Hipotesis, Tahun ke I No, 2, Agustus - Desember 2009
PERANAN PERANTAU MUSIMAN TERHADAP
PENGENTASAN KEMISKINAN DI DAERAH ASAL
(Studi Kasus Desa Mirring Kecamatan Binuang Kabupaten Polman)
Husniah
Universitas Sawerigading Makassar
Abstrak
-Faktor mendorong penduduk Desa Mirring merantau disebabkan
oleh dua faktor, yaitu faktor pendorong dan faktorpenarik, Faktor
pendorong berasal dari dalam yang disebabkan oleh tingkat
pendapatan di dacrah asal amat rendah; faktor kejiwaan ingin
mencari pengalaman; faktor sosial karena ada konflik dengan
keluarga dan masyarakat. Faktor penarik di daerah tujuan meliputi
lapangan pekerjaan tersedia di daerah tujuan; rasa aman bekerja;
merasa terhibur di daerah tujuan. Berdasar analisis chi kuadrat
(Ho) dan (Hl) didapat bahtva chi kuadrat hitung sebesar 49.28,
jauh lebih besar dari chi kuadrat dalam tabel yakni sebesar 3.81
pada derajat kebebasan (dk = 1) dengan tingkat kesalahan 5 %
(chi kuadrat hitung > chi quadrat tabel), Hal ini membuktikan
bahwa ada perbedaan nyata tingkat pendapatan yang diperoleh
masyarakat di rantau dibanding dengan tingkat pendapatan di
daerah asal. Dan ini berarti bahwa dengan merantau masyarakat
mampu mengatasi kemiskinan keluarga
Kata kunci: Perantau musiman — Pengentasan kemiskinan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Arus perpindahan orang di Sulawesi Barat meninggalkan daerah asalnya
disebabkan keinginan untuk kehidupan yang lebih baik bagi keluarga. Alasan
perpindahan karena daerah tujuan mampu menyiapkan lapangan pekerjaan
yang penghasilannya mencukupi kehidupan keluarga.
Desa Mirring Kecamatan Binuang Kabupaten Polman, salah satu daerah
pantai yang ada di wilayah Polman jumlah perantau musiman mencapai 53
persen,
185Husnigh
Kehidupan perantau musiman banyak yang berhasil karena mereka
kembali membawa hasil berupa vang maupun barang yang berdampak pada
perubahan sosial ekonomi keluarga sehingga banyak masyarakat lain
terpengaruh melakukan perantauan, maka terjadilah jumlah perantau dari
tahun ketahun semakin besar jumlahnya. Hal ini juga merupakan salah satu
alternatif mengatasi tingkat kemiskinan.
B. Ruimusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Mengapa orang atau masyarakat di Desa Mirring Kecamatan
Binuang Kabupaten Polman melakukan perantauan secara musiman.
2. Apakah ada hubungan perantau musiman dengan pengentasan
kemiskinan di Desa Mining Kecamatan Binuang Kabupaten Polman.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Perantau Musiman
Perantau musiman pada dasarnya adalah mobilitas non permanen yakni
suatu perpindahan penduduk atau mobilitas penduduk dari daerah asal ke
daerah tujuan dalam batas waktu tertentu dan kembali kedaerah asal (Mantra,
2003).
Mubhlis dan Robinson (dalam Gani Baso, 1990) menjelaskan bahwa
merantau atau naluri merantau adalah sifat bawaan dari manusia Bugis,
Makassar, yang secara khusus memiliki kemampuan dan kepekaan terhadap
adaftive zone, atau karena adaptasi secara aktif dalam menanggapi
lingkungannya. Karena itulah manusia Bugis, Makassar, selalu berupaya
mencari tempat yang dianggap layak baginya untuk tinggal, bekerja, berusaha
dan bermasyarakat . selama itu belum dipenuhi Pperantauan tidak akan pemah
berakhir.
Sifat dan perilaku migran non permanen yang bekerja di dearah lain
anak dan istrinya tidak dibawah pergi (mereka tetap tinggal di daerah asal).
Mereka berusaha mempergunakan waktu bekerja sebanyak mungkin agar
mendapatkan upah sebanyak mungkin untuk dikirim kedaerah asal sebagai
contoh buruh derep padi di Bali yang berasal dari Jawa Timur, kalau udara
cerah pada malam hari mereka juga bekerja dengan menggunakan lampu
186Hipotesis, Tahun ke | No. 2, Agustus - Desember 2009
petromaks. Mereka berusaha mempergunakan pendapatannya seminimal
mungkin di daerah tujuan (Mantra, 2003).
Terjadinya proses mobilitas penduduk non permanen setidaknya
dipengaruhi oleh dua faktor antara lain :
1. Seseorang mengalami tekanan, baik tekanan ekonomi, sosial, maupun
psikologi ditempat ia berada. Tiap-tiap individu mempunyai kebutuhan
yang berbeda-beda sehingga suatu wilayah oleh seseorang
dinyatakan sebagai wilayah yang dapat memenuhi kebutuhannya,
sedang orang lain mengatakan tidak.
2. Terjadinya perbedaan nilai kefaedahan wilayah antara tempat yang
satu dengan tempat yang lain tidak ada perbedaan nilai kefaedahan
wilayah tidak akan terjadi mobilitas penduduk,
Everett S. Lee (dalam Mantra, 2003) dalam tulisannya berjudul theory
of migration mengungkapkan bahwa volume migrasi disuatu wilayah
berkembang sesuai dengan tingkat keanekaragaman daerah wilayah tersebut.
Di daerah asal dan daerah tujuan ada faktor-faktor positif, negatif
adapula faktor-faktor netral. Faktor positif adalah faktor yang memberikan
nilai yang menguntungkan kalau bertempat tinggal di dacrahitu, misalnya di
daerah tersebut terdapat sekolah, kesempatan kerja, atau iklim yang baik.
Faktor negatif adalah faktor yang memberikan nilai negatif pada daerah yang
bersangkutan sehingga sescorang ingin pindah dari tempat tersebut karena
kebutuhan tertentu tidak terpenuhi. Perbedaan nilai kumulatif antara kedua
tempat tersebut cenderung menimbulkan arus imigrasi penduduk.
Menurut Lee, proses niigrasi itu dipengaruhi oleh empat faktor antara
lain: .
1. Faktor individu.
2. Faktor yang terdapat di daerah asal
3. Faktor yang terdapat di daerah tujuan
4, Rintangan antara daerah asal dengan daerah tujuan
Mobilitas sosial yang dijalani oleh seseorang atau suatu kelompok
masyarakat harapannya adalah untuk melahirkan suatu perubahan sosial baik
perorangan maupun kelompok masyarakat.
Horton dan Hunt dalam Dwi Narmoko dan Bagong Suyanto (2004)
menjelaskan, ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat mobilitas pada
masyarakat moderen: :
1, Faktor Struktural, yakni jumlah relatif dari kedudukan tinggi yang
187Husniah
bisa dan harus diisi serta kemudahan untuk memperolehnya. Ketidak
seimbangan jumlah lapangan kerja yang tersedia dibandingkan
dengan jumlah pencari kerja adalah termasuk faktor struktural.
2. Faktor Individu, yang dimaksud faktor individu adalah kualitas orang
per orang, baik ditinjau dari tingkat pendidikannya, penampilannya,
keterampilan pribadi dan lain-lain.
Di Kabupaten Polman khususnya di Mirring Kecamatan Binuang ~
Kabupaten Polman sebagai wilayah pengamatan penduduknya melakukan *
perantauan musiman disebabkan oleh tekanan ekonomi, sosial, maupun *
psikologi ditempat ia berada Upaya perbaikan pendapatan dan taraf hidup
masyarakat di wilayah pengamatan , dilakukan dengan merantau secara
musiman, harapannya berdampak pada pengentasan kemiskinan dilingkup
keluarga mereka (perantau musiman).
B. Lingkup Kemiskinan,
Efendi dalam Bakri Yusuf, 2001 menjelaskan bahwa secara ekonomis,
kemiskinan dapat diartikan sebagai kekurangan sumber daya yang dapat
digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan sekelompok orang. Menurut
pengertian ini kemiskinan dikaitkan dengan pendapatan dari kebutuhan
minimum. Dengan kata lain kemiskinan adalah ketidak cukupan seseorang
atau kelompok orang untuk memenuhi kebutuhan dasar yaitu pangan, sandang,
perumahan dan sebagainya.
Emil Salim dalam Supriatna, 2000 mengemukakan lima karakteristik
kemiskinan antara Jain sebagai berilaut :
1, Penduduk tidak memiliki faktor produksi
2. Tidak mempunyai kemungkinan untuk memperoleh asset produksi.
3. Tingkat pendidikan umumnya rendah
4. Banyak diantara mereka tidak mempunyai fasilitas
5. Diantara mereka berusaha relatif rendah dan tidak mempunyai
keterampilan atau pendidikan yang memadai.
Suharto, 2005 menjelaskan bahwa kemiskinan merupakan konsep dan
fenomena yang berwajah-wajah, bermatra multidimensional. Dia menunjukan
bahwa kemiskinan memiliki beberapa ciri antara lain :
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kensumsi dasar (pangan,
sandang, dan papan).
188Hipotesis, Tahun ke I No. 2, Agustus - Desember 2009
2. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,
pendidikan, air bersih dan transportasi).
3. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga)
4. Kerentanan terhadap golongan yang bersifat individual maupun
massal.
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan keterbatasan sumber
alam.
6. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.
7. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang
berkesinambungan.
8. Ketidak mampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun menta
9. Ketidak mampuan dan ketidak beruntungan sosial (anak terlantar,
wanita korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin,
kelompok marginal dan terpencil)
Ada beberapa alasan penting mengapa kemiskinan perlu mendapat
perhatian untuk ditanggulangi. Pertama, kemiskinan merupakan kondisi yang
kurang beruntung, karena bagi kaum miskin akses terhadap perubahan politik
institusional sangat terbatas. Kedua, Kemiskinan merupakan kondisi yang
cenderung menjerumuskan orang miskin kedalam tindak kriminalitas. Ketiga,
bagi para pembuat kebijaksanaan kemiskinan itu sendiri juga mencerminkan
kegagalan kebijaksanaan pembangunan yang telah diambil pada masa lampau.
Hasil penelitian Word Bank tentang ciri-ciri rumah tangga miskin di
indonesia pada umumnya adalah rumah tangga yang mempunyai anggota
rumah tangga banyak. Kepalarumah tangganya merupakan pekerja rumah
tangga, tingkat pendidikan kepala rumah tangga maupun anggotanya rendah,
sering berubah pekerjaan, sebagian besar mereka yang telah bekerja masih
mau menerima tambahan pekerjaan lagi bila ditawarkan dan sebagian besar
sumber pendapatan adalah dari sektor pertanian,
C. Masyarakat dan Perubahan Sosial.
Merion Levy (Kamanto Sumarto, 2004) menjelaskan bahwa ada empat
kriteria yang harus dipenuhi agar suatu kelompok dapat disebut masyarakat
yaitu: .
1. Kemampuan bertahan melebihi masa hidup seorang individu.
2. Rekrutmen seluruh atau sebagian anggota melalui reproduksi.
189Husniah
3. Kesetiaan pada suatu sistem tindakan utama bersama
4. Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada
Khusus masyarakat di wilayah pengamatan dalam tulisan ini adalah
sekumpulan manusia yang berprofesi atau dengan mata pencaharian sebagai
nelayan, tani, buruh tani, pertukangan, pedagang, dan sebagainya sebagai
mata pencaharian pokok penduduk dan: menempati suatu lokasi tertentu, serta
ditandai dengan pergaulan yang akrab diantara mereka.
Bagaimana perubahan sosial yang terjadi di masyarakat pantai . Setiap
masyarakat selama thidup pasti mengalami perubahan, perubahan, ada
perubahan yang menarik, terbatas, luas, lambat, cepat, dan sebagainya.
Perubahan hanya akan dapat ditentukan oleh seseorang yang secara cermat
meneliti susunan dan kehidupan masyarakat pada suatu waktu dan
membandingkannya dengan susunan dan kehidupan masyarakat tersebut pada
waktu yang lampau.
D. Kerangka Pikir.
Perpindahan Penduduk
Non Permantn |
(Peony Masiman) |
Mobititas Sosial
.
[me
|
|
190Hipotesis, Tahun ke I No. 2, Agustus - Desember 2009
METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Mizring Kecamatan Binuang Kabupaten
Polman. Potensi alam desa ini adalah laut dan darat yang terdiri atas
persawahan dan kebun, Penduduknya sebagian besar bekerja sebagai nelayan
dan petani.
B. Dasar dan Tipe Penelitian
Dasar penelitian adalah survey yakni penelitian pada populasi namun
data yang analisis adalah data sampel yang diambil dari data populasi dengan
menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang paling pokok.
Adapun tipe penelitian yang digunakan adalah explanatory research (penelitian
penjelasan).
C. Populasi dan Sampel
Populasi adalah warga Desa Mirring dalam tingkat usia produktif yang.
merantau ke daerah lain yang sampai saat ini berjumlah 262 orang, Pekerjaan
di daerah asal sebagai nelayan, petani/berkebun, pertukangan (batu dan kayu)
serta juai-jualan,
Sampel populasi sebagai responden, dilakukan secara proporsional
menurut bidang pekerjaan di daerah asal dan jumlah sampelnya 20 persen
dari populasi atau 51 responden.
D. Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan diatas penulis
menggunakan analisis kuantitatif dengan menggunakan Chi Kuadrat (X?)
denganrumus :
Xx? = (Fo—Fm)? (Sugyono, 2000)
Fm
Dimana :
x? = Chi kuadrat
Fo = Frekuensi yang diobservasi
191Husniah
Fm = Frekuensi yang diharapkan
Adapun variabel yang diuji antara lain tingkat mobiltas penduduk,
(merantau) yang meliputi dimensi waktu, jarak, dan kelompok, sementara
tingkat kemiskinan penduduk antara lain kebutuhan konsumsi dasar pangan,
sandang, papan, serta dimensi akseptabiltas terrhadap pendidikan, kesehatan
dan keterampilan .
HASIL PENELITIAN
A. Faktor Penyebab Masyarakat Merantau
Berdasarkan pengamatan di Desa Mirring Kecamatan Binuang
Kabupaten Polman terdapat beberapa faktor pendorong dari dalam antara
lain faktor meliputi tingkat pendapatan di daerah asal masih rendah, faktor
sosial yang meliputitingkat konflik (dengan Keluarga dan masyarakat) di daerah
asal, dan faktor kejiwaan yang meliputi keinginan untuk mencari pengalaman.
Hasil survey dari 32 responden data sampel yang dilakukan penulis
temyata ditemukan bahwa 84,37 persen diantaranya melakukan perantauan
didorong oleh faktor ekonomi yakni pendapatan di daerah asal relatif rendah,
03,13 persen didorong oleh faktor sosial antara lain konflik dengan keluarga
atau masyarakat, dan 12,50 persen disebabkan oleh faktor kejiwaan antara
Jain ingin mencari pengalaman di daerah * juan.
Faktor lain seseorang melakukan perantauan ke daerah lain adalah
faktor daya tarik daerah tujuan. Banyak orang merantau akibat dari informasi
dari teman dekatnya (familihnya) tentang keistimewaan daerah tujuan, baik
menyangkut lapangan pekerjaan yang tersedia (90.63% ), rasa aman bekerja
(3.12%) maupun rasa terhibur (6.26%).
Daerah tujuan para perantau di daerah pengamatan adalah Nunukan
Malaysia. Dari 32 responden data sampel yang dilakukan penulis terhadap
para keluarga perantau 98 persen dianta: unya memberi jawaban merantau
ke darah Nunukan malaysia, selebihnya Nusa Tenggara Barat, dan Nusa
‘Tenggara Timur,
Dilihat dari pekerjaan di daerah tujuan sebagian besar bekerja sebagai
nelayan 37.50%), buruh pada perkebunan (31.50%), buruh pabrik (12.50%),
pertukangan (9.37%), kerja dipusat-pusat perbelanjaan (toko) (6.25%), dan
buruh bangunan (3.13%).
192Hipotesis, Tahun ke 1 No. 2, Agustus - Desember 2009
B. Perantau Musiman dan Pengentasan Kemiskinan
Indikator yang digunakan BPS yaitu sangat miskin, miskin, hampir
miskin. Penduduk sangat miskin adalah penduduk yang konsumsinya kurang
dari 1900 kalori per orang perhari ditambah dengan pengeluaran non pangan
(PNM) atau senilai Rp 120 000 per orang perbulan. Rumah tangga sangat
miskin adalah yang berpendapatan kurang dari Rp 480 000 perbulan
(56.25%).
Penduduk miskin adalah mereka yang kemampuan pemenuhan
konsumsinya antara 1900 kalori sampai 2100 kalori per orang perhari
ditambah pengeluaran non pangan (PNM) atau setara dengan 150.000
perorang per bulan atau rumah tangga yang pendapatannya kurang dari Rp
600.000 per bulan (40.62%).
Penduduk yang mendekati miskin adalah mereka yang mengkonsumsi
antara 2100 kalori sampai 2.300 kalori ditambah pengeluaran non pangan
(PNM) atau setara Rp 175.000 perorang per bulan atau rumah tangga yang
pendapatannya kurang dati Rp 700.000 (13.13%).
Tingkat pendapatan masyarakat perantau di daerah asal masuk dalam
kategori miskin, bahkan sangat miskin, sementara tingkat pendapatan di daerah.
tujuan umumnya diatas standar kemiskinan, dengan demikian merantau adalah
salah satu alternatif mengentaskan kemiskinan rumah tangga masyarakat Desa
Pantai Mirring Kecamatan Binuang Kabupaten Polman.
SIMPULAN:
1. Faktor-faktor yang menyebabkan penduduk Desa Mirring
Kecamatan Binuang Kabupaten Polman melakukan perantauan
disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor pendorong dan faktor
penarik. Faktor pendorong berasal dari dalam yang disebabkan oleh.
tingkat pendapatan di daerah asal amat rendah (84,37 %)i, 12,50%
didorong oleh faktor kejiwaan (ingin mencari pengalaman) dan
03,13 % didorong faktor sosial (konflik dengan keluarga dan
masyarakat). Faktor penarik di daerah tujuan yang meliputi lapangan
pekerjaan tersedia di daerah tujuan (90.63%), rasa aman bekerja
(3.12%), dan merasa terhibur di daerah tujuan 6.25%).
2. Berdasarkan analisis chikuadrat Hipotesisi Nol (Ho) dan (HI) didapat
bahwa chikuadrat hitung sebesar 49,28, jauh lebih besar dari
chikuadrat dalam tabel yakni sebesar 3,81 pada derajat kebebasan.
193Ausniah
(dk= 1) dengan tingkat kesalahan 5 % (chikuadrat hitung> chi
quadrat tabel), hal ini membuktikan bahwa ada perbedaan nyata
tingkat pendapatan yang diperoleh masyarakat di rantau dibanding
dengan tingkat pendapatan di daerah asal. Dan ini berarti bahwa
dengan merantau masyarakat mampu mengatasi kemiskinan keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Abustam, M. Idris (1991), Gerak Penduduk Pembangunan dan
Perubahan Sosial di Sulawesi Selatan, Universitas Indonesia Press,
Jakarta.
Yusuf Bakri, (2001), Mobilitas penduduk dan Kondisi Sosial Ekonomi
Keluarga di Pedesaan, Tesis Pasca Sarjana UNHAS, Makassar.
Mantra Ida Bagus (2000), Demografi Umum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Remi Soemitro Sutyastie, (2000), Kemishinan dan Ketidak Merataan di
Indonesia, Rineke Cipta, Jakarta.
Sunanto Kamarudin (2000), Pengantar Sosiologi, Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.
Sugyono, (2000), Statistika Untuk Penelitian, Aifabet, Bandung.
++++-(2001), Statistika Non Parametris Untuk Penelitian, Alfabeta,
Bandung.
Supriatna Tjahya, (2000), Strategi Pembangunan dan Kemiskinan,
Rineke Cipta, Jakarta.
194