan
menekankan kpada tangung jawab dan tangung gugat perawat untuk memenuhi standart yang
telah ditetapkan yang bertujuan menlindungi masyarakat maupun perawat. Perawat bekerja tidak
dibawah pengawasan dan pengendalian profesi lain.
e. Bertanggung jawab dan bertanggung gugat terhadap tindakan yang dilakukan.
Tangung gugat accountable berarti perawat bertanggung jawab pelayanan yang diberikan kepada
klien. Tanggung gugat mengandung aspek legal terhadap kelompok sejawat, atasan dan
konsumen. Konsep tangung gugat mempunyai dua implikasi yaitu bertanggung jawab terhadap
konsekuensi dari tindakan yang dilakukan dan juga menerima tanggung jawab dengan tidak
melakukan tindakan pada situasi tertentu.
f. Karir seumur hidup
Dibedakan dengan tugas/job yang merupakan bagian dari pekerjaan rutin. Perawat bekerja
sebagai tenaga penuh yang dibekali dengan pendidikan dan ketrampilan yang menjadi pilihannya
sendiri sepanjang hayat.
g. Fungsi mandiri
Perawat memiliki kewenangan penuh melakukan asuhan keperawatan walaupun kegiatran
kolaborasi dengan profesilain kadang kala dilakukan dimana itu semua didasarkan kepada
kebutuhan klien bukan sebagai ekstensi intervensi profesi lain.

C. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan


Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang diperkirakan
baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu adalah
dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik
sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik
menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara
pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI
melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut prawat
bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan
pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah
bagi mereka yang berlatar belakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini
menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional pemula, dikembangkan dengan
landasan keilmuan yang cukup dan landasan professional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat keprofesionalitasan tidak
cukup sampai di tingkat diplima saja, di ilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk terus
mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan
pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan
pendekatan antara lain :
1. Mengembangkan system seleksi kepengurusan melalui pnetapan criteria dari berbagai aspek
kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi organisasi, dedikasi serta
keseterdiaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2. Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan organisasi
dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah rogram pendidikan
berkelanjutan bagi para anggotanya.
3. Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh penghargaan
yang sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
4. Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan dapat
berbicara banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di pemerintahan atau
sector swasta.
5. Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar negeri, bukan
anya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikut sertakan pengurus daerah yang berpotensi
untuk dikembangkan.

D. Pohon Ilmu ( Body of Knowledge )


Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan keperawatan
sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu dan profesi
keperawatan, yang harus memiliki landasan akademik dan landasan professional yang kokoh dan
mantap.
Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu keperawatan
seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu kesehatan (1991) yaitu : “ Ilmu keperawatan
mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu biomedik, ilmu
kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas dan ilmu
keperawatan klinik, yang apluikasinya menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian
masalah secara ilmiah, ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan
meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia “.
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak
terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang
melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar
tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan
tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari tingkat
individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang
juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional
sampai sub seluler atau molekuler.

E. Cerminan Perawat Profesional


Cerminan nilai professional perawat dalam praktik keperawatan dikelompokkan dalam nilai
intelektual dan nilai komitmen moral interpersonal, sebagai berikut :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik
keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap
masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
Perawat selalu mengupayakan keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang
terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan
sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan
keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati
janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan
spiritual klien.

KONSEP SEHAT - SAKIT


Oleh : Dafid Arifiyanto

Konsep Sehat
A. Pengertian
1. Sehat menurut WHO 1974
Kesehatan adalah keadaan sempurna baik fisik, mental, social bukan hanya bebas dari penyakit,
cacat dan kelemahan.
2. UU N0. 23/1992 tentang kesehatan
kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari badan (jasmani), jiwa (rohani) dan social yang
memungkinkan setiap orang hidup produktif secara social dan ekonomis.
3. Pepkin’s
Sehat adalah suatu keadaan keseimbangan yang dinamis antara bentuk tubuh dan fungsi yang
dapat mengadakan penyesuaian, sehingga dapat mengatasi gangguan dari luar.
4. Kesehatan mental menurut UU No.3/1961 adalah suatu kondisi yang memungkinkan
perkembangan fisik, intelektual, emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu
berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
5. Kesehatan social adalah suatu kemampuan untuk hidup bersama dengan masyarakat
dilingkungannya.
6. Kesehatan fisik adalah suatu keadaan dimana bentuk fisik dan fungsinya tidak ada ganguan
sehingga memungkinkan perkembangan psikologis, dan social serta dapat melaksanakan
kegiatan sehari-hari dengan optimal.

Sesuai dengan pengertian sehat di atas dapat di simpulkan bahwa kesehatan terdiri dari 3 dimensi
yaitu fisik, psikis dan social yang dapat diartikan secara lebih positif, dengan kata lain bahwa
seseorang diberi kesempatan untuk mengembangkan seluas-luasnya kemampuan yang
dibawanya sejak lahir untuk mendapatkan atau mengartikan sehat.
Meskipun terdapat banyak pengertian/definisi, konsep sehat adalah tidak standart atau baku serta
tidak dapat diterima secara mutlak dan umum. Apa yang dianggap normal oleh seseorang masih
mungkin dinilai abnormal oleh orang lain, masing-masing orang/kelompok/masyarakat memiliki
patokan tersendiri dalam mengartikan sehat. Banyak orang hidup sehat walau status ekonominya
kekurangan, tinggal ditempat yang kumuh dan bising, mereka tidak mengeluh adanya gangguan
walau setelah ditimbang berat badanya dibawah normal. Penjelasan ini menunjukan bahwa
konsep sehat bersifat relatif yang bervariasi sangat luas antara sesama orang walau dalam satu
ruang/wilayah.
Sehat tidak dapat diartikan sesuatu yang statis, menetap pada kondisi tertentu, tetapi sehat harus
dipandang sesuatu fenomena yang dinamis. Kesehatan sebagai suatu spectrum merupakan suatu
kondisi yang fleksibel antara badan dan mental yang dibedakan dalam rentang yang selalu
berfluktuasi atau berayun mendekati dan menjauhi puncak kebahagiaan hidup dari keadaan sehat
yang sempurna.
Sehat sebagai suatu spectrum, Pepkins mendefinisikan sehat sebagai keadaan keseimbangan
yang dinamis dari badan dan fungsi-fungsinya sebagai hasil penyesuaian yang dinamis terhadap
kekuatan-kekuatan yang cenderung menggangunya. Badan seseorang bekerja secara aktif untuk
mempertahankan diri agar tetap sehat sehingga kesehatan selalu harus dipertahankan. Berikut
adalah tahap-tahap spectrum kesehatan :

Positive Health
Better Health
Freedom from Sickness
Spektrum
Kesehatan
Unrecognized Sickness
Mild Sickness
Severe Sickness
Death

Konsep Sakit
A. Pengertian
1. Perkins mendefinisikan sakit sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan yang menimpa
seseorang sehingga seseorang menimbulkan gangguan aktivtas sehari-hari baik aktivitas jasmani,
rohani dan social
2. R. Susan mendefinisikan sakit adalah tidak adanya keserasian antara lingkungan dan individu.
3. Oxford English Dictionary mengartikan sakit sebagai suatu keadaan dari badan atau sebagian
dari organ badan dimana fungsinya terganggu atau menyimpang.

Keadaan sehat – Sakit


A. Kontinum Sehat - sakit
Status kesehatan seseorang terletak antara dua kutub yaitu “ sehat optimal dan “ kematian “, yang
sifatnya dinamis. Bila kesehatan seseorang bergerak kekutub kematian maka seseorang berada
pada area sakit (illness area) dan bila status kesehatan bergerak kearah sehat (optimal well being)
maka seseorang dalam area sehat (wellness area).

Kematian Sehat
Illness area Wellness area

B. Mempertahankan status kesehatan


1. Sesuai dengan sifat sehat-sakit yang dinamis, maka keadaan seseorang dapat dibagi menjadi
sehat optimal, sedikit sehat, sedikit sakit, sakit berat dan meninggal.
2. Bila seseorang dalam area sehat maka perlu diupayakan pencegahan primer (primary
prevention) yang meliputi health promotion dan spesific protection guna mencegah terjadinya
sakit.
3. Bila seseorang dalam area sakit perlu diupayakan pencegahan sekunder dan tersier yaitu early
diagnosisand promt treatment, disability limitation dan rehabilitation.

C. Factor yang berpengaruh terhadap perunbahan sehat sakit


A. Blum, mengemukakan terdapat 6 faktor yang mempengaruhi status sehat-sakit, yaitu :
1. Faktor politik meliputi keamanan, tekanan, tindasan dll.
2. Faktor perilaku manusia meliputi kebutuhan manusia, kebiasaan manusia, adat istiadat.
3. Faktor keturunan meliputi genetic, kecacatan, etnis, fator resiko, ras dll.
4. Factor pelayanan kesehatan meliputi upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.
5. Faktor lingkungan meliputi udara, air, sungai dll.
6. Factor social ekonomi meliputi pendidikan, pekerjaan dll.

D. Tingkat Pencegahan
Dalam perkembangan selanjutnya untuk mengatasi masalah kesehatan termasuk penyakit di
kenal tiga tahap pencegahan:
Pencegahan primer: promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific
protection).
Pencegahan sekunder: diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt
treatment), pembatasan cacat (disability limitation)
Pencegahan tersier: rehabilitasi.
1. Pencegahan primer dilakukan pada masa individu belum menderita sakit, upaya yang
dilakukan ialah:
a. Promosi kesehatan/health promotion yang ditujukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh
terhadap masalah kesehatan.
b. Perlindungan khusus (specific protection): upaya spesifik untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit tertentu, misalnya melakukan imunisasi, peningkatan ketrampilan remaja
untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik dan untuk menanggulangi stress dan lain-lain.
2. Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit
a. Diagnosa dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment), tujuan utama
dari tindakan ini ialah 1) mencegah penyebaran penyakit bila penyakit ini merupakan penyakit
menular, dan 2) untuk mengobati dan menghentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit
dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat.
b. Pembatasan cacat (disability limitation) pada tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama
untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan terjadinya cacat yang
lebih buruk lagi.
3. Pencegahan tersier
a. Rehabilitasi, pada proses ini diusahakan agar cacat yang di derita tidak menjadi hambatan
sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.
Adapun skema dari ketiga upaya pencegahan itu dapat di lihat pada gambar dua. Pada gambar
dua proses perjalanan penyakit dibedakan atas a) fase sebelum orang sakit: yang ditandai dengan
adanya keseimbangan antara agen (kuman penyakit, bahan berbahaya), host/tubuh orang dan
lingkungan dan b) fase orang mulai sakit: yang akhirnya sembuh atau mati.
Gambar dua: Tingkat pencegahan penyakit (sumber: Leavel and clark, 1958)
Promosi kesehatan dilakukan melalui intervensi pada host/tubuh orang misalnya makan makanan
bergizi seimbang, berperilaku sehat, meningkatkan kualitas lingkungan untuk mencegah
terjadinya penyakit misalnya menghilangkan tempat berkembang biaknya kuman penyakit,
mengurangi dan mencegah polusi udara, menghilangkan tempat berkembang biaknya vektor
penyakit misalnya genangan air yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes, atau
terhadap agent penyakit seperti misalnya dengan memberikan antibiotika untuk membunuh
kuman.
Perlindungan khusus dilakukan melalui tindakan tertentu misalnya imunisasi atau proteksi pada
bahan industri berbahaya dan bising . Melakukan kegiatan kumur-kumur dengan larutan flour
untuk mencegah terjadinya karies pada gigi. Sedangkan terhadap kuman penyakit misalnya
mencuci tangan dengan larutan antiseptik sebelum operasi untuk mencegah infeksi, mencuci
tangan dengan sabun sebelum makan untuk mencegah penyakit diare.
Diagnosa dini dilakukan melalui proses skrining seperti misalnya skrining kanker payudara,
kanker rahim, adanya penyakit-penyakit tertentu pada masa kehamilan, sehingga pengobatan
dapat dilakukan saat dini dan akibat buruknya dapat dicegah.
Kadang-kadang batas dari ketiga tahap pencegahan itu tidak jelas sehingga ada kegiatan yang
tumpang tindih dapat digolongkan pada perlindungan khusus akan tetapi juga dapat digolongkan
pada diagnosa dini dan pengobatan segera misalnya pengobatan lesi prekanker pada rahim dapat
termasuk pengobatan dini dapat juga perlindungan khusus.
Selain upaya pencegahan primer, sekunder dan tersier yang dikalangan kesehatan dokter,
perawat dan praktisi kesehatan masyarakat dikenal sebagai lima tingkat pencegahan, juga dikenal
empat tahapan kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan masyarakat, empat tahapan itu
(Rossenberg, Mercy and Annest, 1998) ialah:
Apa masalahnya (surveillance). Identifikasi masalah, apa masalahnya, kapan terjadinya, dimana,
siapa penderitanya, bagaimana terjadinya, kapan hal itu terjadi apakah ada kaitannya dengan
musim atau periode tertentu.
Mengapa hal itu terjadi (Identifikasi faktor resiko). Mengapa hal itu lebih mudah terjadi pada
orang tertentu, faktor apa yang meningkatkan kejadian (faktor resiko) dan faktor apa yang
menurunkan kejadian (faktor protektif).
Apa yang berhasil dilakukan (evaluasi intervensi). Atas dasar kedua langkah terdahulu, dapat di
rancang upaya yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya masalah, menanggulangi dengan
segera penderita dan melakukan upaya penyembuhan dan pendampingan untuk menolong korban
dan menilai keberhasilan tindakan itu dalam mencegah dan menanggulangi masalah.
Bagaimana memperluas intervensi yang efektif itu (implementasi dalam skala besar). Setelah
diketahui intervensi yang efektif, tindakan selanjutnya bagaimana melaksanakan intervensi itu di
pelbagai tempat dan setting dan mengembangkan sumber daya untuk melaksanakannya.
Gambar 3. Empat tahapan kegiatan kesehatan masyarakat
Masalah
Response
Sumber: Rossenberg, Mercy and Annest, 1998
SEHAT SAKIT DILIHAT DARI PERSEPTUAL BUDAYA

Diasmpaikan Kembali Oleh : Dafid Arifiyanto

PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna
ercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar
dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi
dambaan setiap orang sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak
bisa ditolak meskipun kadang-kadang bisa dicegah atau dihindari. Konsep sehat dan sakit
sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena ada faktor-faktor lain di luar kenyataan
klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling
mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang
lain.
Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu
pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit ditinjau dari
masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit merupakan proses yang berkaitan dengan
kemampuan atau ketidakmampuan manusia beradap-tasi dengan lingkungan baik secara biologis,
psikologis maupun sosio budaya.
UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa : Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam
pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-
unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral
kesehatan. Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun
(kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas kerja/kegiatannya terganggu.
Walaupun seseorang sakit (istilah sehari-hari) seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak
terganggu untuk melaksanakan kegiatannya, maka ia dianggap tidak sakit.

MASALAH SEHAT DAN SAKIT


Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante dari berbagai
masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial budaya,
perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang
disebut sebagai psycho socio somatic health well being, merupakan resultante dari 4 faktor
yaitu :
1. Environment atau lingkungan.
2. Behaviour atau perilaku, Antara yang pertama dan kedua dihubungkan dengan ecological
balance.
3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi, distribusi penduduk, dan sebagainya.
4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif, promotif, kuratif, dan
rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar
pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku
sakit, peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti kelas sosial,
perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang sama (yang ditentukan
secara klinis), bergantung dari variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda
di kalangan pasien.
Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan
sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh
gangguan terhadap sistem tubuh manusia. Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi
klasik Yunani, India, Cina, menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang
dianggap sehat apabila unsur-unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam
keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep tentang humors,
ayurveda dosha, yin dan yang. Departemen Kesehatan RI telah mencanangkan kebijakan baru
berdasarkan paradigma sehat

1. Paradigma sehat adalah


Cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif,
dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara
dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan
pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya
penyembuhan penduduk yang sakit. Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama
terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan
alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan yang
sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk
mengutamakan kegiatan kesehatan dari pada mengobati penyakit. Telah dikembangkan
pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural
Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua
pengertian itu dinamakan penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar
antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi
dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan illness dimaksud
reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit atau perasaan kurang nyaman
Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien mengalami illness yang
dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai kelainan organik maupun fungsional
tubuh.
Tulisan ini merupakan tinjauan pustaka yang membahas pengetahuan sehat-sakit pada aspek
sosial budaya dan perilaku manusia; serta khusus pada interaksi antara beberapa aspek ini yang
mempunyai pengaruh pada kesehatan dan penyakit. Dalam konteks kultural, apa yang disebut
sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut sehat pula dalam kebudayaan lain. Di sini
tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaian atau faktor yang erat hubungannya dengan sistem
nilai.
KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKAT
Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian profesional yang
beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan
dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai
aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek.
Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical, mental and social well-being, and
not merely the absence of disease or infirmity. WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai
suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang.
Sebatas mana seseorang dapat dianggap sempurna jasmaninya ?, Oleh para ahli kesehatan,
antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada
aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara
interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan
dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh budaya: hal ini karena penyakit merupakan
pengakuan sosial bahwa seseorang tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar. Cara
hidup dan gaya hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya
berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat menimbulkan
penyakit.
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep penyebab sakit, yaitu: Naturalistik
dan Personalistik. Penyebab bersifat Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh
lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh,
termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep
sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat
setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh
kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang
normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah. Sedangkan
sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan
sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari
seperti halnya orang yang sehat.
Sedangkan konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh
intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh, leluhur atau
roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung).
Menelusuri nilai budaya, misalnya mengenai pengenalan kusta dan cara perawatannya. Kusta
telah dikenal oleh etnik Makasar sejak lama. Adanya istilah kaddala sikuyu (kusta kepiting) dan
kaddala massolong (kusta yang lumer), merupakan ungkapan yang mendukung bahwa kusta
secara endemik telah berada dalam waktu yang lama di tengah-tengah masyarakat tersebut.
Hasil penelitian kualitatif dan kuantitatif atas nilai-nilai budaya di Kabupaten Soppeng, dalam
kaitannya dengan penyakit kusta (Kaddala,Bgs.) di masyarakat Bugis menunjukkan bahwa
timbul dan diamalkannya leprophobia secara ketat karena menurut salah seorang tokoh budaya,
dalam nasehat perkawinan orang-orang tua di sana, kata kaddala ikut tercakup di dalamnya.
Disebutkan bahwa bila terjadi pelanggaran melakukan hubungan intim saat istri sedang haid,
mereka (kedua mempelai) akan terkutuk dan menderita kusta/kaddala. Ide yang bertujuan guna
terciptanya moral yang agung di keluarga baru, berkembang menuruti proses komunikasi dalam
masyarakat dan menjadi konsep penderita kusta sebagai penanggung dosa. Pengertian penderita
sebagai akibat dosa dari ibu-bapak merupakan awal derita akibat leprophobia. Rasa rendah diri
penderita dimulai dari rasa rendah diri keluarga yang merasa tercemar bila salah seorang anggota
keluarganya menderita kusta. Dituduh berbuat dosa melakukan hubungan intim saat istri sedang
haid bagi seorang fanatik Islam dirasakan sebagai beban trauma psikosomatik yang sangat berat.
Orang tua, keluarga sangat menolak anaknya didiagnosis kusta. Pada penelitian Penggunaan
Pelayanan Kesehatan Di Propinsi Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Barat (1990), hasil
diskusi kelompok di Kalimantan Timur menunjukkan bahwa anak dinyatakan sakit jika
menangis terus, badan berkeringat, tidak mau makan, tidak mau tidur, rewel, kurus kering. Bagi
orang dewasa, seseorang dinyatakan sakit kalau sudah tidak bisa bekerja, tidak bisa berjalan,
tidak enak badan, panas dingin, pusing, lemas, kurang darah, batuk-batuk, mual, diare.
Sedangkan hasil diskusi kelompok di Nusa Tenggara Barat menunjukkan bahwa anak sakit
dilihat dari keadaan fisik tubuh dan tingkah lakunya yaitu jika menunjukkan gejala misalnya
panas, batuk pilek, mencret, muntah-muntah, gatal, luka, gigi bengkak, badan kuning, kaki dan
perut bengkak.
Seorang pengobat tradisional yang juga menerima pandangan kedokteran modern, mempunyai
pengetahuan yang menarik mengenai masalah sakit-sehat. Baginya, arti sakit adalah sebagai
berikut: sakit badaniah berarti ada tanda-tanda penyakit di badannya seperti panas tinggi,
penglihatan lemah, tidak kuat bekerja, sulit makan, tidur terganggu, dan badan lemah atau sakit,
maunya tiduran atau istirahat saja. Pada penyakit batin tidak ada tanda-tanda di badannya, tetapi
bisa diketahui dengan menanyakan pada yang gaib. Pada orang yang sehat, gerakannya lincah,
kuat bekerja, suhu badan normal, makan dan tidur normal, penglihatan terang, sorot mata cerah,
tidak mengeluh lesu, lemah, atau sakit-sakit badan.
Sudarti (1987) menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di
Indonesia mengenai sakit dan penyakit; masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan
individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak
yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. Orang
dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau 'kantong
kering' (tidak punya uang). Selanjutnya masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3
bagian yaitu :
1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia
2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin.
3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).
Untuk mengobati sakit yang termasuk dalam golongan pertama dan ke dua, dapat digunakan
obat-obatan, ramuan-ramuan, pijat, kerok, pantangan makan, dan bantuan tenaga kesehatan.
Untuk penyebab sakit yang ke tiga harus dimintakan bantuan dukun, kyai dan lain-lain. Dengan
demikian upaya penanggulangannya tergantung kepada kepercayaan mereka terhadap penyebab
sakit. Beberapa contoh penyakit pada bayi dan anak sebagai berikut :
a. Sakit demam dan panas.
Penyebabnya adalah perubahan cuaca, kena hujan, salah makan, atau masuk angin.
Pengobatannya adalah dengan cara mengompres dengan es, oyong, labu putih yang dingin atau
beli obat influensa. Di Indramayu dikatakan penyakit adem meskipun gejalanya panas tinggi,
supaya panasnya turun. Penyakit tampek (campak) disebut juga sakit adem karena gejalanya
badan panas.
b. Sakit mencret (diare).
Penyebabnya adalah salah makan, makan kacang terlalu banyak, makan makanan pedas, makan
udang, ikan, anak meningkat kepandaiannya, susu ibu basi, encer, dan lain-lain.
Penanggulangannya dengan obat tradisional misalkan dengan pucuk daun jambu dikunyah
ibunya lalu diberikan kepada anaknya (Bima Nusa Tenggara Barat) obat lainnya adalah Larutan
Gula Garam (LGG), Oralit, pil Ciba dan lain-lain. Larutan Gula Garam sudah dikenal hanya
proporsi campurannya tidak tepat.
c. Sakit kejang-kejang
Masyarakat pada umumnya menyatakan bahwa sakit panas dan kejang-kejang disebabkan oleh
hantu. Di Sukabumi disebut hantu gegep, sedangkan di Sumatra Barat disebabkan hantu jahat. Di
Indramayu pengobatannya adalah dengan dengan pergi ke dukun atau memasukkan bayi ke
bawah tempat tidur yang ditutupi jaring.
d. Sakit tampek (campak)
Penyebabnya adalah karena anak terkena panas dalam, anak dimandikan saat panas terik, atau
kesambet. Di Indramayu ibu-ibu mengobatinya dengan membalur anak dengan asam kawak,
meminumkan madu dan jeruk nipis atau memberikan daun suwuk, yang menurut kepercayaan
dapat mengisap penyakit.

KEJADIAN PENYAKIT
Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang berpengaruh negatif terhadap kehidupan
manusia. Perilaku dan cara hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-macam
penyakit baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju peradaban dan
kebudayaannya.
Ditinjau dari segi biologis penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia,
sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan sakit dianggap sebagai penyimpangan perilaku dari
keadaan sosial yang normatif. Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh kelainan biomedis organ
tubuh atau lingkungan manusia, tetapi juga dapat disebabkan oleh kelainan emosional dan
psikososial individu bersangkutan. Faktor emosional dan psikososial ini pada dasarnya
merupakan akibat dari lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan adat kebiasaan manusia
atau kebudayaan.
Konsep kejadian penyakit menurut ilmu kesehatan bergantung jenis penyakit. Secara umum
konsepsi ini ditentukan oleh berbagai faktor antara lain parasit, vektor, manusia dan
lingkungannya. Para ahli antropologi kesehatan yang dari definisinya dapat disebutkan
berorientasi ke ekologi, menaruh perhatian pada hubungan timbal balik antara manusia dan
lingkungan alamnya, tingkah laku penyakitnya dan cara-cara tingkah laku penyakitnya
mempengaruhi evolusi kebudayaannya melalui proses umpan balik (Foster, Anderson, 1978).
Penyakit dapat dipandang sebagai suatu unsur dalam lingkungan manusia, seperti tampak pada
ciri sel-sabit (sickle-cell) di kalangan penduduk Afrika Barat, suatu perubahan evolusi yang
adaptif, yang memberikan imunitas relatif terhadap malaria. Ciri sel sabit sama sekali bukan
ancaman, bahkan merupakan karakteristik yang diinginkan karena memberikan proteksi yang
tinggi terhadap gigitan nyamuk Anopheles.

Bagi masyarakat Dani di Papua, penyakit dapat merupakan simbol sosial positif, yang diberi
nilai-nilai tertentu. Etiologi penyakit dapat dijelaskan melalui sihir, tetapi juga sebagai akibat
dosa. Simbol sosial juga dapat merupakan sumber penyakit. Dalam peradaban modern,
keterkaitan antara simbol-simbol sosial dan risiko kesehatan sering tampak jelas, misalnya
remaja merokok.
Suatu kajian hubungan antara psikiatri dan antropologi dalam konteks perubahan sosial ditulis
oleh Rudi Salan (1994), berdasarkan pengalaman sendiri sebagai psikiater; salah satu kasusnya
sebagai berikut : Seorang perempuan yang sudah cukup umur reumatiknya diobati hanya dengan
vitamin dan minyak ikan saja dan percaya penyakitnya akan sembuh. Menurut pasien
penyakitnya disebabkan karena 'darah kotor' oleh karena itu satu-satunya jalan penyembuhan
adalah dengan makan makanan yang bersih , yaitu `mutih' (ditambah vitamin seperlunya agar
tidak kekurangan vitamin) sampai darahnya menjadi bersih kembali. Bagi seorang dokter
pendapat itu tidak masuk akal, tetapi begitulah kenyataan yang ada dalam masyarakat.

PERILAKU SEHAT DAN PERILAKU SAKIT


Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog seperti perilaku
sehat ( health behavior ), perilaku sakit (illness behavior) perbedaan antara illness dan disease,
model penjelasan penyakit (explanatory model ), peran dan karir seorang yang sakit (sick role),
interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien,
membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran modern tidak lagi dapat dianggap
kebenaran absolut dalam proses penyembuhan.
Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang
sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang
dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan
penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan
bergizi.
Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun secara medis
belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan penyakit maka
perilaku sakit dan perilaku sehat pun subyektif sifatnya. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit
ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu di samping unsur sosial budaya.
Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kreteria medis yang
obyektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik individu.
PERSEPSI MASYARAKAT
Persepsi masyarakat mengenai terjadinya penyakit berbeda antara daerah yang satu dengan
daerah yang lain, karena tergantung dari kebudayaan yang ada dan berkembang dalam
masyarakat tersebut. Persepsi kejadian penyakit yang berlainan dengan ilmu kesehatan sampai
saat ini masih ada di masyarakat; dapat turun dari satu generasi ke generasi berikutnya dan
bahkan dapat berkembang luas.
Berikut ini contoh persepsi masyarakat tentang penyakit malaria, yang saat ini masih ada di
beberapa daerah pedesaan di Papua (Irian Jaya). Makanan pokok penduduk Papua adalah sagu
yang tumbuh di daerah rawa-rawa. Selain rawa-rawa, tidak jauh dari mereka tinggal terdapat
hutan lebat. Penduduk desa tersebut beranggapan bahwa hutan itu milik penguasa gaib yang
dapat menghukum setiap orang yang melanggar ketentuannya. Pelanggaran dapat berupa
menebang, membabat hutan untuk tanah pertanian, dan lain-lain akan diganjar hukuman berupa
penyakit dengan gejala demam tinggi, menggigil, dan muntah. Penyakit tersebut dapat sembuh
dengan cara minta ampun kepada penguasa hutan, kemudian memetik daun dari pohon tertentu,
dibuat ramuan untuk di minum dan dioleskan ke seluruh tubuh penderita. Dalam beberapa hari
penderita akan sembuh.
Persepsi masyarakat mengenai penyakit diperoleh dan ditentukan dari penuturan sederhana dan
mudah secara turun temurun. Misalnya penyakit akibat kutukan Allah, makhluk gaib, roh-roh
jahat, udara busuk, tanaman berbisa, binatang, dan sebagainya. Pada sebagian penduduk Pulau
Jawa, dulu penderita demam sangat tinggi diobati dengan cara menyiram air di malam hari. Air
yang telah diberi ramuan dan jampi-jampi oleh dukun dan pemuka masyarakat yang disegani
digunakan sebagai obat malaria.

PENUTUP
Cara dan gaya hidup manusia, adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan bahkan seluruh peradaban
manusia dan lingkungannya berpengaruh terhadap penyakit. Secara fisiologis dan biologis tubuh
manusia selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Manusia mempunyai daya adaptasi terhadap
lingkungan yang selalu berubah, yang sering membawa serta penyakit baru yang belum dikenal
atau perkembangan/perubahan penyakit yang sudah ada. Kajian mengenai konsekuensi
kesehatan perlu memperhatikan konteks budaya dan sosial masyarakat .

MODEL KONSEPTUAL KEPRAWATAN

Oleh : Dafid Arifiyanto

A. Gambaran Model Konseptual Keperawatan


Model konseptual keperawatan merupakan suatu cara untuk memandang situasi dan kondisi
pekerjaan yang melibatkan perawat di dalamnya. Model konseptual keperawatan
memperlihatkan petunjuk bagi organisasi dimana perawat mendapatkan informasi agar mereka
peka terhadap apa yang terjadi pada suatu saat dengan apa yang terjadi pada suatu saat juga dan
tahu apa yang harus perawat kerjakan.
Konsep keperawatan terus dikembangkan dan diterapkan serta diuji melalui pendidikan dan
praktik keperawatan. Hampir semua model keperawatan yang diaplikasikan dalam praktik
keperawatan professional menggambarkan empat jenis konsep yang sama, yaitu :
1. Orang yang menerima asuhan keperawatan
2. Lingkungan (masyarakat)
3. Kesehatan (sehat/sakit, kesehatan dan penyakit)
4. Keperawatan dan peran perawat (tujuan/sasaran, peran dan fungsi)
Model keperawatan dapat diaplikasikan dalam dalam kegiatan praktik, penelitian dan
pengajaran, oleh karena itu model harus diperkenalkan kepada perawat atau calon perawat guna
memperkuat profesi keperawatan khususnya dalam mengkoreksi pemikiran yang salah tentang
profesi keperawatan seperti : perawat sebagai pembantu dokter,, oleh karena itu model harus
diperkenalkan kepada perawat atau calon perawat guna memperkuat profesi keperawatan
khususnya dalam mengkoreksi pemikiran yang salah tentang profesi keperawatan seperti :
perawat sebagai pembantu dokter.
Gambaran model konseptual keperawatan :
1. Florence Nightingale
a. Definisi keperawatan
Profesi untuk wanita dengan tujuan menemukan dan menggunakan hukum alam dalam
pembangunan kesehatan dan pelayanan kesehatan.
b. Alasan tindakan keperawatan
Menempatkan manusia pada kondisi yang terbaik secara alami untuk menyembuhkan atau
meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit dan luka.
c. Konsep individu
Merupakan kesatuan fisik, intelektual dan metafisik yang lengkap dan berpotensi.

d. Konsep sehat
Keadaan bebas dari penyakit dan dapat menggunakan kekuatannya secara penuh.
e. Konsep lingkungan
Bagian eksternal yang mempengaruhi kesehatan dan sakitnya seseorang.

2. Virginia Henderson
a. Definisi keperawatan
Bantuan yang diberikan kepada individu baik dalam keadaan sehat maupun sakit dalam
kegiatannya untuk mencapai keadaan sehat atau sembuh dari penyakit sehingga ia mempunyai
kekuatan, keinginan dan pengetahuan.
b. Alasan tindakan keperawatan
Pendekatan yang dilakukan untuk memenuhi 14 komponen dari keperawatan.
c. Konsep individu
Keadaan biologi dimana tidak dapat dipisahkan antara pikiran dan jasmani.
d. Konsep sehat
Kemampuan fungsi independent dalam hubungannya dengan 14 komponen.
e. Konsep lingkungan
Tidak terdefinisi dengan jelas, dapat berupa tindakan positif maupun negatif.

3. Sister Callista Roy


a. Definisi keperawatan
Suatu analisa proses dan tindakan sehubungan dengan perawatan sakit atau potensial seseorang
untuk sakit.
b. Alasan tindakan keperawatan
Aktifitas keperawatan berasal dari model dimana berupa proses pengkajian dan intervensi-
intervensi peran diselenggarakan dengan konteks keprawatan dan termasuk manipulasi dari
stimuli.
c. Konsep individu
Keadaan biopsikososial yang berupa interaksi yang tetap dengan perubahan lingkungan, manusia
bersifat sebagai system adaptif yang terbuka.
d. Konsep sehat
Rentang sehat sakit merupakan garis yang terus menerus yang menunjukan status sehat atau sakit
dimana sesorang butuh pengalaman dan waktu. Sehat sakit merupakan bagian dari hidup
manusia.
e. Konsep lingkungan
Suatu kondisi yang terus menerus dan mempengaruhi sekelilingnya dan perkembangan
organisme serta group organisme.

4. Parsel
a. Definisi keperawatan
Ilmu dan seni yang berpusat pada kehidupan.
b. Alasan tindakan keperawatan
Partisipasi kualitatif seseorang dengan kesehatan yang pernah dialami oleh individu.
c. Konsep individu
Hubungan yang terbuka yang meluas ke dunia bebas untuk memilih situasi yang diinginkan.
d. Konsep sehat
Proses untuk mencari pengalaman seseorang.
e. Konsep lingkungan
Merupakan kerjasama untuk menghasilkan pertukaran energi yang bermutu dengan individu.

5. Myra Estrin Levine


a. Definisi keperawatan
Interaksi manusia yang berdasarkan pada prinsip-prinsip ilmiah yang digunakan dalam proses
keperawatan.
b. Alasan tindakan keperawatan
Perawatan individu yang bersifat holistic untuk setiap kebutuhan seseorang, seseorang
mendorong perawat untuk beradaptasi.
c. Konsep individu
Interaksi dari individu yang bersifat kompleks antara lingkungan interna dan eksterna yang
mengubah adaptasi.

6. Fitspatrick
a. Definisi keperawatan
Ilmu dan profesi yang mempunyai pusat tentang arti perjuangan hidup (sehat)
b. Alasan tindakan keperawatan
Berpusat pada mempertinggi proses perkembangan menuju sehat.
c. Konsep individu
Sistem terbuka, menyeluruh, yang dikarakteristikkan
sebagai dasar irama hidup.
d. Konsep sehat
Perkembangan terus menerus tentang karakteristik manusia yang penuh potensi, kesadaran arti
kehidupan.

e. Konsep lingkungan
Sistem terbuka dalam interaksi terus menerus dengan manusia.

7. Imogane M. King
a. Definisi keperawatan
Suatu proses interaksi manusia antara perawat dan klien.
b. Alasan tindakan keperawatan
Perawat dan klien saling mengamati dalam informasi, komuniksai, situasi, tujuan dan tindakan
untuk mencapai tujuan.
c. Konsep individu
suatu system terbuka mengenai penukaran masalah, energi dan dengan lingkungan yang terbatas.
d. Konsep sehat
Aturan dinamik dari stressor dalam lingkungan eksternal dan internal melalui penggunaan
optimal untuk mencapoai potensi maksimal dalam kehidupan sehari-hari.
e. Konsep lingkungan
Sustu system terbuka yang menunjukkan penukaran masalah energi, informasi dengan
keberadaan manusia.
Perawat bahagia
"

SELENGKAPNYA di: Konsep dasar keperawatan I askep-askeb-kita.blogspot.com | asuhan-


keperawatan-kebidanan.co.cc

Anda mungkin juga menyukai