Anda di halaman 1dari 2

Meraih Sukses dengan Menulis di Koran

Setiap hari koran dibaca oleh banyak kalangan masyarakat. Konvensional namun tetap
banyak peminatnya. Koran diminati karena kejelasannya dalam memberi berita. Serta
masyarakat yang dapat berpartisipasi mengirim pendapat untuk dimuat di koran. Lalu
bagaimana dengan kontribusi mahasiswa menulis di koran?

Rubrik suara mahasiswa memang lebih jarang ditemui di koran. Jika pun ada terbit setiap
seminggu sekali. Rata-rata hanya memuat dua tulisan yang berbeda dari mahasiswa yang
berbeda. Hal ini dimungkinkan karena koran telah menyediakan ruang partisipasi masyarakat
secara umum. Bahkan rubrik suara mahasiswa tidak dapat ditemui disetiap koran lokal atau
nasional.

Minimnya ruang opini bagi mahasiswa terkadang membuat rasa pesimis hadir lebih dulu.
Karena persaingan antar mahasiswa dalam tulisan tidak sedikit jumlahnya. Berbagai
universitas dalam satu kota menyebabkan puluhan hingga ratusan tulisan akan masuk ke
redaksi setiap rubrik suara mahasiswa dihadirkan. Karena kontribusi mahasiswa dihadirkan
di koran dimaksudkan dapat memberikan sudut pandang baru dan solusi baru terhadap
permasalahan aktual yang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini mahasiswa lebih cenderung
idealis saat menuliskan opini-opininya. Dengan artian memberikan solusi yang positif dan
sebaik mungkin yang dapat diterapkan di masyarakat. Namun menulis membutuhkan trik dan
tips tersendiri agar tulisan terlihat pantas berada di koran.

Perlunya dipahami bahwa kontribusi mahasiswa dalam opini di koran tak sebatas rubrik suara
mahasiswa. Namun perlu juga disadari jika rubrik opini berbeda dengan rubrik suara
mahasiswa. Rubrik Opini di koran adalah analisis dalam namun sederhana dan lugas dalam
menanggapi suatu permasalahan di masyarakat atau pemerintah. Tak sekedar menanggapi,
rubrik opini juga memberikan solusi yang menurut penulis adalah langkah yang positif dalam
menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi. Sedangkan rubrik suara mahasiswa
cenderung mengedepankan idealisme seperti paparan sebelumnya.

Pemahaman tersebut memberikan artian bahwa berpartisipasi di koran haruslah banyak


wawasan. Kapasitas mendapatkan ilmu dan bahan menulis tak lepas dari aktivitas membaca.
Mahasiswa yang ditolak tulisannya dalam partisipasi di koran lebih dikarenakan kurang
dalamnya analisis dan alasan yang kuat untuk mendukung argumentasinya. Ini lah yang
masih sering dirindukan oleh redaksi. Yaitu penulis muda yang memiliki kompetensi penulis
profesional.

Kemudian semangat yang dimiliki mahasiswa sebagai penulis muda masih sangat minim.
Banyaknya penulis mahasiswa yang memiliki kompetensi yang baik, harus mundur dari
bidang penulisan karena ditolak tulisannya. Berhentinya dari kepenulisan lebih dikarenakan
sikap yang mudah menyerah. Redaksi mencantumkan tulisan mahasiswa dalam koran sekali
dua kali untuk memacu mahasiswa agar dapat berkontribusi lebih dalam menulis di koran.
Selain dari kualitas tulisan yang memang pantas terpajang di koran.

Dari semangat dan pemahaman yang jelas akan rubrik opini di koran, maka yang perlu
diperhatikan selanjutnya adalah masalah tata penulisan dan kebahasaan yang dibutuhkan.
Koran sebagai media cetak yang merakyat tentu dibaca oleh banyak masyarakat dari banyak
kalangan. Dari analisis bahwa rata-rata pembaca koran adalah strata pendidikan akhir SMA.
Hingga kesalahan dalam penulisan yang dilakukan oleh banyak penulis mahasiswa adalah
bahasa yang tidak popular atau terlalu ilmiah. Hal ini perlu dihindari dalam penulisan di
koran.

Editing adalah proses yang sering dilupakan. Bahasa ilmiah sering terjadi lantaran latar
belakang pendidikan mahasiswa yang masih melekat dalam tulisan. Karena tema yang sering
diangkat dalam koran adalah masalah populer, maka atribut yang melekat dalam tulisan harus
segera diedit agar terlihat lebih sederhana. Editing yang jarang dilakukan juga mengurangi
penilaian tulisan dimata redaktur. Adanya huruf yang double, kata yang terlalu banyak
diulang, dan kalimat yang ambigu adalah hal umum dialami oleh penulis pemula. Namun
perlu diketahui agar editing dilakukan setelah artikel selesai dibuat. Untuk menghindari
tulisan yang tak kunjung usai karena terlalu sering diedit.

Proses terakhir adalah berdoa, berharap, dan pasrah. Menulis di koran adalah bagian dari
proses mencari popularitas, uang, dan kesuksesan. Tidak dipungkiri menulis di koran
merupakan langkah awal menjadi penulis terkenal. Penulis terkenal pun tak langsung menjadi
terkenal. Tapi melalui proses yang panjang dengan menulis. keberhasilan tulisan sampai
cetak di koran tak lepas dari aktivitas doa dan pasrah. Jangan cepat menyerah dan belajar agar
menghasilkan tulisan yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai