Dalam tubuh anda terdapat banyak kuman – bakteri, protozoa, jamur dan virus.
Saat sistim kekebalan anda bekerja dengan baik, sistim tersebut mampu
mengendalikan kuman-kuman ini. Tetapi bila sistim kekebalan dilemahkan oleh
penyakit HIV atau oleh beberapa jenis obat, kuman ini mungkin tidak terkuasai
lagi dan dapat menyebabkan masalah kesehatan. Infeksi yang mengambil manfaat
dari lemahnya pertahanan kekebalan tubuh disebut "oportunistik". Kata "infeksi
oportunistik" sering kali disingkat menjadi "IO".
Dasar IO
Anda dapat terinfeksi IO, dan "dites positif" untuk IO tersebut, walaupun anda
tidak mengalami penyakit tersebut. Misalnya, hampir setiap orang dengan HIV
akan menerima hasil tes positif untuk sitomegalia (Cytomegalovirus atau CMV).
Tetapi penyakit CMV itu sendiri jarang dapat berkembang kecuali bila jumlah
CD4 turun di bawah 50, yang menandakan kerusakan parah terhadap sistem
kekebalan.
Untuk menentukan apakah anda terinfeksi IO, darah anda dapat dites untuk antigen
(potongan kuman yang menyebabkan IO) atau untuk antibodi (protein yang dibuat
oleh sistem kekebalan untuk memerangi antigen). Bila antigen ditemukan artinya
anda terinfeksi. Ditemukan antibodi berarti anda pernah terpajan infeksi. Anda
mungkin pernah menerima imunisasi atau vaksinasi terhadap infeksi tersebut, atau
sistem kekebalan anda mungkin telah "memberantas" infeksi dari tubuh, atau anda
mungkin terinfeksi.
Jika anda terinfeksi kuman yang menyebabkan IO, dan jika jumlah CD4 anda
cukup rendah sehingga memungkinkan IO berkembang, dokter anda akan mencari
tanda penyakit aktif. Tanda ini tergantung pada jenis IO.
IO dan AIDS
Orang yang tidak terinfeksi HIV dapat mengalami IO jika sistem kekebalannya
rusak. Misalnya, banyak obat yang dipakai untuk mengobati kanker dapat menekan
sistem kekebalan. Beberapa orang yang menjalani pengobatan kanker dapat
mengalami IO.
Pada perempuan, masalah kesehatan di daerah vagina dapat menjadi tanda awal
infeksi HIV. Masalah ini, antara lain, termasuk penyakit radang panggul dan
vaginosis bakteri.
Pencegahan IO
Sebagian besar kuman yang menyebabkan IO sangat umum, dan mungkin anda
telah membawa beberapa dari infeksi ini. Anda dapat mengurangi risiko infeksi
baru dengan tetap menjaga kebersihan dan menghindari sumber kuman yang
diketahui yang menyebabkan IO.
Meskipun anda terinfeksi beberapa IO, anda dapat memakai obat yang akan
mencegah pengembangan penyakit aktif. Pencegahan ini disebut profilaksis. Cara
terbaik untuk mencegah IO adalah untuk memakai ART.
Pengobatan IO
Untuk setiap IO, ada obat, atau kombinasi obat tertentu yang sepertinya bekerja
lebih baik. Lihat lembaran informasi setiap IO untuk lebih mempelajari tentang
bagaimana IO tersebut diobati.
ART memungkinkan pemulihan sistem kekebalan yang rusak dan lebih berhasil
memerangi IO.
Kandidiasis (Thrush)
Kandidiasis adalah infeksi oportunistik yang sangat umum pada orang dengan
HIV. Infeksi ini disebabkan oleh sejenis jamur yang umum, yang disebut kandida.
Jamur ini, semacam ragi, ditemukan di tubuh kebanyakan orang. Sistim kekebalan
tubuh yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Jamur ini biasa menyebabkan
penyakit pada mulut, tenggorokan dan vagina. Infeksi oportunistik ini dapat terjadi
beberapa bulan atau tahun sebelum infeksi oportunistik lain yang lebih berat.
Pada mulut, penyakit ini disebut thrush. Bila infeksi menyebar lebih dalam pada
tenggorokan, penyakit yang timbul disebut esofagitis. Gejalanya adalah gumpalan
putih kecil seperti busa, atau bintik merah. Penyakit ini dapat menyebabkan sakit
tenggorokan, sulit menelan, mual, dan hilang nafsu makan.
Kandidiasis pada vagina disebut vaginitis. Penyakit ini sangat umum ditemukan.
Gejala vaginitis termasuk gatal, rasa bakar dan keluarnya cairan kental putih.
Tidak ada cara untuk mencegah terpajan kandida. Obat-obatan tidak biasa dipakai
untuk mencegah kandidiasis. Ada beberapa alasan:
Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat menjaga supaya kandida tetap seimbang.
Bakteri yang biasa ada di tubuh juga dapat membantu mengendalikan kandida.
Beberapa antibiotik membunuh bakteri pengendali ini dan dapat menyebabkan
kandidiasis. Mengobati kandidiasis tidak dapat memberantas raginya. Pengobatan
akan mengendalikan jamur agar tidak berlebihan.
Pengobatan dapat lokal atau sistemik. Pengobatan lokal diberikan pada tempat
infeksi. Pengobatan sistemik mempengaruhi seluruh tubuh. Banyak dokter lebih
senang memakai pengobatan lokal terlebih dahulu. Ini menimbulkan lebih sedikit
efek samping dibanding pengobatan sistemik. Selain itu risiko kandida menjadi
resistan terhadap obat lebih rendah.
Pengobatan yang paling murah untuk kandidiasis mulut adalah gentian violet; obat
ini dioleskan di tempat ada lesi (jamur) tiga kali sehari selama 14 hari. Obat yang
sangat murah ini dapat diperoleh dari puskesmas atau apotek tanpa resep.
Pengobatan sistemik diperlukan jika pengobatan lokal tidak berhasil, atau jika
infeksi menyebar pada tenggorokan (esofagitis). Beberapa obat sistemik tersedia
dalam bentuk pil.
Efek samping yang paling umum adalah mual, muntah dan sakit perut. Kurang dari
20 persen orang mengalami efek samping ini.
Terapi Alamiah
Kesimpulan
Kandidiasis adalah penyakit jamur (ragi) yang sangat umum. Jamur ini biasa hidup
dalam tubuh. Jamur tersebut tidak dapat diberantas. Cara terbaik untuk
menghindari terjadinya kandidiasis adalah dengan memperkuat sistem kekebalan
tubuh melalui penggunaan terapi antiretroviral.
Sebagian besar penyakit kandidiasis dapat diobati secara mudah dengan terapi
lokal. Pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, penyakit ini menjadi
lebih sering terjadi. Obat-obatan antijamur sistemik dapat dipakai, tetapi kandida
mungkin menjadi resistan terhadapnya. Obat anti-jamur yang paling manjur,
amfoterisin B, dapat menimbulkan efek samping yang parah.
Penyakit yang paling lazim disebabkan CMV adalah retinitis. Penyakit ini adalah
kematian sel pada retina, bagian belakang mata. Ini secara cepat dapat
menyebabkan kebutaan jika tidak diobati. CMV dapat menyebar ke seluruh tubuh
dan menginfeksikan beberapa organ sekaligus. Risiko CMV tertinggi waktu
jumlah CD4 di bawah 50. CMV jarang terjadi dengan jumlah CD4 di atas 100.
Tanda pertama retinitis CMV adalahmasalah penglihatan seperti titik hitam yang
bergerak. Ini disebut 'floater' (katung-katung) dan mungkin menunjukkan adanya
radang pada retina. Anda juga mungkin akan melihat cahaya kilat, penglihatan
yang kurang atau terdistorsi, atau titik buta. Beberapa dokter mengusulkan
pemeriksaan mata untuk mengetahui adanya retinitis CMV. Pemeriksaan ini
dilaksanakan oleh ahli mata. Jika jumlah CD4 anda dibawah 200 dan anda
mengalami masalah penglihatan apa saja, sebaiknya anda langsung menghubungi
dokter.
Beberapa Odha yang baru saja mulai memakai ART dapat mengalami radang
dalam mata, yang menyebabkan kehilangan penglihatan. Masalah ini disebabkan
oleh sindrom pemulihan kekebalan.
Sebuah penelitian baru beranggapan bahwa orang dengan CMV aktif lebih mudah
menularkan HIV-nya pada orang lain.
Pengobatan pertama untuk CMV meliputi infus setiap hari. Karena harus diinfus
setiap hari, sebagian besar orang memasang 'keran' atau buluh obat yang dipasang
secara permanen pada dada atau lengan. Dulu orang dengan penyakit CMV
diperkirakan harus tetap memakai obat anti-CMV seumur hidup.
ART dapat memperbaiki sistem kekebalan tubuh. Pasien dapat berhenti memakai
obat CMV jika jumlah CD4-nya di atas 100 hingga 150 dan tetap begitu selama
tiga bulan. Namun ada dua keadaan yang khusus:
Pil paling mudah ditangani. Pengobatan intravena meliputi suntikan atau buluh
obat yang mungkin menimbulkan infeksi. Suntikan pada mata berarti menyuntik
jarum langsung pada mata. Bentuk tanam, yang bertahan enam sampai delapan
bulan, membutuhkan seandar satu jam rawat jalan.
Terapi lokal hanya mempengaruhi mata. Retinitis CMV dapat cepat menyebar dan
mengakibatkan kebutaan. Karena itu, penyakit ini harus diobati secara agresif
waktu pertama diketahui. Obat baru dalam bentuk suntikan dan tanam
menempatkan obat langsung dalam mata, dan menimbulkan dampak terbesar pada
retinitis.
CMV juga dapat ditemukan pada bagian tubuh lain. Untuk menanggulangi di
bagian tubuh lain, anda membutuhkan terapi sistemik (seluruh tubuh). Pengobatan
suntikan atau infus, atau pil valgansiklovir, dapat dipakai.
Kesimpulan
Penggunaan ART adalah cara terbaik untuk mencegah CMV. Jika jumlah CD4
anda rendah, dan anda mengalami gangguan penglihatan APA PUN, anda harus
langsung periksa ke dokter!
Sebagian besar orang dapat menghentikan penggunaan obat CMV jika jumlah
CD4-nya naik dan tetap di atas 100–150 waktu memakai ART.
Bakteri yang menyebabkan MAC sangat lazim. Kuman ini ditemukan di air, tanah,
debu dan makanan. Hampir setiap orang memiliki bakteri ini dalam tubuhnya.
Sistem kekebalan tubuh yang sehat dapat mengendalikan MAC, tetapi orang
dengan sistem kekebalan yang lemah dapat mengembangkan penyakit MAC.
Hingga 50 persen Odha mengalami penyakit MAC, terutama jika jumlah CD4 di
bawah 50. MAC hampir tidak pernah menyebabkan penyakit pada orang dengan
jumlah CD4 di atas 100.
Gejala MAC dapat meliputi demam tinggi, panas dingin, diare, kehilangan berat
badan, sakit perut, kelelahan, dan anemia (kurang sel darah merah). Jika MAC
menyebar dalam tubuh, bakteri ini dapat menyebabkan infeksi darah, hepatitis,
pneumonia, dan masalah berat lain.
Gejala seperti ini juga merupakan gejala banyak infeksi oportunistik lain. Jadi,
dokter kemungkinan akan memeriksa darah, air seni, atau air ludah untuk mencari
bakteri MAC. Contoh cairan tersebut dites untuk mengetahui bakteri apa yang
tumbuh padanya. Proses ini, yang disebut pembiakan, perlu beberapa minggu.
Bahkan jika anda terinfeksi MAC, sulit menemukan bakteri MAC.
Jika jumlah CD4 anda di bawah 50, dokter mungkin mengobati anda seolah-olah
anda MAC, walaupun tidak ada diagnosis yang tepat. Ini karena infeksi MAC
sangat umum terjadi tetapi sulit didiagnosis.
Bakteri MAC dapat bermutasi dan menjadi resisten terhadap beberapa obat yang
dipakai untuk mengobatinya. Dokter memakai kombinasi obat antibakteri
(antibiotik) untuk mengobati MAC. Sedikitnya dua obat dipakai: biasanya
azitromisin atau klaritromisin ditambah hingga tiga obat lain. Pengobatan MAC
harus diteruskan seumur hidup, agar penyakit tidak kembali (kambuh).
Orang akan bereaksi secara berbeda terhadap obat anti-MAC. anda dan dokter
mungkin harus mencoba berbagai kombinasi sebelum anda menemukan satu
kombinasi yang berhasil untuk anda dan menyebabkan efek samping sedikit
mungkin.
ART dapat meningkatkan jumlah CD4. Jika jumlah CD4 naik di atas 100 dan
tahan pada tingkat ini selama tiga bulan, berhenti memakai obat pencegahan MAC
mungkin aman. Tentukan dengan berdiskusi dengan dokter sebelum berhenti
memakai obat apa pun yang diresep.
Sebagian besar obat yang dipakai untuk mengobati MAC berinteraksi dengan
banyak obat lain, termasuk obat antiretroviral (ARV), obat antijamur dan pil KB.
Hal ini dapat menjadi masalah besar dengan rifampisin, rifabutin dan rifapentin.
Pastikan dokter mengetahui semua obat-obatan yang dipakai agar semua interaksi
yang mungkin dapat dipertimbangkan.
Kesimpulan
MAC adalah penyakit berat yang disebabkan bakteri yang lazim. MAC dapat
menyebabkan kehilangan berat badan yang parah, diare dan gejala lain. Jika anda
MAC, kemungkinan anda akan diobati dengan azitromisin atau klaritromisin
ditambah satu hingga tiga antibiotik lain. anda harus memakai obat ini terus-
menerus seumur hidup untuk menghindari kambuhnya MAC.
Orang dengan jumlah CD4 di bawah 75 sebaiknya bicara dengan dokter mengenai
obat untuk mencegah penyakit MAC.
PCP disebabkan oleh jamur yang ada dalam tubuh hampir setiap orang. Dahulu
jamur tersebut disebut Pneumocystis carinii, tetapi para ilmuwan kini
menggunakan nama Pneumocystis jiroveci, namun penyakit masih disingkatkan
sebagai PCP.
Sistim kekebalan yang sehat dapat mengendalikan jamur ini. Namun, PCP
menyebabkan penyakit pada anak dan pada orang dewasa dengan sistim kekebalan
yang lemah.
Tanda pertama PCP adalah sesak napas, demam, dan batuk tanpa dahak. Siapa pun
dengan gejala ini sebaiknya segera periksa ke dokter. Namun, semua Odha dengan
jumlah CD4 di bawah 300 sebaiknya membahas pencegahan PCP dengan dokter,
sebelum mengalami gejala apa pun.
Sayang, PCP masih umum pada orang yang terlambat mencari pengobatan atau
belum mengetahui dirinya terinfeksi.
Cara terbaik untuk mencegah PCP adalah dengan memakai terapi antiretroviral
(ART). Orang dengan jumlah CD4 di bawah 200 dapat mencegah PCP dengan
memakai obat yang juga dipakai untuk mengobati PCP.
ART dapat meningkatkan jumlah CD4 anda. Jika jumlah ini melebihi 200 dan
bertahan begitu selama tiga bulan, mungkin anda dapat berhenti memakai obat
pencegah PCP tanpa risiko. Namun, karena pengobatan PCP murah dan
mempunyai efek samping yang ringan, beberapa peneliti mengusulkan pengobatan
sebaiknya diteruskan hingga jumlah CD4 di atas 300. Anda harus berbicara dengan
dokter anda sebelum anda berhenti memakai obat apa pun yang diresepkan.
Namun, bagian SMX dari kotrimoksazol merupakan obat sulfa dan hampir separo
orang yang memakainya mengalami reaksi alergi, biasanya ruam kulit, kadang-
kadang demam. Sering kali, bila penggunaan kotrimoksazol dihentikan sampai
gejala alergi hilang, lalu penggunaan dimulai kembali, masalah alergi tidak muncul
lagi. Reaksi alergi yang berat dapat diatasi dengan cara desensitisasi. Pasien mulai
dengan dosis obat yang sangat rendah dan kemudian meningkatkan dosisnya
hingga dosis penuh dapat ditahan. Mengurangi dosis dari satu pil sehari menjadi
tiga pil seminggu mengurangi masalah alergi kotrimoksazol, dan tampak sama
berhasilnya.
Karena masalah alergi yang disebabkan oleh kotrimoksazol serupa dengan efek
samping dari beberapa obat antiretroviral, sebaiknya penggunaan kotrimoksazol
dimulai seminggu atau lebih sebelum mulai ART. Dengan cara ini, bila alergi
muncul, penyebabnya dapat lebih mudah diketahui.
Kesimpulan
Hampir semua peristiwa PCP, salah satu penyakit pembunuh utama para Odha,
dapat diobati dan dapat dicegah dengan obat murah yang mudah dipakai. ART
dapat menahan jumlah CD4 anda tetap tinggi. Jika jumlah CD4 anda turun di
bawah 300, anda sebaiknya membahas penggunaan obat untuk mencegah PCP
dengan dokter anda. Setiap orang dengan jumlah CD4 di bawah 200 seharusnya
memakai obat anti-PCP.
Parasit tokso sangat umum ditemukan pada tinja kucing, sayuran mentah dan
tanah. Kuman ini juga umumnya ditemu dalam daging mentah, terutama daging
babi, kambing dan rusa. Parasit tersebut dapat masuk ke tubuh waktu anda
menghirup debu. Hingga 50 persen penduduk terinfeksi tokso. Sistim kekebalan
tubuh yang sehat dapat mencegah agar tokso tidak mengakibatkan penyakit ini.
Tokso tampaknya tidak menular dari manusia ke manusia.
Penyakit yang paling umum diakibatkan tokso adalah infeksi pada otak
(ensefalitis). Tokso juga dapat menginfeksikan bagian tubuh lain. Tokso dapat
menyebabkan koma dan kematian. Risiko tokso paling tinggi waktu jumlah CD4 di
bawah 100.
Perempuan hamil dengan infeksi tokso juga dapat menularkannya pada bayinya.
Tes antibodi tokso menunjukkan apakah anda terinfeksi tokso. Hasil positif bukan
berarti anda menderita penyakit ensefalitis tokso. Namun, hasil tes negatif berarti
anda tidak terinfeksi tokso.
Pengamatan otak (brain scan) dengan computerized tomography (CT scan) atau
magnetic resonance imaging (MRI scan) juga dipakai untuk mendiagnosis tokso.
CT scan untuk tokso dapat mirip dengan pengamatan untuk infeksi oportunistik
yang lain. MRI scan lebih peka dan mempermudah diagnosis tokso.
Tokso diobati dengan kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin. Kedua obat ini dapat
melalui sawar-darah otak. Parasit tokso membutuhkan vitamin B untuk hidup.
Pirimetamin menghambat pemerolehan vitamin B oleh tokso. Sulfadiazin
menghambat pemakaiannya. Dosis normal obat ini adalah 50-75mg pirimetamin
dan 2-5g sulfadiazin per hari.
Kedua obat ini mengganggu ketersediaan vitamin B dan dapat mengakibatkan
anemia. Orang dengan tokso biasanya memakai kalsium folinat (semacam vitamin
B) untuk mencegah anemia.
Kombinasi obat ini sangat efektif terhadap tokso. Lebih dari 80 persen orang
menunjukkan perbaikan dalam 2-3 minggu.
Tokso biasanya kambuh setelah peristiwa pertama. Orang yang pulih dari tokso
seharusnya terus memakai obat antitokso dengan dosis pemeliharaan yang lebih
rendah. Jelas orang yang mengalami tokso sebaiknya mulai terapi antiretroviral
(ART) secepatnya, dan bila CD4 naik di atas 200 lebih dari enam minggu, terapi
tokso sudah diselesaikan dan bila tidak ada gejala tokso lagi, terapi pemeliharaan
tokso dapat dihentikan.
Reaksi alergi dapat ditangani dengan proses desensitisasi. Pasien mulai dengan
dosis obat yang sangat rendah, dan dosis ditingkatkan berangsur-angsur sehingga
mereka dapat menahan dosis penuh.
Orang yang tidak tahan terhadap obat sulfa dapat memakai klindamisin untuk
mengganti sulfdiazin dalam kombinasi.
Cara terbaik untuk mencegah tokso adalah dengan menggunakan obat anti-HIV
yang manjur.
Kita dapat dites untuk mengetahui apakah anda terinfeksi tokso. Jika belum
terinfeksi, anda dapat mengurangi risiko infeksi dengan menghindari memakan
daging atau ikan mentah, dan memakai sarung tangan dan masker jika anda
membersihkan kandang kucing, dan cuci tangan dengan sempurna setelahnya.
Jika jumlah CD4 anda di bawah 100, anda sebaiknya memakai obat untuk
mencegah penyakit tokso aktif. Orang dengan jumlah CD4 di bawah 200 biasanya
memakai kotrimoksazol untuk mencegah PCP. Obat ini juga melindungi anda dari
tokso. Jika anda tidak tahan memakai kotrimoksazol, dokter anda dapat
meresepkan obat lain.
Kesimpulan
Anda dapat memakai obat anti-HIV yang manjur untuk menahan jumlah CD4. Ini
kemungkinan akan mencegah masalah kesehatan diakibatkan tokso. Jika jumlah
CD4 anda turun di bawah 100, anda sebaiknya bicara dengan dokter tentang
pemakaian obat untuk mencegah penyakit tokso.
Jika anda mengalami kepala nyeri, disorientasi, kejang-kejang, atau gejala tokso
lain, anda harus langsung menghubungi dokter. Dengan diagnosis dan pengobatan
dini, tokso dapat diobati secara efektif.
Jika anda mengalami penyakit tokso, sebaiknya anda terus memakai obat antitokso
untuk mencegah penyakitnya kambuh.
Tuberkulosis (TB)
Tuberkulosis adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri. TB biasanya
mempengaruhi paru-paru, tapi kadang-kadang dapat juga mempengaruhi organ
tubuh lain, terutama pada Odha dengan jumlah CD4 di bawah 200.
Nama tuberkulosis berasal dari tuberkel. Tuberkel adalah tonjolan kecil dan keras
yang terbentuk waktu sistem kekebalan membangun tembok mengelilingi bakteri
TB dalam paru.
Ada dua jenis TB aktif. TB primer baru terjadi setelah anda terinfeksi TB untuk
pertama kali. Keaktifan kembali TB terjadi pada orang yang sebelumnya terinfeksi
TB. Jika sistem kekebalan tubuhnya melemah, TB dapat lolos dari tuberkel dan
mengakibatkan penyakit aktif. Kebanyakan kasus TB pada orang dengan HIV
diakibatkan keaktifan kembali infeksi TB sebelumnya.
TB aktif dapat menyebabkan gejala berikut: batuk lebih dari tiga minggu; hilang
berat badan; kelelahan terus menerus; keringat basah kuyup pada malam hari; dan
demam, terutama pada sore hari. Gejala ini mirip dengan gejala yang disebabkan
PCP, tetapi TB dapat terjadi pada jumlah CD4 yang tinggi.
TB ditularkan melalui udara, waktu seseorang dengan TB aktif batuk atau bersin.
Anda dapat mengembangkan TB secara mudah jika anda pada tahap infeksi HIV
lanjut. Anda dapat terinfeksi TB pada jumlah CD4 berapa pun.
Banyak jenis virus dan bakteri hidup di tubuh anda. Sistem kekebalan tubuh yang
sehat dapat mengendalikan kuman ini agar mereka tidak menyebabkan penyakit.
Jika HIV melemahkan sistem kekebalan, kuman ini dapat mengakibatkan infeksi
oportunistik (IO).
Angka TB pada Odha sering kali 40 kali lebih tinggi dibanding angka untuk orang
yang tidak terinfeksi HIV. Angka TB di seluruh dunia meningkat karena HIV. TB
dapat merangsang HIV agar lebih cepat menggandakan diri, dan memperburuk
infeksi HIV. Karena itu, penting bagi orang dengan HIV untuk mencegah dan
mengobati TB.
Ada tes kulit yang sederhana untuk TB. Sebuah protein yang ditemukan pada
bakteri TB disuntik pada kulit lengan. Jika kulit anda bereaksi dengan bengkak, itu
berarti anda kemungkinan terinfeksi bakteri TB.
Jika HIV atau penyakit lain sudah merusak sistem kekebalan anda, anda mungkin
tidak menunjukkan reaksi pada tes kulit, walaupun anda terinfeksi TB. Kondisi ini
disebut 'anergi'. Oleh karena masalah ini, dan karena kebanyakan orang di
Indonesia sudah terinfeksi TB, jadi tes kulit sekarang jarang dipakai di sini. Jika
anda anergi, pembiakan bakteri dari dahak (lihat alinea berikut) adalah cara terbaik
untuk diagnosis TB aktif.
Bila anda mempunyai gejala yang mungkin disebabkan oleh TB, dokter akan minta
anda menyediakan tiga contoh dahak untuk diperiksa, termasuk satu yang anda
diminta keluarkan dari paru pada pagi hari. Dokter juga mungkin melakukan x-ray
paru, dan mencoba membiakkan bakteri TB dari contoh dahak anda. Tes ini
mungkin memerlukan waktu empat minggu.
Sulit untuk mendiagnosis TB aktif, terutama pada Odha, karena gejalanya mirip
dengan pneumonia, masalah paru lain, atau infeksi lain.
Bagaimana TB diobati?
Jika anda terinfeksi TB, tetapi tidak mengalami penyakit aktif, kemungkinananda
diobati dengan isoniazid (INH) untuk sedikitnya enam bulan, atau dengan INH
plus satu atau dua obat lain untuk tiga bulan.
Jika anda mengalami TB aktif, anda diobati dengan antibiotik. Karena bakteri TB
dapat menjadi kebal (resisten) terhadap obat tunggal, anda akan diberi kombinasi
antibiotik. Juga, TB sulit disembuhkan, dan obat tersebut harus dipakai untuk
sedikitnya enam bulan. Jika anda tidak memakai semua obat, TB dalam tubuh anda
mungkin jadi resistan dan obat tersebut akan menjadi tidak efektif lagi.
Ada jenis TB yang sudah resistan pada beberapa antibiotik. Ini disebut TB yang
resistan terhadap beberapa obat atau MDR-TB. Hingga saat ini, Prevalensi MDR-
TB di Indonesia belum jelas; surveillans akan segera dilakukan oleh Depkes.
Kendati masalah ini, lebih dari 90 persen kasus TB dapat disembuhkan dengan
antibiotik.
Masalah obat
Beberapa antibiotik yang dipakai untuk mengobati TB dapat merusak hati atau
ginjal. Begitu juga beberapa obat antiretroviral yang dipakai untuk memerangi
HIV. Bisa jadi sulit untuk memakai obat untuk TB dan HIV sekaligus. INH dapat
menyebabkan neuropati perifer, seperti juga beberapa ARV, jadi dapat terjadi
masalah bila obat ini dipakai bersamaan.
Juga, banyak obat anti-HIV berinteraksi dengan obat yang dipakai untuk
memerangi TB. Rifampisin atau rifabutin umumnya dipakai untuk mengobati TB.
Obat ini dapat mengurangi kadar ARV dalam darah anda di bawah tingkat yang
diperlukan untuk mengendalikan HIV.
ARV dapat meningkatkan kadar obat TB ini pada tingkat yang mengakibatkan efek
samping yang berat. Rifampisin tidak boleh dipakai jika anda memakai protease
inhibitor (PI). Rifabutin dapat dipakai dalam beberapa kasus, tetapi mungkin
dosisnya harus diubah. Ada pedoman khusus untuk dokter jika anda memakai obat
untuk memerangi TB dan HIV sekaligus. Juga, jika jumlah CD4 anda di bawah
100, anda sebaiknya memakai rifabutin sedikitnya tiga kali seminggu. Ini
mengurangi risiko TB-nya menjadi resistan terhadap rifabutin.
Kesimpulan
TB adalah penyakit parah dan membunuh lebih banyak orang dengan HIV
dibanding dengan semua penyakit lain. TB dan HIV saling memperburuk.
Ada pengobatan efektif untuk infeksi TB, dan untuk penyakit TB aktif. Jika anda
pernah dekat dengan orang TB aktif, atau mempuyai gejala TB, sebaiknya anda
dites dan diobati.
Pengobatan untuk TB perlu jangka waktu yang lama, dan dapat sulit dipakai
sekaligus dengan ARV, tetapi obat tersebut dapat menyembuhkan TB. Beberapa
obat TB dapat berinteraksi dengan ARV, jadi pengobatan harus direncanakan
dengan hati-hati jika anda TB dan HIV sekaligus.
Rekomendasi untuk memulai profilaksis PCP tidak berubah: mulai profilaksis PCP
bila jumlah sel CD4 kurang dari 200 atau bila ada sejarah thrush. Sebuah bagian
baru kini telah ditambahkan dalam panduan tentang menghentikan profilaksis PCP.
Bagian ini mengatakan bahwa penyedia layanan dapat menghentikan profilaksis
PCP ketia jumlah CD4 seseorang tetap berada di atas 200 selama 3 bulan berturut-
turut. Hal yang sama berlaku bagi orang yang pernah mengalami PCP. Sementara
untuk memulai kembali profilaksis PCP, panduan menggunakan aturan yang sama
dengan waktu memulai: ulangi kembali pengobatan pencegahan bila jumlah sel
CD4 turun di bawah 200.
Sebuah rekomendasi baru ditambahkan pada update tahun 2001 tentang panduan
untuk menghentikan profilaksis untuk Toksoplasmosis. Panduan tersebut sama
dengan panduan untuk profilaksis PCP: ketika jumlah sel CD4 seseorang tetap
berada di atas 200 selama paling tidak 3 bulan berturut-turut.
Rekomendasi untuk pencegahan MAC juga telah berubah. Dulu MAC merupakan
infeksi oportunistik umum bagi orang dengan jumlah sel CD4 rendah. Gejala MAC
termasuk kehilangan berat badan, demam, keringat malam, pembengkakan
kelenjar, sakit perut, diare dan badan lemah. Risiko mengalami MAC paling tinggi
pada orang dengan jumlah sel CD4 kurang dari 50. Panduan PHS
merekomendasikan terapi pencegahan untuk MAC bila jumlah sel CD4 serendah
ini. Obat-obatan yang direkomendasikan adalah antara clarithromycin (Biaxin)
atau azithromycin (Zithromax).
Orang yang pernah mengalami infeksi MAC perlu menjalani pengobatan untuk
mencegah infeksi berulang (ini disebut pengobatan pemeliharaan). Panduan tahun
2001 menyebutkan anda dapat menghentikan profilaksis MAC bila jumlah sel CD4
meningkat menjadi lebih dari 100 selama paling tidak 6 bulan, setelah orang
tersebut telah menyelesaikan terapi MAC selama 12 bulan dan tidak mengalami
gejala penyakit.
Perubahan lain yang berkenaan dengan HAART dalam Panduan PHS adalah untuk
infeksi sitomegalovirus (CMV). CMV merupakan virus herpes yang umumnya
mengakibatkan sakit ketika jumlah T-sel kurang dari 50. CMV dapat menyebabkan
retititis, sejenis infeksi mata yang dapat mengakibatkan kebutaan. Pengobatan
standar untuk CMV termasuk obat-obatan yang diberikan lewat infus. Begitu
seseorang terinfeksi CMV, pengobatan pemeliharaan dibutuhkan untuk mencegah
infeksi tersebut menjadi aktif kembali. Beberapa penelitian baru kini menunjukkan
bahwa ketika jumlah sel CD4 meningkat hingga lebih dari 100-150 sel, pengobatan
pemeliharaan untuk CMV mungkin tidak lagi mendesak.
Panduan PHS sangat berhati-hati mengenai informasi ini, karena penyakit CMV
aktif dapat sangat serius. Panduan yang terbaru menyebutkan bahwa menghentikan
pengobatan pemeliharaan dapat dipertimbangkan bila terdapat peningkatan jumlah
CD4 yang berkelanjutan hingga lebih dari 100-150 sel. Keputusan apapun untk
menghentikan terapi pemeliharaan CMV harus dilakukan dengan konsultasi dokter
mata, atau ahli mata (ophthalmologist) yang biasa merawat CMV. Ahli mata
tersebut akan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk seberapa besar
ancaman infeksi CMV terhadap penglihatan seseorang.
Menghentikan pengobatan pemeliharaan untuk Kriptokokus
Untuk orang yang pernah menderita infeksi Kriptokokus penting untuk menjalani
pengobatan untuk mencegah infeksi berulang (ini disebut pengobatan
pemeliharaan). Panduan tahun 2001 menyebutkan penghentian profilaksis Kripto
dapat dipertimbangkan bila jumlah sel CD4 meningkat lebih dari 100-200 sel
selama paling tidak 6 bulan, dan bila orang tersebut telah menyelesaikan
pengobatan awal terapi Kripto dan tidak mengalami gejala penyakit.
Panduan PHS yang baru untuk Pencegahan Infeksi Oportunistik dapat diperoleh
di http://www.hivatis.org/trtgdlns.html .