0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
42 tayangan23 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang keanekaragaman hayati di Indonesia yang terancam, termasuk beberapa spesies seperti harimau jawa yang punah, bekantan dan tarsius yang terancam punah, serta upaya konservasi untuk melestarikan spesies-spesies tersebut.
Dokumen tersebut membahas tentang keanekaragaman hayati di Indonesia yang terancam, termasuk beberapa spesies seperti harimau jawa yang punah, bekantan dan tarsius yang terancam punah, serta upaya konservasi untuk melestarikan spesies-spesies tersebut.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Dokumen tersebut membahas tentang keanekaragaman hayati di Indonesia yang terancam, termasuk beberapa spesies seperti harimau jawa yang punah, bekantan dan tarsius yang terancam punah, serta upaya konservasi untuk melestarikan spesies-spesies tersebut.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai PPTX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Prisaka Scuandra A. F.(28) Ricat Pramono (30) Rizki Akbar (31) HARIMAU • Harimau Jawa adalah jenis harimau yang hidup di pulau Jawa. Harimau ini dinyatakan punah di sekitar tahun 1980-an, akibat perburuan dan perkembangan lahan pertanian yang mengurangi habitat binatang ini secara drastis. Ada kemungkinan kepunahan ini terjadi di sekitar tahun 1950-an ketika diperkirakan hanya tinggal 25 ekor jenis harimau ini. Terakhir kali ada sinyalemen dari harimau jawa ialah di tahun 1972. Di tahun 1979, ada tanda-tanda bahwa tinggal 3 ekor harimau hidup di pulau Jawa. Kemungkinan kecil binatang ini belum punah. Di tahun 1990-an ada beberapa laporan tentang keberadaan hewan ini, walaupun hal ini tidak bisa diverfikasi. Di akhir abad ke-19, harimau ini masih banyak berkeliaran di pulau Jawa. Di tahun 1940-an, harimau jawa hanya ditemukan di hutan-hutan terpencil. Ada usaha-usaha untuk menyelamatkan harimau ini dengan membuka beberapa taman nasional. Namun, ukuran taman ini terlalu kecil dan mangsa harimau terlalu sedikit. Di tahun 1950-an, ketika populasi harimau Jawa hanya tinggal 25 ekor, kira-kira 13 ekor berada di Taman Nasional Ujung Kulon. Sepuluh tahun kemudian angka ini kian menyusut. Di tahun 1972, hanya ada sekitar 7 harimau yang tinggal di Taman Nasional Meru Betiri. Walaupun taman nasional ini dilindungi, banyak yang membuka lahan pertanian disitu dan membuat harimau jawa semakin terancam dan kemudian diperkirakan punah di tahun 80-an. Harimau jawa mempunyai ukuran tubuh yang lebih besar dari pada harimau sumatra dan harimau bali. Harimau jawa jantan mempunyai berat 150-200 kg dan panjangnya kira-kira 2.50 meter. Betina berbobot legih ringan, yaitu 75-115 kg dan sedikit lebih pendek dari jenis jantan. Besar tubuh harimau jawa ini diduga karena adanya kompetisi dengan macan tutul dan ajak. Disamping itu ada hukum: semakin menjauhi garis katulistiwa maka ukuran tubuh harimau akan semakin besar, kecuali harimau bali. Di samping harimau jawa, ada dua jenis harimau yang punah di abad ke-20, yaitu Harimau Bali dan Harimau Persia. Secara biologis, harimau jawa mempunyai hubungan sangat dekat dengan harimau bali. Beberapa ahli biologi bahkan menyatakan bahwa mereka adalah satu spesies. BEKANTAN • Bekantan atau dalam nama ilmiahnya Nasalis larvatus adalah sejenis kera berhidung panjang dengan rambut berwarna coklat kemerahan dan merupakan satu dari dua spesies dalam genus tunggal kera Nasalis. • Ciri-ciri utama yang membedakan bekantan dari kera lainnya adalah hidung panjang dan besar yang hanya ditemukan di spesies jantan. Fungsi dari hidung besar pada bekantan jantan masih tidak jelas, namun ini mungkin disebabkan oleh seleksi alam. Kera betina lebih memilih jantan dengan hidung besar sebagai pasangannya. Karena hidungnya inilah, bekantan dikenal juga sebagai monyet Belanda. Dalam bahasa Brunei (kxd) disebut bangkatan. Bekantan jantan berukuran lebih besar dari betina. Ukurannya dapat mencapai 75cm dengan berat mencapai 24kg. Kera betina berukuran 60cm dengan berat 12kg. Spesies ini juga memiliki perut yang besar, sebagai hasil dari kebiasaan mengkonsumsi makanannya. Selain buah-buahan dan biji-bijian, bekantan memakan aneka daun-daunan, yang menghasilkan banyak gas pada waktu dicerna. Ini mengakibatkan efek samping yang membuat perut bekantan jadi membuncit. Bekantan tersebar di pulau Kalimantan.endemik di hutan bakau, rawa dan hutan pantai di Spesies ini menghabiskan sebagian waktunya di atas pohon dan hidup dalam kelompok-kelompok yang berjumlah antara 10 sampai 32 kera. Bekantan juga dapat berenang dengan baik, kadang-kadang terlihat berenang dari satu pulau ke pulau lain. Bekantan merupakan maskot fauna provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut, serta sangat terbatasnya daerah dan populasi habitatnya, bekantan dievaluasikan sebagai Terancam Punah. TARSIUS Tarsius adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Meskipun grup ini dahulu kala memiliki penyebaran yang luas, semua spesies yang hidup sekarang ditemukan di pulau- pulau di Asia Tenggara. Fosil tarsius dan primata ordo Tarsiiformes lain ditemukan di Asia, Eropa, dan Amerika Utara dan ada fosil yang diragukan yang berasal dari Afrika, namun tarsius-tarsius yang bertahan hingga sekarang terbatas di beberapa kepulauan di Asia Tenggara termasuk Filipina, Sulawesi, Kalimantan dan Sumatra. Catatan fosilnya juga yang terpanjang kesinambungannya dibanding genus primata manapun,dan catatan fosil itu menandakan bahwa susunan gigi mereka tidak banyak berubah, kecuali ukurannya, dalam 45 juta terakhir. Diindikasikan bahwa tarsius, yang semuanya dimasukkan pada genus Tarsius, sebenarnya harus diklasifikasikan pada dua (grup Sulawesi dan Filipina-Barat) atau tiga genera yang berbeda (grup Sulawesi, Filipina dan Barat). Taksonomi di tngkat spesies adalah rumit, dengan morfologi seringkali digunakan secara terbatas dibandingkan vokalisasi. Beberapa "ragam bentuk vokal" mungkin mewakili taksa yang belum dideskripsikan, yang secara taksonomis terpisah dari Tarsius tarsier (=spectrum) (seperti tarsius dari Minahasa dan kepulauan Togean), dan banyak tarsius lain dari Sulawesi dan pulau- pulau di sekitarnya (Shekelle & Leksono 2004). Hal ini mungkin juga merupakan kasus sejumlah populasi Filipina yang terisolasi yang kurang diketahui seperti populasi Basilan, Leyte dan Dinagat dari grup T. syrichta. Kerancuan lebih lanjut muncul pada validitas nama- nama tertentu. Diantaranya, T. dianae yang sering dipakai telah ditunjukkan sebagai sinonim junior dari T. dentatus, sama halnya dengan itu, T. spectrum sekarang dianggap sinonim junior dari T. tarsier.Terlebih lagi, T. tarsier yang diperdebatkan sebagai sinonim senior dari T. spectrum yang dipakai secara luas. Tarsius
– Famili Tarsiidae: Tarsius
• Genus Tarsius – Grup T. syrichta (Filipina-Barat) » Tarsius Filipina, Tarsius syrichta » Tarsius Barat, Tarsius bancanus – Grup T. tarsier (Sulawesi) » Tarsius Sulawesi, Tarsius tarsier » Tarsius Dian, Tarsius dentatus » Tarsius Lariang, Tarsius lariang » Tarsius Peleng, Tarsius pelengensis » Tarsius Sangihe, Tarsius sangirensis » Tarsius Siau, Tarsius tumpara[4] Tarsius bertubuh kecil dengan mata yang sangat besar; tiap bola matanya berdiameter sekitar 16 mm dan berukuran sebesar keseluruhan otaknya.Kaki belakangnya juga sangat panjang. Tulang tarsus di kakinya sangat panjang dan dari tulang tarsus inilah tarsius mendapatkan nama. Panjang kepala dan tubuhnya 10 sampai 15 cm, namun kaki belakangnya hampir dua kali panjang ini, mereka juga punya ekor yang ramping sepanjang 20 hingga 25 cm. Jari-jari mereka juga memanjang, dengan jari ketiga kira-kira sama panjang debngan lengan atas. Di banyak ujung jarinya ada kuku namun pada jari kedua dan ketiga dari kaki belakang berupa cakar yang mereka pakai untuk merawat tubuh. Bulu tarsius sangat lembut dan mirip beludru yang bisanya berwarna cokelat abu- abu, cokelat muda atau kuning-jingga muda. Semua jenis tarsius bersifat nokturnal, namun seperti organisme nokturnal lain beberapa individu mungkin lebih banyak atau sedikit beraktivitas selama siang hari. Tidak seperti kebanyakan binatang nokturnal lain, tarsius tidak memiliki daerah pemantul cahaya (tapetum lucidum) di matanya. Mereka juga memiliki fovea, suatu hal yang tidak biasa pada binatang nokturnal. Tarsius merupakan satwa insektivora, dan menangkap serangga dengan melompat pada serangga itu. Mereka juga diketahui memangsa vertebrata kecil seperti burung, ular, kadal dan kelelawar.[Saat melompat dari satu pohon ke pohon lain, tarsius bahkan dapat menangkap burung yang sedang bergerak.Kehamilan berlangsung enam bulan, kemudian tarsius melahirkan seekor anak. Tarsius muda lahir berbulu dan dengan mata terbuka serta mampu memanjat dalam waktu sehari setelah kelahiran. Mereka mencapai masa dewasa setelah satu tahun. Tarsius dewasa hidup berpasangan dengan jangkauan tempat tinggal sekitar satu hektar. Satu jenis tarsius, tarsius Dian T. dentatus; terdaftar segabai sinonim juniornya T. dianae oleh IUCN), terdaftar di IUCN Red List berstatus Bergantung Konservasi. Dua spesies/subspesies lain , Tarsius Barat (T. bancanus) dan subspesies nominasinya (T. bancanus bancanus , terdaftar dengan status Risiko Rendah. Tarsius Sulawesi (T. tarsier; terdaftar sebagai sinonim juniornya T. spectrum) dikategorikan sebagai Hampir Terancam. Jenis tarsius lain terdaftar oleh IUCN sebagai Data Kurang. Adapun di Indonesia, semua jenis tarsius yang hidup di Indonesia terdaftar sebagai satwa dilindungi. Tarsius tidak pernah sukses membentuk koloni pembiakan dalam kurungan, dan bila dikurung, tarsius diketahui melukai dan bahkan membunuh dirinya karena stres. Satu situs mendapat keberhasilan mengembalikan populasi tarisus di pulau Filipina Bohol. Philippine Tarsier Foundation telah mengembangkan kandang besar semi-liar yang memakai cahaya untuk menarik serangga nokturnal yang menjadi makanan tarsius. Di tahun 2008 dideskripsikan tarsius Siau yang dianggap bestatus kritis dan terdaftar dalam 25 primata paling terancam oleh Conservation International dan IUCN/SCC Primate Specialist Group tahun 2008 SIAMANG • Siamang adalah kera hitam yang berlengan panjang, dan hidup pada pohon-pohon.Pada umumnya, siamang sangat tangkas saat bergerak di atas pohon, sehingga tidak ada predator yang bisa menangkap mereka. Siamang merupakan spesies terancam, karena deforestasi habitatnya cepat.Siamang tidak memliki ekor dan memiliki postur tubuh yang kurang tegak.Siamang juga memiliki perkembangan otak yang tinggi.Siamang berwarna hitam agak cokelat kemerahan.Kera ini memiliki anyaman antara jari kedua dan ketiga. • Siamang ditutupi oleh rambut yang lebat di sebagian besar tubuhnya, kecuali wajah, jari, telapak tangan, ketiak, dan telapak kaki mereka. Beberapa spesies siamang memiliki wajah berbentuk cicin dan berwarna putih. Siamang memiliki indera yang sangat mirip dengan manusia, seperti pendengaran, penglihatan (melihat warna), bau, rasa, dan sentuhan. Siamang memiliki wajah berbulu dengan mata gelap dan hidung kecil. Siamang memiliki tangan dengan empat jari panjang ditambah jempol yang lebih kecil. Mereka memiliki kaki dengan lima jari, ditambah jempol kaki.Siamang bisa memegang dan membawa barang-barang dengan kedua tangan dan kaki mereka.Ketika mereka melakukan ayunan di pohon (disebut brachiating), mereka menggunakan empat jari-jari tangan mereka seperti kail, tetapi mereka tidak menggunakan jempol. Siamang jantan memiliki ukuran yang sama dengan siamang betina, yaitu sekitar 30-35 inci dan berat 7 kilogram. Siamang banyak hidup di Asia Tenggara.Mereka juga banyak ditemukan di beberapa tempat, seperti Semenanjung Malaysia dan Sumatera. Siamang mengeluarkan suara yang sangat nyaring, karena terdapat kantung gular pada tenggorokannya. Siamang merupakan hewan yang lebih aktif pada siang hari.Mereka bersosialisasi dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari dua sampai tiga ekor siamang.Berbeda dengan kera lainnya, siamang tidak mempunyai tempat khusus untuk tidur.Mereka hanya tidur sendiri atau dengan beberapa ekor siamang di celah antar cabang pada pepohoan. Mereka tidur dengan posisi tegak, bersandar pada bantalan keras yang terletak di ujung belakang mereka.Bantalan ini disebut ischial callosities. Selain itu, siamang memiliki kantung tenggorokan yang biasa disebut kantung gular.Kantung ini dapat mengembang menjadi besar seperti kepala mereka yang berfungsi membuat pita suara lebih keras.Pada waktu dalam keadaan bahaya, siamang betina akan mengeluarkan suara yang nyaring dan diikuti oleh siamang jantan selama tiga hingga lima belas menit.Suara mereka dapat terdengar dari jarak sekitar 6,5 km.Siamang tidak dapat berenang dan takut air.Siamang dapat bertahan hidup sekitar 35-40 tahun. Siamang merupakan hewan omnivora. Sektar 75% makanan mereka adalah buah, sisanya daun, bunga, biji-bijian, dan kulit kayu.Mereka juga memakan serangga, laba-laba, telur burung, dan burung kecil.Karena takut air, siamang akan mencelupkan kaki depannya ke dalam air atau menggosok tangan pada daun yang basah dan menghisap air pada bulu kakinya sebagai minuman. Siamang mulai berkembang biak pada usia 5-7 tahun.Siamang betina melahirkan anaknya pada usia 8 bulan.Siamang yang lahir memiliki rambut yang sedikit dari siamang dewasa dan memiliki berat sekitar 6 ons.Induk siamang memelihara bayi mereka yang masih muda.Pada saat lahir, siamang muda menempel pada perut induknya untuk mendapatkan kehangatan.Mereka disapih sekitar 1 tahun. Siamang muda hidup bersama induk mereka sekitar 5-7 tahun.Siamang merupakan hewan yang terancam punah. Hal ini disebabkan karena banyaknya penangkapan siamang yang dijadikan pasaran penjualan hewan pemeliharaan. Untuk mencegah punahnya siamang, diperlukan campur tangan pemerintah dalam menjadikan keberadaan siamang sebagai objek wisata dan riset sehingga mendatangkan manfaat bagi daerah tanpa harus mengganggu atau menangkap satwa tersebut. Status konservasi Ordo: Terancam Primates Klasifikasi ilmiah Famili: Kerajaan: Hylobatidae Animalia Genus: Filum: Symphalangus Chordata Gloger, 1841 Kelas: Spesies: Mammalia S. syndactylus PERTANYAAN : 1.Bagaimana Keadaan organisme yang anda temukan? 2.Terdapat dari manakah organisme tersebut berasal? 3.Apakah manfaat organisme tersebut bagi manusia di Indonesia maupun bagi ekosistemnya? 4.Bagaimanakah pendapat anda yang dapat di usulkan untuk melindungi organisesme tersebut? JAWAB : HARIMAU: 1.Terancam, bahkan sebagian species sudah punah. 2.Jawa,sumatra, 3.Melindungi kawanannya dari serangan hewan lain. 4.Sebaiknya kita melindungi hewan yang terancam punah ini, salah satu caranya adalah mendirikan penangkaran/suaka margasatwa. JAWAB : BEKANTAN : 1.Terancam punah 2.Tersebar di daerah kalimantan . Dan bahkan hewan ini menjadi maskot provinsi Kalimantan Selatan . 3.Manfaat 4. Dengan menetapkan hewan ini sebagai hewan yang dilidungi. Kita harus menjaga populasi hewan ini, karena hewan ini tak bisa di tangkarkan/ di kembangbiakan di dalam penangkaran JAWAB : TARSIUS : 1.Umumnya hampir terancam, tetapi ada juga yang berstatus “tergantung konservasi & resiko rendah” 2. Di Asia Tenggara 3. 4.Dengan menetapkan hewan ini sebagai hewan yang dilidungi. Kita harus menjaga populasi hewan ini, karena hewan ini tak bisa di tangkarkan/ di kembangbiakan di dalam penangkaran JAWAB : SIAMANG : 1. Terancam 2. Di Asia Tenggara 3. 4. Dengan menetapkan hewan ini sebagai hewan yang dilidungi. Kita harus menjaga populasi hewan ini, karena hewan ini tak bisa di tangkarkan/ di kembangbiakan di dalam penangkaran Wassalamualaikum Wr.Wb. Thank’s for your attantion