Anda di halaman 1dari 11

Gambar 18.21 Latihan untuk penyembuhan plexus brachialis. A.

Kepala fleksi ke
arah lateral siku yang terkena, pergelangan tangan dan jari tangan. B. Kepala
kembali ke posisi awal. C. Tangan menyilang di dada sejajar panggul. D. Pasien
secara bertahap dan terus bertambah merentangkan siku dan abduksi pada posisi
ini. E.F, Flexi leher ke arah lateral pada sisi berlawanan dari arah latihan
sebelumnya.
Gambar 18.22. Latihan untuk penyembuhan nervus medianus. A. Lengan bawah
dalam keadaan rotasi, pergelangan tangan ekstensi sedang jari dan ibu jari flexi.
B. Pergelangan tangan tetap pada posisi awal, jari ekstensi dan ibu jari pada posisi
netraldi sebelah jari telunjuk, pergelangan tangan ekstensi sedang jari tetap dalam
keadaan ekstensi. C. Ketika ibu jari tetap dalam posisi normal, pergelangan
tangan dalam keadaan ekstensi sedang jari tangan tetap dalam posisi ekstensi. D.
Pergelangan tangan kembali ke posisi netral, jari dan ibu jari dalam keadaan
ekstensi sedangkan lengan bawah supinasi. E. Lengan bawah tetap dalam posisi
supinasi, tarik secara lembut ibu jari.
Gambar 18.23. Latihan untuk penyembuhan nervus radialis. Pasien berdiri dalam
posisi rileks. A. Bahu diturunkan. B. Lengan dirotasi ke dalam dan pergelangan
tangan fleksi. C. Leher fleksi ke lateral sisi yang terkena. D. Bahu ekstensi dengan
pergelangan tangan tetap dalam keadaan fleksi.

Gambar 18.24. Latihan penyembuhan untuk nervus ulnaris. Urutan gambar


berikut hanya menunjukkan saat tegangan ringan dihasilkan. Ketika tujuan itu
tercapai, pasien diminta mundur secara perlahan. Tiga posisi pertama memberi
tekanan pada distal nervus ulnarisdan dimulai dengan posisi dengan tekanan
minimal. A. Kepala berada pada garis tengah dan bahu feksi adduksi. Siku dalam
keadaan ekstensi, pergelangan tangan dan jari fleksi. B. Pergelangan tangan dan
jari dalam keadaan ekstensi. C. Siku fleksi. Tiga posisi terakhir adalah urutan
yang memusatkan pada nervus ulnaris proksimal dengan segmen distal pada
bagian netral. E. Rotasi eksternal pada bahu. F. Leher fleksi ke lateral sisi yang
terkena.

Gambar 18.25. Belat/splint fungsional. A. Splint untuk kelumpuhan nervus


medianus dirancang untuk mengembalikan posisi ibu jari pada posisi semula. B.
Splint untuk kelumpuhan nervus radialis dirancang untuk membantu ekstensi
pergelangan tangan dan jari. C. Splint untuk kelumpuhan pada nervus ulnaris
dirancang untuk mencegah hiperekstensi dari sendi metacarpal dan agar jari
tangan ekstensor dapat ekstensi ketika otot intrinsik tidak dapat berkontraksi.
Seluruh splint ini ditujukan untuk penggunaan selama aktivitas fungsional.
Cedera nervus radialis menunjukkan fungsi yang lebih signifikan dengan dua
splint dinamis namun tidak dengan splint statis.264 Meskipun demikian, penderita
lebih memilih penggunaan splint statis karena menyokokng, mudah diterima dan
lebih estetis.
Umumnya, dampak penggunaan splint seharusnya dinilai dengan hati-hati
pada tiap individu yang berbeda-beda. Studi skala kecil menunjukkan lima pokok
penelitian dampak fungsional dari imobilisasi lutut (pembuatan splint Becker
untuk ekstensi lutut) pada kelumpuhan saraf femoralis menemukan dua topik yang
dilaporkan menurun dalam tahun-tahun selanjutnya secara keseluruhan setelah 5-7
tahun penggunaan orthosis, jarak berjalan bertambah dari rata-rata 66 kaki
menjadi rata-rata 269 kaki.265
Cedera nervus sering menyebabkan kelemahan otot atau ketidak
seimbangan. Pada keadaan ini splint antideformitas dapat digunakan agar
keseimbangan dari kekuatan lebih baik atau pengalihan kekuatan. Tabel 18.15
menggambarkan beberapa orthotic yang biasa digunakan untuk kelumpuhan pada
ekstremitas atas dan bawah (lihat juga bab 34).
Alat Bantu. Pasien dengan cedera saraf tepi mungkin memerlukan alat bantu
untuk periode singkat sambil menunggu reinervasi atau operasi rekonstruksi,
seperti penggantian tendon atau saraf atau untuk waktu yang lama jika reinervasi
tidak terobati (lihat juga bab 33).
Alat Terapi Elektro
Pada pasien dengan cedera saraf tepi, stimulasi listrik dapat digunakan untuk
merangsang denervasi otot dan membantu kontraksi otot yang reinervasinya
lemah dan untuk penatalaksaan nyeri. Penerapan stimulasi listrik meningkatkan
regenerasi saraf tepi juga sedang dalam penelitian.
Stimulasi Elektrik. Beberapa dokter menggunakan stimulasi listrik untuk
melindungi fungsi saraf dan mengurangi laju atrofi dan fibrosis pada otot yang
mengalami denervasi. Stimulasi umumnya melalui elektroda permukaan
menggunakan rangsanan arus listrik langsung. Penelitian mengenai penerapan
stimulasi listrik untuk denervasi otot telah memiliki gabungan hasil. Ini mungkin
dikarenakan ragam parameter terapi elektroda (transdermal atau implantasi),
waktu terapi dan otot yang distimulasi. Kebanyakan penelitian memeriksa efek
stimulasi listrik pada otot yang denervasi telah lebih dulu diuji cobakan pada
hewan dan telah dikembangkan dalam dua pertanyaan. Pertama, apakah stimulasi
listrik memperlambat atau mencegah penerapan dan tidak menunjukkan
efektivitas terapi dalam mengurangi edema.296 Lebih lanjut, ini telah menunjukkan
bahwa mandi pada temperatur berbeda umumnya digunakan di klinik (15ᵒC untuk
suhu dingin dan 40ᵒC untuk suhu panas) tidak menyebabkan perubahan yang
cukup pada temperatur jaringan untuk menyebabkan vasokonstriksi lain dan
vasodilatasi.297
Terapi Sinar Laser. Terapi sinar laser, juga dikenal dengan terapi laser tingkat
rendah dianggap mengurangi inflamasi.298,299 dan meningkatkan pembentukan
pembuluh darah baru300 dan proliferasi fibroblast301 khususnya untuk saraf,
penelitian telah menghasilkan hasil yang bertentangan, menunjukkan bahwa terapi
sinar laser mungkin mengurangi302,303 maupun menambah304,305 latensi distal,
menurunkan NCV306 dan meningkatkan amplitudo potensial aksi. Lebih lanjut
beberapa penelitian tidak menemukan terapi sinar laser memiliki efek yang
signifikan pada pengantaran nervus.307-309 Beberapa penelitian pada hewan telah
juga menyarankan bahwa terapi sinar laser mungkin meningkatkan regenasi
saraf310 atau mengurangi degenerasi saraf setelah cedera. 311 Walaupun angka
kejadian yang bertentangan, terapi sinar laser umumnya digunakan di seluruh
dunia untuk mengobati pasien dengan cedera saraf tepi dan sejak permulaan Food
and Drug Administration (FDA) mengijinkan untuk terapi nyeri dihubungkan
dengan CTS pada 2002, biasanya cepat ditingkatkan dalam hal ini dan banyak
penerapannya di Amerika.
Angka kejadian berdasarkan klinis pada penggunaan terapi sinar laser untuk
pasien dengan cedera juga bertentangan. Angka kejadian yang mendukung
termasuk penelitian kecil pada pasien dengan CTS, dengan 10 pasien sebagai
naracoba dan 30 sebagai kontrol, yang menunjukkan bahwa terapi sinar laser
menggunakan 830 nm dengan dosis pengobatan 1080 m diterapkan 6 kali,
menghasilkan penurunan beberapa gejala (nyeri, kebas dan terasa gatal) dan
mengembangkan hantaran nervus sensorik 15 hari setelah pengobatan hanya pada
kelompok naracoba.312 Bagaimanapun pada reevaluasi pada 10 minggu dan 54
minggu setelah pengobatan, keduanya dikembalikan pada keadaan keadaan
sebelum pengobatan. Tanpa pengawasan lain 302 atau kurangnya penelitian yang
diawasi.313 Penggunaan terapi sinar laser untuk CTS juga menyarankan bahwa ini
mungkin intervensi yang efektif. Sebagai tambahan, placebo ganda yang
disamarkan dan pihak kontrol 16 percobaan dan 14 kontrol pada efek terapi sinar
laser dengan trigeminal neuralgia menemukan kelompok pengobatan, 10 telah
mengalami penyembuhan semua gejala, 2 dengan pengurangan nyeri dan sisanya
mengalami sedikit atau bahkan tidak mengalami penyembuhan. Sebaliknya pada
kelompok kontrol, 1orang mengalami resolusi dari gejala, 4 dengan pnurunan
nyeri dan 9 dengan sedikit atau tidak ada efek sama sekali. 314 Bertentangan dengan
penelitian-penelitian ini double blid yang lain, dilakukan uji kontrol secara
random pada 15 subjek dengan CTS dibuktikan dengan elektrodiagnostik pada
kelompok yang menjadi naracoba yang menerima pengobatan 3 kali seminggi
selama 5 minggu menggunakan laser GaAIAs dengan panjang gelombang 680 nm
dengan arus 60 mW selama 15 detik dengan dosis 6J/cm2 memiliki temuan yang
mirip dengan kuesioner Levine CTS, tes Purdue Pegboard dan NCS sebagai
kelompok kontrol.315

Intervensi Bedah
Walaupun dokter rehabilitasi medik tidak melakukan operasi, mereka sering
melibatkan perawatan pasien dengan cedera saraf dengan terapi bedah. Beberapa
faktor yang menunjang dilakukannya tindakan bedah termasuk cedera alami, baik
cedera dengan luka terbuka maupun tertutup dan sejumlah waktu antara cedera
dan penyajian. Pada pembedahan saraf yang berat yang terjadi pada awal,
biasanya diindikasikan perbaikan saraf dengan pembedahan. Jika cedera saraf
dihubungkan dengan luka terbuka, luka umumnya diperiksa sebaliknya luka
tertutup diamati hingga tiga bulan dan hanya akan dioperasi bila jika kurangnya
reinervasi saraf. Pembedahan juga sering diindikasikan ketika tekanan atau
kompresi kronik dari nervus menunjukkan gejala.
Pilihan pertama pembedahan perbaikan saraf adalah koaptasi ujung ke
ujung atau pencangkokan saraf (autograft atau allograft). Koaptasi ujung ke ujung,
setelah pembedahan parsial atau total saraf melibatkan penjahitan epinerium
pemisahan ujung saraf bersama (dikenal dengan perbaikan epineural) atau
penjahitan faikulus atau kelompok ujung fasikulus bersama (dikenal dengan
perbaikan fasikular). Perbaikan fasikular jarang karena penjahitanya dapat
menyebabkan bekas luka yang besar.
Jika ada jarak antara ujung saraf karena segmen saraf proksimal dan distal
telah menarik kembali atau bagian dari saraf yang juga rusak memerlukan eksisi
kemudian koaptasi ujung ke ujung yang akan memerlukan pemutusan saraf
proksimal dan distal secara bersamaan akan menggantikan tekanan yang
berlebihan pada saraf. Dalam hal ini, pencangkokan saraf mungkin diperlukan.
Sebuah saluran mungkin ditempatkan mengelilingi lesi saraf atau area saraf yang
diperbaiki untuk mengurangi perlekatan nervus dengan jaringan sekelilingnya dan
saraf pertumbuhan.

Studi Kasus
Transeksi Nervus Ulnaris

Pemeriksaan
Riwayat Pasien
TR,31 tahun, pekerja konstruksi kidal yang jatuh menimpa kaca dan luka tusukan
pada cubiti kiri, nervus ulnaris ditranseksi. Ia menjalani perbaikan nervus ulnaris
tanpa transposisi anterior pada hari kecelakaan dan ditempatkan pada lengan, di
atas siku postoperatif. Ia menjalani terapi 2 minggu setelah pembedahan. TR tidak
memiliki penyakit lain. Selama kecelakaan pasien tidak bekerja. Keterbatasan
fungsional termasuk bahwa pasien 100% menggunakan tangan non dominannya,
tangan kanan untuk bekerja. Untuk mengatur waktu makannya,ia memilih
makanan cepat saji atau makan siap saji. Sebelum kecelakaan, pasien
menyediakan makanannya sendiri 4-5 kali seminggu. Ia mampu mengenakan
pakaian sendiri dengan memilih beberapa pakaian yang tidak terlalu susah untuk
dipakai. Pasien mengatakan keinginannya untuk kembali bekerja 3 minggu sejak
kecelakaan dan bekerja penuh dalam dua minggu.

Test dan Pengukuran


Muskuloskletal
Postur Postur duduk dan berdiri TR dalam batas normal. Bahu kanannya
sedikit elevasi mungkin karena beratnya gips.
Karakteristik Anthprometrik Volumeter tangan telah digunakan untuk
mencegah submersi pada tingkat pembedahan

Tabel 18.15 Splint untuk cedera saraf pada ekstremitas atas dan bawah
Lesi Saraf Tipe Splint Indikasi Alasan
Nervus median atas Siku, pergelangan Postbedah Menurunkan tekanan
tanan, dan splint yang pada nervus yang
membatasi ekstensi diperbaiki
IF/MF
Nervus median bawah Imobilisasi fleksi Postbedah Menurunkan tekanana
pergelangan atau memperbaiki
tangan/tangan atau nervus ketika tendon
splint yang membatasi juga cedera
gerak (splint yang
membendung bagian
dorsal)
Splint ibu
jari/oposisi/imobilisasi
abduksi (splint
padasisi berlawanan)
(web spacer)
Nervus radialis atas Splint imobilisasi Fungsional dan Menempatkan ibu jari
fleksi siku/ekstensi antideformitas pada posisi
pergelangan tangan berlawanan dengan
Splint imobilisasi jari telunjuk untuk
ekstensi siku/MP/ibu mengembangkan
jari aktivitas menjepit
Splint ekstensi Memelihara ruang
pergelangan tangan antar jari
(splint cock-up)
Splint imobilisasi
ekstensi pergelangan
tangan
Nervus interosseus Splint mobilisasi Postbedah Meminimalkan
posterior ekstensi MP tekanan pada nervus
radialis
Nervus ulnaris atas Splint imobilisasi Fungsional dan Kegunaan tenodesis
fleksi pergelangan antideformitas Memelihara
tangan (splint panjangnya fleksor
membendung bagian ekstrinsik dan
dorsal) mencegah regangan
Splint yang yang berlebihan dari
membatasi ekstensi ekstensor
metacarpaphalengaeal Mencegah wist drop
(splint figure of eight) Menurunkan tekanan
pada nervus yang
diperbaiki
Sindrom terowongan Splint yang Mengurangi gejala Memindahkan
kubiti membatasi fleksi siku atau postbedah kekuatan EDC distal
untuk membantu
ekstensi I, jari ke
empat dan ke lima bila
inervasi FDP
Nervus ulnaris bawah Splint yang Fungsional, Regangan terbatas
membatasi ekstensi antideformitas nervus ulnaris.
metacarpophalangeal Mungkin membatasi
fleksi siku
Nervus digitalis Splint yang Postbedah Memindahkan
membatasi imobilisasi Fungsional, kekuatan EDC distal
fleksi MP, ekstensi IP untuk membantu
ekstensi I, (jari ke
empat dan ke lima)
Melindungi perbaikan
Berdasarkan tangan.,
jari, volar atau dorsal
tergantung daerah
yang cedera
Nervus femoralis Brace pada tungkai fungsional Membantu dalam
yang bertumpu pada antideformitas rawat jalan
lutut Membantu dalam
rawat jalan
Nama umum splint dalam tanda kurung, splint diuraikan dengan sistem klasifikasi American
Society of Hand Therapist Splint IF:Index Finger; MF:Middle Finger;
MP:Metaphalangeal;IP:Interphlalangeal;AFO:Ankle Foot Orthoses: EDC: Extensor Digitorum
Communis; FDP: Flexor Ddigitorum Profundus: AFO: Ankle Foot Orthosis

Anda mungkin juga menyukai