à
͙
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas, 2006), terdapat tujuh peran
utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator;
(4) supervisor (penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7)
wirausahawan;
Merujuk kepada tujuh peran kepala sekolah sebagaimana disampaikan oleh Depdiknas di
atas, di bawah ini akan diuraikan secara ringkas hubungan antara peran kepala sekolah
dengan peningkatan kompetensi guru.
Jones dkk. sebagaimana disampaikan oleh Sudarwan Danim (2002) mengemukakan bahwa ͞
menghadapi kurikulum yang berisi perubahan -perubahan yang cukup besar dalam tujuan,
isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan
saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka͟. Dari ungkapan ini, mengandung makna
bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil
seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara
dia sendiri tidak menguasainya dengan baik.
Sejauh mana kepala sekolah dapat mewujudkan peran-peran di atas, secara langsung
maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi
guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di
sekolah.
c
Dari dunia pewayangan dan pustaka lama pun, seringkali dapat kita pelajari sifat-sifat yang
wajib dimiliki oleh seorang pemimpin. Misalnya seperti yang diajarkan oleh Resi Abiyasa
kepada ksatriya Arjuna dalam kisah-kisah Mahabarata: Heneng, Hening, Heling, dan Hawas:
- Heneng artinya tenang
Seorang pemimpin harus memiliki sifat tenang dalam menghadapi segala persoalan. Jika
mudah gelisah maka anak buah pun akan menjadi gelisah. Dengan ketenangan segala
persoalan akan lebih mudah dihadapai.
- Hening artinya cipta
Seorang pemimpin harus memiliki ide, prakarsa, dan kreatif.
- Heling artinya ingat atau sadar
Seorang pemimpin harus selalu ingat kepada orang-orang yang dipimpinnya atau kepada
rakyat.
-Hawas artinya waspada
Seorang pemimpin harus selalu waspada terhadap segala sesuatu yang mungkin terjadi.
Selanjutnya berikut ini 8 sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin sebagaimana
diajarkan oleh Sri Rama kepada Wibisana ketika hendak menjadi raja di Alengka
menggantikan Rahwana kakaknya. Dalam dunia pewayangan ke-8 sikap atau laku ini disebut
dengan µHasta Brata¶, meliputi :
- Surya Brata
Surya artinya matahari. Maksudnya seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti matahari
yang dapat memberikan penerangan kepada dunia. Pemimpin harus mampu memberikan
penjelasan tentang maksud dan tujuan organisasi. Cakap berkomunikasi dan mengajar
bawahan untuk menjelaskan segala yang belum dimengerti.
- Bayu Brata
Bayu artinya angin, yang memberikan kesejukan kepada siapapun saat udara panas. Seorang
pemimpin harus mengetahui dan memahami perasaan dan kehendak serta pikiran anak buah,
bersikap ramah tamah dan memiliki budi yang tinggi, sehingga dapat memberikan kesejukan
kepada segenap bawahannya.
- Indra Brata
Indra artinya hujan, yang memberikan kesuburan. Maksudnya seorang pemimpin harus dapat
mengusahakan dan menjamin kesejahteraan lahir dan batin orang-orang yang dipimpinnya.
- Dhana Brata
Dhana artinya harta atau kekayaan. Seorang pemimpin harus dapat menggunakan harta
kekayaan sebaik-baiknya untuk kepentingan bersama dan bukan hanya untuk kepentingan
sendiri. Sebaliknya pemimpin bahkan harus memberikan contoh sikap hidup dan cara hidup
yang sederhana.
- Sasi Brata
Sasi artinya bulan, yang dapat membuat senang siapa saja yang menatapnya. Seorang
pemimpin harus memiliki sifat-sifat yang membuat dirinya disenangi oleh orang-orang yang
dipimpinnya. Hal ini dapat diwujudkan dengan cara pemimpin menyenangi dan menghargai
bawahannya (anak buah)
- Yama Brata
Yama artinya jiwa. Pemimpin harus tegas dalam menegakan keadilan seperti halnya Dewa
Yama yang tanpa ragu-ragu dan tanpa pandang bulu mencabut jiwa (jika perlu) mereka yang
salah. Siapa yang salah wajib dikenai hukuman yang setimpal dengan menegakan keadilan.
- Pasa Brata
Pasa adalah senjata dewa Baruna yang tak pernah meleset mengenai sasarannya. Maksudnya
dalam mengambil keputusan seorang pemimpin harus berdasarkan pertimbangan dengan
melihat fakta-fakta, bijaksana, sehingga tepat mengenai sasarannya.
- Agni Brata
Agni artinya api, artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat seperti api yang memberikan
kehangatan kepada anak buah, membangkitkan semangat bekerja yang berapi-api.
Menjadi seorang pemimipin itu tidak mudah. Kalau untuk menjadi pemimpin yang asal-
asalan memang tidak dituntut syarat tertentu/minimal. Seorang pemimpin semestinya
memiliki bekal-bekal minimal sebagai berikut:
a. Memiliki Kharisma
Menjadi pemimpin itu tidak mudah. Tidak semudah yang dibayangkan orang. Ia harus siap
secara intelektual dan moral. Karena ia akan menjadi figur yang diharapkan banyak orang /
bawahan. Perilakunya harus menjadi teladan / patut diteladani. Seorang pemimpin adalah
seseorang yang mempunyai kemampuan diatas kemampuan rata-rata bawahannya.
Singkatnya: seorang pemimipin harus mempunyai karisma. Karakteristik pemimpin yang
punya karisma adalah:
1. Perilakunya terpuji
2. Jujur dan dapat dipercaya
3. Memegang komitmen
4. Konsisten dengan ucapan
5. Memiliki moral agama yang cukup.
b. Memiliki Keberanian
Tidak lucu bila seorang pemimpin tidak memiliki keberanian. Minimal keberanian berbicara,
mengemukakan pendapat, beradu argumentasi dan berani membela kebenaran. Secara lebih
khusus keberanian itu ditunjukkan dalam komitmen berani membela yang benar, memegang
tegug pada pendirian yang benar, tidak takut gagal, berani ambil resiko, dan berani
bertanggungjawab.
Dari bandingan-bandingan yang diberi an di atas, tampak betapa tinggi si at-si at atau syarat-
syarat yang dituntut bagi seorang pemimpin. Di dalam kenyataan memang tidak mudah bagi
seorang pemimpin untuk memenuhi si at-si at tersebut secara sempurna.
Saya mencoba menjelaskan, bahwa pemimpin itu banyak macamnya. Ada pemimpin olah
raga, seperti misalnya pemimpin pemain sepak bola, bola basket, folly ball, dan lain-lain.
Juga ada pemimpin lembaga pendidikan, seperti kyai pesantren, kepala sekolah, pemimpin
perguruan tinggi yang disebut dengan rektor. Ada juga pemimpin pemerintahan, atau
seringkali disebut pejabat, dari yang terbawah sampai yang tertinggi, mulai kepala desa, atau
lurah, camat, bupati, wali kota gubernur sampai presiden. Selain itu ada pemimpin
perusahaan, usaha apa saja, misalnya tekstil, perusahaan rokok, perusahaan mobil,
perusahaan, perbankan, asuransi, transportasi. Contoh-contoh tersebut, tentu yang dikenal
bagus. Sebab selain itu juga ada pemimpin komunitas yang tidak bagus, yang tentu tidak
perlu ditambahkan di sini. Dan, tentu saja yang dicita-citakan anak muda yang disebutkan di
muka adalah pemimpin yang bagus-bagus itu.
Kemudian saya menjelaskan bahwa seorang pemimpin, agar kepemimpinannya sukses harus
memiliki beberapa modal sebagai bekalnya. Di antaranya, pertama, seorang pemimpin harus
memiliki jiwa kepemimpinan. Seseorang ingin menjadi pemimpin, tetapi jika ia tidak
memiliki jiwa kepemimpinan juga akan repot sendiri. Pemimpin itu harus kaya ide, semangat
tinggi untuk mewujudkan idenya itu, sabar, ikhlas, suka berkorban dan tentu saja memiliki
pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk komunitas yang dipimpinnya. Misalnyasebagai
pemimpin bank, ia harus tahu tentang perbankan. Pemimpin perusahaan asuransi, ia juga
harus memiliki pengetahuan tentang ke asuransian dan seterusnya.
Kedua, seorang pemimpin adalah orang yang bisa mencintai semua bawahannya. Ia harus
bisa membagi cintanya, setidak-tidaknya kepada semua orang yang dipimpinnya. Kalimat ini
mudah diucapkan dan seolah-olah bisa dimiliki oleh semua orang. Akan tetapi dalam praktek
kehidupan sehari-hari, ternyata tidak semua orang yang dipimpin mudah diatur, mengikuti
dan mau menjalankan tugas-tugas yang seharusnya diselesaikan olehnya. Anak buah, sebagai
manusia biasa, tidak jarang lupa, salah, kurang semangat bekerja dan bahkan juga sesekali
membantah, mengkritik dan sampai berani melawan. Sebagai seorang pemimpin harus
mampu menghadapi perilaku bawahan apapun sikap-sikap, karakter, watak yang dimilikinya.
Mencinai orang yang mencitainya mudah, tetapi tidak gampang bagi siapapun mencintai
orang yang sulit diatur dan bahkan memusuhinya.
Seorang pemimpin rasanya tepat jika diumpamakan sebagai seorang pawang binatang buas
dalam permainan circus . Pawang mampu membikin permainan indah dari binatang buas.
Padahal binatang tersebut selalu memiliki keinginan menerkam, tetapi seorang pawang justru
bisa menaklukkan dan memanfaatkan kelebihan singa dan binatang buas lainnya menjadi
tontonan yang indah. Seorang pawang tidak pernah segera membunuh binatang piaraannya,
hanya karena binatang-binatang itu membahayakan. Bahkan sebaliknya, pawang itu justru
menyenangi binatang-binatang buas itu. Dan jika berhasil melatih dan memimpinnya, ia
merasa berpretasi. Sebagai pawang singa, juga tidak tertarik jika perannya diganti menjadi
pawang kelinci, kucing atau bahkan pawang itik atau bebek. Siapapun tidak pernah mau dan
juga tidak akan dihargai sebatas sebagai pawang binatang jinak ini.
Ketiga, sebagai seorang pemimpin harus mengetahui siapa dan akan dibawa ke mana
komunitas yang dipimpinnya. Pemimpin tim olah raga, seperti sepak bola, bola folly, basket
dan seterusnya kiranya tidak sulit menentukan akan dibawa ke mana timnya itu. Pemimpin
olah raga selalu bercita-cita agar suatu ketika meraih juara. Atas dasar pemahamannya
terhadap kekuatan tim yang dipimpinnya, ia akan memiliki target-target yang ingin diraih.
Misalnya suatu ketika ingkin meraih juara tingkat RT, kemudian juara tingkat desa,
selanjutnya secara berturut-turut juara kecamatan, kabupaten, propinsi, juara nasional dan
bahkan suatu ketika ingin menjadi pemimpin tim olah raga tingkat dunia. Tingkatan apa yang
ingin diraih, seolah pemimpin juga bisa mengukur kemampuan dirinya dan juga anggota tim
pemainnya. Misalnya, belum pernah menjuarai tingkat desa, lalu mendaftarkan diri mengikuti
kejuaraan tingkat propinsi, maka akan ditertawakan orang. Sedemikian mudah merumuskan
visi dan misi pemimpin olah raga. Dan tentu tidak sedemikkian mudah merumuskannya
kepemimpinan di bidang lain, misalnya pemimpin pemerintahan, pemimpin partai politik,
perusahaan termasuk juga pemimpin perguruan tinggi.
Pemimpin perguruan tinggi misalnya, ternyata tidak semuanya mampu dan berhasil
merumuskan visi dan misi secara jelas. Banyak pemimpin perguruan tingi ternyata gagal
sebatas hanya merumuskan itu. Tidak sedikit orang kemudian berkomentar terhadap
seseorang pimpinan perguruan tinggi yang sudah sekian lama memimpin, tetapi tidak mampu
merubah institusinya. Orang kemudian mengomentari atas kegagalannya itu dengan
mengatakan bahwa pemimpin tersebut tidak memiliki visi dan misi yang jelas. Pemimpin
perguruan tinggi tersebut tidak memiliki jiwa kepemimpinan. Ia hanya sebatas mampu
menampilkan diri sebagai pejabat, dan bukan sebagai seorang pemimpin, dan seterusnya.
Sementara orang, kadangkala membedakan antara pejabat dan pemimpin. Pejabat biasanya
hanya menangani jenis pekerjaan yang sepele, misalnya membuat program tahunan,
mengusulkan besarnya anggaran yang dibutuhkan ke atasan, membagi tugas, menjalankan
core bisness dan melaporkan hasilnya setiap tahun. Sedangkan pemimpin tidak sebatas
melakukan peran-peran itu. Di kepala pemikmpin harus penuh dengan imajinasi, cita-cita,
mimpi-mimpi dan gambaran ke depan. Pekerjaan seperti itu ternyata tidak bisa dilakukan
oleh semua orang. Tidak sedikit orang yang miskin cita-cita, imajinasi, mimpi-mimpi dan
cita-cita. Belum lagi tiak sedikit pemimpin yang hanya memiliki ³aku´ kecil. Pada hal
pemimpin harus memiliki ³aku´ besar, yaitu ³aku´ yang jauh melampaui dirinya.
Penyandang aku besar biasanya tidak saja berpikir untuk diri dan keluarganya. Konsep ini
sepele, tetapi sesungguhnya memiliki makna yang mendalam. Pemilik aku kecil tidak akan
bisa menjangkau kebutuhan yang diinginkan oleh seluruh anak buahnya. Sebaliknya ia hanya
akan berpikir tentang kebutuhannya sendiri, atau jika agak melebar kebutuhan keluarganya.
Orang yang beraku kecil anak buahnyha dijadikan sebagai alat untuk memuaskan dirinya.
Orang lain yang berposisi sebagai bawahannya diperlakukan sebagai anak buah, buruh
pembantu dan bahkan babunya. Anak buah bagi pemimpin yang ber aku kecil,
keberadaannya dipandang rendah. Karena itulah maka tidak perlu mendapatkan perhatian
yang cukup. Pemimpin seperti ini tidak mau menyisihkan waktunya untguk memikirkan
kesejahteraan mereka. Cara memanggil saja, biasanya tgidak menggunakan sapaan yang
hormat, cukup menyebut namanya, tanpa memberi identitas kehormatan seperti Pak, Mas dan
seterusnya.
Beda dengan pemimpin yang menyandang aku kecil, pemimpin ber ³aku´ besar, mereka
tidak saja berpikir tentang dirinya, melaikan seharí-hari berpikir untuk mengembangkan dan
membesarkan anak buahnya. Semua anak buah diberlakukan sebagai pihak-pihak yang
memerlukan perhatian dan harus dibesarkan dalam pengertian luas. Pemimpin yang memiliki
aku besar, ia sadar bahwa keberhasilannya membesarkan kampus atau lembaga yang
dipimp;innya, harus melewati jalan strategis. Jalan strategis yang dimaksudkan itu adalah
membesarkan anak buahnya itu. Logika yang digunakan adalah, jika semua anak buahnya
menjadi besar ------gaji cukup, pengetahuanh luas, kesejahteraan terjamin, masa depannya
jelas dan seterusnya, maka ia akan bekerja keras dan berkualitas, yang ujung-ujungnya
kemudian adalah lembaga yang dipimpinnya akan cepat menjadi besar. Inilah pemimpin yang
memiliki ³aku´ besar itu. Ia akan membesarkan seluruh orang yang dipimpinnya.
Jika kepemimpinan adalah seperti ini, maka benar apa yang ditakan di muka bahwa
pemimpin memerlukan jiwa kepemimpinan. Selain itu dia harus memiliki ³aku´ yang lebih
besar. Pemimpin bukan seseorang yang hanya akan mendapatkan keuntungan yang bersifat
materi atas imbalan dari posisinya sebagai seorang pemimpin. Pemimpin juga tidak boleh
hanya berangan-angan agar tatkala menjadi pemimpin agar memiliki gaji yang jumlahnya
paling besar, bisa banyak istirahat, makan bergizi, tidur nyenyak, dan menyandang lambang-
lambang kebesaran lainnya. Pemimpin agar meraih kesuksesan dalam memimpin justru harus
hidup prihatin dan banyak tirakat. Ia harus sanggup mengurangi tidur, membatasi makanan,
membatasi istirahat dan lain-lain. Sebagai bentuk tirakat itu misalnya mengurangi tidur,
puasa senin kamis dan bahkan puasa dawud, menjauhi hal-hal yang sifatnya hanya sebatas
memerdekakan hawa nafsu. Pemimpin sebenarnya, dengan ilustrasi seperti itu, hidupnya
menjadi tidak lebih leluasa dan nikmat dari yang dipimpinnya.
Penjelasan yang panjang lebar saya berikan seperti itu, maka anak muda tadi rupanya baru
menjadi mengerti bahwa para pemimpin yang kemudian dihormati orang, kata-katanya
didengarkan, dicari dan dicintai banyak orang, ternyata memang tidak mudah dijalani.
Pemimpin tidak seperti kebanyakan orang lainnya. Ada hal-hal yang orang lain menjalinya
dianggap biasa, tetapi tidak selayaknya hal itu dilakukan oleh seorang pemimpin. Pemimpin
harus mau berkorban, menanggung resiko, banyak ide, pandai berkomunikasi membangun
jaringan, pemimpin harus bersedia membagi-bagi cintanya kepada siapapun, baik mereka
yang disukai maupun kepada yang dibenci sekalipun. Menolong orang yang dicintai adalah
mudah, tetapi pemimpin juga harus mau menolong orang yang sehari-hari mengritik, mencaci
maki dan bahkan membenci sekalipun. Inilah tugas dan tanggung jawab pemimpin yang
sesungguhnya. Allahu a¶lam.