Anda di halaman 1dari 12

c  


    
à  
 
 
          
 


͙
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran
utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator;
(4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7)
wirausahawan;

Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di
atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah
dengan peningkatan kompetensi guru.

1. Kepala sekolah sebagai educator (pendidik)


Kegiatan belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan dan guru merupakan
pelaksana dan pengembang utama kurikulum di sekolah. Kepala sekolah yang menunjukkan
komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar
mengajar di sekolahnya tentu saja akan sangat memperhatikan tingkat kompetensi yang
dimiliki gurunya, sekaligus juga akan senantiasa berusaha memfasilitasi dan mendorong
agar para guru dapat secara terus menerus meningkatkan kompetensinya, sehingga
kegiatan belajar mengajar dapat berjalan efektif dan efisien.

2. Kepala sekolah sebagai manajer


Dalam mengelola tenaga kependidikan, salah satu tugas yang harus dilakukan kepala
sekolah adalah melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan pengembangan profesi para guru.
Dalam hal ini, kepala sekolah seyogyanya dapat memfasiltasi dan memberikan kesempatan
yang luas kepada para guru untuk dapat melaksanakan kegiatan pengembangan profesi
melalui berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan, baik yang dilaksanakan di sekolah, ʹ
seperti : MGMP/MGP tingkat sekolah, in house training, diskusi profesional dan sebagainya ʹ
, atau melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan di luar sekolah, seperti : kesempatan
melanjutkan pendidikan atau mengikuti berbagai kegiatan pelatihan yang diselenggarakan
pihak lain.

3. Kepala sekolah sebagai administrator


Khususnya berkenaan dengan pengelolaan keuangan, bahwa untuk tercapainya peningkatan
kompetensi guru tidak lepas dari faktor biaya. Seberapa besar sekolah dapat
mengalokasikan anggaran peningkatan kompetensi guru tentunya akan mempengaruhi
terhadap tingkat kompetensi para gurunya. Oleh karena itu kepala sekolah seyogyanya
dapat mengalokasikan anggaran yang memadai bagi upaya peningkatan kompetensi guru.

4. Kepala sekolah sebagai supervisor


Untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala
kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui
kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama
dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa
dalam proses pembelajaran (E. Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui
kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, Ͷ tingkat
penguasaan kompetensi guru yang bersangkutanʹ, selanjutnya diupayakan solusi,
pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang
ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran.

Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukakan bahwa ͞
menghadapi kurikulum yang berisi perubahan -perubahan yang cukup besar dalam tujuan,
isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan
saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka͟. Dari ungkapan ini, mengandung makna
bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil
seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara
dia sendiri tidak menguasainya dengan baik.

5. Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin)


Gaya kepemimpinan kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan
kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan kompetensi guru ? Dalam
teori kepemimpinan setidaknya kita mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan
yang berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada manusia. Dalam
rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang kepala sekolah dapat menerapkan kedua
gaya kepemimpinan tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan yang ada. Kendati demikian menarik untuk dipertimbangkan dari hasil studi yang
dilakukan Bambang Budi Wiyono (2000) terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah
Dasar di Bantul terungkap bahwa ethos kerja guru lebih tinggi ketika dipimpin oleh kepala
sekolah dengan gaya kepemimpinan yang berorientasi pada manusia.

Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala


sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai barikut : (1) jujur; (2)
percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil resiko dan keputusan; (5) berjiwa
besar; (6) emosi yang stabil, dan (7) teladan (E. Mulyasa, 2003).

6. Kepala sekolah sebagai pencipta iklim kerja


Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi
untuk menunjukkan kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan
kompetensinya. Oleh karena itu, dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang
kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip -prinsip sebagai berikut : (1)
para guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan
menyenangkan, (2) tujuan kegiatan perlu disusun dengan dengan jelas dan diinformasikan
kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat
dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut, (3) para guru harus selalu diberitahu tentang
dari setiap pekerjaannya, (4) pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun sewaktu -
waktu hukuman juga diperlukan, (5) usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio -psiko-fisik
guru, sehingga memperoleh kepuasan (modifikasi dari pemikiran E. Mulayasa tentang
Kepala Sekolah sebagai Motivator, E. Mulyasa, 2003).

7. Kepala sekolah sebagai wirausahawan


Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausaan dihubungkan dengan peningkatan
kompetensi guru, maka kepala sekolah seyogyanya dapat menciptakan pembaharuan,
keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang. Kepala sekolah dengan
sikap kewirauhasaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif
di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses
pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya.

Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara langsung
maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi
guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di
sekolah.


Kepemimpinan atau leadership adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang-


orang lain agar bekerjasama sesuai dengan rencana demi tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian kepemimpinan memegang peranan yang sangat
penting dalam manajemen, bahkan dapat dinyatakan, kepemimpinan adalah inti dari
managemen.
Di dalam kenyataan, tidak semua orang yang menduduki jabatan pemimpin memiliki
kemampuan untuk memimpin atau memiliki µkepemimpinan¶, sebaliknya banyak orang yang
memiliki bakat kepemimpinan tetapi tidak pernah mendapat kesempatan untuk menjadi
pemimpin dalam arti yang sebenarnya. Sedang pengertian µkepala¶ menunjukan segi formal
dari jabatan pemimpin saja, maksudnya secara yuridis-formal setiap orang dapat saja
diangkat mengepalai sesuatu usaha atau bagian (berdasarkan surat keputusan atau surat
pengangkatan), walaupun belum tentu orang yang bersangkutan mampu menggerakan
mempengaruhi dan membimbing bawahannya serta (memimpin) memiliki kemampuan
melaksanakan tugas-tugas untuk mencapai tujuan.

 

 c

Karena seorang pemimpin bertugas menggerakan orang-orang yang dipimpinnya, maka


sudah barang tentu ia harus memiliki sifat-sifat yang lebih dari orang-orang yang
dipimpinnya. Banyaknya sifat-sifat ideal yang dituntut bagi seorang pemimpin berbeda-beda
menurut bidang kegiatan, jenis atau tipe kepemimpinan, tingkatan dan bahkan juga latar
belakang budaya dan kebangsaan. Untuk memperoleh perbandingan yang luas berikut ini
akan diuraikan sifat-sifat atau syarat-syarat kepemimpinan yang diajukan oleh beberapa ahli,
pemuka masyarakat, dan bahkan berdasarkan tradisi masyarakat tertentu.
Menurut Dr. Roeslan Abdulgani seorang pemimpin harus memiliki kelebihan dalam 3 hal
dari orang-orang yang dipimpinnya :
- Kelebihan dalam bidang ratio.
Artinya seseorang pemimpin harus memiliki pengetahuan tentang tujuan dan asas organisasi
yang dipimpinnya. Memiliki pengetahuan tentang cara-cara untuk menjalankan organisasi
secara efisien. Dan dapat memberikan keyakinan kepada orang-orang yang dipimpin ke arah
berhasilnya tujuan.
- Kelebihan dalam bidang rohaniah.
Artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang memancarkan keluhuran budi,
ketinggian moral, dan kesederhanaan watak.
-Kelebihan dalam bidang lahiriah/jasmaniah.
Artinya dengan kelebihan ketahanan jasmaniah ini seorang pemimpin akan mampu
memberikan contoh semangat dan prestasi kerja sehari-hari yang baik kepada orang-orang
yang dipimpin.
Terry menyebutkan adanya 8 buah syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin yang
baik, yaitu memiliki:
1. Kekuatan atau energi
Seorang pemimpin harus memiliki kekuatan lahiriah dan rokhaniah sehingga mampu bekerja
keras dan banyak berfikir untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.
2. Penguasaan emosional
Seorang pemimpin harus dapat menguasai perasaannya dan tidak mudah marah dan putus
asa.
3. Pengetahuan mengenai hubungan kemanusiaan
Seorang pemimpin harus dapat mengadakan hubungan yang manusiawi dengan bawahannya
dan orang-orang lain, sehingga mudah mendapatkan bantuan dalam setiap kesulitan yang
dihadapinya.
4. Motivasi dan dorongan pribadi, yang akan mampu menimbulkan semangat, gairah, dan
ketekunan dalam bekerja.
5. Kecakapan berkomunikasi: kemampuan menyampaikan ide, pendapat serta keinginan
dengan baik kepada orang lain, serta dapat dengan mudah mengambil intisari pembicaraan.
6. Kecakapan mengajar pemimpin yang baik adalah guru yang mampu mengajar dan
memberikan teladan dan petunjuk-petunjuk, menerangkan yang belum dengan gambaran
jelas serta memperbaiki yang salah.
7. Kecakapan bergaul: dapat mengetahui sifat dan watak orang lain melalui pergaulan agar
dengan mudah dapat memperoleh kesetiaan dan kepercayaan. Sebaiknya bawahan juga
bersedia bekerja dengan senang hati dan sukarela untuk mencapai tujuan.
8. Kemampuan teknis kepemimpinan: mengetahui azas dan tujuan organisasi. Mampu
merencanakan, mengorganisasi, mendelegasikan wewenang, mengambil keputusan,
mengawasi, dan lain-lain untuk tercapainya tujuan. Seorang pemimpin harus menguasai baik
kemampuan managerial maupun kemampuan teknis dalam bidang usaha yang dipimpinnya.
Dalam amanatnya mengenai masalah kepemimpinan berdasarkan falsafah Panca Sila,
Jenderal Soeharto menyimpulkan beberapa sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
1. Ketuhanan Yang Maha Esa, yaitu kesadaran beragama dan beriman teguh
2. Hing ngarsa sung tulada, yaitu memberi suri-tauladan yang baik di hadapan anak buah.
3. Hing madya mangun karsa, yaitu bergiat dan menggugah semangat di tengah-tengah
masyarakat (anak buah).
4. Tut Wuri handayani, yaitu memberi pengaruh baik dan mendorong dari belakang kepada
anak buah.
5. Waspada purba wisesa, yaitu mengawasi dan berani mengoreksi anak buah.
6. Ambeg parama arta, yaitu memilih dengan tepat mana yang harus didahulukan.
7. Prasaja, yaitu bertingkah laku yang sederhana dan tidak berlebih-lebihan
8. Satya, yaitu sikap loyal timbal balik dari atasan terhadap bawahan, dari bawahan terhadap
atasan dan juga ke samping.
9. Hemat, yaitu kesadaran dan kemampuan membatasi penggunaan dan pengeluaran segala
sesuatu untuk keperluan yang benar-benar penting.
10. Sifat terbuka, yaitu kemauan, kerelaan, keikhlasan, dan keberanian untuk
mempertanggung jawabkan tindakan-tindakannya.
11. Penerusan, yaitu kemauan, kerelaan, dan keikhlasan untuk pada saatnya menyerahkan
tugas dan tanggung jawab serta kedudukan kepada generasi muda guna diteruskannya.

Dari dunia pewayangan dan pustaka lama pun, seringkali dapat kita pelajari sifat-sifat yang
wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Misalnya seperti yang diajarkan oleh Resi Abiyasa
kepada ksatriya Arjuna dalam kisah-kisah Mahabarata: Heneng, Hening, Heling, dan Hawas:
- Heneng artinya tenang
Seorang pemimpin harus memiliki sifat tenang dalam menghadapi segala persoalan. Jika
mudah gelisah maka anak buah pun akan menjadi gelisah. Dengan ketenangan segala
persoalan akan lebih mudah dihadapai.
- Hening artinya cipta
Seorang pemimpin harus memiliki ide, prakarsa, dan kreatif.
- Heling artinya ingat atau sadar
Seorang pemimpin harus selalu ingat kepada orang-orang yang dipimpinnya atau kepada
rakyat.
-Hawas artinya waspada
Seorang pemimpin harus selalu waspada terhadap segala sesuatu yang mungkin terjadi.
Selanjutnya berikut ini 8 sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sebagaimana
diajarkan oleh Sri Rama kepada Wibisana ketika hendak menjadi raja di Alengka
menggantikan Rahwana kakaknya. Dalam dunia pewayangan ke-8 sikap atau laku ini disebut
dengan µHasta Brata¶, meliputi :
- Surya Brata
Surya artinya matahari. Maksudnya seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti matahari
yang dapat memberikan penerangan kepada dunia. Pemimpin harus mampu memberikan
penjelasan tentang maksud dan tujuan organisasi. Cakap berkomunikasi dan mengajar
bawahan untuk menjelaskan segala yang belum dimengerti.

- Bayu Brata
Bayu artinya angin, yang memberikan kesejukan kepada siapapun saat udara panas. Seorang
pemimpin harus mengetahui dan memahami perasaan dan kehendak serta pikiran anak buah,
bersikap ramah tamah dan memiliki budi yang tinggi, sehingga dapat memberikan kesejukan
kepada segenap bawahannya.
- Indra Brata
Indra artinya hujan, yang memberikan kesuburan. Maksudnya seorang pemimpin harus dapat
mengusahakan dan menjamin kesejahteraan lahir dan batin orang-orang yang dipimpinnya.
- Dhana Brata
Dhana artinya harta atau kekayaan. Seorang pemimpin harus dapat menggunakan harta
kekayaan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama dan bukan hanya untuk kepentingan
sendiri. Sebaliknya pemimpin bahkan harus memberikan contoh sikap hidup dan cara hidup
yang sederhana.
- Sasi Brata
Sasi artinya bulan, yang dapat membuat senang siapa saja yang menatapnya. Seorang
pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang membuat dirinya disenangi oleh orang-orang yang
dipimpinnya. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara pemimpin menyenangi dan menghargai
bawahannya (anak buah)
- Yama Brata
Yama artinya jiwa. Pemimpin harus tegas dalam menegakan keadilan seperti halnya Dewa
Yama yang tanpa ragu-ragu dan tanpa pandang bulu mencabut jiwa (jika perlu) mereka yang
salah. Siapa yang salah wajib dikenai hukuman yang setimpal dengan menegakan keadilan.
- Pasa Brata
Pasa adalah senjata dewa Baruna yang tak pernah meleset mengenai sasarannya. Maksudnya
dalam mengambil keputusan seorang pemimpin harus berdasarkan pertimbangan dengan
melihat fakta-fakta, bijaksana, sehingga tepat mengenai sasarannya.
- Agni Brata
Agni artinya api, artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti api yang memberikan
kehangatan kepada anak buah, membangkitkan semangat bekerja yang berapi-api.
  

Menjadi seorang pemimipin itu tidak mudah. Kalau untuk menjadi pemimpin yang asal-
asalan memang tidak dituntut syarat tertentu/minimal. Seorang pemimpin semestinya
memiliki bekal-bekal minimal sebagai berikut:
a. Memiliki Kharisma
Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Tidak semudah yang dibayangkan orang. Ia harus siap
secara intelektual dan moral. Karena ia akan menjadi figur yang diharapkan banyak orang /
bawahan. Perilakunya harus menjadi teladan / patut diteladani. Seorang pemimpin adalah
seseorang yang mempunyai kemampuan diatas kemampuan rata-rata bawahannya.
Singkatnya: seorang pemimipin harus mempunyai karisma. Karakteristik pemimpin yang
punya karisma adalah:
1. Perilakunya terpuji
2. Jujur dan dapat dipercaya
3. Memegang komitmen
4. Konsisten dengan ucapan
5. Memiliki moral agama yang cukup.

b. Memiliki Keberanian
Tidak lucu bila seorang pemimpin tidak memiliki keberanian. Minimal keberanian berbicara,
mengemukakan pendapat, beradu argumentasi dan berani membela kebenaran. Secara lebih
khusus keberanian itu ditunjukkan dalam komitmen berani membela yang benar, memegang
tegug pada pendirian yang benar, tidak takut gagal, berani ambil resiko, dan berani
bertanggungjawab.

c. Memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain


Salah satu ciri bahwa seseorang memiliki jiwa kepemimpinan adalah kemampuannya
mempengaruhi seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan kemampuannya
berkomunikasi, ia dapat mempengaruhi orang lain. Adapun cara-cara untuk mempengaruhi
orang lain antara lain:
1. Membuat orang lain merasa penting
2. Membantu kesulitan orang lain
3. Mengemukakan wawasan dengan cara pandang yang positif
4. Tidak merendahkan orang lain
5. Memiliki kelebihan atau keahlian.

d. Mampu Membuat Strategi


Seorang pemimpin semestinya identik dengan seorang ahli strategi. Maju-mundurnya
perusahaan, gagal-berhasilnya suatu organisasi, banyak ditentukan oleh strategi yang
dirancang oleh pimpinan perusahaan atau pimpinan organisasi. Adapun kriteria seorang
pemimpin yang mampu menyusun strategi:
1. Menguasai medan
2. Memiliki wawasan luas
3. Berpikir cerdas
4. Kreatif dan inovatif
5. Mampu melihat masalah secara komprehensif
6. Mampu menyusun skala prioritas
7. Mampu memprediksi masa depan.
e. Memiliki Moral yang Tinggi
Banyak orang berpendapat bahwa moralitas merupakan ukuran berkualitas atau tidaknya
hidup seseorang. Apalagi seorang pemimpin yang akan menjadi panutan. Seorang pemimpin
adalah seorang panutan yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan. Tanda-tanda
seorang pemimpin yang bermoral tinggi:
1. Tidak menyakiti orang lain
2. Menghargai siapa saja
3. Bersikap santun
3. Tidak suka konflik
4. Tidak gegabah
5. Tidak mau memiliki yang bukan haknya
6. Perkataannya terkendali dan penuh perhitungan
7. Perilakunya mampu dijadikan contoh.

f. Mampu menjadi Mediator


Seorang pemimpin yang bijak mampu bertindak adil dan berpikir obyektif. Dua hal tersebut
akan menunjang tugas pimpinan untuk menjadi seorang mediator. Syarat seorang mediator
meliputi beberapa kriteria:
1. Berpikir positif
2. Setiap ada masalah selalu berada di tengah
3. Memiliki kemampuan melobi
4. Mampu mendudukkan masalah secara proporsional
5. Mampu membedakan kepentingan pribadi dan kepentingan umum.

g. Mampu menjadi Motivator


Hubungan seorang pemimpin dengan motivasi yaitu seorang pemimpin adalah sekaligus
seorang motivator. Demikianlah memang seharusnya. Pimpinan adalah titik sentral dan titik
awal sebuah langkah akan dimulai. Motivasi akan lahir jika pimpinan menyadari fungsinya
sebagai motivator. Tanda-tanda seorang pemimpin menyadari fungsinya sebagai motivator:
1. Memiliki kepedulian kepada orang lain
2. Mampu menjadi pendengar yang baik
3. Mengajak kepada kebaikan
4. Mampu meyakinkan oranglain
5. Berusaha mengerti keinginan orang lain.

h. Memiliki Rasa Humor


Akan lebih mudah seorang pemimpin melaksanakan tugas kepemimpinannya - jika didukang
sifat humoris pimpinan - memiliki humor yang tinggi. Kata orang humor lebih penting dari
kenaikan gaji. Termasuk kategori pemimpin yang memiliki rasa humor adalah sebagai
berikut:
1. Murah senyum
2. Mampu memecahkan kebekuan suasana
3. Mampu menciptakan kalimat yang menyegarkan
4. Kaya akan cerita dan kisah-kisah lucu
5. Mampu menempatkan humor pada situasi yang tepat.
| c |

Dari bandingan-bandingan yang diberi an di atas, tampak betapa tinggi si at-si at atau syarat-
syarat yang dituntut bagi seorang pemimpin. Di dalam kenyataan memang tidak mudah bagi
seorang pemimpin untuk memenuhi si at-si at tersebut secara sempurna.

Tugas dan Tanggung Jawab Menjadi Seorang


Pemimpin
Sabtu, 13 Desember 2008 09:20
Masih dalam suasana bersilatturahim di hari raya, seorang pemuda desa yang kebetulan
menemui saya menanyakan bagaimana caranya agar kelak jika dewasa menjadi pemimpin.
Rupanya dari pembicaraan itu, yang tergambar pada pikiran pemuda ini, bahwa kehidupan
seorang pemimpin selalu kelihatan enak. Pemimpin menurut gambarannya selalu dihormati,
disegani, dikenal banyak orang atau namanya masyhur, dicintai anak buah----padahal ini
sesungguhnya belum tentu, pekerjaannya tinggal memerintah orang, jika berbicara
didengarkan, dan penghasilannya juga besar. Tentu masih banyak keuntungan hidup lainnya
dari seorang pemimpin.

Saya mencoba menjelaskan, bahwa pemimpin itu banyak macamnya. Ada pemimpin olah
raga, seperti misalnya pemimpin pemain sepak bola, bola basket, folly ball, dan lain-lain.
Juga ada pemimpin lembaga pendidikan, seperti kyai pesantren, kepala sekolah, pemimpin
perguruan tinggi yang disebut dengan rektor. Ada juga pemimpin pemerintahan, atau
seringkali disebut pejabat, dari yang terbawah sampai yang tertinggi, mulai kepala desa, atau
lurah, camat, bupati, wali kota gubernur sampai presiden. Selain itu ada pemimpin
perusahaan, usaha apa saja, misalnya tekstil, perusahaan rokok, perusahaan mobil,
perusahaan, perbankan, asuransi, transportasi. Contoh-contoh tersebut, tentu yang dikenal
bagus. Sebab selain itu juga ada pemimpin komunitas yang tidak bagus, yang tentu tidak
perlu ditambahkan di sini. Dan, tentu saja yang dicita-citakan anak muda yang disebutkan di
muka adalah pemimpin yang bagus-bagus itu.

Kemudian saya menjelaskan bahwa seorang pemimpin, agar kepemimpinannya sukses harus
memiliki beberapa modal sebagai bekalnya. Di antaranya, pertama, seorang pemimpin harus
memiliki jiwa kepemimpinan. Seseorang ingin menjadi pemimpin, tetapi jika ia tidak
memiliki jiwa kepemimpinan juga akan repot sendiri. Pemimpin itu harus kaya ide, semangat
tinggi untuk mewujudkan idenya itu, sabar, ikhlas, suka berkorban dan tentu saja memiliki
pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk komunitas yang dipimpinnya. Misalnyasebagai
pemimpin bank, ia harus tahu tentang perbankan. Pemimpin perusahaan asuransi, ia juga
harus memiliki pengetahuan tentang ke asuransian dan seterusnya.

Kedua, seorang pemimpin adalah orang yang bisa mencintai semua bawahannya. Ia harus
bisa membagi cintanya, setidak-tidaknya kepada semua orang yang dipimpinnya. Kalimat ini
mudah diucapkan dan seolah-olah bisa dimiliki oleh semua orang. Akan tetapi dalam praktek
kehidupan sehari-hari, ternyata tidak semua orang yang dipimpin mudah diatur, mengikuti
dan mau menjalankan tugas-tugas yang seharusnya diselesaikan olehnya. Anak buah, sebagai
manusia biasa, tidak jarang lupa, salah, kurang semangat bekerja dan bahkan juga sesekali
membantah, mengkritik dan sampai berani melawan. Sebagai seorang pemimpin harus
mampu menghadapi perilaku bawahan apapun sikap-sikap, karakter, watak yang dimilikinya.
Mencinai orang yang mencitainya mudah, tetapi tidak gampang bagi siapapun mencintai
orang yang sulit diatur dan bahkan memusuhinya.

Seorang pemimpin rasanya tepat jika diumpamakan sebagai seorang pawang binatang buas
dalam permainan circus . Pawang mampu membikin permainan indah dari binatang buas.
Padahal binatang tersebut selalu memiliki keinginan menerkam, tetapi seorang pawang justru
bisa menaklukkan dan memanfaatkan kelebihan singa dan binatang buas lainnya menjadi
tontonan yang indah. Seorang pawang tidak pernah segera membunuh binatang piaraannya,
hanya karena binatang-binatang itu membahayakan. Bahkan sebaliknya, pawang itu justru
menyenangi binatang-binatang buas itu. Dan jika berhasil melatih dan memimpinnya, ia
merasa berpretasi. Sebagai pawang singa, juga tidak tertarik jika perannya diganti menjadi
pawang kelinci, kucing atau bahkan pawang itik atau bebek. Siapapun tidak pernah mau dan
juga tidak akan dihargai sebatas sebagai pawang binatang jinak ini.

Ketiga, sebagai seorang pemimpin harus mengetahui siapa dan akan dibawa ke mana
komunitas yang dipimpinnya. Pemimpin tim olah raga, seperti sepak bola, bola folly, basket
dan seterusnya kiranya tidak sulit menentukan akan dibawa ke mana timnya itu. Pemimpin
olah raga selalu bercita-cita agar suatu ketika meraih juara. Atas dasar pemahamannya
terhadap kekuatan tim yang dipimpinnya, ia akan memiliki target-target yang ingin diraih.
Misalnya suatu ketika ingkin meraih juara tingkat RT, kemudian juara tingkat desa,
selanjutnya secara berturut-turut juara kecamatan, kabupaten, propinsi, juara nasional dan
bahkan suatu ketika ingin menjadi pemimpin tim olah raga tingkat dunia. Tingkatan apa yang
ingin diraih, seolah pemimpin juga bisa mengukur kemampuan dirinya dan juga anggota tim
pemainnya. Misalnya, belum pernah menjuarai tingkat desa, lalu mendaftarkan diri mengikuti
kejuaraan tingkat propinsi, maka akan ditertawakan orang. Sedemikian mudah merumuskan
visi dan misi pemimpin olah raga. Dan tentu tidak sedemikkian mudah merumuskannya
kepemimpinan di bidang lain, misalnya pemimpin pemerintahan, pemimpin partai politik,
perusahaan termasuk juga pemimpin perguruan tinggi.

Pemimpin perguruan tinggi misalnya, ternyata tidak semuanya mampu dan berhasil
merumuskan visi dan misi secara jelas. Banyak pemimpin perguruan tingi ternyata gagal
sebatas hanya merumuskan itu. Tidak sedikit orang kemudian berkomentar terhadap
seseorang pimpinan perguruan tinggi yang sudah sekian lama memimpin, tetapi tidak mampu
merubah institusinya. Orang kemudian mengomentari atas kegagalannya itu dengan
mengatakan bahwa pemimpin tersebut tidak memiliki visi dan misi yang jelas. Pemimpin
perguruan tinggi tersebut tidak memiliki jiwa kepemimpinan. Ia hanya sebatas mampu
menampilkan diri sebagai pejabat, dan bukan sebagai seorang pemimpin, dan seterusnya.

Sementara orang, kadangkala membedakan antara pejabat dan pemimpin. Pejabat biasanya
hanya menangani jenis pekerjaan yang sepele, misalnya membuat program tahunan,
mengusulkan besarnya anggaran yang dibutuhkan ke atasan, membagi tugas, menjalankan
core bisness dan melaporkan hasilnya setiap tahun. Sedangkan pemimpin tidak sebatas
melakukan peran-peran itu. Di kepala pemikmpin harus penuh dengan imajinasi, cita-cita,
mimpi-mimpi dan gambaran ke depan. Pekerjaan seperti itu ternyata tidak bisa dilakukan
oleh semua orang. Tidak sedikit orang yang miskin cita-cita, imajinasi, mimpi-mimpi dan
cita-cita. Belum lagi tiak sedikit pemimpin yang hanya memiliki ³aku´ kecil. Pada hal
pemimpin harus memiliki ³aku´ besar, yaitu ³aku´ yang jauh melampaui dirinya.

Penyandang aku besar biasanya tidak saja berpikir untuk diri dan keluarganya. Konsep ini
sepele, tetapi sesungguhnya memiliki makna yang mendalam. Pemilik aku kecil tidak akan
bisa menjangkau kebutuhan yang diinginkan oleh seluruh anak buahnya. Sebaliknya ia hanya
akan berpikir tentang kebutuhannya sendiri, atau jika agak melebar kebutuhan keluarganya.
Orang yang beraku kecil anak buahnyha dijadikan sebagai alat untuk memuaskan dirinya.
Orang lain yang berposisi sebagai bawahannya diperlakukan sebagai anak buah, buruh
pembantu dan bahkan babunya. Anak buah bagi pemimpin yang ber aku kecil,
keberadaannya dipandang rendah. Karena itulah maka tidak perlu mendapatkan perhatian
yang cukup. Pemimpin seperti ini tidak mau menyisihkan waktunya untguk memikirkan
kesejahteraan mereka. Cara memanggil saja, biasanya tgidak menggunakan sapaan yang
hormat, cukup menyebut namanya, tanpa memberi identitas kehormatan seperti Pak, Mas dan
seterusnya.

Beda dengan pemimpin yang menyandang aku kecil, pemimpin ber ³aku´ besar, mereka
tidak saja berpikir tentang dirinya, melaikan seharí-hari berpikir untuk mengembangkan dan
membesarkan anak buahnya. Semua anak buah diberlakukan sebagai pihak-pihak yang
memerlukan perhatian dan harus dibesarkan dalam pengertian luas. Pemimpin yang memiliki
aku besar, ia sadar bahwa keberhasilannya membesarkan kampus atau lembaga yang
dipimp;innya, harus melewati jalan strategis. Jalan strategis yang dimaksudkan itu adalah
membesarkan anak buahnya itu. Logika yang digunakan adalah, jika semua anak buahnya
menjadi besar ------gaji cukup, pengetahuanh luas, kesejahteraan terjamin, masa depannya
jelas dan seterusnya, maka ia akan bekerja keras dan berkualitas, yang ujung-ujungnya
kemudian adalah lembaga yang dipimpinnya akan cepat menjadi besar. Inilah pemimpin yang
memiliki ³aku´ besar itu. Ia akan membesarkan seluruh orang yang dipimpinnya.

Jika kepemimpinan adalah seperti ini, maka benar apa yang ditakan di muka bahwa
pemimpin memerlukan jiwa kepemimpinan. Selain itu dia harus memiliki ³aku´ yang lebih
besar. Pemimpin bukan seseorang yang hanya akan mendapatkan keuntungan yang bersifat
materi atas imbalan dari posisinya sebagai seorang pemimpin. Pemimpin juga tidak boleh
hanya berangan-angan agar tatkala menjadi pemimpin agar memiliki gaji yang jumlahnya
paling besar, bisa banyak istirahat, makan bergizi, tidur nyenyak, dan menyandang lambang-
lambang kebesaran lainnya. Pemimpin agar meraih kesuksesan dalam memimpin justru harus
hidup prihatin dan banyak tirakat. Ia harus sanggup mengurangi tidur, membatasi makanan,
membatasi istirahat dan lain-lain. Sebagai bentuk tirakat itu misalnya mengurangi tidur,
puasa senin kamis dan bahkan puasa dawud, menjauhi hal-hal yang sifatnya hanya sebatas
memerdekakan hawa nafsu. Pemimpin sebenarnya, dengan ilustrasi seperti itu, hidupnya
menjadi tidak lebih leluasa dan nikmat dari yang dipimpinnya.

Penjelasan yang panjang lebar saya berikan seperti itu, maka anak muda tadi rupanya baru
menjadi mengerti bahwa para pemimpin yang kemudian dihormati orang, kata-katanya
didengarkan, dicari dan dicintai banyak orang, ternyata memang tidak mudah dijalani.
Pemimpin tidak seperti kebanyakan orang lainnya. Ada hal-hal yang orang lain menjalinya
dianggap biasa, tetapi tidak selayaknya hal itu dilakukan oleh seorang pemimpin. Pemimpin
harus mau berkorban, menanggung resiko, banyak ide, pandai berkomunikasi membangun
jaringan, pemimpin harus bersedia membagi-bagi cintanya kepada siapapun, baik mereka
yang disukai maupun kepada yang dibenci sekalipun. Menolong orang yang dicintai adalah
mudah, tetapi pemimpin juga harus mau menolong orang yang sehari-hari mengritik, mencaci
maki dan bahkan membenci sekalipun. Inilah tugas dan tanggung jawab pemimpin yang
sesungguhnya. Allahu a¶lam.

Anda mungkin juga menyukai