Anda di halaman 1dari 11

m

 m m


 m   m m  m   m m m m

 
 m m
 m mmmm m m

m     m m m

mmm

m m mm m

m m m m m m !"##" ! m

m $"m %m m &m 


m

   m  m m'#m

  m  


m   m

   m  
m  m
m

( ##m
$m m )%*m ++%m %*m %+%%*m *%$%,m ,m %$%m m $)m

-*,m)%m$%m*.%m*mm%/m +/m *m 0,%%m/%m%+m

"m     m

#"#mmm m
m

Di Tempat Pelelangan. Ikan (TPI) seperti di daerah pesisir pantai Indonesia,

terlihat ikan hasil tangkapan nelayan harus langsung dijual karena ikan lebih segar dar i

pada disimpan lebih dahulu. Kondisi semacam ini membuat nelayan enggan

menangkap ikan dalam jumlah banyak karena takut tidak langsung laku dijual, dan lkan yang

tidak langsung dijual ini akan menurun harganya.

Selama ini untuk melakukan penyimpanan ikan dengan menggunakan es balok dalam

jumlah besar yang didatangkan dari luar daerah TPI, hal ini dikarenakan sebagian besar daerah

pesisir pantai belum terjangkau listrik. Selain es tidak tahan lama, proses tersebut membuat

nelayan harus mengeluarkan modal lebih banyak untuk mempertahankan usahanya, apalagi

kalau nelayan menggunakan kapal sewaan untuk me laut maka keu nt unga n ya ng

d id ap at akan berkurang bahkan mengalami kerugian karena harga bahan bakar semakin

mahal. Proses lain yang bisa dilakukan oleh nelayan apabila hasil tangkapannya tidak

langsung laku dijual adalah dengan mengeringkan atau mengasinkan. Proses semacam ini

selain memakan waktu yang lama juga membut uhkan int ensit as penyinaran matahari

yang cukup. Pemanfaatan panas matahari secara langsung semacam ini kurang efektif

karena suhu yang diperoleh tidak akan melampaui 100 °C. Indonesia sebagai negara

kepulauan dengan lautan yang cukup luas menandakan bahwa masalah ini tidak bisa
dianggap remeh dan harus segera ditemukan pemecahannya baik penyelesaian yang bersifat

teknis maupun non teknis (sosial, ekonomi, politis).

Di daerah perikanan atau tempat pelelangan ikan ( TPI ) kebutuhan akan sistem

pendingin untuk pengawetan/penyimpanan hasil penangkapan ikan di laut dirasakan semakin

meningkat. Kegunaan umum mesin pendingin adalah untuk pengawetan,penyimpanan ikan laut

yang rentan rusak pada suhu rendah. Sistem pendinginan yang ada saat ini kebanyakan bekerja

dengan sistim kompresi uap menggunakan energi listrik. Masalah yang ada belum semua tempat

pelelangan ikan hasil penangkapan di laut belum tersedia jaringan listrik sehingga sistim

pendingin sederhana yang dapat bekerja tanpa adanya jaringan listrik merupakan alternatif

pemecahan permasalahan kebutuhan system pendingin di tempat pelelangan ikan atau tempat

penampungan hasil panen ikan.

Salah satu sistem pendingin yang tidak memerlukan energi listrik adalah sistem pendingin

absorbsi amonia-air ( NH3 ± H2O ). Sistem pendingin absorbsi ammonia+air hanya memerlukan

energi panas untuk dapat bekerja. Energi panas dapat berasal dari pembakaraan kayu, batubara,

energi surya dan sebagainya. Tetapi energi panas juga dapat berasal dari buangan proses

industry, biomassa, biogas atau dari energi alam seperti panas bumi dan energi surya. Amonia

bukan merupakan refrigeran sintetik sehingga resiko kerusakan alam seperti yang dapat

disebabkan sistem pendingin kompresi uap karena menggunakan refrigeran sintetik tidak terjadi.

D i I ndo ne s ia, ener g y mat ahar i sa ngat muda h d idap at kan se hin g g a

s yst e m pe nd ing ina n a bso r bs i se sua i u nt uk d iap l ikas ika n di

I nd o nes ia. de nga n me lakuka n ha l t er se but , maka d ihar apka n dar i jur u sa n

t ek n ik mes in dapat me lakuka n r iset unt uk me lakuka n pe nge mba nga n s er t a

me ng et ahu i k e le bu ha n da n kekur a nga n dar i s yst e m r e fr iger as i a bso r bs i


u nt u k ke mud ia n d iso s ia l isa s ika n kepada mas yar akat lu as. Berdasarkan uraian

latar belakang diatas penulis tertarik untuk malakukan penelitian :

º )%*m ++%m %*m %+%%*m *%$%,m  m ,%$%m m $)m -*-m

)%m$%m*.%m*mm%/m +/m *m 0,%%m/%m%+ºm

#"(m%m%%%m

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1.m Bagaimana pengaruh intensitas sinar matahari terhadap COP pada mesin pendingin

absorbsi dengan fluida kerja air + amoniak untuk proses penyimpanan ikan laut.

2.m Untuk mengetahui dan memahami prinsip kerja dari alat pendingin ikan laut dengan

system absorbsi.

#"1m%+%%m%%%m

Untuk menghindari meluasnya permasalahan yang ada, maka dalam penelitian ini

diberikan batasan masalah sebagai berikut :

1.m Sebagai media pendingin yang digunakan adalah amoniak+air.

2.m Dalam perhitungan tidak disertakan pembahasan faktor biaya.

3.m Mesin pendingin yang digunakan adalah mesin pendingin sistem absorbsi.

4.m Menggunakan intensitas panas sinar matahari sebagai pemanas generator.

#"2mmm .%m ).%m

Secara garis besar pada pembahsan nantinya adalah mengacu kepada permasalahan

pengkodisian udara atau system refrigerasi itu sendiri dimana didalamnya akan mencakup

permasalahan efisiensi, jumlah energy yang dibutuhkan serta penggunaan dan kerja peralatan

atau komponen utama penyusun system pengkondisian udara mesin pendingin absorbsi itu

sendiri.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

¦m Untuk memperoleh nilai COP pada mesin pendingin absorbsi terhadap penggunaan

intensitas matahari.m

#"3m%4%%+m ).%m m

R m Dapat mengetahui nilai COP pada mesin pendingin absorbsi terhadap penggunaan

intensitas sinar matahari

× m Sebagai alternatif pengganti energy listrik dengn menggumakan intensitas sinar

matahari.

Πm Mendapatkan nilai keekonomisan terhadap penggunaan balok es batu sebagi pendingin

ikan.

#"5mmm+$m %m

Penelitian dilakukan di Institut Teknologi Nasional Malang dimana alat yang

digunakan seperti pada lampiran. Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan ini

adalah sebagai berikut :

m Metode Literatur yaitu penulis menggunakan refensi dengan memuat teori yang

berkaitan dengan penelitian tersebut serta pemanfaatan fasilitas internet.

m Metode Eksperimen yaitu melaksanakan percobaan ( eksperimen ) untuk

mendapatkan hasil atau bukti yang lebih akurat untuk mendukung dari perhitungan

atau dengan pembuktian langsung dilapangan.

m Metode bimbingan, dalam skripsi ini memerlukan bimbingan dan pengarahan dari

dosen pembimbing sebagai bentuk koreksi terhadap penyusunan skripsi ini.

#"!m+%+/%m %

Secara garis besar penulisan skripsi menggunakan sistematis penulisan sebagai berikut :
#"!"# Bagian awal skripsi, memuat hal-hal yang berhubungandengan judul skripsi, halaman

pengesahan, halaman motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel,

daftar gambar, daftar lampiran, dan abstraksi.

#"!"(Bagian isi terdiri dari 5 bab yaitu:

mmm     ,

Berisis pembahasantentangalasan yang mendasari pengambilan atau pemilihan

judul skripsi, selain itu juga dikemukakan rumusan masalah, batasan masalah, maksud

dan tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan skripsi.

mm   m ,

Dalam bab ini berisi tentang landasan teori yang mendukung dalam melakukan

sebuah analisa .

mmm  m    m

Menjelaskan tentang pokok-pokok bahasan yang terdapat pada bab ini, yakni

tentang diagram alir serta menjelaskan alat dan komponen-komponen yang dipakai.

m&m 
  m m m  

Menjelaskan mengenai perhitungan data hasil penelitian dan memaparkan

pembahasan mengenai hal-hal yang terjadi berkaitan dengan hasil penelitian

m&mm 

Bab ini merupakan penutup yang berisikan tentang kesimpulan dari rumusan

masalah berdasarkan analisa data serta saran.

#"!"1 Bagian akhir skripsi yang meliputi daftar pustaka, berisikan referensi yang mendukung

dan menunjang penelitian dalam penyusunan laporan, serta lampiran-lampiran.

m
" *m$%%*m

("#m *,m/*.%mm,$)m%-*-m

Didalam mesin pendingin absorbs tidak memakai kompresor, sebagai penggantinya

dipakai absorber dan generator. Bagian-bagian yang penting dari system absorbsi adalah

generator (pembangkit), kondensor (pengembun), evaporator (penguap) dan absorber (penyerap).

Perbedaan system absorbsi dengan system yang memakai kompresi yaitu dari sumber

energy yang dipakai. System absorbs memakai eneergi panas untuk menimbulkan gerakan yang

diperlukan, sedangkan system dengan kompresor memerlukan ernergi mekanik atau energy

listrik untuk mengalirkan bahan pendingin. Sumber energi panas yang diperlukan oleh system

absorbsi dapat diperoleh dari kalor matahari, nyala api gas elpiji, nyala api minyak tanah,

pemanas listrik atau sumber panas lainya. Di dalam siklus pendingin digunakan bahan pendingin

ammonia (NH3), air (H2O) dan gas hydrogen.

Ammonia (NH3) merupakan bahan pendingin yang utama dalam bentuk larutan dengan

air, dengan perbandingan 30% ammonia dari berat larutan. Jika larutan dipanaskan ammonia

dapat mudah dipisahkan kembali.

Air (H2O) pada sisitem absorbsi hanya berfungsi sebagai absorbsi (penyerap). Makin

rendah suhu air, makin besar daya melarutnya.


Prinsip kerja mesin pendingan absorbsi menggunakan kalor sinar matahari adalah sebagai

berikut:

Kolektor surya

¦m pungsi dari kolektor surya untuk menyarap kalor panas matahari dengan memakai

media air (H2O) sebagai media penyerap panas.

¦m Kemudian kalor panas matahari di transferkan pada generator tujuannya untuk

memanaskan generator agar dapat bekerja.

Generator

¦m Setelah dipanasi secukupnya dapat menguapkan ammonia dan air didalamnya.

¦m Terjadi gelembung-gelembung ammonia dan air yang dapat naik menuju

kondensor.

Kondensor (Pengembun)

¦m Didinginkan oleh udara luar

¦m Gas amonia dalam kondensor akan mengembun, berubah dari gas menjadi cair.

¦m Cairan ammonia mengalir dan masuk ke evaporator.

Evaporator (Penguap)

¦m Terdiri dari tabung dengan ruang yang besar dan tekanannya rendah

¦m Gas amonia ke bagian atas chamber dan terus ke absorber.

Absoeber (Penyerap)

¦m Terdiri dari pipa besi yang bengkok yang didalamnya terjadi dua aliran yang

arahnya berlawanan
¦m Pada bagian atas pipa, gas mengalir dari bawah ke atas, sedangkan pada bagian

bawah pipa, cairan mengalir dari atas ke bawahå

Desain pendingin energi panas untuk negara-negara berkembang haruslah sederhana,

mudah perawatannya dengan kata lain harus dapat dibuat dan diperbaiki oleh industri lokal serta

dapat diterima masyarakat industry sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan, serta

mengurangi ketergantungan penggunaan minyak bumi dan listrik. Pendingin absorbsi umumnya

terdiri dari 5 (lima) komponen utama yaitu: (1) absorber, (2) generator, (3) kondensor, (4)

evaporator dan (5) katup ekspansi..

Gambar 1. Siklus dasar pendingin absorbsi

Siklus pendinginan absorpsi terdiri dari proses absorpsi (penyerapan) refrigeran (amoniak)

kedalam adsorber (air) dan proses pelepasan refrigeran dari adsorber (proses desorbsi) proses ini

dapat dilihat pada Gambar 1. Proses absorbsi dan desorbsi terjadi pada absorber (pada penelitian

ini pada generator). Pada proses desorbsi generator memerlukan energi panas dari sumber panas.

Energi panas dapat berasal dari pembakaraan kayu, bahan bakar minyak dan gas bumi, buangan

proses industri, biomassa, biogas atau dari energi alam seperti panas bumi dan energi surya,
2.1 sistem mesin pendingin dengan solar absorbsi (kolektor surya)

dewasa ini ada dua system ansorbsi yang dikenal secara luas yaitu system lithium

Bromida+water dan system amoniak+air. Tetapi yang cocok digunakan untuk mesin

pendingin ikan laut yang memanfaatkan energy matahari adalah system untuk mesin

pendingin amoniak+air karena system ini tidak memerlukan suplai air panas yang

tempraturnya terlalu tinggi, sehingga dapat dipenuhi oleh plate solar system yang tidak terlalu

mahal. Dalam system ini air berfungsi sebagai refrigerant dan amoniak sebagai absorbent.

Prinsip kerja dari system amoniak+air solar absorbsi ini dimulai dimana larutan

amoniak+air dalam generator dipanaskan dengan air panas pada tempratur 850C yang berasal

dari kolektor surya. Karena tekanan dalam generator yang tinggi maka larutan amoniak

menguap , karena tempratur jenuh amoniak yang rendah. Uap air ini kemudian masuk ke

kondensor dan didinginkan sampai tempratur 36C. akibatnya uap amoniak ini mengembun

dan berubah dalam fase jenuh dan dilewatkan melalui pipa kapiler dimana sebagian cairan

akan diuapkan. Campuran uap cair ini kemudian dilewatkan melalui koil-koil evaporator

dengan tempratur sekitar 7C. didalam evaporator ini terjadi penyerapan panas yang berasal

dari bak penampungan ikan laut yang menyebabkan refrigerant menguap. Seteleh amoniak

menyerap panas dari bak penampungan ikan kemudian dialirkan kembali ke absorber dimana

amoniak dicampur dengan air yang berasal dari generator pada tempratur sekitar 39C.

Siklus tersebut akan berlangsung terus selama ada sumber panas. Selama proses

desorbsi pendinginan di dalam evaporator tidak dapat dapat terjadi karena seluruh amoniak

berada di dalam generator. Unjuk kerja pendingin absorbsi umumnya dinyatakan dengan

koefisien prestasi absorbsi (COP) dan dapat dihitung dengan persamaan :


Ñ
COP =
Ñ

dimana : - COP = koefisien prestasi pendingin surya

-m T3 = tempratur evaporator

-m T1 = tempratur generator

Secara konstruksi alat pendingin absorbsi amonia-air cukup sederhana sehingga dapat

dibuat di bengkel-bengkel sederhana. Unjuk kerja alat pendingin menggunakan amonia yang

dijual di pasar lokal belum banyak diketahui. Amonia yang banyak dijual di pasar lokal

mempunyai kadar amonia yang berbeda-beda. Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah

mengetahui unjuk kerja (temperatur terendah dan koefisien unjuk kerja atau COP) yang dapat

dicapai alat pendingin absorbsi amonia-air dengan menggunakan amonia yang banyak dijual di

pasar lokal.

Anda mungkin juga menyukai