DESAIN PENELITIAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam melakukan penelitian salah satu hal yang penting ialah membuat desain penelitian. Desain
penelitian bagaikan sebuah peta jalan bagi peneliti yang menuntun serta menentukan arah
berlangsungnya proses penelitian secara benar dan tepat sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Tanpa desain yang benar seorang peneliti tidak akan dapat melakukan penelitian dengan baik
karena yang bersangkutan tidak mempunyai pedoman arah yang jelas.
Agar tercapai pembuatan desain yang benar, maka peneliti perlu menghindari sumber potensial
kesalahan dalam proses penelitian secara keseluruhan. Kesalahan-kesalahan tersebut ialah:
a. Kesalahan Dalam Perencanaan
Kesalahan dalam perencanaan dapat terjadi saat peneliti membuat kesalahan dalam menyusun
desain yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi. Kesalahan ini dapat terjadi pula bila
peneliti salah dalam merumuskan masalah. Kesalahan dalam merumuskan masalah akan
menghasilkan infromasi yang tidak dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah yang sedang
diteliti. Cara mengatasi kesalahan ini ialah mengembangkan proposal yang baik dan benar yang
secara jelas menspesifikasikan metode dan nilai tambah penelitian yang akan dijalankan.
b. Kesalahan Dalam Pengumpulan Data
Kesalahan dalam pengumpulan data terjadi pada saat peneliti melakukan kesalahan dalam proses
pengumpulan data di lapangan. Kesalahan ini dapat memperbesar tingkat kesalahan yang sudah
terjadi dikarenakan perencanaan yang tidak matang. Untuk menghindari hal tersebut data yang
dikoleksi harus merupakan represntasi dari populasi yang sedang diteliti dan metode pengumpulan
datanya harus dapat menghasilkan data yang akurat. Cara mengatasi kesalahan ini ialah kehati-
hatian dan ketepatan dalam menjalankan desain penelitian yang sudah dirancang dalam proposal.
c. Kesalahan Dalam Melakukan Analisa
Kesalahan dalam melakukan analisa dapat terjadi pada saat peneliti salah dalam memilih cara
menganalisa data. Selanjutnya, kesalahan ini disebabkan pula adanya kesalahan dalam memilih
teknik analisa yang sesuai dengan masalah dan data yang tersedia. Cara mengatasi masalah ini ialah
buatlah justifikasi prosedur analisa yang digunakan untuk menyimpulkan dan memanipulasi data.
d. Kesalahan Dalam Pelaporan
Kesalahan dalam pelaporan terjadi jika peneliti membuat kesalahan dalam menginterprestasikan
hasil-hasil penelitian. Kesalahan seperti ini terjadi pada saat memberikan makna hubungan-
hubungan dan angka-angka yang diidentifikasi dari tahap analisa data. Cara mengatasi kesalahan ini
ialah hasil analisa data diperiksa oleh orang-orang yang benar-benar ahli dan menguasai masalah
hasil penelitian tersebut.
BAB II
DESAIN PENELITIAN
Desain artinya rencana, tetapi apabila dikaji lebih lanjut kata itu dapat berarti pula pola, potongan,
bentuk, model, tujuan dna maksud (Echols dan Hassan Shadily, 1976:177), Desain Penelitian
menurut William M.K. Trochim (2006) “Research design can be thought of as the structure of
research -- it is the "glue" that holds all of the elements in a research project together.” Sedangkan
Lincoln dan Guba (1985:226) mendefinisikan rancangan penelitian sebagi usaha merencanakan
kemungkinan-kemungkinan tertentu secara luas tanpa menunjukkan secara pasti apa yang akan
dikerjakan dalam hubungan dengan unsur masing-masing.
Desain penelitian menurut Mc Millan dalam Ibnu Hadjar (1999:102) adalah rencana dan struktur
penyelidikan yang digunakan untuk memperoleh bukti-bukti empiris dalam menjawab pertanyaan
penelitian.
Dalam penelitian eksperimental, desain penelitian disebut desain eksperimental. Desain eksperimen
dirancang sedemikian rupa guna meningkatkan validitas internal maupun eksternal.
Suharsimi Arikunto (1998:85-88) mengkategorikan desain eksperimen murni menjadi 8 yaitu
control group pre-test post test, random terhadap subjek, pasangan terhadap subjek, random pre test
post test , random terhadap subjek dengan pre test kelompok kontrol post test kelompok
eksperimen, tiga kelompok eksperimen dan kontrol, empat kelompok dengan 3 kelompok kontrol,
dan desain waktu.
Sutrisno Hadi (1982:441) mengkategorikan desain eksperimen menjadi enam yaitu simple
randomaized, treatment by levels desaigns, treatments by subjects desaigns, random replications
desaigns, factorial designs, dan groups within treatment designs. Sedangkan Ibnu Hadjar
(1999:327) membedakan desain penelitian eksperimen murni menjadi dua yaitu pre test post test
kelompok kontrol dan post tes kelompok kontrol.
X: Digunakan untuk mewakili pemaparan (exposure) suatu kelompok yang diuji terhadap suatu
perlakuan eksperimental pada variable bebas yang kemudian efek pada variable tergantungnya akan
diukur.
O: menunjukkan adanya suatu pengukuran atau observasi terhadap variable tergantung yang sedang
diteliti pada individu, kelompok atau obyek tertentu.
R: menunjukkan bahwa individu atau kelompok telah dipilih dan ditentukan secara random untuk
tujuan-tujuan studi.
a. Ex Post Facto
Sebagaimana disebut sebelumnya bahwa dalam desain Ex Post Facto tidak ada manipulasi
perlakukan terhadap variable bebasya maka system notasinya baik studi lapangan atau survei hanya
ditulis dengan O atau O lebih dari satu.
Contoh 1: Penelitian dilakukan dengan menggunakan dua populasi, yaitu Perusahaan A dan
Perusahaan B, maka notasinya:
O1
O2
Dimana O1 merupakan kegiatan observasi yang dilakukan di perusahaan A dan O2 merupakan
kegiatan observasi yang dilakukan di perusahaan B.
Contoh 2: Secara random kita meneliti 200 perusahaan dari populasi 1000 perusahaan mengenai
system penggajiannya. Survei dilakukan dengan cara mengirim kuesioner pada 200 manajer, maka
konfigurasi desainnya akan seperti di bawah ini:
(R) O1
Dimana O1 mewakili survei di 200 perusahaan dengan memberikan kuesioner kepada 200 manajer
yang dipilih secara random (R ).
Apabila sample yang sama kita teliti secara berulang-ulang, misalnya selama tiga kali dalam tiga
bulan berturut-turut, maka notasinya adalah:
(R) O3 dimana O1 merupakan observasi yang pertama, O2 merupakan observasi yang kedua dan
O3 merupakan observasi yang ketiga.
b. Desain-Desain Eksperimental
Desain eksperimental dibagai menjadi dua, yaitu: pre-eksperimental (quasi-experimental) dan
desain eksperimental sebenarnya (true experimental). Perbedaan kedua tipe desain ini terletak pada
konsep kontrol.
Pada desain ini peneliti melakukan pengukuran awal pada suatu obyek yang diteliti, kemudian
peneliti memberikan perlakuan tertentu. Setelah itu pengukuran dilakukan lagi untuk yang kedua
kalinya. Desain tersebut dapat dikembangkan dalam bentuk lainnya, yaitu: desain time series”. Jika
pengukuran dilakukan secara beulang-ulang dalam kurun waktu tertentu. Maka desainnya menjadi
seperti di bawah ini:
O1 O2 O3 X O4 O5 O6
Pada desain time series, peneliti melakukan pengukuran di depan selama 3 kali berturut, kemudian
dia memberikan perlakuan pada obyek yang diteliti. Kemudian peneliti melakukan pengukuran
selama 3 kali lagi setelah perlakuan dilakukan.
( R ) X O1
( R ) O2
Maksud dari desain tersebut ialah ada dua kelompok yang dipilih secara random. Kelompok
pertama diberi perlakuan sedang kelompok dua tidak. Kelompok pertama diberi perlakuan oleh
peneliti kemudian dilakukan pengukuran; sedang kelompok kedua yang digunakan sebagai
kelompok pengontrol tidak diberi perlakukan tetapi hanya dilakukan pengukuran saja.
b.5. Pre-test – Post – test Control Group Design
Desain ini merupakan pengembangan design d di atas. Perbedaannya terletak pada baik kelompok
pertama dan kelompok pengontrol dilakukan pengukuran didepan (pre-test). Desainnya adalah
sebagai berikut:
( R ) O1 X O2
( R ) O3 O4
( R ) O1 X O2
( R ) O3 O4
( R ) X O5
( R ) O6
Maksud desain tersebut ialah: Peneliti memilih empat kelompok secara random. Kelompok pertama
yang merupakan kelompok inti diberi perlakuan dan dua kali pengukuran, yaitu di depan (pre-test)
dan sesudah perlakuan (post-test). Kelompok dua sebagai kelompok pengontrol tidak diberi
perlakuan tetapi dilakukan pengukuran seperti di atas, yaitu: pengukuran di depan (pre-test) dan
pengukuran sesudah perlakuan (post-test). Kelompok ketiga diberi perlakuan dan hanya dilakukan
satu kali pengukuran sesudah dilakukan perlakuan (post-test) dan kelompok keempat sebagai
kelompok pengontrol kelompok ketiga hanya diukur satu kali saja.
Perlakuan
Kelompok Eksperimental Kelompok Pengontrol
Instruksi
A1. (Lisan)
A2. (Tertulis)
A3. Tidak Spesifik
X11
X21
X31
X25,1
X12
X22
X32
X25,2
X13
X23
X33
X25,3
Perlakuan
x.1
x.2
x.3
Contoh Desainnya:
Perlakuan
Kelompok Eksperimental Kelompok Pengontrol
------------------------------- ---------------------------
Instruksi: a1. (Lisan) a2. (Tertulis) a3. (Tanpa Instruksi) Rata-
Blok Rata
(Departemen) Blok
B1
B2
B3
B4
B5
5 (pekerja)
5 (pekerja)
5 (pekerja)
5 (pekerja)
5 (pekerja)
5 (pekerja)
5 (pekerja)
5 (pekerja)
5 (pekerja)
5 (pekerja)
5 (pekerja)
5 (pekerja)
5 (pekerja)
5 (pekerja)
5 (pekerja)
X1.
X2.
X3.
X4.
X5.
Rata2
Perlakuan
x.1
x.2
x.3
Desain di atas dapat diterangkan sebagai berikut: Pada saat studi dilakukan dengan menggunakan
desain sebelumnya, para anggota dari tiga kelompok berasal dari berbagai latar belakang yang
berbeda. Keterbedaan latar belakang anggota merupakan suatu ganngguan atau yang disebut
sebagai variable pengganggu. Untuk itu perlu dilakukan penyamaan para anggota dari masing-
masing kelompok. Caranya ialah dengan menciptakan blok yang berfungsi untuk mendapatkan
anggota kelompok yang sama. Dalam kasus ini blok ditentukan didasarkan pada departemen
(bagian) dimana para anggota kelompok berasal.
Selanjutnya pekerja yang berasal dari departemen yang sama dibagi menjadi lima berdasarkan
department masing-masing. Kemudian masing-masing kelompok mendapatkan perlakuan yang
sama, yaitu kelompok pertama mendapatkan instruksi lisan, kelompok kedua mendapatkan
instruksi tertulis dan kelompok ketiga instruksi tidak spesifik. Dengan menggunakan desain ini
maka peneliti akan dapat melihat dampak-dampak yang disebabkan oleh system blok per
departemen serta interaksi instruksi atas ketiga kelompok tersebut.
Blok
c1 Tinggi
c2 Menengah
c3. Rendah
Rata2
B1
B2
B3
(a1) x1
(a2) x2
(a3) x3
(a2) x1
(a3) x2
(a1) x3
(a3) x1
(a1) x2
(a2) x3
X1..
X2..
X3..
X2
X3
x..1
x..2
x..3
Rata-Rata x.1. x.2. x.3.
Perlakuan
Pada table desain di atas X1 mempunyai arti responden yang mendapat perlakuan membaca iklan
dengan panjang baris 5 inchi dan tingkat kontras warna rendah; X2 mempunyai arti responden yang
mendapat perlakuan membaca iklan dengan panjang baris 7 inchi dan tingkat kontras warna
medium dan X3 mempunyai arti responden yang mendapat perlakuan membaca iklan dengan
panjang baris 12 inchi dan tingkat kontras warna tinggi. Dari format di atas kita akan mendapatkan
9 kombinasi yang berbeda.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Riset yang baik perlu dirancang aktivitas dan sumberdayanya dengan baik pula.
Rancangan riset atau desain riset adalah rencana dari struktur riset yang mengarahkan proses dan
hasil riset sedapat mungkin menjadi valid, objektif, efisien dan efektif.
Riset yang baik memiliki tingkat kekuatan pengujian (power of the test) yang tinggi, yang dapat
ditingkatkan dengan:
1. Meningkatkan ukuran sampel
2. Memperkecil alpha
B. Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa yang menempuh mata kuliah Metodologi
Penelitian. Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis mohon kritik dan saran
yang bersifat membangun dari pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Black A James & Dean J. Champion, Metode dan Masalah Penelitian Sosial, 1999, PT Refika
Aditama, Bandung
Furchan Arief, Pengantar Penelitian Pendidikan,1982, Usaha Nasional, Surabaya
DESAIN DAN CONTOH PROSES PENELITIAN
KUALITATIF
http://mudjiarahardjo.com/materi-kuliah/221.html?task=view
Proposal Penelitian
Kuantitatif (Skripsi)
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian mengungkapkan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi
dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada isi dan rumusan masalah penelitian.
Perbedaannya terletak pada cara merumuskannya. Masalah penelitian dirumuskan
dengan menggunakan kalimat tanya, sedangkan rumusan tujuan penelitian
dituangkan dalam bentuk kalimat pernyataan. Contoh: Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui besarnya hubungan antara tingkat kecerdasan siswa SMP dengan
prestasi belajar mereka dalam matapelajaran Matematika.
Jika dirumuskan dalam bentuk perbedaan menjadi: Siswa SMP yang tingkat
kecerdasannya tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih tinggi dalam matapelajaran
Matematika dibandingkan dengan yang tingkat kecerdasannya sedang. Rumusan
hipotesis yang baik hendaknya: (a) menyatakan pertautan antara dua variabel atau
lebih, (b) dituangkan dalam bentuk kalimat pertanyaan, (c) dirumuskan secara singkat,
padat, dan jelas, serta (d) dapat diuji secara empiris.
5. Kegunaan Penelitian
Pada bagian ini ditunjukkan kegunaan atau pentingnya penelitian terutama bagi
pengembangan ilmu atau pelaksanaan pembangunan dalam arti luas. Dengan kata
lain, uraian dalam subbab kegunaan penelitian berisi alasan kelayakan atas masalah
yang diteliti. Dari uraian dalam bagian ini diharapkan dapat disimpulkan bahwa
penelitian terhadap masalah yang dipilih memang layak untuk dilakukan.
6. Asumsi Penelitian (jika diperlukan)
Yang dikemukakan pada bagian ruang lingkup adalah variabel-variabel yang diteliti,
populasi atau subjek penelitian, dan lokasi penelitian. Dalam bagian ini dapat juga
dipaparkan penjabaran variabel menjadi subvariabel beserta indikator-indikatornya.
Keterbatasan penelitian tidak harus ada dalam skripsi, tesis, dan disertasi. Namun,
keterbatasan seringkali diperlukan agar pembaca dapat menyikapi temuan penelitian
sesuai dengan kondisi yang ada. Keterbatasan penelitian menunjuk kepada suatu
keadaan yang tidak bisa dihindari dalam penelitian. Keterbatasan yang sering dihadapi
menyangkut dua hal. Pertama, keterbatasan ruang lingkup kajian yang terpaksa
dilakukan karena alasan-alasan prosedural, teknik penelitian, ataupun karena faktor
logistik. Kedua, keterbatasan penelitian berupa kendala yang bersumber dari adat,
tradisi, etika dan kepercayaan yang tidak memungkinkan bagi peneliti untuk mencari
data yang diinginkan.
Definisi istilah atau definisi operasional diperlukan apabila diperkirakan akan timbul
perbedaan pengertian atau kekurangjelasan makna seandainya penegasan istilah
tidak diberikan. Istilah yang perlu diberi penegasan adalah istilah-istilah yang
berhubungan dengan konsep-konsep pokok yang terdapat di dalam skripsi, tesis, atau
disertasi. Kriteria bahwa suatu istilah mengandung konsep pokok adalah jika istilah
tersebut terkait erat dengan masalah yang diteliti atau variabel penelitian. Definisi
istilah disampaikan secara langsung, dalam arti tidak diuraikan asal-usulnya. Definisi
istilah lebih dititikberatkan pada pengertian yang diberikan oleh peneliti.
Definisi istilah dapat berbentuk definisi operasional variabel yang akan diteliti.
Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang
didefinisikan yang dapat diamati. Secara tidak langsung definisi operasional itu akan
menunjuk alat pengambil data yang cocok digunakan atau mengacu pada bagaimana
mengukur suatui variabel. Contoh definisi operasional dari variabel “prestasi
aritmatika” adalah kompetensi dalam bidang aritmatika yang meliputi menambah,
mengurangi, mengalikan, membagi, dan menggunakan desimal. Penyusunan definisi
operasional perlu dilakukan karena teramatinya konsep atau konstruk yang diselidiki
akan memudahkan pengukurannya. Di samping itu, penyusunan definisi operasional
memungkinkan orang lain melakukan hal yang serupa sehingga apa yang dilakukan
oleh peneliti terbuka untuk diuji kembali oleh orang lain. (Lihat Glossary)
9. Metode Penelitian
Pokok-pokok bahasan yang terdapat dalam bab metode penelitian paling tidak
mencakup aspek (1) rancangan penelitian, (2) populasi dan sampel, (3) instrumen
penelitian, (4) pengumpulan data, dan (5) analisis data.
a. Rancangan Penelitian
Istilah populasi dan sampel tepat digunakan jika penelitian yang dilakukan
mengambil sampel sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya
adalah seluruh anggota populasi, akan lebih cocok digunakan istilah subjek penelitian,
terutama dalam penelitian eksperimental. Dalam survai, sumber data lazim disebut
responden dan dalam penelitian kualitatif disebut informan atau subjek tergantung
pada cara pengambilan datanya. Penjelasan yang akurat tentang karakteristik
populasi penelitian perlu diberikan agar besarnya sampel dan cara pengambilannya
dapat ditentukan secara tepat. Tujuannya adalah agar sampel yang dipilih benar-benar
representatif, dalam arti dapat mencerminkan keadaan populasinya secara cermat.
Kerepresentatifan sampel merupakan kriteria terpenting dalam pemilihan sampel
dalam kaitannya dengan maksud menggeneralisasikan hasil-hasil penelitian sampel
terhadap populasinya. Jika keadaan sampel semakin berbeda dengan kakarteristik
populasinya, maka semakin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasinya.
Jadi, hal-hal yang dibahas dalam bagian Populasi dan Sampel adalah (a) identifikasi
dan batasan-batasan tentang populasi atau subjek penelitian, (b) prosedur dan teknik
pengambilan sampel, serta (c) besarnya sampel.
c. Instrumen penelitian
Pada bagian ini dikemukakan instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel
yang diteliti. Sesudah itu barulah dipaparkan prosedur pengembangan instrumen
pengumpulan data atau pemilihan alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian.
Dengan cara ini akan terlihat apakah instrumen yang digunakan sesuai dengan
variabel yang diukur, paling tidak ditinjau dari segi isinya. Sebuah instrumen yang baik
juag harus memenuhi persyaratan reliabilitas. Dalam tesis, terutama disertasi, harus
ada bagian yang menjelaskan proses validasi instrumen. Apabila instrumen yang
digunakan tidak dibuat sendiri oleh peneliti, tetap ada kewajiban untuk melaporkan
tingkat validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan. Hal lain yang perlu
diungkapkan dalam instrumen penelitian adalah cara pemberian skor atau kode
terhadap masing-masing butir pertanyaan/pernyataan. Untuk alat dan bahan harus
disebutkan secara cermat spesifikasi teknis dari alat yang digunakan dan karakteristik
bahan yang dipakai.
Dalam ilmu eksakta istilah instrumen penelitian kadangkala dipandang kurang tepat
karena belum mencakup keseluruhan hal yang digunakan dalam penelitian. Oleh
karena itu, subbab instrumen penelitian dapat diganti dengan Alat dan Bahan.
d. Pengumpulan Data
Bagian ini menguraikan (a) langkah-langkah yang ditempuh dab teknik yang
digunakan untuk mengumpulkan data, (b) kualifikasi dan jumlah petugas yang terlibat
dalam proses pengumpulan data, serta (c) jadwal waktu pelaksanaan pengumpulan
data. Jika peneliti menggunakan orang lain sebagai pelaksana pengumpulan data,
perlu dijelaskan cara pemilihan serta upaya mempersiapkan mereka untuk
menjalankan tugas. Proses mendapatkan ijin penelitian, menemui pejabat yang
berwenang, dan hal lain yang sejenis tidak perlu dilaporkan, walaupun tidak dapat
dilewatkan dalam proses pelaksanaan penelitian.
e. Analisis Data
Pada bagian ini diuraikan jenis analisis statistik yang digunakan. Dilihat dari
metodenya, ada dua jenis statistik yang dapat dipilih, yaitu statistik deskriptif dan
statistik inferensial. Dalam statistik inferensial terdapat statistik parametrikdan
statistik nonparametrik. Pemilihan jenis analisis data sangat ditentukan oleh jenis data
yang dikumpulkan dengan tetap berorientasi pada tujuan yang hendak dicapai atau
hipotesis yang hendak diuji. Oleh karena itu, yang pokok untuk diperhatikan dalam
analisis data adalah ketepatan teknik analisisnya, bukan kecanggihannya. Beberapa
teknik analisis statistik parametrik memang lebih canggih dan karenanya mampu
memberikan informasi yang lebih akurat jika dibandingkan dengan teknik analisis
sejenis dalam statistik nonparametrik. Penerapan statistik parametrik secara tepat
harus memenuhi beberapa persyaratan (asumsi), sedangkan penerapan statistik
nonparametrik tidak menuntut persyaratan tertentu.
Di samping penjelasan tentang jenis atau teknik analisis data yang digunakan, perlu
juga dijelaskan alasan pemilihannya. Apabila teknik analisis data yang dipilih sudah
cukup dikenal, maka pembahasannya tidak perlu dilakukan secara panjang lebar.
Sebaliknya, jika teknik analisis data yang digunakan tidak sering digunakan (kurang
populer), maka uraian tentang analisis ini perlu diberikan secara lebih rinci. Apabila
dalam analisis ini digunakan komputer perlu disebutkan programnya, misalnya SPSS
for Windows.
(lihat analisis )
10. Landasan
Teori Dalam kegiatan ilmiah, dugaan atau jawaban sementara terhadap suatu
masalah haruslah menggunakan pengetahuan ilmiah (ilmu) sebagai dasar
argumentasi dalam mengkaji persoalan. Hal ini dimaksudkan agar diperoleh jawaban
yang dapat diandalkan. Sebelum mengajukan hipotesis peneliti wajib mengkaji teori-
teori dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan masalah yang diteliti yang
dipaparkan dalam Landasan Teori atau Kajian Pustaka. Untuk tesis dan disertasi, teori
yang dikaji tidak hanya teori yang mendukung, tetapi juga teori yang bertentangan
dengan kerangka berpikir peneliti. Kajian pustaka memuat dua hal pokok, yaitu
deskripsi teoritis tentang objek (variabel) yang diteliti dan kesimpulan tentang kajian
yang antara lain berupa argumentasi atas hipotesis yang telah diajukan Bab I.
Untuk dapat memberikan deskripsi teoritis terhadap variabel yang diteliti, maka
diperlukan adanya kajian teori yang mendalam. Selanjutnya, argumentasi atas
hipotesis yang diajukan menuntut peneliti untuk mengintegrasikan teori yang dipilih
sebagai landasan penelitian dengan hasil kajian mengenai temuan penelitian yang
relevan. Pembahasan terhadap hasil penelitian tidak dilakukan secara terpisah dalam
satu subbab tersendiri. Bahan-bahan kajian pustaka dapat diangkat dari berbagai
sumber seperti jurnal penelitian, disertasi, tesis, skripsi, laporan penelitian, buku teks,
makalah, laporan seminar dan diskusi ilmiah, terbitan-terbitan resmi pemerintah dan
lembaga-lembaga lain. Akan lebih baik jika kajian teoretis dan telaah terhadap
temuan-temuan penelitian didasarkan pada sumber kepustakaan primer, yaitu bahan
pustaka yang isinya bersumber pada temuan penelitian. Sumber kepustakaan
sekunder dapat dipergunakan sebagai penunjang. Untuk disertasi, berdasarkan kajian
pustaka dapatlah diidentifikasi posisi dan peranan penelitian yang sedang dilakukan
dalam konteks permasalahan yang lebih luas serta sumbangan yang mungkin dapat
diberikan kepada perkembangan ilmu pengetahuan terkait. Pada bagian akhir kajian
pustaka dalam tesis dan disertasi perlu ada bagian tersendiri yang berisi penjelasan
tentang pandangan atau kerangka berpikir yang digunakan peneliti berdasarkan teori-
teori yang dikaji. Pemilihan bahan pustaka yang akan dikaji didasarkan pada dua
kriteria, yakni (1) prinsip kemutakhiran (kecuali untuk penelitian historis) dan (2)
prinsip relevansi. Prinsip kemutakhiran penting karena ilmu berkembang dengan
cepat. Sebuah teori yang efektif pada suatu periode mungkin sudah ditinggalkan pada
periode berikutnya. Dengan prinsip kemutakhiran, peneliti dapat berargumentasi
berdasar teori-teori yang pada waktu itu dipandang paling representatif. Hal serupa
berlaku juga terhadap telaah laporan-laporan penelitian. Prinsip relevansi diperlukan
untuk menghasilkan kajian pustaka yang erat kaitannya dengan masalah yang diteliti.
Bahan pustaka yang dimasukkan dalam daftar rujukan harus sudah disebutkan
dalam teks. Artinya, bahan pustaka yang hanya digunakan sebagai bahan bacaan
tetapi tidak dirujuk dalam teks tidak dimasukkan dalam daftar rujukan. Sebaliknya,
semua bahan pustaka yang disebutkan dalam skripsi, tesis, dan disertasi harus
dicantumkan dalam daftar rujukan. Tatacara penulisan daftar rujukan. Unsur yang
ditulis secara berurutan meliputi: 1. nama penulis ditulis dengan urutan: nama akhir,
nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, 2. tahun penerbitan 3. judul,
termasuk subjudul 4. kota tempat penerbitan, dan 5. nama penerbit.