Anda di halaman 1dari 9

Jenis-jenis, Gejala, Diagnosa, Pengobatan dan Peencegahan

Penyakit ISPA pada Anak

Jacob Benedick Sirait

102010287

17 November 2010

Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No. 6

Kebon Jeruk, Jakarta Barat

Telp. 021-56942061

Abstrak

ISPA(Infeksi Saluran Pernafasan Akut) masih merupakan penyakit infeksi yang


masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang utama. ISPA menjadi salah satu
penyebab kematian terbesar bayi dan balita sampai saat ini. Hasil penelitian WHO tahun
2005 menunjukkan kematian balita yang disebabkan ISPA mencapai 19% dan merupakan
urutan kedua penyebab kematian balitasetelah penyebab neonatal, yaitu sebesar 37%. Di
beberapa Negara berkembang ISPA masih menjadi penyebab utama kematian bayi dan balita.
Yang menjadi faktor penyebaran penyakit adalah ketahaanan tubuh yang tidak baik, faktor
lingkungan tempat tinggal, dan tertular dari orang lain. Infeksi saluran pernapasan sebagian
besar disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophylus influenzae. ISPA pada
anak ditandai dengan napas cepat, tarikan dinding dada bagian bawah kebagian dalam saat
bernapas, dan kehilangan kemauan untuk minum dan makan. ISPA it sendiri diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu, pneumonia berat, pneumonia, dan bukan pneumonia.

Kata kunci: Infeksi Saluran Pernapasan Akut(ISPA), Streptococcus pneumonia,


Haemophylus influenza, pneumonia.

1
Abstract

ARI (Acute Respiratory Infection) is still an infectious disease that remains as a major public
health problem. ARI become one of the biggest causes of death of infants and kids under 5th
years nowadays. The result of the WHO studied in 2005 showed that infant mortality due to
ARI reached 19% and is the second leading causes of death after neonatal causes, namely by
37%. In some developing countries acute respiratory infection is still a major cause of death
of infants and kids under 5th years. Factors in the spreading of the disease is bad body’s
immunity , bad environtment factors, and infected from others. Mostly respiratory tract
infections caused by Streptococcus pneumoniae and Haemophylus influenzae. ARI in
children is characterized by rapid breathing,when breathing the lower chest’s wall pulling its
self in, and lose the will to drink and eat. ARI it themselves classified into three stages,
severe pneumonia, pneumonia, and not pneumonia.
Keywords: Acute Respiratory Infections (ARI), Streptococcus pneumonia, Haemophylus
influenza, pneumonia.

Pendahuluan

Penyakit ISPA masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama
karena masih tingginya angka kematian karena ISPA, terutama pada bayi dan balita.
Berdasarkan WHO tahun 2005, kematian balita yang disebabkan ISPA sebesar 19% dan ini
merupakan urutan kedua penyebab kematian balita setelah penyebab neonatal yaitu sebesar
37%, sedangkan yang menyebabkan kematian bayi, infeksi berat yang sudah termasuk ISPA
di dalamnya sebesar 26%. Beberapa penelitian di Negara berkembang menunjukkan bahwa
sekitar 20-35% kematian balita disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan bahwa 2-5 juta bayi dan
balita di berbagai Negara meninggal karena ISPA. Dua per tiga dari kematian ini terjadi ada
kelompok usia bayi, terutama bayi pada usia 2 bulan sejak kelahiran.(Depkes RI,2005, dan
Djaja, 2001)

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa jumlah pasien yang terkena penyakit
ISPA masih tinggi dan terus mengalami kenaikan, terutama paeda bayi dan balita yang paling
rentan terkena ISPA dan dapat mengakibatkan kematian. Untuk itu perlu dibuat sebuah
program untuk mencegah hal itu, sebelum program itu di buat, lebih dahulu dilakukan
peramalan. Peramalan cukup penting untuk mengetahui kejadian yang akan datang. Sering

2
terjadi selang waktu antara kejadian sekarang dengan kejadian di masa depan. Karena itu
perlu dilakukan perencanaan dan peramalan. Dan untuk itu diperlukan data yang berkala
yang dikumpulkan dari waktu ke waktu. Data ini akan digunakan kemudian untuk melakukan
tindakan pencegahan untuk mengantisipasi peningkatan jumlah penderita ISPA, terutama
pada bayi dan balita.1

ISPA

ISPA(Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran pernafasan yang


meliputi infeski saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Yang
dimaksud dengan saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung
paru-paru beserta organ-organ di sekitarnya seperti sinus, ruang telinga dan selaput paru.
Infeksi saluran pernafasan akut bisa dibagi menjadi pneumonia berat, pneumonia, dan yang
bukan pneumonia. Pneunomia sendiri berarti radang paru dengan konolidasi dan digolongkan
berdasarkan organisme penyebabnya.2

Sebagian besar dari infeksi saluran pernafasan hanya bersifat ringan seperti batuk
pilek dan tidak membutuhkan pengobatan dengan antibiotic, namun anak-anak akan
menderita pneumonia bila infeksi paru-paru ini tidak diobati dengan antibiotic dan dapat
mengakibatkan kematian. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, darah , bersin, udara
pernapasan yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran
pernapasannya. Infeksi saluran pernapasan bagian atas, terutama yang disebabkan oleh virus,
sering terjadi pada semua golongan masyarakat terutama pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil, terutama jika
terjadi gizi kurang dan dikombinasikan dengan kondisi lingkungan yang tidak hygiene.1,3

Etiologi

Pneunomia pada balita paling sering disebabkan oleh virus pernapasan yang
puncaknya pada usia 2-3 tahun. Pada bayi dan anak-anak, penyebab yang paling sering
adalah:

1. Virus sinsisial pernapasan


2. Adenovirus
3. Virus parainfluenza

3
4. Virus influenza

Menurut Prof. Dr.H. Mardjanis, Sp.A[K], Pneunomia adalah penyakit yang penyakit yang
paling sering menyebabkan kematian pada bayi dan balita. Bakteri penyebab pneumonia
paling sering adalah Streptococcus pneunomiae (pneumokokus), Hemophilus infuenzae tipe b
(Hib) dan Staphylococcus aureus(Saureus). Diperkirakan 75% pneumonia di Negara-negara
berkembang termasuk Indonesia disebabkan oleh Pneumokokus dan Hib.4 Virus penyebab
ISPA antara lain adalah golongan Mixosovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikornavirus,
Mikoplasma, Herpesvirus (Depkes RI, 2005)1

Gejala-Gejala dan Tanda Bahaya

Pada umumnya suatu penyakit saluran pernapasan dimulai dengan keluhan-keluhan


ringan dan gejala-gejala ringan. Seiring perjalanan penyakit, bukan tidak mungkin gejala-
gejala berat timbul dan bila semakin berat, dapat terjadi kegagalan pernapasan dan mungkin
meninggal. Tanda-tanda bahaya dapat dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dan tanda-tanda
laboratories.

Tanda-tanda klinis:

1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur(apnea), retraksi


dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis, suara napas lemah atau hilang,
grunting expiratoir, dan wheezing.
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi, hypotensi, dan
cardiac arrest.
3. Pada sistem cerebral adalah: gelisah, mudah terangsang, sakit kepala, bingung,
papil bending, kejang dan koma.
4. Pada hal umum adalah :letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratories:

1. Hypoxemia
2. Hypercapnia
3. Acydosis

4
Tanda-tanda bahaya pada anak golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun adalah tidak bisa
minum, kejang, kesadaran menurun, stridor dan gizi buruk, sedangkan tanda bahaya pada
anak golongan umur kurang dari 2 bulan adalah kurang bisa minum(kemampuan minumnya
menurun sampai kurang dari setengah dari volume yang biasa diminumnya), kejang,
kesadaran menurun,stridor,wheezing, demam dan dingin.3

Batuk, pilek, ISPA bagian atas pada anak-anak dapat memicu otitis media. Otitis
media adalah salah satu infeksi atau radang telinga. Ketika anak terserang batuk-pilek(flu)
atau ISPA, terjadi penyumbatan pada saluran eustachia, yakni saluran yang menghubungkan
telinga bagian tengah dengan rongga hidung bagian belakang dan tenggorokan. Bila
penyumbatan itu diperburuk dengan adanya bakteri atau virus, dapat menimbulkan
penimbunan cairan di belakang gendang telinga yang mengakibatkan nyeri, telinga seperti
penuh, berdenging, bahkan dapat mengakibatkan kehilangan pendengaran.5

Faktor yang Mempengaruhi Timbulnya Penyakit ISPA

Menurut Amin(1989) yang dikutip oleh Chahaya( 2005) timbulnya penyakit ISPA
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kuman penyebab penyakit (agent), pejamu (host), dan
kondisi lingkungan(environtment).

1. Faktor Agent( bibit penyakit)


Infeksi saluran pernapasan sebagian besar disebabkan oleh Streptococcus
pneumonia dan Haemophylus influenzae.

2. Faktor Host (pejamu)


Faktor host terbagi menjadi:
a. Usia
Hasil analisis menunjukkan bahwa usia adalah salah satu faktor resiko dalam
hal untuk terjadinya kematian. Semakin tua usia balita yang terkena ISPA,
semakin kecil resiko untuk meninggal dibandingkan dengan yang berusia
muda. Hal ini karena daya tahan tubuh yang masih muda jauh kalah
dibandingkan dengan yang lebih tua.
a. Status gizi

5
Keadaan gizi buruk menjadi salah satu faktor resiko yang penting untuk ISPA.
Ada hubungan antara gizi yang buruk dengan infeksi paru, sehingga anak yang
gizinya buruk lebih gampang terkena ISPA.
b. Daya tahan pejamu
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan daya tahan tubuh terhadap berbagai
macam penyakit. Imunisasi yang tidak memadai adalah salah satu faktor
resiko yang dapat meningkatkan faktor resiko terkena pneumonia pada bayi.
Selain imunisasi, ASI juga dapat berperan sebagai penambah kekebalan tubuh
pada bayi dari berbagai penyakit karena ASI mengandung zat anti terhadapa
berbagai penyakit. Menurut Kartasasmita(1993), melaporkan bahwa ASI dapat
melindungi bayi terhadap ISPA seperti terhadap diare.
3. Faktor Lingkungan (environtment)
Lingkungan tempat tinggal yang tidak memenuhi standar kesehatan juga menjadi
faktor penyebab timbulnya atau menularnya penyakit ISPA. Ventilasi yang terlalu
kecil akan mengakibatkan ruangan menjadi lembab dan merupakan tempat
penularan ISPA yang sangat gampang. Kurangnya ventilasi mengakibatkan
kurangnya oksigen, selain itu, dapat menyebabkan terakumulasinya bahan polutan
di dalam ruangan itu sehingga mempermudah terjadinya penularan penyakit
terutama gangguan pernapasan.
Penggunaan obat bakar nyamuk juga menjadi salah satu penyebab terkena
gangguan pernapasan karena menghasilkan asap dan bau yang tidak sedap.

Pemeriksaan Kasus ISPA

Untuk memeriksa kasus ISPA, maka yang dilakukan adalah bertanya kepada ibu dan
mengamati si bayi secara langsung. Hal ini penting supaya selama pemeriksaan, agar si bayi
tidak menangis, karena jika bayi menangis, maka akan meningkatkan frekuensi pernapasan,
untuk itu dilaksanakan dengan ibu tetap menggendong bayi. Untuk memeriksa napas bayi,
tidak perlu membuka baju bayi, dan apabila baju yang dikenakan si bayi terlalu tebal,
mungkin perlu membuka sedikit untuk melihat pergerakan dada. Untuk melihat pergerakan
dada bagian bawah, baju anak dapat dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan
stetoskop, penyakit pneumonia dapat didiagnosa dan diklasifikasi.3

6
Klasifikasi Penyakit ISPA

Klasifikasi penyakit ISPA untuk bayi usia kurang dari 1 tahun dan anak dengan usia
1-4 tahun dibagi menjadi:1

1. Pneumonia berat.
Bayi kurang dari satu tahun dengan tarikan napas yang cepat atau dengan tarikan
dinding dada bagian bawah kearah dalam, untuk anak usia 1-4 tahun ditandai
dengan adanya kesulitan bernapas, disertai sesak nafas atau tarikan dinding bagian
bawah kearah dalam.
2. Pneumonia
Anak dengan napas cepat, tanpa disertai tarikan dinding dada bagian bawah
kearah dalam. Untuk bayi kurang dari 1 tahun, patokan napas nya adalah 50 kali
permenit, dan untuk anak usia 1-4 tahun adalah 40 kali permenit.
3. Bukan pneumonia
Bayi kurang dari 1 tahun, jumlah tarikan napas kurang dari 60 kali permenit dan
tidak mengalami tarikan dinding dada.

Pengobatan

Pengobatan terhadap ISPA dibagi menjadi 3 yaitu: 3

1. Pneumonia berat: dirawat di Rumah Sakit, diberikan antibiotic parenteral,


oksigendan sebagainya.
2. Pneumonia : diberikan antibiotic kotrimoksasol peroral, bila penderita tidak bisa
diberikan kotrimoksasol atau meskipun sudah diberikan kotrimoksasol kondisi
korban tidak berubah, maka dapat diberikan pengganti berupa ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
3. Bukan pneumonia: tanpa pemberian antibiotic. Diberikan perawatan di rumah,
dan apabila batuk dapat diberikan obat batuk tradisional atau obat batuk lainnya
yang tidak mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan, dan
antihistamin. Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Bila
saat pemeriksaan ditemukan adanya lendir pada temggorokan, disertai

7
pembesaran kelenjar getah bening, dianggap sebagai radang tenggorokan dan
diberikan antibiotik(penisilin) selama 10 hari.

Namun dari penelitian yang dilakukan, pasien anak yang dirawat di Rumah Sakit
biasanya lebih sering menangani kasus anak yang terkena ISPA dibandingkan dengan
penyakit yang lainnya.6 Hal ini menunjukkan tingginya jumlah anak yang terkena ISPA.

Pencegahan Penyakit ISPA

Pencegahan dapat dilakukan dengan:1,3,7

1. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.


2. Immunisasi
3. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
4. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
5. Memakan suplemen atau pemeberian sumber makanan yang mengandung vitamin
E karena vitamin E dapat meningkatkan daya imun tubuh.

Pemberantasan yang dilakukan adalah:

1. Penyuluhan kesehatan yang terutama ditujukan kepada para ibu.


2. Pengelolahan kasus yang disempurnakan
3. Imunisasi.

Penutup

Penyakit ISPA adalah salah penyakit yang paling banyak diderita oelh bayi dan balita,
penyebab kematian dari ISPA yang terbanyak adalah pneumonia. Klasifikasi penyakit ISPA
dapat ditentukan dari pemeriksaan dan tanda-tanda bahaya yang diperlihatkan penderita.
Penatalaksanaan pemeriksaan, pencegahan dan penanggulangan ISPA memerlukan kerjasama
dari berbagai pihak.

8
Daftar Pustaka

1. Sinaga SA. Analisa Kecenderungan Penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut(ISPA) pada
Bayi dan Balita Tahun 2002-2006 untuk peramalan pada Tahun 2007-2011 di Kota
Medan. Edisi 2009. Diunduh dari repository.usu.ac.id, pada 13 Nopember 2010.

2. Dorland WAN. Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC; 2010.h. 1711.

3. Rasmaliah. Infeksi Saluran Pernapasan Akut(ISPA) dan Penanggulangannya. Edisi 2004.


Diunduh dari respository.usu.ac.id, pada 13 Nopember 2010.

4. Misnadiarly. Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Pneumonia pada Balita, Orang Dewasa,
Usia Lanjut. Jakarta: Pustaka Obor Populer; 2008.h.26-7.

5.Eveline PN. Panduan Pintar Merawat Bayi dan Balita. Jakarta: PT WahyuMedia;
2010.h.149-150.

6. Koch A, Melbye M, Sorensen P, Homoe P, Madsen HO, Molbak K, et al. Accute


Respitory Tract Infections and Mannose-Binding Lectin Insufficiency During Early
Childhood. Edisi 14 Maret 2001. Diunduh dari www.jama.com,17 Nopember 2010.

7.Graat JM, Schouten EG, Kok FJ. Effect of Daily Vitamin E and Multivitamin-Mineral
Supplementation on Accute Respiratory Tract Infections in Elderly Persons. Edisi 14
Agustus 2002. Diunduh dari www.jama.com, 17 Nopember 2010.

Anda mungkin juga menyukai