Anda di halaman 1dari 49

Evaluasi dapat diartikan sebagai

suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek


dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu
tolak ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.

Fungsi utama evaluasi adalah


menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang tepat
sebagai dasar untuk pengambilan keputusan

Sesuai pendapat Grondlund dan Linn


(1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajran adalah suatu proses
mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras
sistematik untuk menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan
pembelajaran.

Untuk memeperoleh informasi yang


tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan pengukuran.
Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka
terhadap suatu keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu.
Dengan demikian terdapat kaitan yang erat antara pengukuran (measurment)
dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar dalam
kegiatan evaluasi.

Evaluasi adalah proses mendeskripsikan,


mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran
merupakan evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi
pembelajaran adalah untuk menghimpun informasi yang dijadikan dasar
untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian belajar
siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup
kegiatan pengukuran dan penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya,
evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik, selektif,
penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya,
evaluasi pembelajaran dapat dibedakan atas evaluasi konteks, input,
proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga tahap
yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.

Jenis-jenis
Evaluasi Pembelajaran

A. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan


dibedakan atas lima jenis evaluasi :

1. Evaluasi diagnostik
Evaluasi
diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah
kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.

2. Evaluasi selektif

Evaluasi
selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling
tepat sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.

3. Evaluasi penempatan

Eva;uasi
penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam
program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.

4. Evaluasi formatif

5. Evaluasi formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan


untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.

6. Evaluasi sumatif

Evaluasi
sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan
kemajuan bekajra siswa.

B. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran :

1. Evaluasi konteks

Evaluasi
yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai rasional
tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul
dalam perencanaan

2. Evaluasi input

Evaluasi
yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi
yang digunakan untuk mencapai tujuan.

3. Evaluasi proses
Evaluasi
yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai
kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan
faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.

4. Evaluasi hasil atau produk

Evaluasi
yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar
untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan
atau dihentikan.

5. Evaluasi outcom atau lulusan

Evaluasi
yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yankni
evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.

C. Jenis evalusi berdasarkan lingkup


kegiatan pembelajaran :

1. Evaluasi program pembelajaran

Evaluais
yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program pembelajaran,
strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang lain.

2. Evaluasi proses pembelajaran

Evaluasi
yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-garis
besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.

3. Evaluasi hasil pembelajaran

Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan


siswa terhadap tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun
khusus, ditinjau dalam aspek kognitif, afektif, psikomotorik.

D. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan


subjek evaluasi

Berdasarkan objek :
1. Evaluasi input

Evaluasi
terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.

2. Evaluasi tnsformasi

Evaluasi
terhadao unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain
materi, media, metode dan lain-lain.

3. Evaluasi output

Evaluasi
terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.

Berdasarkan
subjek :

1. Evaluasi internal

Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah


sebagai evaluator, misalnya guru.

2. Evaluasi eksternal

3. Evaluasi yang dilakukan oleh orang


luar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat.

Evaluasi Pembelajaran
Evaluasi pembelajaran merupakan penilaian kegiatan
dan kemajuan belajar mahasiswa yang dilakukan secara berkala berbentuk
ujian, prak-tikum, tugas, dan atau pengamatan oleh dosen. Bentuk ujian
meliputi ujian tengah semester, ujian akhir semester, dan ujian tugas
akhir. Pembobotan masing-masing unsur penilaian ditetapkan dengan
kesepakatan antara dosen pembina matakuliah dan mahasiswa berdasarkan
silabus matakuliah yang diatur dalam pedoman akademik masing-masing
fakultas/program studi setara fakultas dan program pascasarjana.

Suatu matakuliah (kecuali matakuliah seminar, kuliah


kerja, magang, praktek lapangan, dan tugas akhir) boleh diujikan pada
akhir semester apabila jumlah pertemuan/tatap muka sekurang-kurangnya
80% dari total tatap muka. Mahasiswa dapat mengikuti ujian akhir
semester apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. kehadiran ≥ 75% dari jumlah tatap muka untuk setiap


matakuliah yang diprogram, kecuali ada alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan; dan
2. memenuhi
ketentuan lain yang ditetapkan oleh fakultas/program studi setara
fakultas.

Mahasiswa diperkenankan
mengikuti ujian susulan apabila sakit atau melaksanakan tugas dari
institusi. Prosedur ujian susulan sebagai berikut:

1. mahasiswa mendaftar ujian susulan secara on-line dan


mencetak formulir persetujuan (F1) dari SIAKAD serta melampirkan surat
dokter atau surat tugas;
2. mahasiswa
meminta persetujuan kepada dosen pengampu/pembina matakuliah dengan
membawa formulir Permohonan Ujian Susulan (F1);
3. mahasiswa menyerahkan formulir persetujuan ujian susulan
yang telah ditandatangani oleh dosen pengampu/pembina matakuliah kepada
Operator Program Studi/Jurusan untuk dimintakan persetujuan Ketua
Jurusan;
4. mahasiswa menyerahkan
formulir persetujuan ujian susulan yang telah ditandatangani oleh Ketua
Jurusan kepada Operator Fakultas untuk dimintakan persetujuan Dekan atau
Pembantu Dekan I.

Mahasiswa dapat
mengikuti ujian tugas akhir (laporan, skripsi, tesis, atau disertasi),
apabila telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. telah menyelesaikan semua matakuliah yang ditentukan


oleh fakultas/ program studi setara fakultas tanpa nilai E dengan IPK ≥
2,00, PP ≥ 85% (untuk Ilmu-ilmu Kesehatan PP ≥ 90%); dan
2. ketentuan lain yang ditetapkan oleh fakultas/program
studi setara fakultas dan program pascasarjana. Penilaian prestasi hasil
belajar mahasiswa dikelompokkan berdasarkan kriteria rentang nilai.
Pengelompokan tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut.

Tabel 4.4 Pengelompokan Penilaian Hasil Belajar


Mahasiswa

Huruf  Nilai  Rentang


Nilai 
Penggolongan  70 1,0 
- 79 
A  50
Baik - 59 
4,0 
C  Kurang
80
- 100  2,0  E 

Sangat baik  60 - 69  0 

B  Cukup 0 - 49 

3,0  D  Sangat
kurang 

Matakuliah dengan
nilai B, C, dan D pada semua program pendidikan dapat diprogram ulang.
Semua matakuliah yang diprogram ulang, nilai yang diakui adalah nilai
yang diperoleh pada program terakhir.

Di samping
evaluasi pembelajaran terhadap kemajuan belajar mahasiswa, juga
dilakukan evaluasi terhadap proses belajar-mengajar. Pelaksanaan
evaluasi proses belajar-mengajar dilakukan oleh fakultas/program studi
setara fakultas. Komponen yang dievaluasi meliputi:

1. kelengkapan dan kesesuaian antara perencanaan (silabus)


dan pelaksanaan pembelajaran;
2. kesesuaian
antara sarana dan tujuan pembelajaran; dan
3. peran serta mahasiswa dalam kegiatan pembelajaran.

A.    Pengertian
Evaluasi

1.       Dalam
UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 21
dijelaskan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen
pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai
bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan.

2.       Dalam PP.19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Bab I


pasal 1 ayat 17 dikemukakan bahwa “penilaian adalah proses pengumpulan
dan pengolahan informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta
didik”.

3.       Ditjen Dikdasmen Depdiknas (2003 : 1) secara eksplisit


mengemukakan bahwa antara evaluasi dan penilaian mempunyai persamaan dan
perbedaan.

         Persamaannya
adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai
sesuatu. Adapun perbedaannya terletak pada konteks penggunaannya.
Penilaian (assessment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit
dan biasanya dilaksanakan secara internal, yakni oleh orang-orang yang
menjadi bagian atau terlibat dalam sistem yang bersangkutan, seperti
guru menilai hasil belajar murid, atau supervisor menilai guru. Baik
guru maupun supervisor adalah orang-orang yang menjadi bagian dari
sistem pendidikan. Adapun evaluasi digunakan dalam konteks yang lebih
luas dan biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti konsultan yang
disewa untuk mengevaluasi suatu program, baik pada level terbatas maupun
pada level yang luas.

4.       Istilah pengukuran (measurement) mengandung arti “the


act or process of ascertaining the extent or quantity of something”
(Wand and Brown dalam Zainal Arifin, 1991). Hopkins dan Antes (1990)
mengartikan pengukuran sebagai “suatu proses yang menghasilkan gambaran
berupa angka-angka berdasarkan hasil pengamatan mengenai beberapa ciri (atribute)
tentang suatu objek, orang atau peristiwa”. Dengan demikian, evaluasi
dan penilaian berkenaan dengan kualitas daripada sesuatu,
sedangkan pengukuran berkenaan dengan kuantitas (yang menunjukkan
angka-angka) daripada sesuatu. Oleh karena itu, dalam proses pengukuran
diperlukan alat ukur yang standar, baik dalam tes maupun nontes.

5.       Tes adalah alat atau cara yang sistematis untuk mengukur
suatu sampel perilaku. Sebagai suatu alat ukur, maka di dalam tes
terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau
dijawab oleh peserta didik. Tes yang baik adalah tes yang memenuhi
persyaratan validitas (ketepatan/kesahihan) dan reliabilitas(ketetapan/keajegan).
B.     Tujuan dan Fungsi
Evaluasi
1.       Secara
umum, tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk mengetahui efektivitas
proses pembelajaran yang telah dilaksanakan. Secara khusus, tujuan
evaluasi adalah untuk : (a) mengetahui tingkat penguasaan peserta didik
terhadap kompetensi yang telah ditetapkan, (b) mengetahui
kesulitan-kesulitan yang dialami peserta didik dalam proses belajar,
sehingga dapat dilakukan diagnosis dan kemungkinan memberikan remedial
teaching, dan (c) mengetahui efisiensi dan efektifitas strategi
pembelajaran yang digunakan guru, baik yang menyangkut metode, media
maupun sumber-sumber belajar.

2.       Depdiknas (2003 : 6) mengemukakan tujuan evaluasi


pembelajaran adalah untuk (a) melihat produktivitas dan efektivitas
kegiatan belajar-mengajar, (b) memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan
guru, (c) memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program
belajar-mengajar, (d) mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi
oleh siswa selama   kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan
(e) menempatkan siswa dalam situasi belajar-mengajar yang tepat sesuai
dengan kemampuannya.

3.       Fungsi evaluasi adalah (a) secara psikologis, peserta didik


perlu mengetahui prestasi belajarnya, sehingga ia merasakan kepuasan dan
ketenangan, (b) secara sosiologis, untuk mengetahui apakah peserta
didik sudah cukup mampu untuk terjun ke masyarakat. Mampu dalam arti
dapat berkomunikasi dan beradaptasi dengan seluruh lapisan masyarakat
dengan segala karakteristiknya, (c) secara didaktis-metodis, evaluasi
berfungsi untuk membantu guru dalam menempatkan peserta didik pada
kelompok tertentu  sesuai dengan kemampuan dan kecakapannya
masing-masing, (d) untuk mengetahui kedudukan peserta didik diantara
teman-temannya, apakah ia termasuk anak yang pandai, sedang atau kurang,
(e) untuk mengetahui taraf kesiapan peserta didik dalam menempuh
program pendidikannya, (f) untuk membantu guru dalam memberikan
bimbingan dan seleksi, baik dalam rangka menentukan jenis pendidikan,
jurusan maupun kenaikan tingkat/kelas, (g) secara administratif,
evaluasi berfungsi untuk memberikan laporan tentang kemajuan peserta
didik kepada pemerintah, pimpinan/kepala sekolah, guru/instruktur,
termasuk peserta didik itu sendiri.

4.       Fungsi evaluasi dapat dilihat berdasarkan jenis evaluasi itu


sendiri, yaitu : (a) formatif, yaitu memberikan feed back
bagi guru/instruktur sebagai dasar untuk memperbaiki proses pembelajaran
dan mengadakan program remedial bagi peserta didik yang belum menguasai
sepenuhnya materi yang dipelajari, (b) sumatif, yaitu mengetahui
tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran, menentukan
angka (nilai) sebagai bahan keputusan kenaikan kelas dan laporan
perkembangan belajar, serta dapat meningkatkan motivasi belajar, (c)
diagnostik, yaitu dapat mengetahui latar belakang peserta didik
(psikologis, fisik, dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar,
(d) seleksi dan penempatan, yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar
untuk menyeleksi dan menempatkan peserta didik sesuai dengan minat dan
kemampuannya.

C.    Prinsip-prinsip
Pelaksanaan Evaluasi

Prinsip-prinsip umum evaluasi


adalah : kontinuitas, komprehensif, objektivitas, kooperatif, mendidik,
akuntabilitas, dan praktis. Dengan demikian, evaluasi pembelajaran
hendaknya (a) dirancang sedemikian rupa, sehingga jelas abilitas yang
harus dievaluasi, materi yang akan dievaluasi, alat evaluasi dan
interpretasi hasil evaluasi, (b) menjadi bagian integral dari proses
pembelajaran, (c) agar hasilnya objektif, evaluasi harus menggunakan
berbagai alat (instrumen) dan sifatnya komprehensif, (d) diikuti dengan
tindak lanjut. Di samping itu, evaluasi juga harus memperhatikan prinsip
keterpaduan, prinsip berorientasi kepada kompetensi dan kecakapan
hidup, prinsip belajar aktif, prinsip koherensi, dan prinsip
diskriminalitas.

D.    Ruang
Lingkup Evaluasi Pembelajaran

Sesuai dengan petunjuk pengembangan


kurikulum berbasis kompetensi yang dikeluarkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional, ruang lingkup evaluasi pembelajaran dalam
perspektif penilaian berbasis kelas adalah :

1.       Penilaian
kompetensi dasar mata pelajaran. Kompetensi dasar pada hakikatnya
adalah pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak setelah peserta
didik menyelesaikan suatu aspek atau subjek mata pelajaran tertentu.

2.       Penilaian
Kompetensi Rumpun Pelajaran. Rumpun pelajaran merupakan kumpulan dari
mata pelajaran atau disiplin ilmu yang lebih spesifik. Dengan demikian,
kompetensi rumpun pelajaran pada hakikatnya merupakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfeksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak yang seharusnya dicapai oleh peserta didik
setelah menyelesaikan rumpun pelajaran tersebut.
3.       Penilaian
Kompetensi Lintas Kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum merupakan
kompetensi yang harus dicapai melalui seluruh rumpun pelajaran dalam
kurikulum. Kompetensi lintas kurikulum pada hakikatnya merupakan
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan
dalam kebiasaan berfikir dan bertindak yang mencakup kecakapan belajar
sepanjang hayat dan kecakapan hidup yang harus dicapai oleh peserta
didik melalui pengalaman belajar secara berkesinambungan. Penilaian
ketercapaian kompetensi lintas kurikulum ini dilakukan terhadap hasil
belajar dari setiap rumpun pelajaran dalam kurikulum.

4.       Penilaian
Kompetensi Tamatan. Kompetensi tamatan merupakan pengetahuan,
keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan
berfikir dan bertindak setelah peserta didik menyelesaikan jenjang
tertentu.

5.       Penilaian
Terhadap Pencapaian Keterampilan Hidup. Penguasaan berbagai kompetensi
dasar, kompetensi lintas kurikulum, kompetensi rumpun pelajaran dan
kompetensi tamatan melalui berbagai pengalaman belajar juga memberikan
efek positif (nurturan effects) dalam bentuk kecakapan hidup (life
skills). Kecakapan hidup yang dimiliki peserta didik melalui
berbagai pengalaman belajar ini, juga perlu dinilai sejauhmana
kesesuaiannya dengan kebutuhan mereka untuk dapat bertahan dan
berkembang dalam kehidupannya di lingkungan keluarga, sekolah dan
masyarakat. Jenis-jenis kecakapan hidup yang perlu dinilai antara lain :

a.       Keterampilan
diri (keterampilan personal) : penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan
YME, motivasi berprestasi, komitmen, percaya diri, dan mandiri.

b.       Keterampilan
berpikir rasional : berpikir kritis dan logis, berpikir sistematis,
terampil menyusun rencana dan memecahkan masalah secara sistematis.

c.       Keterampilan
sosial : keterampilan berkomunikasi lisan dan tertulis; keterampilan
bekerjasama, kolaborasi, lobi; keterampilan berpartisipasi; keterampilan
mengelola konflik; keterampilan mempengaruhi orang lain.

d.      Keterampilan
akademik : keterampilan merancang, melaksanakan, dan melaporkan hasil
penelitian ilmiah; keterampilan membuat karya tulis ilmiah; keterampilan
mentransfer dan mengaplikasikan hasil-hasil penelitian untuk memecahkan
masalah, baik berupa proses maupun produk.
e.       Keterampilan vokasional : keterampilan
menemukan algoritma, model, prosedur untuk mengerjakan suatu tugas;
keterampilan melaksanakan prosedur; keterampilan mencipta produk dengan
menggunakan konsep, prinsip, bahan dan alat yang telah dipelajari.

BAB II

TEKNIK DAN BENTUK EVALUASI

            Secara
keseluruhan, teknik dan bentuk evaluasi dapat digambarkan sebagai
berikut :


>
A.  Tes

Tes adalah suatu teknik atau cara


dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang didalamnya terdapat
berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan atau dijawab
oleh anak didik, kemudian pekerjaan dan jawaban itu menghasilkan nilai
tentang perilaku anak didik tersebut.

Berdasarkan jumlah
peserta, tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes
kelompok dan tes perorangan. Dilihat dari sudut penyusunannya, tes hasil
belajar dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tes
buatan guru (teacher-made test) dantes yang distandardisasi (standardized test).
1.      Tes
tertulis (written test), yaitu tes yang menuntut jawaban dari
siswa secara tertulis. Tes tertulis diberikan kepada seorang atau
sekelompok murid pada waktu, tempat, dan untuk soal tertentu.

a.       Tes
uraian (essay test) adalah tes yang menuntut anak untuk
menguraikan jawabannya secara tertulis dengan kata-kata sendiri dalam
bentuk, teknik, dan gayanya sendiri. Tes uraian sering disebut juga tes
subjektif. Tes uraian ada dua bentuk, yaitu uraian terbatas dan uraian
bebas.

Contoh
uraian terbatas :

1)      Jelaskan bagaimana masuknya Islam di Indonesia dilihat


dari segi ekonomi dan politik.

2)      Sebutkan lima rukum Islam !

Contoh
uraian bebas :

1)      Jelaskan
perkembangan pendidikan Islam di Indonesia !

2)      Bagaimana
peranan pendidikan Islam dalam memecahkan
masalah-masalah pokok pendidikan di Indonesia ?

Untuk
mengoreksi tes uraian, ada tiga cara yang dapat digunakan, yaitu (1) whole
method, yaitu metode per nomor, (2) separated method,
yaitu metode per lembar, dan (3) cross method, yaitu
metode bersilang. Dalam pelaksanaan pengoreksian, guru boleh memilih
salah satu di antara ketiga metode tersebut, atau mungkin menggunakannya
secara bervariasi. Hal ini harus disesuaikan dengan kebutuhan.

KARTU TELAAH SOAL BENTUK


URAIAN
Nomor
Soal
:                                             Perangkat :

No ASPEK YANG DITELAAH Ya Tidak

A.    Materi

01 Soal sesuai dengan


indikator

02 Batasan pertanyaan dan


jawaban yang diharapkan jelas

03 Isi materi sesuai dengan


tujuan tes.

04 Isi materi sesuai dengan


jenjang, jenis sekolah, dan kelas.

B.     Konstruksi

05 Rumusan kalimat soal atau


pertanyaan harus menggunakan kata tanya atau perintah
yang menuntut
jawaban terurai.

06 Ada petunjuk yang jelas


tentang cara mengerjakan soal.

07 Ada pedoman penskoran.


08 Gambar, grafik, tabel,
diagram, dan sejenisnya disajikan dengan jelas dan terbaca.

C.    Bahasa

09 Rumusan kalimat soal


komunikatif.

10 Butir soal menggunakan


bahasa Indonesia yang baik dan benar.

11 Rumusan soal tidak


menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran
ganda atau salah
pengertian.

12 Tidak menggunakan bahasa


lokal/daerah.

13 Rumusan soal tidak


mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan
peserta didik.

Catatan :

b.       Tes
objektif

Tes objektif (objective


test) menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar
diantara kemungkinan jawaban yang telah disediakan, memberikan jawaban
singkat, dan melengkapi pertanyaan atau pernyataan yang belum sempurna.
Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan peserta didik yang
menuntut proses mental yang tidak begitu tinggi seperti kemampuan
mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, pengertian, dan kemampuan
mengaplikasikan prinsip-prinsip. Tes objektif terdiri atas beberapa
bentuk, yaitu benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, dan melengkapi
atau jawaban singkat.
1)     
Bentuk Benar–Salah (true false) :

Contoh :

Petunjuk : Berilah tanda silang (X) pada huruf B jika


jawabannya benar dan huruf S bila jawabannya salah.

a)       B
– S  :  Waqaf  berarti menghentikan bacaan
karena ada tanda waqaf.

b)      B
– S  :  Yaumul hasyri artinya hari kebangkitan.

c)       B
– S  :  Surat Al-Fatihah termasuk surat Makiyyah.

d)      B – S  :  Terbitnya matahari sebelah barat merupakan ciri


besar hari kiamat.

Bentuk benar-salah yang lain adalah jawabannya telah


disediakan, tetapi jawaban yang disediakan itu bukan B – S, melainkan Ya
– Tidak. Contoh :

a)      Ya –
Tidak  : Dajjal adalah seorang laki-laki dari kaum
Yahudi.

b)      Ya –
Tidak  : Dabbatul ardhi berarti keluarnya
binatang bumi.

c)      Ya –
Tidak  : Kematian manusia termasuk kiamat kubra.

d)     Ya –
Tidak  : Rahasia hari kiamat dijelaskan dalam al-Qur’an
surat al-Ikhlas.

Bentuk soal benar-salah dapat juga digunakan untuk mengukur


kemampuan tentang sebab-akibat. Contoh :

a)      B – S : Sholat rawatib


dilaksanakan dua rakaat SEBAB sholat rawatib merupakan sholat sunat.
b)      B – S : Nabi sangat
mencela orang yang lalai membayar hutang SEBAB hutang harus segera
dilunasi.

c)      B – S  :  Pada malam


Idul Fitri umat Islam mengumandangkan kalimat takbir, tahlil dan tahmid
SEBAB malam Idul Fitri adalah malam menjelang 1 Syawal.

d)     B – S : Puasa wajib dimulai tanggal 1 Ramadhan SEBAB puasa


diakhiri tanggal 1 Syawal.

e)      B – S :   Nikmat yang diberikan Allah wajib disyukuri SEBAB


nikmat Allah tak sama untuk setiap orang.

2)     
Bentuk Pilihan-Ganda (multiple choice)

Soal tes
bentuk pilihan-ganda dapat digunakan untuk mengukur hasil belajar yang
lebih kompleks dan berkenaan dengan aspek ingatan, pengertian, aplikasi,
analisis, sintesis dan evaluasi. Bentuk pilihan-ganda terdiri atas
pembawa pokok persoalan dan pilihan jawaban. Pembawa pokok persoalan
dapat dikemukakan dalam bentuk pertanyaan atau  pernyataan (statement)
yang belum sempurna yang sering disebut stem. Sedangkan pilihan
jawaban itu mungkin berbentuk perkataan, bilangan atau kalimat dan
sering disebut option.

Ada beberapa
jenis bentuk pilihan-ganda ini, antara lain:

a)       Distracters,
yaitu option yang bukan merupakan jawaban yang benar. Contoh :

Salah satu tanda besar menjelang hari kiamat adalah :

a.       Semua urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya

b.       Munculnya Dajjal.

c.       Banyak terjadi pembunuhan dimana-mana

d.      Beratnya orang Islam untuk menjalankan syariat agamanya

e.       Minuman keras sudah dianggap biasa

b)      Analisis
hubungan antar hal, yaitu untuk melihat kemampuan peserta didik dalam
menganalisis hubungan antara pernyataan dengan alasan (sebab-akibat).
Contoh :

      Pada
soal di bawah ini terdapat kalimat yang terdiri atas pernyataan (statement)
dan alasan (reason).

Pilihan:

1.      Jika
pernyataan benar, alasan benar, dan alasan merupakan sebab dari
pernyataan.

2.       Jika
pernyataan benar, alasan benar, tetapi alasan bukan merupakan sebab
dari pernyataan.

3.      Jika
pernyataan benar, tetapi alasan salah

4.      Jika
pernyataan salah, tetapi alasan benar.

5.      Jika
pernyataan salah, dan alasan salah.

Soal:

Gubernur Jawa Barat tinggal di Bandung SEBAB Bandung merupakan


ibu kota provinsi Jawa Barat.

Penjelasan:

a.      “Gubernur
Jawa Barat tinggal di Bandung” merupakan pernyataan yang benar.

b.       “Bandung
merupakan ibu kota Provinsi Jawa Barat” merupakan alasan yang benar dan
merupakan sebab dari pernyataan.

Jawaban :
Jadi, jawaban yang betul adalah A.

c)       Variasi
negatif, yaitu setiap pertanyaan atau pernyataan mempunyai beberapa
kemungkinan jawaban dan disediakan satu kemungkinan jawaban yang salah.
Tugas siswa adalah memilih jawaban yang salah tersebut. Contoh :
      Teladan yang bisa
diambil dari kisah Nabi Musa a.s adalah, kecuali :

a.      
Menolong tanpa pamrih

b.      
Konsekwen terhadap janji

c.      
Berani menegakkan kebenaran

d.      Sikap ragu-ragu.

d)      Variasi
berganda, yaitu memilih dari beberapa kemungkinan jawaban yang semuanya
betul, tetapi ada satu jawaban yang paling betul. Tugas siswa adalah
memilih jawaban yang paling  betul itu. Contoh :

Para siswa
hendaknya menghormati ...

a.      
sesama teman

b.      
guru-gurunya

c.      
orang tuanya

d.      teman,
guru, dan orang tuanya

e)       Variasi
yang tidak lengkap, yaitu pertanyaan atau pernyataan yang memiliki
beberapa kemungkinan jawaban yang belum lengkap. Tugas siswa adalah
mencari satu kemungkinan jawaban yang tepat dan melengkapinya. Contoh :

Surat Al-Fatiha disebut juga sab’ul matsani. Artinya


...

a.    5 ayat yang dibaca  . . . . .

b.    6 ayat yang dibaca  . . . . .

c.    7 ayat yang dibaca  . . . . .

d.   8 ayat yang dibaca  . . . . .


3)     
Bentuk Menjodohkan (matching)

Soal tes
bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan pilihan ganda.
Perbedaannya adalah pilihan ganda terdiri atas stem dan option,
kemudian testi tinggal memilih salah satu option yang diberikan.
Sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya disusun pada dua kolom yang berbeda. Kolom sebelah
kiri menunjukkan kumpulan soal dan kolom sebelah kanan menunjukkan
kumpulan jawaban. Jumlah alternatif jawaban harus dibuat lebih banyak
dari jumlah soal. Contoh 1 :

Petunjuk :  Di bawah ini terdapat dua


daftar, yaitu daftar A dan daftar B. Tiap-tiap kata yang terdapat pada
daftar A mempunyai pasangannya masing-masing pada daftar B. Anda harus
mencari pasangan-pasangan itu. Tulislah nomor kata yang anda pilih itu
di depan pasangannya masing-masing.

  aftar A                              Daftar B

. . . . . . . . . . sunat                
1.   Halal                        

. . . . . . . . . . al-Ikhlas          
2.   Sorga                       

. . . . . . . . . . Haram             
3.   Idzhar                      

. . . . . . . . . . Neraka             
4.   Wajib

. . . . . . . . . . Makhroj           
5.   Ikhfa

                                             6.   Surat

                                             7.   Tajwid

Contoh 2 :

Petunjuk :  Berikut ini terdapat dua


buah daftar nama. Sebelah kiri adalah pengertian, sedangkan sebelah kanan adalah istilah.
Pilihlah pengertian tersebut
sesuai dengan nama konsepnya dengan menuliskan  angka 1, 2, 3,
dan seterusnya pada tempat yang telah disediakan.

  Pengertian
:                                                  
Istilah :

............: Ilmu membaca Al-Quran                 


1. Hadits

............: Tempat keluarnya huruf                   


2. Qana’ah

............: Perkataan Rasulullah                        


3. Tajwid

............: Perbuatan Rasulullah                       


4. Tasamuh

............: Sikap rela menerima                         


5. Makhraj

                                                                       
6. Sunah

                                                                       
7. Qalqalah

4)     
Bentuk Jawaban Singkat (short answer) dan
Melengkapi (completion) :

Kedua bentuk
tes ini masing-masing menghendaki jawaban dengan kalimat dan atau
angka-angka yang hanya dapat dinilai benar atau salah. Soal bentuk
jawaban singkat biasanya dikemukakan dalam bentuk pertanyaan. Contoh :

a)       Siapakah malaikat


yang menanyai di alam kubur ?

b)      Apa nama agamamu ?

c)       Siapa nama Tuhan-mu ?


d)      Apa nama kitab sucimu
?

e)       Apa nama kiblatmu ?

Sedangkan soal bentuk melengkapi (completion) dikemukakan


dalam kalimat yang tidak lengkap. Contoh :           

a)       Alam barzakh disebut


juga alam .................

b)      Nabi Musa a.s lahir


pada zaman raja .......... di negeri
.............

c)       Hadis adalah .....


Rasulullah, sedangkan sunnah adalah ..... Rasulullah.

d)      Neraka jahannam diperuntukkan bagi orang-orang .............

e)       Hukum akikah adalah sunah ....................

Cara
mengoreksi bentuk tes objektif :

Sesudah item
disusun, kemudian diadakan tes, maka selanjutnya kita mengoreksi jawaban
siswa dari tiap item yang diberikan. Untuk mengoreksi jawaban tersebut
kita harus menggunakan kunci jawaban (scoring key) sebagai acuan
dan patokan yang pokok. Jika kunci jawaban ini sudah disediakan, maka
siapapun dapat mengoreksi jawaban tersebut secara cepat dan tepat.

2.       Tes
Lisan (oral test), yaitu suatu bentuk tes yang menuntut jawaban
siswa dalam bentuk bahasa lisan. Peserta didik akan mengucapkan jawaban
dengan kata-katanya sendiri sesuai dengan pertanyaan ataupun perintah
yang diberikan.

3.       Tes
Perbuatan (performance test), yaitu bentuk tes yang menuntut
jawaban siswa dalam bentuk perilaku, tindakan, atau perbuatan. Peserta
didik bertindak sesuai dengan apa yang diperintahkan dan ditanyakan.
Misalnya, coba praktikkan bagaimana cara melaksanakan sholat yang baik
dan benar.
4.       Jenis
Tes Hasil Belajar

a.       Tes
formatif

Tes formatif
dimaksudkan untuk memantau kemajuan belajar siswa selama proses belajar
berlangsung, untuk memberikan balikan (feed back) bagi
penyempurnaan program belajar-mengajar, serta untuk mengetahui
kelemahan-kelemahan yang memerlukan perbaikan, sehingga hasil
belajar-mengajar menjadi lebih baik. Soal-soal tes formatif ada yang
mudah dan ada pula yang sukar, bergantung kepada tugas-tugas belajar (learning
tasks) dalam program pengajaran yang akan dinilai. Tujuan utama tes
formatif adalah untuk memperbaiki proses belajar, bukan untuk
menentukan tingkat kemampuan anak. Tes formatif sesungguhnya merupakan criterion-
referenced
test. Tes formatif yang diberikan pada akhir satuan pelajaran
sesungguhnya bukan sebagai tes formatif lagi, sebab data-data yang
diperoleh akhirnya digunakan untuk menentukan tingkat hasil belajar
siswa. Tes tersebut lebih tepat disebut sebagai subtes sumatif. Jika
dimaksudkan untuk perbaikan proses belajar, maka maksud itu baru
terlaksana pada jangka panjang, yaitu pada saat penyusunan program tahun
berikutnya

b.      Tes
Sumatif

Tes sumatif
diberikan saat satuan pengalaman belajar dianggap telah selesai. Tes
sumatif diberikan dengan maksud untuk menetapkan apakah seorang siswa
berhasil mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan atau
tidak. Tujuan tes sumatif adalah untuk menentukan angka berdasarkan
tingkatan hasil belajar siswa yang selanjutnya dipakai sebagai angka
rapor. Ujian akhir dan ulangan umum pada akhir caturwulan atau semester
termasuk ke dalam tes sumatif. Hasil tes sumatif jga dapat dimanfaatkan
untuk perbaikan proses pembelajaran. Tes sumatif termasuk norm-referenced
test. Cakupan materinya lebih luas dan soal-soalnya meliputi
tingkat mudah, sedang, dan sulit.

c.       Tes
Penempatan (placement test)

Pada umunya
tes penempatan dibuat sebagai prates (pretest). Tujuan utamanya
adalah untuk mengetahui apakah peserta didik telah memiliki
keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk mengikuti suatu program
belajar dan sampai di mana peserta didik telah mencapai tujuan
pembelajaran (kompetensi dasar) sebagaimana yang tercantum dalam Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) mereka. Dalam hubungan dengan tujuan
yang pertama masalahnya berkaitan dengan kesiapan siswa menghadapi
program yang baru, sedangkan untuk yang kedua berkaitan dengan 
kesesuaian program pembelajaran dengan siswa.

d.      Tes
Diagnostik

Tes
diagnostik dimaksudkan untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami
peserta didik berdasarkan hasil tes formatif sebelumnya. Tes diagnostik
memerlukan sejumlah soal untuk satu bidang yang diperkirakan merupakan
kesulitan bagi peserta didik. Soal-soal tersebut bervariasi dan
difokuskan pada kesulitan. Tes diagnostik biasanya dilaksanakan sebelum
suatu pelajaran dimulai. Tes diagnostik diadakan untuk menjajaki
pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang telah dikuasai mereka,
apakah peserta didik sudah mempunyai pengetahuan dan keterampilan
tertentu yang diperlukan untuk dapat mengikuti suatu bahan pelajaran
lain. Oleh karena itu, tes diagnostik semacam itu disebut juga test
of entering behavior.

B.    
Nontes

Para ahli
berpendapat bahwa dalam mengadakan evaluasi terhadap hasil belajar, kita
harus menggunakan teknik tes dan nontes, sebab hasil-hasil pelajaran
bersifat aneka ragam. Hasil pelajaran dapat berupa pengetahuan teoritis,
keterampilan dan sikap. Pengetahuan teoritis dapat diukur dengan
menggunakan teknik tes. Keterampilan dapat diukur dengan menggunakan tes
perbuatan. Adapun perubahan sikap dan petumbuhan peserta didik dalam
psikologi hanya dapat diukur dengan teknik nontes, misalnya observasi,
wawancara, skala sikap, angket, check list, dan rating scale.

BAB  III 

PROSEDUR EVALUASI
PEMBELAJARAN

Prosedur yang dimaksud


adalah langkah-langkah pokok yang harus ditempuh dalam kegiatan
evaluasi, yaitu : (1) membuat perencanaan, yang meliputi : menyusun
kisi-kisi dan uji-coba, (2) mengumpulkan data, (3) mengolah data, (4)
menafsirkan data, dan (5) menyusun laporan
A.     Membuat Perencanaan
Evaluasi

1.       Menyusun Kisi-kisi (Layout/Blue-Print/Table of


Specification)

Kisi-kisi adalah suatu


format yang berisi komponen identitas dan komponen matriks untuk
memetakan soal dari berbagai topik/ satuan bahasan sesuai dengan
kompetensi dasarnya masing-masing. Fungsi adalah sebagai pedoman bagi
guru untuk membuat soal menjadi tes. Adapun syarat-syarat kisi-kisi yang
baik adalah :

a. Mewakili isi kurikulum yang akan diujikan.

b. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan


mudah dipahami.

c. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan


indicator dan bentuk soal yang ditetapkan.

Contoh
Kisi-kisi Soal :

                                   
Nama Madrasah                      :……………………

                                   
Program/Jurusan                      : ……………………

                                   
Mata Pelajaran                        : ……………………

                                   
Semester / Tahun                     : ……………………

                                   
Kurikulum Acuan                   : ……………………

                                   
Alokasi Waktu                        : ……………………

                                   
Jumlah Soal                             : ……………………

                                   
Standar Kompetensi               : ……………………
EVALUASI PEMBELAJARAN

Evaluasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek
dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak ukur untuk
memperoleh suatu kesimpulan.

Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan untuk mendapatkan informasi yang
tepat sebagai dasar untuk pengambilan keputusan

Sesuai pendapat Grondlund dan Linn (1990) mengatakan bahwa evaluasi pembelajran adalah suatu
proses mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasi informasi secaras sistematik untuk
menetapkan sejauh mana ketercapaian tujuan pembelajaran.

Untuk memeperoleh informasi yang tepat dalam kegiatan evaluasi dilakukan melalui kegiatan
pengukuran. Pengukuran merupakan suatu proses pemberian skor atau angka-angka terhadap suatu
keadaan atau gejala berdasarkan atura-aturan tertentu. Dengan demikian terdapat kaitan yang erat
antara pengukuran (measurment) dan evaluasi (evaluation) kegiatan pengukuran merupakan dasar
dalam kegiatan evaluasi.

Evaluasi adalah proses mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang
bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Evaluasi pembelajaran merupakan
evaluasi dalam bidang pembelajaran. Tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun
informasi yang dijadikan dasar untuk mengetahui taraf kemajuan, perkembangan, dan pencapaian
belajar siswa, serta keefektifan pengajaran guru. Evaluasi pembelajaran mencakup kegiatan pengukuran
dan penilaian. Bila ditinjau dari tujuannya, evaluasi pembelajaran dibedakan atas evaluasi diagnostik,
selektif, penempatan, formatif dan sumatif. Bila ditinjau dari sasarannya, evaluasi pembelajaran dapat
dibedakan atas evaluasi konteks, input, proses, hasil dan outcom. Proses evaluasi dilakukan melalui tiga
tahap yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, pengolahan hasil dan pelaporan.

Jenis-jenis Evaluasi Pembelajaran

A. Jenis evaluasi berdasarkan tujuan dibedakan atas lima jenis evaluasi :

1. Evaluasi diagnostik

Evaluasi diagnostik adalah evaluasi yang di tujukan untuk menelaah kelemahan-


kelemahan siswa beserta faktor-faktor penyebabnya.

2. Evaluasi selektif

Evaluasi selektif adalah evaluasi yang di gunakan untuk memilih siwa yang paling tepat
sesuai dengan kriteria program kegiatan tertentu.
3. Evaluasi penempatan

Eva;uasi penempatan adalah evaluasi yang digunakan untuk menempatkan siswa dalam
program pendidikan tertentu yang sesuai dengan karakteristik siswa.

4. Evaluasi formatif

5. Evaluasi formatif

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang dilaksanakan untuk memperbaiki dan


meningkatan proses belajar dan mengajar.

6. Evaluasi sumatif

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan untuk menentukan hasil dan kemajuan
bekajra siswa.

B. Jenis evaluasi berdasarkan sasaran :

1. Evaluasi konteks

Evaluasi yang ditujukan untuk mengukur konteks program baik mengenai


rasional tujuan, latar belakang program, maupun kebutuhan-kebutuhan yang
muncul dalam perencanaan

2. Evaluasi input

Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun
strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan.

3. Evaluasi proses

Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik mengenai


kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan faktor
hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.

4. Evaluasi hasil atau produk

Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai sebagai dasar
untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi, ditingkatkan atau
dihentikan.

5. Evaluasi outcom atau lulusan

Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih lanjut, yankni
evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.
C. Jenis evalusi berdasarkan lingkup kegiatan pembelajaran :

1. Evaluasi program pembelajaran

Evaluais yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi program


pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspe-aspek program pembelajaran yang
lain.

2. Evaluasi proses pembelajaran

Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara peoses pembelajaran dengan garis-


garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses
pembelajaran.

3. Evaluasi hasil pembelajaran

Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap tujuan


pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam aspek
kognitif, afektif, psikomotorik.

D. Jenis evaluasi berdasarkan objek dan subjek evaluasi

Berdasarkan objek :

1. Evaluasi input

Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.

2. Evaluasi tnsformasi

Evaluasi terhadao unsur-unsur transformasi proses pembelajaran anatara lain


materi, media, metode dan lain-lain.

3. Evaluasi output

Evaluasi terhadap lulusan yang mengacu pada ketercapaian hasil pembelajaran.

Berdasarkan subjek :

1. Evaluasi internal

Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator, misalnya
guru.

2. Evaluasi eksternal
3. Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator, misalnya orangtua, masyarakat.

A.Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, yakni pengukuran,
assessment dan evaluasi. Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk
menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan
merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Unsur pokok dalam kegiatan pengukuran ini, antara
lain adalahsebagai berikut:

1).tujuan pengukuran,

2).ada objek ukur,

3).alat ukur, (

4).proses pengukuran,

5).hasil pengukuran kuantitatif.

Sementara, pengertian asesmen (assessment) adalah kegiatan mengukur dan mengadakan


estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak sampai ke taraf
pengambilan keputusan. Sedangkan evaluasi secara etimologi berasal dari bahasa Inggeris evaluation
yang bertarti value, yang secara secara harfiah dapat diartikan sebagai penilaian. Namun, dari sisi
terminologis ada beberapa definisi yang dapat dikemukakan, yakni:

a).Suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.

b).Kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas tujuan
yang jelas.

c).Proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasilpengukuran untuk keperluan pengambilan
keputusan.

Berdasarkan pada berbagai batasan 3 jenis penilaian di atas, maka dapat diketahui bahwa perbedaan
antara evaluasi dengan pengukuran adalah dalam hal jawaban terhadap pertanyaan “ what value” untuk
evaluasi dan “how much” untuk pengukuran. Adapun asesmen berada di antara kegiatan pengukuran
dan evaluasi. Artinya bahwa sebelum melakukan asesmen ataupun evaluasi lebih dahulu dilakukan
pengukuran

Sekalipun makna dari ketiga istilah (measurement, assessment, evaluation ) secara teoretik
definisinya berbeda, namun dalam kegiatan pembelajaran terkadang sulit untuk membedakan dan
memisahkan batasan antara ketiganya, dan evaluasi pada umumnya diawali dengan kegiatan
pengukuran (measurement) serta pembandingan (assessment).

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guruakan mengetahui perkembangan hasil belajar, intelegensi,
bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik. Adapun langkah-
langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari:

(1)perencanaan,

(2)pengumpulan data,

(3)verifikasi data,

(4)analisis data, dan

(5)interpretasi data.

Penilaian hasil belajar pada dasarnya adalah mempermasalahkan, bagaimana pengajar (guru) dapat
mengetahui hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Pengajar harus mengetahui sejauh mana pebelajar
(learner) telah mengerti bahan yang telah diajarkan atau sejauh mana tujuan/kompetensi dari kegiatan
pembelajaran yang dikelola dapat dicapai. Tingkat pencapaian kompetensi atau tujuan instruksional dari
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan itu dapat dinyatakan dengan nilai

A.Tujuan dan Fungsi Evaluasi

Dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain sebagai
berikut:

1).Untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka
waktu tertentu.

2).Untuk mengetahui efektivitas metode pembelajaran.


3).Untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya.

4).Untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka perbaikan.

Selain fungsi di atas, penilaian juga dapat berfungsi sebagai alat seleksi, penempatan, dan
diagnostik,guna mengetahui keberhasilan suatu proses dan hasil pembelajaran. Penjelasan dari setiap
fungsi tersebut adalah:

a).Fungsi seleksi. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan seleksi, yaitu menyeleksi calon
peserta suatu lembaga pendidikan/kursus berdasarkan kriteria tertentu.

b).Fungsi Penempatan. Evaluasi berfungsi atau dilaksanakan untuk keperluan penempatan agar setiap
orang (peserta pendidikan) mengikuti pendidikan pada jenis dan/atau jenjang pendidikan yang sesuai
dengan bakat dan kemampuannya masing-masing.

c).Fungsi Diagnostik. Evaluasi diagnostik berfungsi atau dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesulitan
belajar yang dialami peserta didik, menentukan faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan
belajar, dan menetapkan cara mengatasi kesulitan belajar tersebut.

B.Penilaian Berbasis Kelas

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan
penggunaan informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian
berkelanjutan, otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan pembelajaran di bawah kewenangan guru di
kelas. PBK mengidentifikasi pencapaian kompetensi dan hasil belajar yang dikemukakan melalui
pernyataan yang jelas tentang standar yang harus dan telah dicapai disertai dengan peta kemajuan
belajar siswa dan pelaporan. Bila selama dekade terakhir ini keberhasilan belajar siswa hanya ditentukan
oleh nilai ujian akhir (EBTANAS/UAN), maka dengan diberlakukannya PBK hal itu tidak terjadi lagi. Naik
atau tidak naik dan lulus atau tidak lulus siswa sepenuhnya menjadi tanggung jawab guru (sekolah)
berdasarkan kemajuan proses dan hasil belajar siswa di sekolah bersangkutan. Dalam hal ini kewenangan
guru menjadi sangat luas dan menentukan. Karenanya, peningkatan kemampuan profesional dan
integritas moral guru dalam PBK merupakan suatu keniscayaan, agar terhindar dari upaya manipulasi
nilai siswa.

PBK menggunakan arti penilaian sebagai “assessment”, yaitu kegiatan yang dilakukan untuk
memperoleh dan mengefektifkan informasi tentang hasil belajar siswa pada tingkat kelas selama dan
setelah kegiatan pembelajaran. Data atau informasi dari penilaian di kelas ini merupakan salah satu bukti
yang digunakan untuk mengukur keberhasilan suatu program pendidikan. PBK merupakan bagian dari
evaluasi pendidikan karena lingkup evaluasi pendidikan secara umum jauh lebih luas dibandingkan PBK.
(Lihat gambar 2).

Gambar 8.1: PBK sebagai bagian dari evaluasi

PBK mencakup kegiatan pengumpulan informasi tentang pencapaian hasil belajar siswa dan
pembuatan keputusan tentang hasil belajar siswa berdasarkan informasi tersebut. Pengumpulan
informasi dalam PBK dapat dilakukan dalam suasana resmi maupun tidak resmi, di dalam atau di luar
kelas, menggunakan waktu khusus atau tidak, misalnya untuk penilaian aspek sikap/nilai dengan tes atau
non tes atau terintegrasi dalam seluruh kegiatan pembelajaran (di awal, tengah, dan akhir). Di sekolah
sering digunakan istilah tes untuk kegiatan PBK dengan alasan kepraktisan, karena tes sebagai alat ukur
sangat praktis digunakan untuk melihat prestasi siswa dalam kaitannya dengan tujuan yang telah
ditentukan, terutama aspek kognitif.

Bila informasi tentang hasil belajar siswa telah terkumpul dalam jumlah yang memadai, maka
guru perlu membuat keputusan terhadap prestasi siswa:

1).Apakah siswa telah mencapai kompetensi seperti yang telah ditetapkan?

2).Apakah siswa telah memenuhi syarat untuk maju ke tingkat lebih lanjut?

3).Apakah siswa harus mengulang bagian-bagian tertentu?

4).Apakah siswa perlu memperoleh cara lain sebagai pendalaman (remedial)?

5).Apakah siswa perlu menerima pengayaan (enrichment)?

6).Apakah perbaikan dan pendalaman program atau kegiatan pembelajaran, pemilihan bahan ajar atau
buku ajar, dan penyusunan silabus telah memadai?

Pada pelaksanaan PBK, peranan guru sangat penting dalam menentukan ketepatan jenis
penilaian untuk menilai keberhasilan atau kegagalan siswa. Jenis penilaian yang dibuat oleh guru harus
memenuhi standar validitas dan reliabilitas, agar hasil yang dicapai sesuai dengan apa yang diharapkan.
Untuk itu, kompetensi profesional bagi guru merupakan persyaratan penting. PBK yang dilaksanakan oleh
guru, harus memberikan makna signifikan bagi orang tua dan masyarakat pada umumnya, dan bagi
siswa secara individu pada khususnya, agar perkembangan prestasi siswa dari waktu ke waktu dapat
diamati (observable) dan terukur (measurable). Di samping itu, dengan dilaksanakannya PBK diharapkan
dapat:

a).Memberikan umpan balik bagi siswa mengenai kemampuan dan kekurangannya, sehingga
menumbuhkan motivasi untuk memperbaiki prestasi belajar pada waktu berikutnya;

b).Memantau kemajuan dan mendiagnosis kesulitan belajar siswa, sehingga memungkinkan dilakukannya
pengayaan dan remediasi untuk memenuhi kebutuhan siswa sesuai dengan perkembangan,
kemajuan dan kemampuannya;

c).Memberikan masukan kepada guru untuk memperbaiki program pembelajarannya di kelas apabila
terjadi hambatan dalam proses pembelajaran;

d).Memungkinkan siswa mencapai kompetensi yang telah ditentukan, walaupun dengan kecepatan
belajar yang berbeda-beda antara masing-masing individu;

Memberikan informasi yang lebih komunikatif kepada masyarakat tentang efektivitas pendanaan,
sehingga mereka dapat meningkatkan partisipasinya di bidang pendidikan secara serius dan konsekwen.

Prinsip-prinsip PBK

Sebagai bagian dari kurikulum berbasis kompetensi, pelaksanaan PBK sangat dipengaruhi oleh
berbagai faktor dan komponen yang ada di dalamnya. Namun demikian, guru mempunyai posisi sentral
dalam menentukan keberhasilan dan kegagalan kegiatan penilaian. Untuk itu, dalam pelaksanaan
penilaianharus memperhatikan prinsip-prinsip berikut:

1).Valid

PBK harus mengukur obyek yang seharusnya diukur dengan menggunakan jenis alat ukur yang tepat
atau sahih (valid). Artinya, ada kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran
pengukuran. Apabila alat ukur tidak memiliki kesahihan yang dapat dipertanggungjawabkan, maka
data yang masuk salah sehingga kesimpulan yang ditarik juga besar kemungkinan menjadi salah.

2).Mendidik

PBK harus memberikan sumbangan positif pada pencapaian hasil belajar siswa. Oleh karena itu, PBK
harus dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai penghargaan untuk memotivasi siswa yang berhasil
(positive reinforcement) dan sebagai pemicu semangat untuk meningkatkan hasil belajar bagi yang
kurang berhasil (negative reinforcement), sehingga keberhasilan dan kegagalan siswa harus tetap
diapresiasi dalam penilaian.

3).Berorientasi pada kompetensi

PBK harus menilai pencapaian kompetensi siswa yang meliputi seperangkat pengetahuan, sikap, dan
ketrampilan/nilai yang terefleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Dengan berpijak pada
kompetensi ini, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas
dan terarah.

4).Adil dan obyektif

PBK harus mempertimbangkan rasa keadilan dan obyektivitas siswa, tanpa membeda-bedakan jenis
kelamin, latar belakang budaya, dan berbagai hal yang memberikan kontribusi pada pembelajaran.
Sebab ketidakadilan dalam penilaian, dapat menyebabkan menurunnya motivasi belajar siswa,
karena merasa dianaktirikan.

5).Terbuka

PBK hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai kalangan ( stakeholders) baik langsung
maupun tidak langsung, sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang
berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.

6).Berkesinambungan

PBK harus dilakukan secara terus-menerus atau berkesinambungan dari waktu ke waktu, untuk
mengetahui secara menyeluruh perkembangan siswa, sehingga kegiatan dan unjuk kerja siswa dapat
dipantau melalui penilaian.

7).Menyeluruh

PBK harus dilakukan secara menyeluruh, yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik
serta berdasarkan pada strategi dan prosedur penilaian dengan berbagai bukti hasil belajar siswa
yang dapat dipertanggungjawabkan kepada semua pihak.

8).Bermakna
PBK diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua pihak. Untuk itu, PBK hendaknya
mudah dipahami dan dapat ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Hasil penilaian
hendaknya mencerminkan gambaran yang utuh tentang prestasi siswa yang mengandung informasi
keunggulan dan kelemahan, minat dan tingkat penguasaan siswa dalam pencapaian kompetensi
yang telah ditetapkan.

Selain harus memenuhi prinsip-prinsip umum penilaian, pelaksanaan PBK juga harus memegang
prinsip-prinsip khusus sebagai berikut:

Apapun jenis penilaiannya, harus memungkinkan adanya kesempatan yang terbaik bagi siswa
untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui dan pahami, serta mendemonstrasikan
kemampuan yang dimilikinya; Setiap guru harus mampu melaksanakan prosedur PBK dan
pencatatan secara tepat prestasi yang dicapai siswa.

Keunggulan PBK

Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan salah satu komponen dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi
(KBK). Penilaian ini dilaksanakan oleh guru secara variatif dan terpadu dengan kegiatan pembelajaran di
kelas, oleh karena itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK dilakukan dengan pengumpulan kerja
siswa (portofolio), hasil karya (produk), penugasan (proyek), kinerja/penampilan ( performance), dan tes
tertulis (paper and pencil). Guru menilai kompetensi dan hasil belajar siswa berdasarkan level pencapaian
prestasi siswa.Karenanya, PBK dapat dikatakan sebagai bentuk penilaian yang paling komprehensip.

Harus disadari oleh semua pihak, bahwa sesungguhnya guru itulah yang paling mengetahui kemampuan
atau kemajuan belajar siswa, bukan kepala sekolah, pengawas, apalagi pejabat struktural di Departemen
atau Dinas Pendidikan. Sebab, gurulah yang sehari-hari berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa di
dalam kelas dan di lingkungan sekolah. Dengan demikian, PBK yang memberi kewenangan sangat leluasa
kepada guru untuk menilai siswa merupakan suatu keunggulan agar diperoleh hasil belajar yang akurat
sesuai dengan kemampuan siswa yang sebenarnya. Selain itu, di dalam PBK guru tentu tidak dapat
menilai sekehendak hatinya, melainkan harus menyampaikan secara terbuka kepada siswa untuk
menyepakati bersama kompetensi yang telah dicapai oleh siswa dan standar nilai yang diberikan oleh
guru.

Pelaksanaan PBK

Penilaian dilakukan terhadap hasil belajar siswa berupa kompetensi sebagaimana yang tercantum
dalam KBM setiap mata pelajaran. Di samping mengukur hasil belajar siswa sesuai dengan ketentuan
kompetensi setiap mata pelajaran masing-masing kelas dalam kurikulum nasional, penilaian juga
dilakukan untuk mengetahui kedudukan atau posisi siswa dalam 8 level kompetensi yang ditetapkan
secara nasional.

Penilaian berbasis kelas harus memperlihatkan tiga ranah yaitu: pengetahuan (koknitif), sikap
(afektif), dan keterampilan (psikomotorik) Ketiga ranah ini sebaikanya dinilai proposional sesuai dengan
sifat mata pelajaran yang bersangkutan. Sebagai contoh pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam
(Al-Quran, Aqidah-Akhlaq, fiqh, dan tarikh) penilaiannya harus menyeluruh pada segenap aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik,dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan siswa serta bobot setiap
aspek dari setiap materi. Misalnya kognitif meliputi seluruh mata pelajaran, aspek afektif sangat dominan
pada materi pembelajaran akhlak, PPkn, seni. Aspek psikomotorik sangat dominan pada mata pelajaran
fiqh, membaca Al Quran, olahraga, dan sejenisnya. Begitu juga halnya dengan mata pelajaran yang lain,
pada dasarnya ketiga aspek tersebut harus dinilai.

Hal yang perlu diperhatikan dalam penilaian adalah prinsip kontinuitas, yaitu guru secara terus
menerus mengikuti pertumbuhan, perkembangan dan perubahan siswa. Penilaiannya tidak saja
merupakan kegiatan tes formal, melainkan juga:

1).Perhatian terhadap siswa ketika duduk, berbicara, dan bersikap pada waktu belajar atau
berkomunikasi dengan guru dan sesama teman;

2).Pengamatan ketika siswa berada di ruang kelas, di tempat ibadah dan ketika mereka bermain;

3).Mengamati siswa membaca Al-Qur an dengan tartil (pada setiap awal jam pelajaran selama 5 – 10
menit)

Dari berbagai pengamatan itu ada yang perlu dicatat secara tertulis terutama tentang perilaku yang
ekstrim/menonjol atau kelainan pertumbuhan yang kemudian harus diikuti dengan langkah bimbingan.
Penilaian terhadap pengamatan dapat digunakan observasi, wawancara, angket, kuesioner, sekala sikap
dan catatan anekdot (anecdotal record).

A.Teknik Penilaian Proses dan Hasil Belajar

Untuk keperluan evaluasi diperlukan alat evaluasi yang bermacam-macam, seperti kuesioner, tes,
skala, format observasi, dan lain-lain. Dari sekian banyak alat evaluasi, secara umum dapat
dikelompokkan menjadi dua, yakni alat tes dan nontes. Khusus untuk evaluasi hasil pembelajaran alat
evaluasi yang paling banyak digunakan adalah tes. Oleh karena itu, pembahasan evaluasi hasil
pembelajaran dengan lebih menekankan pada pemberian nilai terhadap skor hasil tes, juga secara
khusus akan membahas pengembangan tes untuk meningkatkan validitas dan reliabilitas tes sebagai alat
evaluasi.

1).Teknik Tes

Tes secara harfiah berasal dari bahasa Prancis kuno “testum” artinyapiring untuk menyisihkan
logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh
sesesorang atau kelompok.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat dijelaskan bahwa tes merupakan alat ukur yang berbentuk
pertanyaan atau latihan, dipergunakan untuk mengukur kemampuan yang ada pada seseorang atau
sekelompok orang. Sebagai alat ukur dalam bentuk pertanyaan, maka tes harus dapat memberikan
informasi mengenai pengetahuan dan kemampuan obyek yang diukur. Sedangkan sebagai alat ukur
berupa latihan, maka tes harus dapat mengungkap keterampilan dan bakat seseorang atau sekelompok
orang.

Tes merupakan alat ukur yang standar dan obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas untuk
mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu.Dengan demikian berarti sudah
dapat dipastikan akan mampu memberikan informasi yang tepat dan obyektif tentang obyek yang
hendak diukur baik berupa psikis maupun tingkah lakunya, sekaligus dapat membandingkan antara
seseorang dengan orang lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan penilaian yang
berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa
sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut. Prestasi atau tingkah laku
tersebut dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan intruksional pembelajaran atau tingkat
penguasaan terhadap seperangkat materi yang telah diberikan dalam proses pembelajaran, dan dapat
pula menunjukkan kedudukan siswa yang bersangkutan dalam kelompoknya.

Dalam kaitan dengan rumusan tersebut, sebagai alat evaluasi hasil belajar, tes minimal
mempunyai dua fungsi, yaitu:

a).Untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat pencapaian terhadap
seperangkat tujuan tertentu.

b).Untuk menentukan kedudukan atau perangkat siswa dalam kelompok, tentang penguasaan materi
atau pencapaian tujuan pembelajaran tertentu.
Fungsi (a) lebih dititikberatkan untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran, sedang
fungsi (b) lebih dititikberatkan untuk mengukur keberhasilan belajar masing-masing individu peserta tes.

2).TesMenurut Tujuannya

Dilihat dari segi tujuannya dalam bidang pendidikan, tes dapat dibagi menjadi:

a).Tes Kecepatan (Speed Test)

Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes (testi) dalam hal kecepatan berpikir atau
keterampilan, baik yang bersifat spontanitas (logik) maupun hafalan dan pemahaman dalam mata
pelajaan yang telah dipelajarinya. Waktu yang disediakan untuk menjawab atau menyelesaikan
seluruh materi tes ini relatif singkat dibandingkan dengan tes lainnya, sebab yang lebih diutamakan
adalah waktu yang minimal dan dapat mengerjakan tes itu sebanyak-banyaknya dengan baik dan
benar, cepat dan tepat penyelesaiannya.Tes yang termasuk kategori tes kecepatan misalnya tes
intelegensi, dan tes ketrampilan bongkar pasang suatu alat.

b).Tes Kemampuan (Power Test)

Tes ini bertujuan untuk mengevaluasi peserta tes dalam mengungkapkan kemampuannya (dalam
bidang tertentu) dengan tidak dibatasi secara ketat oleh waktu yang disediakan. Kemampuan yang
dievaluasi bisa berupa kognitif maupun psikomotorik. Soal-soal biasanya relatif sukar menyangkut
berbagai konsep dan pemecahan masalah dan menuntut peserta tes untuk mencurahkan segala
kemampuannya baik analisis, sintesis dan evaluasi.

c).Tes Hasil Belajar (Achievement Test)

Tes ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hal yang telah diperoleh dalam suatu kegiatan. Tes Hasil
Belajar (THB), baik itu tes harian (formatif) maupun tes akhir semester (sumatif) bertujuan untuk
mengevaluasi hasil belajar setelah mengikuti kegiatan pembelajaran dalam suatu kurun waktu
tertentu. Makalah ini akan lebih banyak memberikan penekanan pada tes hasil belajar ini.

d).Tes Kemajuan Belajar ( Gains/Achievement Test)

Tes kemajuan belajar disebut juga dengan tes perolehan adalah tes untuk mengetahui kondisi awal
testi sebelum pembelajaran dan kondisi akhir testi setelah pembelajaran. Untuk mengetahui kondisi
awal testi digunakan pre-tes dan kondisi akhir testi digunakan post-tes.
e).Tes Diagnostik (Diagnostic Test)

Tes diagnostik adalah tes yang dilaksanakan untuk mendiagnosis atau mengidentifikasi kesukaran-
kesukaran dalam belajar, mendeteksi faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesukaran belajar,
dan menetapkan cara mengatasi kesukaran atau kesulitan belajar tersebut.

f).Tes Formatif

Tes formatif adalah penggunaan tes hasil belajar untuk mengetahui sejauh mana kemajuan belajar
yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu program pembelajaran tertentu.

g).Tes Sumatif

Istilah sumatif berasal dari kata “sum” yang berarti jumlah. Dengan demikian tes sumatif berarti tes
yang ditujukan untuk mengetahui penguasaan siswa dalam sekumpulan materi pelajaran (pokok
bahasan) yang telah dipelajari.

3).Bentuk Tes

Dilihat dari jawaban siswa yang dituntut dalam menjawab atau memecahkan persoalan yang
dihadapinya, maka tes hasil belajar dapat dibagi menjadi 3 jenis :

a).Tes lisan (oral test)

b).Tes tertulis (written test)

c).Tes tindakan atau perbuatan (performance test)

Penggunaan setiap jenis tes tersebut seyogyanya disesuaikan dengan kawasan (domain) perilaku
siswa yang hendak diukur. Misalnya tes tertulis atau tes lisan dapat digunakan untuk mengukur kawasan
kognitif, sedangkan kawasan psikomotorik cocok dan tepat apabila diukur dengan tes tindakan, dan
kawasan afektif biasanya diukur dengan skala perilaku, seperti skala sikap.

1. Bentuk Soal Pilihan Ganda

Keunggulan dari bentuk soal pilihan ganda ini, antara lain adalah sebagai berikut:

a).Pensekoran mudah, cepat, serta objektif


b).Dapat mencakup ruang lingkup bahan/materi yang luas

c).Mampu mengungkap tingkat kognitif rendah sampai tinggi.

Sementara, selain memilliki keunggulan, soal pilihan ganda juga memiliki kelemahan, antara lain
adalah sebagai berikut:

a).Menuliskan soalnya relatif lebih sulit dan lama

b).Memberi peluang siswa untuk menebak jawaban

c).Kurang mampu meningkatkan daya nalar siswa.

2. Bentuk Soal Uraian

Keunggulan dari bentuk soal uraian ini, antara lain adalah sebagai berikut:

a).dapat mengukur kemampuan mengorganisasikan pikiran,

b).menganalisis masalah, dan mengemukakan gagasan secara rinci

c).relatif mudah dan cepat menuliskan soalnya

d).mengurangi faktor menebak dalam menjawab

Sementara, selain memiliki keunggulan, soal uraian juga memiliki kelemahan, antara lain adalah
sebagai berikut:

a).jumlah materi (PB/SPB) yang dapat diungkap terbatas

b).Pengoreksian/scoring lebih sukar dan subjektif

c).tingkat reliabilitas soal relaitf lebih rendah

4).Ciri-ciri Tes yang Baik

Sebuah test dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi kriteria, yaitu memiliki
validitas, reliabilitas, objektivitas, praktikabilitas dan ekonomis

a).Validitas
Sebuah alat pengukur dapat dikatakan valid apabila alat pengukur tersebut dapat mengukur apa
yang hendak diukur secara tepat. Demikian pula dalam alat-alat evaluasi. Suatu tes dapat dikatakan
memiliki validitas yang tinggiapabila tes itu tersebut betul-betul dapat mengukur hasil belajar. Jadi bukan
sekedar mengukur daya ingatan atau kemampuan bahasa saja misalnya.

Untuk lebih mendukung memahami pengertian tersebut selanjutnya akan diuraikan beberapa
macam kriteria validitas, yaitu:

1).Content validity (validitas isi)

Pengujian jenis validitas ini dilakukan secara logis dan rasional karena itu disebut juga rational
validity atau logical validity.Batasan content validity ini menggambarkan sejauh mana tes mampu
mengukur materi pelajaran yang telah diberikan secara representatif dan sejauh mana pula tes dapat
mengukur sampel yang representatif dari perubahan-perubahan perilaku yang diharapkan terjadi
pada diri siswa. Dengan demikian suatu tes hasil belajar disebut memiliki validitas tinggi secara
content, bila tes tersebut sudah dapat mengukur sampel yang representatif dari materi pelajaran
(subject matter) yang diberikan, dan perubahan-perubahan perilaku ( behavioral changes) yang
diharapkan terjadi pada diri siswa. Misalnya apabila kita ingin memberikan tes bahasa inggris untuk
kelas II, maka item-itemnya harus diambil dari bahan pelajaran kelas II. Kalau diambilnya dari kelas
III maka tes itu tidak valid lagi.

2).Predictive validity (validitas ramalan)

Validitas ramalan artinya ketepatan (kejituan) suatu alat pengukur ditunjau dari kemampuan tes
tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapainya kemudian. Suatu tes hasilbelajar dapat
dikatakan mempunyai validitas ramlan yang tinggi, apabila hasil yang dicapai siswa dalam tes
tersebut betul-betul meramalakan sukses tidaknya siswa tersebut dakam pelajaran-pelajaran yang
akan datang. Cara yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya validitas ramalan ialah dengan
mencari korelasi antara nilai-nilsi yang dicapai oleh anak-anak dalam tes tersebut dengan nilai-nilai
yang dicapai kemudian.

3).Concurent validity (Validitas bandingan)

Kejituan suatu tes dilihat dari korelasinya terhadap kecakapan yang telahdimilikisaat kini secara riil.
Cara yang digunakan untuk menilai validitas bandingan ialah dengan jalan mengkorelasikan hasil-
hasil yang dicapai dalam tes tersebut dengan hasil-hasil yang dicapai dalam tes yang sejenis yang
telah diketahui mempunyai validitas yang tinggi (misalnya tes standar).
4).Construct Validity (validitas konstruk/susunan teori)

Yaitu ketepatan suatu tes ditinjau dari susunan tes tersebut. Misalnya kalau kita ingin memberikan
tes kecakapan ilmu pasti, kita harus membuat soal yang ringkas dan jelas yang benar-benar akan
mengukur kecakapan ilmu pasti, bukan mengukur kemampuan bahasa karena soal itu ditulis secara
berkepanjangan dengan bahasa yang sulit dimengerti.

b).Reliabilitas

Reliabilitas berasal dari kata reliable yang berarti dapat dipercaya. Reliabilitas suatu tes
menunjukan atau merupakan sederajat ketetapan, keterandalan atau kemantapan ( the level of
consistency) tes yang bersangkutan dalam mendapatkan data (skor) yang dicapai seseorang, apabila tes
tersebut diberikan kepadanya pada kesempatan (waktu) yang berbeda., atau dengan tes yang pararel
(eukivalen) pada waktu yang sama. Atau dengan kata lain sebuah tes dikatakan reliable apabila hasil-
hasil tes tersebut menunjukan ketetapan, keajegan, atau konsisten. Artinya, jika kepada para siswa
diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap berada dalam urutan
(ranking) yang sama dalam kelompoknya. Contoh

Waktu tes Pengetesan Pengetesan Ranking

Nama siswa pertama Kedua


Andi 6 7 3.a
Budi 5.5 6.6 4
Cici 8 9 1
Didi 5 6 5
Evi 6 7 3.b
Fifi 7 8 2

Ada beberapa cara untuk mencari reliabilitas suatu tes, antara lain :

1).Teknik Berulang

Tehnik ini adalahdengan memberikan tes tersebut kepada sekelompok anak-anak dalam dua
kesempatan yang berlainan. misalnya suatu tes diberikan pada kepada group A. selang 3 hari atau
seminggu tes tes tersebut diberikan lagi kepada group A dengan syarat-syarat tertentu.

2).TeknikBentuk Paralel

Teknik ini dipergunakan dua buah tes yang sejenis (tetapi tidak identik), mengenai isinya; proses
mental yang diukur, tingkat kesukaran jumlah item dan aspek-aspek lain.
3).Teknik belah dua

Ada dua prosedur yang dapat digunakan dalam tes belah dua ini yaitu :

Prosedur ganjil-genap, artinya seluruh item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu
kelompok dan yang bernomor genap menjadi kelompok yang lain.

Prosedur secara random, misalnya dengan jalan lotre, atau dengan jalan menggunakan tabel
bilangan random.

a).Objektivitas

Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada faktor
subyektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama pada sistem skoringnya, apabila dikaitkan dengan
reliabilitas maka obyektivitas menekankan ketetapan pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas
menekankan ketetapan dalam hasil tes. Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari sesuatu tes
yaitu bentuk tes dan penilaian.

b).Praktikabilitas

Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes itu bersifat praktis, mudah
untuk pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang:

1).Mudah dilaksanakannya; misalnya tidak menuntut peralatan yang banyak dan memberi kebebasan
kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu bagian yang dianggap mudah oleh siswa.

2).Mudah memeriksanya artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci jawaban maupun pedoman
skoringnya. Untuk soal yang obyektif, pemeriksaan akan lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh
siswa dalam lembar jawaban.

3).Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat diberikan/ diawali oleh orang lain

c).Ekonomis

Yang dimaksud dengan ekonomis ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan
ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak danwaktu yang lama, baik untuk memproduksinya
maupun untuk melaksanakan dan mengolah hasilnya.
Dengan mempertimbangkan kriteria-kriteriates tersebut, sewajarnya dapat dihasilkan alat tes
(sosal-soal) yang berkualitas yang memenuhi syarat-syarat dibawah ini :

1).Shahih (valid), yaitu mengukur yang harus diukur, sesuai dengan tujuan

2).Relevan, dalam arti yang diuji sesuai dengan tujuan yang diinginkan

3).Spesifik, soal yang hanya dapat dijawab oleh peserta didik yang betul-betul belajar dengan rajin

4).Tidak mengandung ketaksaan (tafsiran ganda). harus ada patokan; tugas ditulis konkret. Apa yang
harus diminta; harus dijawab berapa lengkap
5).Representatif, soal mewakili materi ajar secara keseluruhan

6).Seimbang, dalam arti pokok-pokok yang penting diwakili, dan yang tidak penting tidak selalu perlu.

1).Teknik Nontes

Teknik nontes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotor,
berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes,
yakni: pengamatan (observation), wawancara (interview), kuesioner/angket (questionanaire), dan
analisis dokumen yang bersifat unobtrusive.

a. Observasi

Contoh Pedoman Observasi

Mata Pelajaran: Biologi

Konsep/Subkonsep: 1.1 Vegetatif Buatan

1.1.1. Mencangkok

Kelas: IMA

Hari/tanggal: Ahad, 11 September 2004

Jampel ke-: 1

Nama Siswa: Ali

NO KEGIATAN/ASPEK YANG DINILAI NILAI KET


1 Langkah persiapan (penyiapan alat dan bahan) ….

2 Cara mengelupas kulit bagian luar ….

3 Cara mengelupas kulit bagian dalam ….

4 Cara membersihkan getah/lendir ….

5 Cara menaburkan tanah ….

6 Cara membungkus dan mengikat ….

Jumlah ….
Rata-rata ….

Catatan: >> Pemberian nilai dapat menggunakan angka 1 – 10atau A, B, C, D

Contoh observasi dengan check-list

Mengungkap perilaku/sikap siswa dalam mengikuti pelajaran Biologi

Nama Siswa: Ali

Kelas: II

Kegiatan/ SL Sr Kd TP
No
Aspek yang dinilai selalu sering kadang tdkprnh
1 Hadir tepat waktu V

2 Rapi dalam berpakaian V

3 Hormat kepada guru V

4 Suka mengganggu teman V

5 Mngerjakan PR di sekolah V

Rekap Penilaian

b. Wawancara(Interview)

Contoh Pedoman Wawancara

1. Wawancara Terbimbing (guided interview)

Nama Siswa:

Kelas:

Hari/ Tangal:

Pokok Pembicaraan:

Mengungkap kebiasaan di rumah dan penggunaan waktu luang siswa


1. Apa yang kamu lakukan sepulang sekolah sampai menjelang tidur?
2. Apakah kamu suka olahraga, jenis olahraga apa? Adakah jadwal khusus untuk olahraga?
3. Dalam sepekan berapa kali kamu belajar kelompok? Mata pelajaran apa yang paling sering
dibahas bersama?
4. Adakah kelompok belajar di tempat tinggalmu? Bagaimana peran kamu dalam kelompok
tersebut?
5. Kapan dan bagaimana cara kamu belajar di rumah?

2. Wawancara bebas (unguided interview)

Nama Siswa:

Kelas:

Hari/Tgl:

Pokok Pembicaraan:

Mengungkap tanggapan siswa terhadap kebijakan kepala madrasah tentang Kegiatan Tadabur Alam

(siswa diberikan pertanyaan-pertanyaan yang dapat dikembangkan lebih jauh atas dasar jawaban
sebelumnya, sampai diperoleh kesimpulan yang jelas atau dibatasi waktu)

c. Kuesioner (Questionaire)

Contoh penggunaan kuesioner

Nama Siswa:

1. Pada waktu melihat sampah bertebaran di jalan, saya berusaha untuk membuang ke tempat
sampah:

a.sangat sering

b.sering

c.kadang-kadang

d.jarang

e.tidak pernah

1. Saya mengerjakan PR setelah teman-teman mengerjakan:

a.selalu
b.sering

c.kadang-kadang

d.jarang

e.tidak pernah

1. Adam berkata kepada temannya: “Kalau tidak ada PR kita tidak perlu belajar”. Terhadap
pernyataan Adam tersebut, saya:

a. sangat setuju

b. setuju

c. ragu-ragu

d. tidak setuju

e. sangat tidak setuju

A.Ringkasan

Atas dasar pemaparan dan pembahasan tentang evaluasi pembelajaran di atas, maka dapat disimpulkan
beberapa kajian dan pembahasan yang esensial dari bab ini, yakni sebagai berikut:

1).Dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan, yakni pengukuran, assessment dan
evaluasi

2).Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam
kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guruakan mengetahui perkembangan hasil belajar,
intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau peserta didik

3).Evaluasi memiliki beberapa tujuan, antara lain (a) untuk mengetahui kemajuan belajar siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran dalam jangka waktu tertentu, (b) untuk mengetahui efektivitas
metode pembelajaran yang digunakan, (c) untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompoknya,
dan (d) untuk memperoleh masukan atau umpan balik bagi guru dan siswa dalam rangka perbaikan.

4).Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan suatu proses pengumpulan, pelaporan, dan penggunaan
informasi tentang hasil belajar siswa dengan menerapkan prinsip-prinsip penilaian berkelanjutan,
otentik, akurat, dan konsisten dalam kegiatan pembelajaran di bawah kewenangan guru di kelas
5).Pelaksanaan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat evaluasi,
antara lain, kuesioner, tes, skala, format observasi, dan lain-lain. Dari sekian banyak alat evaluasi,
secara umum dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni alat tes dan nontes

B.Pertanyaan Diskusi

Untuk mengkaji lebih lanjut terkait dengan pembahasan tentang evaluasi pembelajaran ini, maka ada
beberapa hal yang bisa didiskusikan di kelas, yakni sebagai berikut:

Diskusikan dengan teman-teman Anda di kelas!

1).Apa yang dimaksud dengan evaluasi, assesmen dan pengukuran dalam konteks penilaian
pembelajaran?

2).Apakah tujuan diberlakukannya evaluasi dalam pembelajaran?

3).Apa yang dimaksud dengan Penilaian Berbasis Kelas?

4).Bagaimana teknis pelaksanaan Penilaian Berbasis Kelas?

5).Bagiamanakah tahapan-tahapan pelaksanaan evaluasi dalam proses pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai