Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
para guru dan masyarakat; (ii) menciptakan dan mengelola suasana belajar yang
Menurut Clemes (2001:47), ada beberapa pertanda yang menunjukkan bila hukuman
dan disiplin sekolah mungkin tidak sesuai untuk diterapkan, sehingga anak sulit untuk
Di sekolah-sekolah yang tata tertibnya tidak konsisten biasanya akan terjadi berbagai
macam masalah yang sangat menghambat proses belajar mengajar. Selain itu, tidak
terlaksananya peraturan atau tata tertib secara konsisten akan menjadi salah satu
penyebab utama terjadinya berbagai bentuk kenakalan yang dilakukan siswa, baik di
terhadap peraturan sekolah kerap dilakukan oleh para siswa. Dalam Buku 4 Pedoman
Tatakrama dan Tata Tertib Kehidupan Sosial bagi SMP yang diterbitkan oleh
Depdiknas (2001:1) disebutkan bahwa dunia pendidikan kita dewasa ini menghadapi
berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian kita semua.
Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya tatakrama kehidupan sosial dan etika
moral dalam praktik kehidupan sekolah yang mengakibatkan sejumlah ekses negatif
yang amat merisaukan masyarakat. Ekses tersebut antara lain semakin maraknya
terwujud dalam bentuk: kurang hormat kepada guru dan pegawai sekolah, kurang
disiplin terhadap waktu dan tidak mengindahkan tata tertib serta peraturan sekolah,
tiga teknik penerapan disiplin sekolah yang tertuang dalam bentuk peraturan sekolah,
Peraturan Otoritarian
Dalam peraturan otoritarian, peraturan dibuat sangat ketat dan rinci. Orang yang
berada dalam lingkungn disiplin sekolah ini diminta mematuhi dan menaati peraturan
yang telah disusun dan berlaku di tempat itu. Apabila gagal menaati dan mematuhi
peraturan yang berlaku, akan menerima sanksi atau hukuman berat. Sebaliknya, bila
berhasil memenuhi peraturan, kurang mendapat penghargaan atau hal itu sudah
dianggap sebagai kewajiban. Jadi, tidak perlu mendapat penghargaan lagi. Disiplin
Peraturan Permisif
keputusan yang diambilnya itu. Seseorang yang berbuat seseuatu, dan ternyata
membawa akibat melanggar norma atau aturan yang berlaku, tidak diberi sanksi atau
Penyebabnya karena tidak tahu mana yang tidak dilarang dan mena yang dilarang
atau bahkan menjadi takut, cemas, dan dapat juga menjadi agresif serta liar tanpa
kendali.
Peraturan Demokratis
menaati peraturan yang ada. Teknik ini menekankan aspek edukatif bukan aspek
hukuman. Sanksi atau hukuman dapat diberikan kepada yanng menolak atau
melanggar tata tertib. Akan tetapi, hukuman dimaksud sebagai upaya menyadarkan,
mengoreksi dan mendidik. Dalam disiplin sekolah yang demokratis, kemandirian dan
tanggung jawab dapat berkembang. Siswa patuh dan taat karena didasari kesaadaran
dirinya. Mengikuti peraturan yang ada bukan karena terpaksa, melainkan atas
Sanksi adalah hukuman yang diberikan kepada siswa atau warga sekolah lainnya
yang melanggar tata tertib atau kedisiplinan yang telah diatur oleh sekolah, yang
“Sanksi yang diterapkan agar bersifat mendidik, tidak bersifat hukuman fisik, dan
tidak menimbulkan trauma psikologis.” Sanksi dapat diberikan secara bertahap dari
yang paling ringan sampai yang seberat-beratnya. Sanksi tersebut dapat berupa:
memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mengubah tingkah laku seseorang. Adapun
respons positif bertujuan agar tingkah laku yang sudah baik akan lebih bertambah
frekuensinya sehingga akan lebih baik lagi di masa mendatang. Sedang respons
negatif (hukuman) bertujuan agar seseorang yang memiliki tingkah laku yang tidak
baik itu dapat berubah dan lambat laun akan mengurangi frekuensi negatifnya.
Tegaknya peraturan sekolah secara konsisten merupakan faktor pertama dan utama
yang dapat menunjang berlangsungnya proses belajar yang baik. Baik buruknya
lingkungan sekolah sebenarnya sangat ditentukan oleh peraturan atau tata tertib yang
proses belajar dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana yang telah
berfungsi sebagai arena persaingan yang sehat bagi para siswa untuk meraih prestasi
yang semaksimal mungkin. Selain itu, yang paling penting, dengan adanya peraturan
Documents%20and%20Settings/OK/My%20Documents/254-menegakkan-
disiplin-di-sekolah.html
Yanto, pelajar kelas 3 SMA di salah satu sekolah swasta di Bandung pulang
ke rumah pagi itu dengan raut muka yang agak jengkel. Ketika ditanya oleh
ibunya, dengan raut muka cemberut dan penuh kesal ia menjawab, "Pintu
gerbang sekolah sudah ditutup, padahal baru telat 2 menit. Satpam tidak
mau membukakan pintu. Tapi pada saat yang sama, Aku melihat Pak Guru
yang telat lebih 5 menit dariku tetap dibukakan pintu oleh satpam," ujar
Yanto dengan nada jengkel.
Situasi ironis lain sering kita temukan ketika siswa dilarang merokok di
sekolah dan siswa yang ketahuan mendapat hukuman berat. Namun, di
tempat yang sama tidak sedikit guru memperlihatkan "kenikmatan
merokok" di hadapan para siswanya.
Paling tidak ada tiga tujuan yang berkaitan dengan kedisiplinan ini.
Pertama, kedisiplinan mesti diterapkan tanpa menunjukkan kelemahan,
tanpa menunjukkan amarah dan kebencian. Bahkan kalau perlu dengan
kelembutan agar para pelanggar kedisiplinan menyadari bahwa disiplin itu
diterapkan demi kebaikan dan kemajuan dirinya.
• HALAMAN AWAL
• TENTANG
• MASUK
• DAFTAR
• CARI
• TERKINI
• ARSIP
Abstrak
ABSTRAK
Ardiani, Tika. 2010. Efektivitas Tata Tertib Sekolah dalam rangka Penegakan Disiplin Siswa
SMA Negeri di Kota Malang. Skripsi, Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan, Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Drs. H. Suparlan M. Si; (2)
Drs. Nur Wahyu Rochmadi, M.Pd, M. Si.
Sekolah adalah salah satu lembaga yang bertugas untuk membentuk kepribadian siswa.
Sekolah merupakan tempat terjadinya proses pendidikan untuk menciptakan sumber daya
manusia yang diharapkan, manusia yang berkualitas. Sekolah juga bertugas membentuk
kepribadian siswa agar mempunyai kepribadian yang luhur, mulia serta berdisiplin tinggi.
Sekolah Menengah Atas sebagai salah satu lembaga pendidikan formal merupakan sekolah yan
g sangat berpengaruh terhadap pembentukan pribadi siswa. Dalam kenyataan sehari-
hari dijumpai siswa yang tidak disiplin dan menyimpang dari norma. Permasalahan-
permasalahan tersebut tentu mengganggu proses belajar-mengajar. Untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut dibentuklah suatu peraturan yang berfungsi untuk
membentuk
kedisiplinan yaitu tata tertib sekolah. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah apakah
peraturan tersebut sudah efektif untuk di terapkan di sekolah tersebut ataukah belum.
Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tentang latar belakang dibentuknya tata
tertib sekolah, bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib sekolah, sebab-sebab siswa melanggar ta
ta tertib sekolah, upaya penegakan tata tertib sekolah, dan efektivitas
tata tertib dalam membentuk disiplin siswa di sekolah.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Sumber
data penelitian ini adalah dari penanggung jawab tata tertib di lokasi penelitian. Lokasi penelitia
n ini dilakukan di SMA Negeri 4, SMA Negeri 9, dan SMA Negeri 6.Teknik yang digunakan
dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Prosedur analisis dat
a
yang dilakukan adalah pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, mengambil kesimpulan
dan verifikasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Latar belakang dibentuknya tata tertib
sekolah antara lain adalah: (a) untuk memberikan kenyamanan dalam lingkungan sekolah, (b)
agar siswa tidak bertindak semaunya sendiri, (c) agar siswa disiplin terutama di lingkungan
sekolah, (d) mengatur ketertiban siswa dalam proses belajar mengajar guna mencapai mutu
pembelajaran yang optimal; (2) Bentuk-bentuk pelanggaran yang dilakukan siswa adalah aspek
kerajinan, aspek kerapian, aspek kelakuan, (3) Alasan mengapa siswa melanggar tata tertib ini
antara lain (a) pengaruh dari teman, (b) bangun kesiangan, (c) macet, (d) pengaruh dari media
massa (televisi), (e) masalah keluarga, (f) kurangnya dukungan dari orang tua siswa, (g)
pemberian sanksi yang belum sesuai dengan ketentuan yang ada, (h) sanksi pada pelanggaran
ini
dianggap kecil oleh siswa; (4) Upaya yang dilakukan oleh sekolah untuk menegakkan tata terti
b sekolah antara lain (a) memberikan poin pelanggaran setiap pelanggaran yang dilakukan oleh
siswa dengan tertib, (b) memberikan pembinaan kepada siswa secara klasikal, (c) mengadakan
sidak ke kelas-kelas, (d) pemanggilan orang tua/wali murid, (e) mengadakan upacara bendera,
(f) meminta siswa ikut dalam kegiatan ekstra kurikuler, (5) tata tertib sekolah efektif untuk
membentuk kedisiplinan siswa. Hal ini dapat dilihat dari menurunnya jumlah siswa yang
melanggar tata tertib sekolah.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarankan agar pendidik dan orangtua dapat
menjalin kerjasama dalam memberikan contoh yang baik dalam membimbing siswa untuk
meningkatkan kedisiplinan dan mentaati peraturan yang ada di sekolah maupun masyarakat.
AKHMAD SUDRAJAT: TENTANG
PENDIDIKAN
isu, trend, opini, dan teori pendidikan
Lompat ke isi
Beranda
[ Admin ]
Opini Anda
[ Daftar Isi ]
Forum Pengawas
[ Links Sahabat ]
Links Pendidikan
[ Downloads ]
[ Bimbingan-Konseling ]
[ Instrumen Supervisi ]
[ Manajemen Pendidikan ]
[ Regulasi Pendidikan ]
[ Seputar KTSP ]
Konsultasi Perkuliahan
Tagiuri (1968) mengetengahkan tentang taksonomi iklim sekolah yang mencakup empat
dimensi, yaitu: (1) ekologi; aspek-aspek fisik-materil, seperti bangunan sekolah,
ruang perpustakaan, ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang BK dan sejenisnya (2)
milieu: karateristik individu di sekolah pada umumnya, seperti: moral kerja guru, latar
belakang siswa, stabilitas staf dan sebagainya: (3) sistem sosial: struktur formal
maupun informal atau berbagai peraturan untuk mengendalikan interaksi individu dan
kelompok di sekolah, mencakup komunikasi kepala sekolah-guru, partispasi staf
dalam pengenbilan keputusan, keterlibatan siswa dalam pengambilan keputusan,
kolegialitas, hubungan guru-siswa; dan (4) budaya: sistem nilai dan keyakinan,
seperti: norma pergaulan siswa, ekspektasi keberhasilan, disiplin sekolah.
Berdasarkan berbagai studi yang dilakukan, iklim sekolah telah terbukti memberikan
pengaruh yang kuat terhadap pencapaian hasil-hasil akademik siswa. Hasil tinjauan
ulang yang dilakukan Anderson (1982) terhadap 40 studi tentang iklim sekolah
sepanjang tahun 1964 sampai dengan 1980, hampir lebih dari setengahnya
menunjukkan bahwa komitmen guru yang tinggi, norma hubungan kelompok sebaya
yang positif, kerja sama team, ekspektasi yang tinggi dari guru dan adminstrator,
konsistensi dan pengaturan tentang hukuman dan ganjaran, konsensus tentang
kurikulum dan pembelajaran, serta kejelasan tujuan dan sasaran telah memberikan
sumbangan yang berharga terhadap pencapaian hasil akademik siswa.
Hubungan sosial antara siswa dengan guru yang mutualistik merupakan unsur penting dalam
kehidupan sekolah. Guru yang memiliki interes, peduli, adil, demokratis, dan respek
terhadap siswanya ternyata telah mampu mengurangi tingkat drop out siswa, tinggal
kelas, dan perilaku salah suai di kalangan siswa (Farrell, 1990; Fine, 1989; Wehlage
& Rutter, 1986; Bryk & Driscoll, 1988). Studi yang dilakukan oleh Wentzel (1997)
mengungkapkan bahwa iklim sekolah memiliki hubungan yang positif dengan
motivasi belajar siswa. Sementara itu, studi longitudional yang dilakukan oleh Roeser
& Eccles (1998) membuktikan bahwa guru yang bersikap adil dan jujur memiliki
dampak ke depannya bagi penguasaan kompetensi akademik dan nilai-nilai (values)
akademik. Studi yang dilakukan Stockard dan Mayberry (1992) menyimpulkan
bahwa iklim sekolah, yang mencakup : ekspektasi prestasi siswa yang tinggi,
lingkungan sekolah yang teratur, moral yang tinggi, perlakuan terhadap siswa yang
positif, penyertaan aktivitas siswa yang tinggi dan hubungan sosial yang positif
ternyata memiliki korelasi yang kuat dengan hasil-hasil akademik siswa.
Selain berdampak positif pada pencapaian hasil akademik siswa, iklim sekolah pun memiliki
kontribusi positif terhadap pencapaian hasil non akademik, seperti pembentukan
konsep diri, keyakinan diri, dan aspirasi (Brookover et al., 1979; McDill & Rigsby,
1973; Mitchell, 1968; Anderson, 1982). Studi yang dilakukan Battistich dan Hom
(1997) mengungkapkan bahwa adanya perasaan akan komunitas (sense of
community) dapat mengurangi secara signifikan terhadap munculnya perilaku
bermasalah seperti, keterlibatan narkoba, kenakalan remaja dan tindak kekerasan.
Iklim sekolah yang positif juga dapat menurunkan tingkat depresi (Roeser & Eccles
1998). Studi yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada tahun
1983 yang menguji tentang kesehatan perilaku, gaya hidup dan konteks sosial pada
kalangan anak muda di 28 negara menunjukkan bahwa keterlibatan peran dalam
pengambilan keputusan di sekolah, perasaan memperoleh dukungan dari guru dan
siswa lainnya ternyata berkorelasi dengan semakin berkurangnya kebiasaan merokok,
tingginya aktivitas fisik, serta tingkat kesehatan dan kualitas hidup yang baik (Currie
et al. 2000). Iklim sekolah juga berpengaruh terhadap pembentukan nilai-nilai
kewarganegaraan (civic values). Sebagai contoh: hubungan guru-siswa yang saling
menghormati, adanya kebebasan untuk menyatakan tidak setuju, mau mendengarkan
siswa meski dalam perspektif yang berbeda telah memberikan dampak terhadap
tingkat kekritisan siswa tentang berbagai isu yang terkait dengan kewarganegaraan
(Newmann, 1990). Selain itu, siswa juga lebih toleran terhadap perbedaan (Ehman,
1980) dan lebih mengenal terhadap berbagai hubungan internasional (Torney-Purta &
Lansdale, 1986).
Adaptasi dan disarikan dari : Les Gallay and Suet-ling Pong. 2004. School Climate and
Students’ Intervention Strategies on line www.pop.psy.edu
terian Pelajaran pada tahun 1995 dalam Seminar Sekolah Efektif yang telah
kerja di seminar tersebut ialah Peter Mortimore (1995) dari Universiti London.
visi dan matlamat, (3) kewujudan budaya pembelajaran, (4) penumpuan terhadap
pengajaran dan pembelajaran, (5) pengajaran bermatlamat, (6) pengharapan yang
berkesan seperti berikut : (1) mempunyai kepimpinan pengetua yang kuat den-
membina iklim persekolahan di mana tiap-tiap murid berada dalam satu tahap
pencapaian yang ditetapkan terlebih dahulu dan tidak lebih rendah daripada
itu, (3) mempunyai suasana disiplin yang teratur tanpa perlunya membina
peraturan ketat, tenang dan tanpa penindasan, tetapi selesa untuk suasana
dilaksanakan secara teratur dan memberi faedah, serta (5) mengesan kemajuan
Balas
2. Darrel says:
Sangat Bagus!!!
Balas
Tulisan bapak membantuku nyusun tugas hingga dapat A, sekarang aku publish
hasil karyaku dan temanku agar bisa lebih bermanfaat.http://coretan-
catatan.blogspot.com/
Balas
4. Adianti says:
Duh bgus bgt tlsanna boleh mnta dapusna ga, penting bgt wat skripsi
Balas
5. usman says:
Balas
6. toto says:
ya iayalah, kalau lingkungan baik, yang ada di dalamnya baik pula. tapi bagus
tulisannya, ilmiah dan 100
Balas
7. suhadinet says:
Bener banget iklim sekolah sangat menentukan hasil akademik dan non akademik
siswa. Saya adalah guru SMP di Danau Panggang. Sebuah sekolah baru
denganiklim sekolah yang menurut saya kurang kondusif bagi peningkatan
hasil akademik dan non akademik siswa. Sekolah kami berada di tengah
masyarakat yang menganggap pendidikan adalah kebutuhan yang berada di
urutan kesekian di atas kebutuhan-kebutuhan yang lain.
Tulisan Anda bagus-bagus!! Salam hangat!
Balas
Tinggalkan Balasan
Alamat surel anda tidak akan ditampilkan. Required fields are marked *
Nama *
Email *
Situs web
Komentar
You may use these HTML tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym
title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <pre> <del datetime=""> <em> <i> <q
cite=""> <strike> <strong>
Komentar tulisan
Cari
Pencarian untuk:
Tulisan Terbaru
Peran Kepala Sekolah dalam Penyelenggaraan Bimbingan dan Konseling
[Download] Silabus dan RPP Bernuansa Karakter
Indikator Keberhasilan Program Pendidikan Karakter
Instrumen Supervisi dan Kinerja Sekolah Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan
Konsep Pendidikan Karakter
Tips Memotivasi Siswa untuk Belajar
Sekilas tentang Program Induksi Bagi Guru Pemula
Tentang Hipnosis
Tentang Pendidikan Karakter
Inilah Ciri-Ciri Manusia Merdeka
Berlangganan Blog ini
via e-mail
Masukkan e-mail Anda dalam kolom, lalu klik "DAFTAR".
DAFTAR !
via Twitter
via FaceBook