Anda di halaman 1dari 18

Bab 1

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital
dalam semua aktifitas ekonomi. Dampak langsung perubahan harga minyak ini adalah
perubahan-perubahan biaya operasional yang mengakibatkan tingkat keuntungan kegiatan
investasi langsung terkoreksi.
Kenaikan harga BBM bukan saja memperbesar beban masyarakat kecil pada umumnya tetapi
juga bagi dunia usaha pada khususnya. Hal ini dikarenakan terjadi kenaikan pada pos-pos biaya
produksi sehingga meningkatkan biaya secara keseluruhan dan mengakibatkan kenaikan harga
pokok produksi yang akhirnya akan menaikkan harga jual produk. Multiple efek dari kenaikan
BBM ini antara lain meningkatkan biaya overhead pabrik karena naiknya biaya bahan baku,
ongkos angkut ditambah pula tuntutan dari karyawan untuk menaikkan upah yang pada akhirnya
keuntungan perusahaan menjadi semakin kecil. Di lain pihak dengan kenaikan harga Bahan
Bakar Minyak tersebut akan memperberat beban hidup masyakarat yang pada akhirnya akan
menurunkan daya beli masyarakat secara keseluruhan. Turunnya daya beli masyarakat
mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi banyak perusahaan sehingga secara
keseluruhan akan menurunkan penjualan yang pada akhirnya juga akan menurunkan laba
perusahaan.
Melihat berbagai indikator ekonomi yang ada, secara umum kinerja bidang ekonomi
sepanjang tahun 2008 menunjukkan prestasi yang kurang menggembirakan. Banyak faktor yang
menjadi penyebab tidak optimalnya kinerja bidang ekonomi tersebut terutama terkait antisipasi
dan penanganan krisis keuangan yang disebabkan oleh adanya krisis keuangan global,
perlambatan ekonomi dunia, dan kenaikan harga minyak serta pangan sebagai akibat rembetan
gejolak ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (USA).
Gejolak harga minyak dunia sebenarnya sudah mulai terlihat sejak tahun 2000. Tiga tahun
berikutnya harga terus naik seiring dengan menurunnya kapasitas cadangan.  Ada sejumlah
faktor penyebab terjadinya gejolak ini, salah satunya adalah persepsi terhadap rendahnya
kapasitas cadangan harga minyak yang ada saat ini, yang kedua adalah naiknya permintaan

1
(demand) dan di sisi lain terdapat kekhawatiran atas ketidak mampuan negara-negara produsen
untuk meningkatkan produksi, sedangkan masalah tingkat utilisasi kilang di beberapa negara dan
menurunnya persediaan bensin di Amerika Serikat juga turut berpengaruh terhadap posisi harga
minyak yang terus meninggi (Republika Online).
Perkembangan berbagai faktor eksternal yang penuh ketidakpastian dan sulit diprediksikan
mewarnai situasi perekonomian yang terjadi sejak kuartal IV 2007 dan terus berlanjut hingga
kuartal II 2008. Ketidakpastian ini berawal dari krisis subprime mortgage yang terjadi pada
pertengahan tahun 2007 dan telah memberikan imbas pada kondisi perekonomian dunia. Pada
saat yang bersamaan, harga-harga komoditi dunia mulai dari minyak bumi, minyak sawit,
gandum, dan kedelai mengalami peningkatan yang sangat tinggi hingga lebih dari 100 persen.
Tingginya harga komoditi dunia terutama harga minyak mentah ternyata masih berlanjut
hingga memasuki semester II 2008 dan belum ada tanda-tanda akan berakhir dalam jangka
waktu dekat. Harga minyak dunia yang terus meningkat hingga mencapai kisaran US$140 per
barel pada pertengahan Juli 2008 ternyata mulai menunjukkan tanda-tanda menurun pada akhir
bulan Juli pada kisaran harga US$125 per barel. Walaupun harga minyak mulai menunjukkan
kecenderungan yang menurun, namun berbagai prediksi oleh lembaga yang kompeten di bidang
perminyakan menyebutkan bahwa kenaikan harga minyak dunia masih akan tetap berlanjut.
Bila mencermati perkembangan permintaan dan penawaran minyak dunia selama Desember
2007 hingga Juni 2008, dapat dilihat bahwa produksi minyak dunia sudah melebihi
permintaannya, namun demikian harga minyak internasional tetap terus meningkat. Tingginya
harga minyak pada periode ini lebih disebabkan faktor nonfundamental akibat tindakan
spekulatif di pasar komoditi.
Hal ini kemudian direspon oleh pemerintah di beberapa negara di dunia dengan menaikkan
harga BBM. Demikian juga dengan Indonesia, DPR akhirnya menyetujui rencana pemerintah
untuk menaikkan  harga bahan bakar minyak pada hari Selasa  27 September 2005 sebesar
minimal 50 %. Kebijakan kenaikan harga BBM dengan angka yang menakjubkan ini tentu saja
menimbulkan dampak yang signifikan terhadap perekonomian sehingga kebijakan ini
menimbulkan banyak protes dari berbagai kalangan. Keputusan pemerintah menaikkan harga
bensin, solar, dan minyak tanah sejak 1 Oktober 2005 akibat kenaikan harga minyak mentah
dunia hingga lebih dari 60 Dolar AS per barel dan terbatasnya keuangan pemerintah ini direspon
oleh pasar dengan naiknya harga barang kebutuhan masyarakat yang lain. Biaya produksi

2
menjadi tinggi, harga barang kebutuhan masyarakat semakin mahal sehingga daya beli
masyarakat semakin menurun. Secara makro cadangan devisa negara banyak dihabiskan oleh
Pertamina untuk mengimpor minyak mentah. Tingginya permintaan valas Pertamina ini, juga
menjadi salah satu penyebab terdepresinya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS
(Metrotvnews.com).
Terjadinya hubungan timbal balik antara naiknya biaya produksi dan turunnya daya beli
masyarakat berarti memperlemah perputaran roda ekonomi secara keseluruhan di Indonesia.
Kondisi ini dapat mempengaruhi iklim investasi secara keseluruhan baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek naiknya harga BBM tersebut disikapi oleh pelaku
pasar, khususnya pelaku pasar modal sebagai pusat perputaran dan indikator investasi.
Kontroversi kenaikan harga minyak ini bermula dari tujuan pemerintah untuk
menyeimbangkan biaya ekonomi dari BBM dengan perekonomian global.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah tersebut, maka yang menjadi permasalahan
di dalam makalah ini adalah :
“Bagaimanakah dampak kenaikan harga minyak dari $85 per barrel menjadi $125 per barrel
terhadap pertumbuhan ekonomi?”

3
Bab 2
Telaah Teori

A. Pengertian Minyak
Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larut atau bercampur
dalam air (hidrofobik) tetapi larut dalam pelarut organik. Minyak juga memiliki sifat tambahan
lain yang dikenal oleh orang awam, yaitu: terasa licin apabila dipegang. 
Dalam arti sempit, kata 'minyak' biasanya mengacu ke minyak bumi (petroleum) atau produk
olahannya yaitu minyak tanah (kerosena). Namun demikian, kata ini sebenarnya berlaku luas,
baik untuk minyak sebagai bagian dari menu makanan (misalnya minyak goreng), sebagai bahan
bakar (misalnya minyak tanah), sebagai pelumas (misalnya minyak rem), sebagai medium
pemindahan energi, maupun sebagai wangi-wangian (misalnya minyak nilam).
Minyak adalah salah satu kelompok yang termasuk pada golongan lipid, yaitu senyawa
organik yang terdapat di alam serta tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut organik non-
polar, misalnya dietil eter (C2H5OC2H5), Kloroform (CHCl3), benzena dan hidrokarbon lainnya
yang polaritasnya sama.(Wikipedia).
Minyak merupakan senyawaan trigliserida atau triasgliserol, yang berarti “triester dari
gliserol”. Jadi minyak juga merupakan senyawa anester. Hasil hidrolisis minyak adalah asam
karboksilat dan gliserol. Asam karboksilat ini juga disebut asam lemak yang mempunyai rantai
hidrokarbon yang panjang dan tidak bercabang.

B. Jenis-Jenis Minyak

Dilihat dari asalnya terdapat dua golongan besar minyak, yaitu minyak yang dihasilkan
tumbuh-tumbuhan (minyak nabati) dan hewan (minyak hewani), dan minyak yang diperoleh dari
kegiatan penambangan (minyak bumi).

1. Minyak tumbuhan dan hewan

Minyak tumbuhan dan hewan semuanya merupakan lipid. Dari sudut pandang kimia,


minyak kelompok ini sama saja dengan lemak. Minyak dibedakan dari lemak berdasarkan sifat
fisiknya pada suhu ruang: minyak berwujud cair sedangkan lemak berwujud padat.

4
Penyusunnya bermacam-macam, tetapi yang banyak dimanfaatkan orang hanya yang tersusun
dari dua golongan saja, yaitu:

 Gliserida dan atau asam lemak, yang mencakup minyak makanan (minyak masak atau


minyak sayur serta minyak ikan), bahan baku industri sabun, bahan campuran minyak
pelumas, dan bahan baku biodiesel. Golongan ini biasanya berwujud padat atau cair pada
suhu ruang tetapi tidak mudah menguap.

 Terpena dan terpenoid, yang dikenal sebagai minyak atsiri, atau minyak eteris,


atau minyak esensial (bukan asam lemak esensial) dan merupakan bahan dasar wangi-
wangian (parfum) dan minyak gosok. Golongan ini praktis semuanya berasal
dari tumbuhan, dan dianggap memiliki khasiat penyembuhan (aromaterapi). Kelompok
minyak ini memiliki aroma yang kuat karena sifatnya yang mudah menguap pada suhu
ruang (sehingga disebut juga minyak "aromatik").

Beberapa minyak tumbuhan lainnya yang juga banyak digunakan yaitu:

 Minyak ikan, kaya DHA, baik untuk kerja otak

 Margarin, bentuk padat karena perubahan cis menjadi trans

 Biodiesel, bahan akar ramah lingkungan

2. Minyak bumi
Minyak bumi (bahasa Inggris: petroleum, dari bahasa Latin petrus – karang danoleum –
minyak), dijuluki juga sebagai emas hitam, adalah cairan kental, coklat gelap, atau kehijauan
yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak Bumi. Minyak
bumi terdiri dari campuran kompleks dari berbagai hidrokarbon, sebagian besar seri alkana,
tetapi bervariasi dalam penampilan, komposisi, dan kemurniannya.
Minyak bumi merupakan campuran berbagai macam zat organik, tetapi komponen
pokoknya adalah hidrokarbon. Minyak bumi disebut juga minyak mineral karena diperoleh
dalam bentuk campuran dengan mineral lain. Minyak bumi tidak dihasilkan dan didapat secara
langsung dari hewan atau tumbuhan, melainkan dari fosil. Karena itu, minyak bumi dikatakan
sebagai salah satu dari bahan bakar fosil.
Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak bumi merupakan zat abiotik, yang berarti zat
ini tidak berasal dari fosil tetapi merupakan zat anorganik yang dihasilkan secara alami di
dalam bumi. Namun, pandangan ini diragukan secara ilmiah karena hanya memiliki sedikit
bukti yang mendukung.

5
C. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan


perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan
perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dan pemerataan pendapatan bagi
penduduk suatu negara.

Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth);


pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan
ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi.

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang
diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami
pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di negara tersebut. Adanya
pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

D. Hubungan Antara Harga Minyak dengan Pertumbuhan Ekonomi


Minyak dan fluktuasi harganya memberikan pengaruh yang sangat vital pada hampir semua
aktivitas makroekonomi, dan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, karena minyak merupakan
salah satu energi utama yang digunakan baik langsung maupun tidak langsung dalam
memproduksi barang dan jasa. Minyak menjadi sumber energi teratas penggunaanya untuk
menopang proses produksi dibandingkan dengan sumber energi lainnya, sehingga fluktuasi harga
minyak sangat sensitif dengan kondisi perekonomian atau pertumbuhan ekonomi di setiap
negara. Dan tidak ada satu negarapun yang tidak tergantung pada minyak dan mampu secara
serta merta menurunkan komsumsinya akibat kenaikan harga. Jika ini terus terjadi tanpa
melakukan terobosan untuk mencari alternatif energi lain atau penghematan energi melaui
efisiensi penggunaan energi, maka mungkin mesin-mesin produksi terpaksa digilir atau bahkan
bisa mati untuk selamanya, sehingga bertambahnya angka pengangguran dan angka kemiskinan
akan menjadi side effect-nya.
Dampak yang lebih besar akibat kenaikan minyak ini akan sangat lebih terasa ketika harga
minyak belum diserahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar, subsidi minyak masih menjadi
beban negara, tidak tercapainya efisiensi energi pada penggunaanya dan tidak adanya
pengembangan serta penerapan energi alternatif, seperti Indonesia. Indonesia merupakan salah
satu negara yang sangat rentan memerima dampak negatif akibat kenaikan harga minyak dunia.

6
Bab 3
Pembahasan

A. Penyebab Kenaikan Harga Minyak


Sulit memastikan apa yang menjadi penyebab kenaikan harga minyak yang lonjakannya
begitu tajam, karena dari sisi produksi tidak ada indikasi penurunan yang signifikan dan begitu
juga dari sisi permintaan cenderung relatif stabil. Apabila ada peningkatanpun, peningkatannya
tidak begitu signifikan. Salah satu kemungkinan yang dapat menjadi penyebab kenaikan harga
ini adalah pengaruh psikologis pelaku pasar yang menganggap bahwa komoditas ini akan
menjadi barang langka dimasa - masa yang akan datang (ekspektasi pelaku pasar) dan juga
dibarengi dengan tindakan spekultaif pelaku pasar untuk mengambil keuntungan.
Faktor ini didukung oleh kondisi instabilitas geopolitik yang sedang terjadi di Timur Tengah
(negara-negara penghasil minyak seperti Iran dan Irak). Diluar yang diatas tersebut, faktor
tindakan politis negara Amerika Serikat di tengah-tengah guncangan ekonomi domestiknya juga
bisa menjadi penyebab, misalnya ada “rancangan atau motif” Amerika Serikat oleh IMF untuk
mengguncang perekononomian negara berkembang yang disebakan semakin sedikitnya
permintaan negara berkembang untuk menjadi pasien IMF melalui pengajuan kredit ke lembaga
tersebut (faktor politis).
Pada masa lalu, krisis minyak tahun 1970an terjadi ketika terjadi peperangan dan kekacauan
politik di Timur Tengah dan ketika itu pula OPEC mengekang prokusinya. Inilah yang menjadi
pemicu kenaikan atau lonjaklan harga. Selanjutnya krisis tahun 1980 dan 1991 juga dikibatkan
terjadinya kekacauan politik dan perang di Timur Tengah (Perak Irak dan Iran). Pada tahun
2004, kenaikan harga juga di dorong oleh ketegangan dan kekacauan politik yang bermula
dengan runtuhnya WTC pada 11 september dan berakhir dengan invasi Amerika Serikat ke Irak.
Dan kenaikan pada tahun 2005, lebih diakibatkan oleh terjadinya badai katrina. Dari runtutan
kejadian mulai tahun 1970-an hingga tahun 2005, faktor pendorong kenaikan harga dapat
diidentifikasi (faktor supply yang terganggu yang diakibatkan oleh faktor eksternal diluar faktor
produksinya, sehingga mendorong kenaikan harga).
Kalau melihat kejadiannya, kenaikan harga tahun 2007 sulit dipastikan penyebabnya. Namun
kecenderungan kenaikan diakibatkan karena kecenderungan akibat ekspektasi pelaku pasar dan
didukung oleh kondisi politik yang agak memanas di Timur Tengah.

B. Dampak Kenaikan Harga MInyak Terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Ketidakpastian kondisi perekonomian dunia memberikan dampak yang signifikan pada
perkembangan pasar modal global dan regional. Kenaikan harga komoditi termasuk harga

7
minyak dan harga pangan yang telah memicu inflasi dan memperlambat perkembangan indeks
harga saham. Sejak awal tahun 2008, indeks harga saham di pasar global terus mengalami
koreksi, meskipun beberapa indeks di pasar modal mengalami recovery dibandingkan nilai
keseluruhan indeks pada awal tahun. Perdagangan saham di Dow Jones yang pada awal tahun
2008 dibuka pada level 13.044,0, sepanjang Semester I 2008 terus berfluktuatif dan pada akhir
Juli ditutup pada level sekitar 11.370,0 atau terkoreksi 1.674,0 poin. Indeks ini lebih rendah bila
dibandingkan periode yang sama tahun 2007 dengan nilai 13.408,6 atau turun sebesar 2.038,6
poin. Hal yang sama juga dialami oleh bursa saham negara lain. Indeks saham global lain yang
juga mengalami koreksi adalah FTSE 1000 (Inggris) pada akhir Juli 2008 ditutup pada level
5.625,9 atau turun 790,8 poin dari 6.416,7 di awal tahun. Penurunan indeks juga dialami oleh
bursa saham regional. Indeks Nikkei (Jepang) turun 1.210,0 poin, indeks Hang Seng (Hongkong)
turun 5.458,5 poin dan indeks BSE (India) turun 6.839,1 poin dibanding posisi awal tahun.
Keadaan tersebut telah mengakibatkan menurunnya pertumbuhan volume perdagangan dunia
pada tahun 2007 menjadi sekitar 6,8 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2006 dengan
pertumbuhan 9,2 persen. Untuk tahun 2008, volume perdagangan dunia diperkirakan tumbuh
lebih lambat dari tahun 2007 menjadi 5,6 persen. Sejalan dengan itu, laju pertumbuhan ekonomi
dunia juga akan mengalami tekanan.
Pada tahun 2008 ini, perekonomian global diperkirakan mengalami penurunan yang
diindikasikan dari penurunan pertumbuhan ekonomi pada beberapa negara maju seperti di
kawasan Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang yang diperkirakan tumbuh rata-rata 1,7 persen,
lebih rendah dari pertumbuhannya dalam tahun 2007 sebesar 2,7 persen. Demikian juga dengan
pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang yang diperkirakan tumbuh 6,7 persen
dalam tahun 2008, mengalami perlambatan dari 8,0 persen dalam tahun 2007. Hal yang sama
terjadi pada perekonomian negara-negara berkembang di kawasan lainnya misalnya negara
ASEAN-5 (Filipina, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Indonesia) yang juga melambat dari 6,3
persen pada tahun 2007, diperkirakan menjadi sekitar 5,6 persen pada tahun 2008.
Walaupun dibayang-bayangi dengan krisis subprime mortgage, tingginya harga minyak dan
harga komoditi, kinerja perekonomian Indonesia pada tahun 2007 menunjukkan perbaikan yang
menggembirakan. Pertumbuhan ekonomi selama beberapa kuartal berturutturut cukup sehat dan
konsisten di atas 6 persen, yang menghasilkan pertumbuhan keseluruhan tahun 2007 sebesar 6,3
persen, tertinggi sejak terjadinya krisis ekonomi 1997 / 1998. Stabilitas ekonomi juga masih
dapat terjaga dengan baik, dengan tingkat inflasi tahunan mencapai 6,6 persen dan nilai tukar
rupiah terhadap dolar Amerika stabil pada tingkat ratarata Rp9.140. Perbaikan secara riil juga

8
ditunjukkan dalam penurunan tingkat pengangguran dari 10,2 persen (2006) menjadi 9,1 persen
(2007), dan penurunan tingkat kemiskinan dari 17,8 persen (2006) menjadi 16,6 persen (2007).
Momentum pertumbuhan ekonomi yang positif tersebut terjadi meskipun suasana perekonomian
dunia tidak makin mudah. Memasuki paruh kedua tahun 2007 dan berlanjut dalam tahun 2008
perekonomian Indonesia dibayang-bayangi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi global
sebagai dampak lanjutan dari krisis subprime mortgage dan tren peningkatan harga komoditi
dunia, termasuk harga minyak dan pangan pokok.
Di tengah dinamika perekonomian global yang terjadi, khususnya pada tahun 2008 yang
sangat dipengaruhi oleh perkembangan berbagai faktor eksternal yang penuh ketidakpastian dan
sulit diprediksikan, terutama harga minyak mentah dan harga komoditi lainnya dunia,
fundamental ekonomi Indonesia masih cukup kuat. Hal ini tercermin pada pertumbuhan ekonomi
yang relatif masih tinggi dan berada pada level 6,3 persen pada kuartal I tahun 2008 yang
didorong oleh tingginya konsumsi rumah tangga yang masih di atas 5 persen, meningkatnya
pertumbuhan investasi dan tetap tingginya pertumbuhan ekspor. Kondisi makroekonomi juga
relatif stabil yang tercermin dari nilai tukar rupiah yang tetap stabil dan terkendali walaupun
didera gejolak krisis keuangan secara global, neraca modal yang masih tetap positif dan
cadangan devisa yang terus meningkat.
Namun demikian, tekanan faktor eksternal terutama oleh harga minyak mentah dan harga
komoditi lainnya ternyata masih berlanjut hingga memasuki semester II 2008 dan belum ada
tanda-tanda akan berakhir dalam jangka waktu dekat. Mengantisipasi kondisi ini, Pemerintah
telah melaksanakan beberapa langkah kebijakan untuk memulihkan kepercayaan ekonomi
terhadap keberlanjutan APBN, memperbaiki struktur dan postur APBN untuk dapat melindungi
masyarakat terutama yang berpendapatan rendah dari tekanan harga komoditas pangan dan
energi, dan pada saat yang sama terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Langkah-langkah tersebut antara lain meliputi:
(i) mengoptimalkan penerimaan negara, khususnya intensifikasi perpajakan pada sektor-
sektor yang mengalami booming;
(ii) mendesain dan melaksanakan program ketahanan dan stabilitas harga pangan;
(iii) melakukan penghematan belanja kementerian negara/lembaga dan pengendalian alokasi
DBH migas;

9
(iv) memberikan kompensasi kelompok rumah tangga sasaran melalui bantuan langsung
tunai dan memperluas program penanggulangan kemiskinan;
(v) pengendalian konsumsi BBM;
(vi) program penghematan listrik dan efisiensi di PT PLN;
(vii) kebijakan untuk mendukung peningkatan produksi migas dan efisiensi di PT Pertamina;
(viii) dan yang terakhir adalah kebijakan kenaikan harga BBM secara terbatas.

Kebijakan ini dilakukan sebagai opsi terakhir setelah berbagai upaya telah dilakukan oleh
Pemerintah dalam rangka memulihkan kepercayaan ekonomi terhadap keberlanjutan APBN,
memperbaiki struktur dan postur APBN untuk dapat melindungi masyarakat terutama yang
berpendapatan rendah dari tekanan harga komoditas pangan dan energi, dan pada saat yang sama
terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.

Menyimak dan mengantisipasi kondisi yang berkembang tersebut, Pemerintah terus berupaya
untuk melakukan penyesuaian kebijakan ekonomi. Tujuan penyesuaian kebijakan adalah agar
masyarakat selalu dapat cukup terlindungi dari gejolak harga komoditas pangan dan energi
sehingga tidak menekan daya beli, serta terus menjaga momentum pertumbuhan ekonomi agar
tidak terganggu dan dengan demikian kemiskinan dan pengangguran akan dapat terus
diturunkan. Dalam merumuskan kebijakan penyesuaian, Pemerintah terus terfokus kepada upaya
meningkatkan tingkat kemakmuran rakyat secara merata, dengan menjaga tingkat pertumbuhan
ekonomi yang cukup tinggi dan sehat, dan dengan kualitas pertumbuhan yang semakin baik.
Untuk itu strategi pembangunan ekonomi Pemerintah akan terus dilakukan dengan tiga
pendekatan yakni, menunjang pertumbuhan (pro-growth), menunjang penciptaan kesempatan
kerja (pro-job), dan mengurangi kemiskinan (pro-poor).

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, diperlukan kualitas kebijakan ekonomi yang mampu
memperbaiki iklim investasi dan arah kebijakan fiskal yang tepat dan fleksibel sehingga mampu
menjalankan fungsi stabilisasi dan menyeimbangkan (anti-cyclical policy).

Dalam bidang perbaikan iklim investasi, perbaikan struktural yang dilakukan meliputi
perbaikan dan penyederhanaan aturan perundangan, perbaikan kualitas pelayanan public dan
reformasi birokrasi untuk perbaikan disiplin dan efisiensi, penciptaan good governance, dan
pemberantasan korupsi.

Hal ini diantaranya dilakukan melalui:

10
(i) kebijakan untuk memperkuat kelembagaan pelayanan penanaman modal,
penyederhanaan perizinan usaha, dan pendaftaran tanah;
(ii) kebijakan kelancaran arus barang dan kepabeanan; dan
(iii) kebijakan perpajakan.

Dalam hal kebijakan untuk memperkuat kelembagaan pelayanan penanaman modal antara
lain dilakukan melalui penyusunan tata cara dan pelayanan terpadu satu pintu, mempermudah
impor barang modal dan bahan baku proyek-proyek penanaman modal, merumuskan kebijakan
penanaman modal pada kawasan ekonomi khusus (KEK), serta menyusun database, daftar
negatif, jenis perizinan dan persyaratan penanaman modal.
Sementara di bidang penyederhanaan perizinan usaha dan pendaftaran tanah, dilakukan
dengan penyederhanaan perizinan di pusat dan daerah dan peningkatan pelayanan informasi
pendaftaran sertifikat tanah secara on-line.
Di bidang kelancaran arus barang dan kepabeanan, Pemerintah terus melakukan penataan
pelabuhan yang terbuka untuk ekspor dan impor, percepatan proses pengeluaran barang impor
dan ekspor (customs clearance), pengembangan fasilitas kepabeanan, melanjutkan pembangunan
pengembangan dan penerapan sistem National Single Window (NSW). Dalam rangka
pengamanan pasar dan mendorong perdagangan luar negeri, Pemerintah terus meningkatkan
pemantauan dan pengawasan ekspor dan impor, penguatan instrument perlindungan gangguan
ekspor dan impor, penanggulangan hambatan ekspor, dan pengembangan pelaku ekspor dan
Harmonisasi tarif Bea Masuk (BM) dan perjanjian Free Trade Area (FTA)/Economic
Partnership Agreement (EPA).
Di bidang perpajakan, Pemerintah memberikan fasilitas pajak penghasilan (PPh) untuk
daerah/sektor tertentu dan perusahaan masuk bursa. Selain itu, Pemerintah juga memberikan
insentif perpajakan untuk mendorong investasi di sektor migas. Kebijakan perpajakan lainnya
yang mendukung perbaikan iklim investasi antara lain percepatan proses pelayanan/penyelesaian
permohonan restitusi PPN, pembentukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama dan
peningkatan built-in control system, serta penyederhanaan mekanisme pelaporan Surat
Pemberitahuan (SPT) dan PPh pasal 25 bagi wajib pajak yang melakukan pembayaran secara
online. Melalui kebijakan-kebijakan tersebut dan didukung oleh pembangunan infrastruktur dan
energi, serta sinkronisasi kebijakan fiskal dan moneter diharapkan investasi akan semakin
meningkat.

11
Proyeksi harga minyak dunia yang masih akan tetap tinggi menjadi faktor yang harus disikapi
dengan penuh hati-hati dan bijaksana karena akan menyebabkan tekanan inflasi dan penurunan
daya beli masyarakat. Sedangkan proyeksi melemahnya ekonomi dunia, akan mengharuskan
kebijakan ekonomi kita lebih tergantung pada kekuatan domestik dalam menjaga momentum
pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, arah kebijakan ekonomi makro dan fiskal tahun 2009
ditujukan untuk melindungi penurunan daya beli masyarakat, terutama dari tekanan inflasi, dan
menjaga ekspansi fiskal untuk menciptakan permintaan domestik dengan tingkat dan komposisi
yang tepat serta tidak akan memperburuk tekanan inflasi, namun dapat menutup output gap. Hal
ini harus ditopang secara konsisten dengan kebijakan struktural yang terus dilanjutkan dan
diperbaiki. Distribusi beban kenaikan harga energi dilakukan secara bijaksana, antar pelaku
ekonomi dan kelompok pendapatan, agar mencerminkan azas keadilan dan kemampuan untuk
menanggung.
Dengan kondisi yang masih terus dihadapkan pada ketidakpastian baik dari segi harga minyak
dunia dan prospek pertumbuhan ekonomi dunia, maka untuk menyusun dan merancang
kebijakan ekonomi dan fiskal tahun 2009 harus terus dilandasi sikap untuk terus waspada dan
terbuka terhadap perubahan, dan mampu secara fleksibel untuk merespon perubahan yang
mungkin terjadi. Meskipun demikian RAPBN 2009 harus tetap dapat memberikan arah yang
jelas dan pasti mengenai kebijakan ekonomi dan fiskal, yang dapat dijadikan landasan pedoman
bagi seluruh pelaku ekonomi dan Pemerintah dalam menjalankan aktivitas dan rencana kerjanya.
Tujuan untuk membangun perekonomian yang kokoh dan sehat, serta struktur anggaran yang
fleksibel dan mampu melakukan fungsi stabilisasi terus diupayakan.
Pembangunan ekonomi dalam tahun 2009 tetap untuk mencapai sasaran peningkatan
kesejahteraan rakyat sebagai bagian dari kelanjutan yang telah dicapai pada tahun-tahun
sebelumnya. Untuk mewujudkan tema pembangunan dalam tahun 2009 “Peningkatan
Kesejahteraan Rakyat dan Pengurangan Kemiskinan”, telah ditetapkan prioritas pembangunan
nasional dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) sebagai berikut: Pertama, pengurangan
kemiskinan dengan peningkatan pelayanan dasar dan pembangunan perdesaan. Kedua,
percepatan pertumbuhan yang berkualitas dengan memperkuat daya tahan ekonomi yang
didukung oleh pembangunan pertanian, infrastruktur, dan energy. Ketiga, memperbaiki kualitas
kelembagaan melalui peningkatan upaya anti korupsi, reformasi birokrasi, pemantapan
demokrasi, serta pertahanan dan keamanan dalam negeri.

12
Dalam upaya mencapai prioritas pembangunan nasional yang pertama, Pemerintah akan
memfokuskan kegiatan pada program pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, keluarga
berencana, ekonomi lokal, sumber daya air, transportasi, energi, ketenagalistrikan, pos dan
telekomunikasi, perumahan dan permukiman, pertanahan serta kelembagaan masyarakat dan
pemerintah desa.
Untuk mencapai prioritas pembangunan nasional yang kedua, Pemerintah akan lebih
memfokuskan kegiatan pada upaya untuk meningkatkan daya tarik investasi dan daya saing
sektor riil, ketahanan pangan nasional, memperluas kesempatan kerja, serta peningkatan
kapasitas mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim global.
Upaya pencapaian prioritas pembangunan nasional yang ketiga dilakukan melalui berbagai
kegiatan yang difokuskan kepada peningkatan partisipasi masyarakat dalam pemberantasan
korupsi, peningkatan kualitas pelayanan publik, peningkatan kinerja dan kesejahteraan PNS,
peningkatan efektivitas pelaksanaan Pemilu 2009, serta pemantapan pertahanan dan keamanan
dalam negeri.
Selain langkah-langkah untuk mencapai prioritas pembangunan tersebut, Pemerintah juga
merencanakan untuk membagi beban subsidi BBM dan subsidi pupuk ke daerah melalui
pengurangan pendapatan dalam negeri bersih dan melakukan perbaikan quality of spending,
serta penajaman prioritas terhadap belanja tidak mengikat.
Dengan langkah-langkah tersebut, pertumbuhan ekonomi dalam tahun 2009 kembali pada
jalur akselerasi pertumbuhan di atas 6 persen, yakni pada kisaran 6,2 persen yang diharapkan
bersumber dari peningkatan konsumsi masyarakat, investasi, dan ekspor. Rata-rata nilai tukar
rupiah selama tahun 2009 mencapai Rp9.100 per dolar Amerika Serikat (AS), dengan inflasi
sebesar 6,5 persen, dan suku bunga SBI 3 bulan rata-rata 8,5 persen. Harga dan lifting minyak
diperkirakan masing - masing sebesar US$130 per barel dan 0,950 juta barel per hari, sedangkan
lifting gas dan produksi batubara diperkirakan masing-masing sebesar 12.470,8 MMSCFD dan
230 juta ton.
Kebijakan ekonomi dan fiskal tahun 2009 disusun dan dirancang dengan dilandasi sikap
untuk terus waspada dan terbuka terhadap perubahan, dan mampu secara fleksibel untuk
merespon perubahan yang mungkin terjadi. Meskipun demikian RAPBN 2009 harus tetap dapat
memberikan arah yang jelas dan pasti mengenai kebijakan ekonomi dan fiskal, yang dapat
dijadikan landasan pedoman bagi seluruh pelaku ekonomi dan pemerintah dalam menjalankan

13
aktivitas dan rencana kerjanya. Tujuan untuk membangun perekonomian yang kokoh dan sehat,
serta struktur anggaran yang fleksibel dan mampu melakukan fungsi stabilisasi terus diupayakan.
Kebijakan fiskal tahun 2009 diterjemahkan dalam postur RAPBN 2009 dengan pokok-pokok
besaran sebagai berikut:
(i) pendapatan negara dan hibah sebesar Rp1.124,0 triliun (21,2 persen PDB), yang
terinci dalam penerimaan perpajakan sebesar Rp748,9 triliun (14,1 persen PDB),
penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp374,1 triliun (7,1 persen PDB), dan hibah
sebesar Rp0,9 triliun;
(ii) belanja negara diperkirakan sebesar Rp1.203,3 triliun (22,7 persen PDB) yang terinci
dalam belanja pemerintah pusat sebesar Rp867,2 triliun (16,4 persen PDB) dan
transfer ke daerah sebesar Rp336,2 triliun (6,3 persen PDB);
(iii) keseimbangan primer (primary balance) diperkirakan sebesar Rp29,9 triliun (0,6
persen PDB), dan deficit sebesar Rp79,4 triliun (1,5 persen PDB).

14
Bab 4
Kesimpulan
Pada kurun waktu tahun 1970-an, sampai dengan tahun 1980-an, naiknya harga minyak
(krisis minyak) memberikan keuntungan yang relatif sangat besar kepada Indonesia. Pada kurun
waktu tersebut, Indonesia “ketiban pulung” windfall dari kenaikan harga minyak karena pada
saat itu Indonesia merupakan eksportir minyak. Kenaikan harga minyak ini, mampu
mendongkrak jumlah “pundi-pundi” devisa negara sehingga pada saat itu untuk sementara
keadaan terselamatkan (Anggaran Negara).
Untuk saat sekarang (mulai tahun 2004), apa yang disebut windfall di masa lampau tidak
mungkin lagi dirasakan oleh Indonesia. Ini disebabkan karena pada masa-masa sekarang kita
tidak lagi menjadi eksportir tetapi sudah tumbuh menjadi importir yang haus minyak (transisi
dari eksportir ke importir) dan semakin lama ladang minyak kitapun sudah tidak bisa diandalkan.
Dengan kondisi sekarang (transisi) maka kenaikan harga ini akan berpengaruh terhadap
perekonomian yang hingga saat ini menjadikan minyak sebagai pendorong proses produksi
(kecenderungan ketergantungan) dan anggaran pemerintah.
Kenaikan harga minyak memiliki pengaruh dua sisi terhadap anggaran pemerintah, di satu sisi
meningkatkan penerimaan pemerintah dari minyak dan sisi yang lain akan meningkatkan beban
subsidi. Dampak yang ditimbulkan oleh kenaikan harga ini pasti akan mempengaruhi beban
fiskal (defisit anggaran), yang dikarenakan Indonesia hingga kini masih memberikan subsidi
untuk konsumsi minyak domestik. Akan tetapi dampak tersebut relatif tidak terlalu besar , ini
disebabkan karena sejak tahun 2005 subsidi BBM untuk bensin dan solar sebagian besar sudah
dihapuskan dan yang masih disubsidi dengan cukup besar adalah minyak tanah.
Dampak ini akan relatif lebih besar terhadap anggaran apabila target produksi minyak
Indonesia (Lifting Minyak) tidak tercapai (sensitifitas perubahan asumsi produksi terlihat dari
perhitungan setiap penurunan prokusi menyak mentah 50.000 barel per harga akan
mengakibatkan defisit anggaran bertambah Rp 4 Trilliun) dan jika produksi tidak meningkat dan
konsumsi di dalam negeri melaju seperti sekarang, maka pembengkakan defisit anggaran sudah
pasti tidak bisa dihindarkan.
Selain itu kenaikan harga minyak akan sangat semakin berdampak terhadap defisit anggaran
apabila konsumsi BBM domestik terus meningkat dan aktifitas penyelendupan minyak keluar

15
negeri meningkat (semakin marak) akibat disparitas harga di dalam negeri dan harga di luar
negeri semakin melebar sebagimana yang terjadi pada tahun 2004.
Koreksi proyeksi pertumbuhan dunia dari 5,2% menjadi 4,8% untuk tahun 2008 dan
Indonesia hanya 6,1% (proyeksi IMF) juga bisa membuat kita melihat gambaran kondisi
perekonomian global yang lebih suram sehingga sudah pasti akan mempengaruhi penerimaan
negara dari pajak.
Dengan demikian ini pasti akan menimbulkan semakin menganganya defisit anggaran apabila
pemerintah tidak melakukan tindak antisipatif yang cepat. Kenaikan TDL juga (kenaikan tarif
listrik non-subsidi) akan menambah beban sektor industri dan akan mengakibatkan turunya daya
beli masyarakat akibat kenaikan harga barang sehingga pada akhirnya akan dapat mengganggu
target perekonomian.

16
Bab 5
Saran

Apabila kita melihat bahwa dalam jangka panjang fluktuasi harga minyak masih berpeluang
terus terjadi, di masa depan minyak tidak dapat dijadikan andalan lagi untuk mendulang devisa
dan ketergantungan pelaku perekonomian Indonesia yang sangat tinggi terhadap BBM (seiring
semakin menipisnya cadangan minyak Indonesia), sudah saatnya kita mengembangkan dan
mengoptimalkan sumber energi alternatif sehingga roda perekonomian kita tidak terlalu
terganggu akibat perubahan fluktuatif harga minyak. Maka untuk itu, penyediaan infrastruktur,
perencanaan dan kebijakan pemerintah  untuk mengembangkan sumber energi alternatif (baik
kebijakan harga, kebijakan distribusi maupun investasi) sangatlah diperlukan. Sudah saatnya kita
meninggalkan paradigma manajemen energi yang menjadikan minyak single eource of energy.
Melihat kondisi ketergantungan kita terhadap minyak dan derivasi dampak yang diakibatkan
oleh kenaikan harga minyak, ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah baik
untuk jangka panjang maupun jangka pendek.
Pertama, yang harus diperhatikan oleh pemerintah adalah dampak kenaikan harga minyak
akan menciptkan peningkatan disparitas harga domestik dengan harga internasional dan pada
akhirnya akan mendorong peningkatan aktifitas penyelundupan (akibat insentif menyelundupkan
yang meningkat). Apabila ini terjadi, maka akan berakibat fatal terhadap proses perekonomian
secara keseluruhan dan defisit anggaran.
Kedua, beban industri yang meningkat serta beban eksternal (high cost economy) yang belum
bisa dipangkas juga harus menjadi perhatian pemerintah sehingga pada akhirnya pemerintah
mampu merumuskan kebijakan kompensasi bagi industri dan kebijakan lainnya untuk
menyokong kegiatan produksi industri dan tetap mempertahankan roda produksi.
Ketiga, pemerintah juga harus memperhatikan bahwa variabel yang sangat sensitif terhadap
defisit anggaran adalah produksi minyak. Jika produksi minyak menurun, maka akan
mengakibatkan penambahan (membengkaknya) defisit anggaran.
Keempat, pengembangan dan pengoptimalan sumber energi alternatif harus mendapat skala
prioritas pemerintah, melihat potensi yang masih ada di alam Indonesia, semakin menipisnya
cadangan minyak Indonesia serta perkembangan fluktuasi minyak (baik dilihat dari harga
maupun kapasitas produksi).
Kelima, perlunya dilakukan kampanye secara terus menerus kepada industri dan masyarakat
untuk menggunakan energy (khususnya minyak) secara efektif dan efisisen serta kebijakan-
kebijakan pemerintah untuk mengeurangi “pemborosan” penggunaan energy misalnya kebijakan
di sektor transportasi.

17
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Pembangunan_ekonomi

http://robbyalexandersirait.wordpress.com/2007/11/01/minyak-indonesia-dan-kenaikan-harga/

http://umihanik.blogspot.com/2009/02/catatan-kritis-kinerja-bidang-ekonomi.html

http://www.anggaran.depkeu.go.id/Content/08-08-15,%20BAB%20II.pdf

http://kolom.pacific.net.id/ind/lain-lain/mohamad_ikhsan/kenaikan_harga_bbm_dan_kemiski
nan:_tanggapan_atas_tanggapan.html

http://beritamedan.wordpress.com/2008/05/27/dampak-kenaikan-harga-bbm-bagi-kaum-miskin/

http://www.docstoc.com/docs/46835251/PENGARUH-KENAIKAN-HARGA-BAHAN-
BAKAR-MINYAK-(BBM)-MARET-2005

Jurnal:
http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/220895102.pdf

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6108111.pdf

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1108117.pdf

http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/6109155166.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai