Oleh:
Syawal fansury
Mahasiswa Psikologi Universitas Paramdina
Abstrak
Pemerintah daerah pada umumnya lebih mengutamakan pembangunan fisik dan
ekonomi di wilayahnya daripada pembangunan kesejahteraan sosial. Memang tidak bisa
dipungkiri bahwa masalah yang dihadapi oleh Pemerintah daerah yang baru dimekarkan
adalah masalah infrastruktur dan pembangunan ekonomi. Namun kedua hal tersebut
sangat terkait dengan berbagai masalah sosial yang dihadapi oleh masyarakat setempat.
Pada sisi lain pada praktiknya jaringan sosial tidaklah begitu saja menciptakan modal
fisik dan modal finansial. Dalam konteks penelitian ini banyak warga masyarakat yang
memiliki pertalian-pertalian sosial yang kuat, namun sulit untuk mengakses peluang dan
sumber daya melalui jaringan-jaringan yang ada (mainstream). Akibatnya, pertalian-
pertalian sosial yang ada di tingkat lokal tidak secara langsung mampu memberikan
manfaat ekonomis (tingkat kesejahteraan yang lebih baik), utamanya bagi warga
masyarakat menengah-bawah Jenis penelitian yang dipilih adalah deskriptif, dan alat
yang digunakan yaitu pedoman wawancara mendalam, pedoman FGD, dan peta wilayah
Hasil penelitian dapat diketahui bahwa di wilayah lokasi penelitian telah memiliki
potensi sumber kessos berupa; pranata pendidikan, pranata sosial, pranata kesehatan,
pranata keturunan dan kekerabatan yang kuat, serta pranata jaringan kerja. Namun
dengan berbagai potansi ekonomi, sosial, dan cultural yang dimilikinya; penelitian ini
menemukan bahwa terdapat beberapa jenis permasalahan sosial yang bermuara pada
masalah kemiskinan. Karena itu penting untuk menangani permasalahan-permasalahan
tersebut, yaitu agar digunakan strategi yang berprinsip pada partisipasi masyarakat
dengan bersinergi pada peningkatan fungsi dan peran sumber-sumber lokal.
Kata kunci:
Pranata Sosial, Potensi dan Sumber Daya, serta Masalah Sosial
1
Diangkat dari Praktek Kerja Lapang (PKL) Sekolah Politik Kerakyatan KIBAR Anggkatan 4
“Diagnosa Permasalahan Sosial di Desa Parigi, Kecmatan Saketi, Kabupaten Pandeglang Propinsi
Banten dengan anggota Tim : Siswa SPK Kibar Anggkatan 4.
1
Kewilayahan
Desa Parigi adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan Seketi, Kabupaten
Pandeglang, Banten. Jarak Desa Parigi ke ibu kota Kecamatan Seketi sejauh 7 (Tujuh)
km, jarak ke ibu kota Kabupaten di Pandeglang 15 km, dan ke ibu kota provinsi di
Banten 200 km. Dengan kendaraan roda empat, kurang lebih memerlukan waktu
empat jam untuk sampai di Desa Parigi. Dengan ketinggian berkisar antara 700-900
mdpl.Bersuhu sekitar 20-28 0C. Utara, Berbatasan dengan desa Batu Ranjang. Timur :
Berbatasan dengan desa Cimanuk. Barat: Berbatasan dengan desa Sodong. Selatan:
Berbatasan dengan desa Wanagiri.2
Hanya ada satu jalan yang dapat ditempuh untuk mencapai Desa Parigi. Jalan
berliku dan beberapa tanjakan berbatuan. Di sini kita akan menikmati keasyikan,
dimana sebagian terpanjang dari perjalanan akan melewati hamparan kebun, sawah
ribuan hektare, hingga sejauh mata memandang.
2
Wawancara bersama Sekdes Desa Parigi yang dilakukan teman-teman angkatan 4 pada saat PKL
pertama tanggal 15-17 Juli 2010.
2
Kependudukan
Desa Parigi dihuni oleh 3104 jiwa yang terdiri dari laki-laki sebesar 1555jiwa
dan perempuan sebesar 1549 jiwa. Sebagian besar penduduk, beragama Islam.
Kemudian diilihat dari aspek etnisitas, sebagian besar atau 5.840 (99,42 %)
penduduk Desa Parigi adalah Sunda, dan sebagian kecil etinis Jawa, Bugis dan
Melayu3. Sistem perkawinan yang dianut penduduk adalah sistem perkawinan
terbuka. Artinya, warga setempat sudah dapat menerima dan diperkenankan
melakukan perkawinan dengan etnis lain. Meskipun demikian, orang tua tetap
mengharapkan anaknya melangsungkan pernikahan dengan etnis yang sam. Menurut
mereka perkawinan sesama etnis cenderung lebih langgeng dalam menjalankan
kehidupan selanjutnya.
Sebagian besar penduduk memeluk agama Islam. Berkaitan itu, terdapat mesjid
sebanyak 1 unit, dan lembaga pendidikan agama Islam. Meskipun sebagian besar
penduduk Desa Parigi beragama Islam, pemeluk agama lain leluasa menjalankan
ibadah sesuai agamanya. Antara pemeluk agama saling menghormati dan menghargai
satu sama lain. Pemuka agama memiliki peranan penting dalam kehidupan
keagamaan, dan mereka dijadikan figur sebagai panutan masyarakat.
3
Ibid,
3
Permasalahan Kesejahteraan Sosial
Akar permasalahan sosial di Desa Parigi adalah kemiskinan. Disebabkan oleh
kemiskinan, maka rumah tangga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok sehari-
hari, seperti tidak mampu menyediakan makanan yang sehat dan tempat tinggal yang
layak bagi anak-anak dan lanjut usia. Ketidak mampuan memberikan layanan
kesehatan kepada keluarga.
Kemiskinan juga menyebabkan anggota rumah tangga tidak mampu
menjangkau wajib belajar sembilan tahun. Karena itu, tidak sedikit anak-anak yang
tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang SLTP setelah menamatkan SD. Pada
umumnya anggota rumah tangga tidak memiliki keterampilan usaha, sehingga tidak
sedikit kaum wanita usia produktif yang dikategorikan mengalami rawan sosial
ekonomi.
1. Sumber manusia
Pada umumnya penduduk berusia produktif. Karena itu, meskipun dari segi
tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi termasuk kategori rendah,
pengetahuan dan keterampilan penduduk memungkinkan untuk dikembangkan.
Penduduk Desa Cikahuripan relatif homogen dilihat dari jenis pekerjaan, etnis dan
kesukuan serta agama dan keyakinan. Berbagai persamaan tersebut merupakan
modal kedamaian sosial yang cukup baik dalam kerangka pembangunan desa.
2. Sumber sosial
Interaksi sosial antar penduduk dan penduduk dengan tokoh masyarakat, dengan
pemerintah desa maupun dengan lembaga sosial lokal masih baik. Kelompok-
kelompok pengajian atau taklim bapak-bapak maupun ibu-ibu berjalan dengan
baik. Nilai dan norma-norma sosial berjalan dengan baik, indikasinya hampir
tidak pernah terjadi konflik dan keributan. Selain itu penduduk secara berkala
melakukan kerja bakti dan gotong royong, antara lain perbaikan jalan, perbaikan
4
sumber air. Secara kelembagaan di Desa Parigi telah terbentuk Karang Taruna,
namun kegiatan masih bersifat insidental.
3. Sumber alam
Desa Parigi adalah tipe pegunungan, dimana sebelah selatan berbatasan dengan
gunung.masyarakat masih mengunakan peraltan tradisional dalam mengelolah
sawah dan perkebunan, ini yang mengakibatkan hasil panen dan perkebunan
terkadang mengalami naik tirun. Keadaan cuaca juga sangat mempengaruhi hasil
panen petani. Kurangnya sosialisai dan penyediaan pupuk menyebabkan hasil
yang diharapkan tidak maksimal.Karena itu, banyak petani yang tidakberani
menjual hasil panennya ke sawah, karena takut harganya akan jatuh. Ada petani
yang membarterkan hasil panennya dengan lauk-pauk kepada para pedagang di
pasar.
5
Sumber alam yang memiliki prospek untuk dibudidayakan dan didayagunakan
untuk meningkatkan taraf kesejahteraan penduduk, cengkeh, melinjau, kopi,
kelapa, vanilie, padi, aren, dan bambu. Selain itu, jenis hewan (fauna) yang dapat
dibudidayakan, kambing dan sapi.
4. Infrastruktur
a. Untuk kegiatan olah raga masyarakat, telah tersedia sarana olah raga, seperti
lapangan sepak bola sebanyak satu unit, lapangan bola voli sebanyak satu unit,
lapangan bulutangkis sebanyak satut unit, dan meja pimpong sebanyak empat
unit.
b. Jalan utama berupa aspal, dan jalan kampung sebagian besar berupa makadam
(batu-batuan) dan tanah. Sarana transportasi umum adalah angkutan perdesaan
(otolet) dan ojek sepeda motor.
c. Sarana pendidikan yang tersedia, yaitu 1 (satu) unit Taman Kanak-Kanak,
(satu) unit Sekolah Dasar/sederajat, dan 1 unit lembaga pendidikan agama.
Berkaitan pendidikan formal terdapat bangunan SD/sederajat sebanyak 1 unit
(1 unit SD negeri ). Terdapat satu unit Taman Kanak-Kanak dengan jumlah
murid sebanyak 47 murid dan jumlah guru sebanyak 4 orang. Lembaga
pendidikan non formal seperti kursus-kursus dan keagamaan dan
pemberantasan buta huruf.
e. Sarana informasi dan komunikasi, yaitu koran lokal, radio dan tv nasional,
wartel, telepon umum, parabola dan telepon celluler. Sarana informasi dan
6
komunikasi telah masuk dan digunakan masyarakat; seperti televisi, koran
nasional dan lokal, radio nasional dan lokal, juga sarana telapon umum dan
handphone.
2 Musholla/ Masjid √
3 Posyandu √
4 Sekolah Dasar √
7 PAUD √
8 TK √
9 Telepon Umum √
10 Warnet √
Metode Penelitian
Jenis penelitian yang dipilih adalah deskriptif. Penelitian ini dilaksanakan
untuk memperoleh gambaran/peta mengenai jenis, kriteria dan lokasi penyandang
masalah sosial serta potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial secara kualitatif di
Desa Parigi, Kecatmaatan Saketi, Kabupaten Pandeglang. Deskriptif yang dimaksud
adalah mencari dan menggali persepsi yang ada dan berkembang dimasyarakat
7
dengan menggali kenyataan sosial yang ada dan mengkaitkannya dengan budaya yang
dimiliki oleh anggota masyarakat. Yakni simbol-simbol penyampaian dan penetapan
suatu gejala sosial sebagai kenyataan yang ada di sekeliling masyarakat dan yang
dialami oleh anggota masyarakat. Kriteria populasi dalam penelitian ini didasarkan
pada penduduk yang menetap di daerah ini baik dilihat dari jenis kelamin, jenis
pekerjaan yang ada, kriteria penduduk penyandang masalah sosial, lokasi, dan potensi
serta sumber kesejahteraan sosial di Desa Parigi.
Sumber data terbagi dalam bentuk sumber data primer, yaitu kategori
perorangan atau individu, kelompok, lembaga/institusi yang berkompeten yang hidup
dan berkembang di daerah tersebut. Sementara sumber data sekunder mencakup
literatur, baik cetak maupun elektronik yang mendukung tujuan penelitian.
Alat yang digunakan yaitu pedoman wawancara mendalam (indepth interview),
pedoman FGD dan peta wilayah. Data yang berhasil dikumpulkan diolah secara
kualitatif, lalu ditampilkan dalam bentuk tabel. Selanjutnya dibentuk matrik pemetaan
sosial yang menggambarkan permasalahan sosial dan potensi kesejahteraan.
Pendekatan kualitatif yang dimaksudkan disini adalah dipakai untuk melakukan
pemetaan sosial, pemetaan terhadap pranata-pranata sosial yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat dan menjadikannya suatu aktivitas yang secara rutin serta
berkesinambungan dilaksanakan oleh masyarakat lokal.
8
menglami panen, seperti cengkeh. Para petani menjadi buruh cengkeh untuk
memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari.4
Selain kedua faktor tersebut, faktor ketiga adalah faktor kultural, yang ditandai
dengan perilaku konsumtif (boros), persepsi bantuan sebagai hibah, masih percaya
mistik, kesadaran lingkungan rendah, keterampilan untuk pengembangan potensi
rendah dan waktu luang tidak dimanfaatkan untuk kegiatan produktif di kalangan
pemuda (nonton tv, rekreatif). Kemudian berkaitan dengan aspek ekonomi, pada
umumnya penduduk terjerat bank keliling/renternir, nilai jual ditentukan oleh
tengkulak. Permasalahan tersebut berakumulasi dari waktu ke waktu, dan para petani
pada umumnya tidak mampu mengatasinya. Maka dari itu, mereka terus menerus
berada dalam lingkaran kemiskinan.
Apabila fenomenaa sosial tersebut tidak segera diatasi, maka akan menimbulkan
risiko :
1. Akan terjadi kerawanan sosial yang diwarnai dengan anarkis, yang didorong oleh
kecemburuan sosial antara pemiliktanah dan petani kecil.
2. Penjarahan aset-aset yang dikuasai oleh para pemodal, dalam bentuk transportasi,
dan perkebunan.
3. Terjadi migrasi besar-besar ke kota-kota besar, atau ke luar negeri agar dapat
bertahan hidup.
4. Terjadi disorganisasi keluarga, sebagai dampak dari migrasi yang akan menambah
jumlah permasalahan kesejahteraan sosial, khususnya anak-anak terlantar,
ketunaan sosial dan wanita rawan sosial ekonomi
4
Wawancara bersama masyarakat Desa Parigi yang dilakukan teman-teman angkatan 4 pada saat PKL
pertama tanggal 15-17 Juli 2010
9
2. Penyuluhan sosial yang diarahkan pada pemahaman masyarakat tentang
perlidungan anak, terutama berkaitan dengan hak-hak dasar anak, yaitu hak hidup,
kelangsungan hidup, tumbuh kembang dan partisipasi.
2. Tata kerja yang sinergis pada para penyelenggara program/kegiatan mulai dari
tahap perencanaan sampai monitoring dan evaluasi. Agenda pelaksanaan
program/kegiatan perlu ditetapkan secara bersama-sama, sehingga tergambarkan
alur kegiatan yang sistematis.
10
3. Implementasi program/kegiatan hendaknya melibatkan secara penuh pemerintah
desa dan unsur-unsur kelembagaan desa ( BPD, Karang Taruna, ) pada
keseluruhan tahapan kegiatan. Selain itu perlu memperhatikan kondisi sosial
budaya masyarakat yang berbeda, yaitu masyarakat perbukitan dan masyarakat
pantai/pesisir. Pada umumnya masyarakat perbukitan memiliki karakter lembut,
terbuka, kritis dan sensitif.
Bahan Pustaka
11
Adrinof A. Chaniago, “Gagalnya Pembangunan: Kajian Ekonomi Poitik terhadap
Akar Krisis Indonesia”, Jakarta: LP3ES, 2001
Depsos RI.
12