Abkrevisi
Abkrevisi
KATA PENGANTAR
DEPUTI IV BPKP 1
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
Kami menyadari walaupun tim kerja telah berusaha keras untuk menyusun
pedoman ini dengan baik, masih ada kekurangan-kekurangan sehingga kami
mengharapkan adanya saran dan kritik dari para pembaca/pengguna yang
bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan pedoman ini.
Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu menyumbangkan pikiran, tenaga dan aktivitas lainnya untuk
penyelesaian buku ini.
Tim Penyusun
DEPUTI IV BPKP 2
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1 Pendahuluan
1. Latar Belakang
2. Dasar Hukum
3. Tujuan dan Manfaat Pedoman ABK
BAB IV Penutup
DEPUTI IV BPKP 3
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
DEPUTI IV BPKP 4
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
Salah satu aspek yang diukur dalam penilaian kinerja pemerintah daerah
adalah aspek keuangan berupa ABK. Untuk melakukan suatu pengukuran
kinerja perlu ditetapkan indikator-indikator terlebih dahulu antara lain
indikator masukan (input) berupa dana, sumber daya manusia dan metode
kerja. Agar input dapat diinformasikan dengan akurat dalam suatu
anggaran, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kewajarannya. Dalam
menilai kewajaran input dengan keluaran (output) yang dihasilkan, peran
ASB sangat diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran atas beban kerja
dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan.
DEPUTI IV BPKP 5
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
• Bab I. Pendahuluan yang berisi latar belakang adanya ABK, dasar hukum
serta tujuan dan manfaatnya.
• Bab II. Keterkaitan Renstra, ABK, dan SPM yang membahas tentang
Renstra, ABK, SPM dan keterkaitan antara Renstra, ABK dan SPM
• Bab III. Penyusunan ABK yang membahas permasalahan pokok
penyusunan ABK yaitu prinsip prinsip penganggaran, aktivitas utama
dalam penyusunan ABK, peranan legeslatif dalam penganggaran, skedul
perencanaan anggaran daerah, Struktur APBD dan penggunaan ASB
dalam penyusunan ABK.
• Bab IV. Penutup.
2. Dasar Hukum
DEPUTI IV BPKP 6
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 7
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
BAB II
KETERKAITAN RENSTRA, ANGGARAN BERBASIS
KINERJA, DAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL
1) Rencana Stratejik
Untuk menyusun ABK, pemerintah daerah terlebih dahulu harus
mempunyai Renstra. Renstra merupakan kegiatan dalam mencari tahu
dimana organisasi berada saat ini, arahan kemana organisasi harus
menuju, dan bagaimana cara (stratejik) untuk mencapai tujuan itu. Oleh
karenanya, renstra merupakan analisis dan pengambilan keputusan
stratejik tentang masa depan organisasi untuk menempatkan dirinya
(positioning) pada masa yang akan datang.
DEPUTI IV BPKP 8
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
Untuk menjabarkan lebih lanjut dari visi yang telah ditetapkan, maka
pemerintah daerah membuat misi. Misi adalah sesuatu yang harus
dilaksanakan oleh instansi pemerintah sesuai dengan visi yang ditetapkan,
agar tujuan organisasi dapat terlaksana dan berhasil dengan baik.
Tujuan stratejik memuat secara jelas arah mana yang akan dituju atau
diinginkan organisasi, yang merupakan penjabaran lebih lanjut atas misi
yang telah ditetapkan. Dengan ditetapkannya tujuan stratejik, maka dapat
diketahui secara jelas apa yang harus dilaksanakan oleh organisasi dalam
memenuhi visi dan misinya untuk periode satu sampai dengan lima tahun
kedepan.
Sasaran stratejik merupakan penjabaran lebih lanjut dari misi dan tujuan,
yang merupakan bagian integral dalam proses pencapaian kinerja yang
diinginkan. Fokus utama penentuan sasaran ini adalah tindakan dan
alokasi sumber daya organisasi dalam kaitannya dengan pencapaian
kinerja yang diinginkan. Pada masing-masing sasaran tersebut ditetapkan
program kinerjanya yang mendukung pencapaian sasaran tersebut.
DEPUTI IV BPKP 9
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 10
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 11
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 12
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 13
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 14
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
2) Rencana Kinerja
Perencanaan kinerja adalah aktivitas analisis dan pengambilan keputusan
ke depan untuk menetapkan tingkat kinerja yang diinginkan di masa
mendatang. Pada prinsipnya perencanaan kinerja merupakan penetapan
tingkat capaian kinerja yang dinyatakan dengan ukuran kinerja atau
indikator kinerja dalam rangka mencapai sasaran atau target yang telah
ditetapkan.
3) Indikator Kinerja
Bagian penting dalam penyusunan ABK adalah menetapkan ukuran atau
indikator keberhasilan sasaran dari fungsi-fungsi belanja. Oleh karena
aktivitas dan pengeluaran biaya dilaksanakan pada tiap satuan kerja
perangkat daerah, maka kinerja yang dimaksud akan menggambarkan
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan, program, dan
kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi unit
kerja tersebut.
DEPUTI IV BPKP 15
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 16
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
Perencanaan
Jangka Panjang
Umpan Balik Kinerja
Capaian
Kinerja
Laporan
Laporan Kinerja Kinerja Keuangan
(LAKIP) (LPJ Keuangan)
• Masukan (input)
Masukan merupakan sumber daya yang digunakan untuk
memberikan pelayanan pemerintah.
Indikator masukan meliputi biaya personil, biaya operasional,
biaya modal, dan lain-lain yang secara total dituangkan dalam
DEPUTI IV BPKP 17
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
• Keluaran (output)
Produk dari suatu aktivitas/kegiatan yang dihasilkan satuan kerja
perangkat daerah yang bersangkutan disebut keluaran (out put).
Indikator keluaran dapat menjadi landasan untuk menilai
kemajuan suatu kegiatan apabila target kinerjanya (tolok ukur)
dikaitkan dengan sasaran-sasaran kegiatan yang terdefinisi
dengan baik dan terukur. Karenanya, indikator keluaran harus
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi unit organisasi yang
bersangkutan.
Indikator keluaran (ouput) digunakan untuk memonitor seberapa
banyak yang dapat dihasilkan atau disediakan. Indikator tersebut
diidentifikasikan dengan banyaknya satuan hasil, produk-produk,
tindakan-tindakan, dan lain sebagainya.
Contoh-contoh :
- Jumlah izin yang dikeluarkan;
- Jumlah panjang jalan yang diperbaiki;
- Jumlah orang yang dilatih;
- Jumlah kasus yang dikelola;
- Jumlah dokumen yang diproses;
DEPUTI IV BPKP 18
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
• Efisiensi
Ukuran efisiensi biaya berkaitan dengan biaya setiap
kegiatan/aktivitas dan menjadi alat dalam membuat ASB serta
menentukan standar biayanya. Ukuran efisiensi merupakan
fungsi dari biaya satuan (unit cost) yang membutuhkan alat
pembanding dalam mengukurnya.
Mengukur efisiensi dapat dilihat dari dua sisi yaitu biaya yang
dikeluarkan per satuan produk (input ke output) atau produk
yang dihasilkan per satuan sumber daya (output ke input).
Pada sisi pertama menggambarkan biaya per satuan, seperti :
- Biaya per dokumen yang dikeluarkan;
- Biaya per m3 aspal yang dilapis;
- Biaya per surat izin yang dikeluarkan;
- Biaya per karyawan yang dilatih.
DEPUTI IV BPKP 19
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
• Kualitas (Quality)
Ukuran kualitas digunakan untuk menentukan apakah harapan
konsumen sudah dipenuhi. Bentuk harapan tersebut dapat
diklasifikasikan dengan: akurasi, memenuhi aturan yang
ditentukan, ketepatan waktu, dan kenyamanan.
Harapan itu sendiri hasil dari umpan balik lingkungan internal
dan eksternal.
Contoh-contoh:
- Persentase dari pelayanan minimum penyediaan air sesuai
kualitasnya;
- Tingkat kesalahan pembayar pajak dari jumlah restitusi pajak;
- Persentase kemampuan proses mengeluarkan SIM dalam
satu jam.
DEPUTI IV BPKP 20
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
• Hasil (outcome)
Indikator ini menggambarkan hasil nyata dari keluaran
(output) suatu kegiatan. Pengukuran indikator hasil seringkali
rancu dengan pengukuran indikator output. Sebagai contoh
penghitungan “jumlah bibit unggul” yang dihasilkan dari suatu
kegiatan merupakan tolok ukur keluaran (output) namun
penghitungan “besar produksi per ha” merupakan tolok ukur
hasil (outcome).
DEPUTI IV BPKP 21
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 22
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
c. Relevan
Indikator kinerja sebagai alat ukur harus terkait dengan apa yang
diukur dan menggambarkan keadaan subyek yang diukur,
bermanfaat bagi pengambilan keputusan.
d. Tidak Bias
Tidak memberikan kesan atau arti yang menyesatkan.
DEPUTI IV BPKP 23
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 24
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 25
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 26
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
RKPD merupakan penjabaran dari RPJM daerah dan mengacu pada RKP,
memuat rancangan kerangka ekonomi daerah, perioritas pembangunan
daerah, rencana kerja, dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah daerah maupun yang ditempuhdengan
mendorong partisipasi masyarakat.
DEPUTI IV BPKP 27
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 28
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 29
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
pemerintahan daerah. Disamping itu, SPM juga dapat dipakai sebagai alat
daerah.
DEPUTI IV BPKP 30
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 31
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 32
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 33
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
Dalam hal yang berkaitan dengan kinerja anggaran, pemda harus menyusun
anggaran berdasarkan kinerja yang jelas dan terarah yang biasa disebut
dengan ABK.
DEPUTI IV BPKP 34
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
RENSTRA
RENJA
ABK
Untuk menyusun urusan wajib dan urusan lainnya pemerintah daerah harus
memperhatikan pelayanan publik (public services) sesuai keinginan dan
kebutuhan masyarakat. Ada 16 urusan wajib yang menjadi kewenangan
pemerintahan provinsi/kabupaten/kota, (Undang-Undang 32 tahun 2004
pasal 13 (1) dan 14 (1)) yang terdiri dari :
Potensial.
DEPUTI IV BPKP 35
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
Pelayanan pertahanan.
undangan.
Renja sangat erat kaitannya dengan renstra karena renja merupakan rencana
kinerja tahunan untuk mencapai tujuan dan sasaran dalam renstra, namun
demikian renstra juga harus memperhatikan dan menyesuaikan kegiatan dan
targetnya dengan SPM yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
DEPUTI IV BPKP 36
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
BAB III
PENYUSUNAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA
1. Prinsip-Prinsip Penganggaran
1) Transparansi dan akuntabilitas anggaran
APBD harus dapat menyajikan informasi yang jelas mengenai tujuan,
sasaran, hasil, dan manfaat yang diperoleh masyarakat dari suatu
kegiatan atau proyek yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki
hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena
menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan
kebutuhan-kebutuhan hidup masyarakat. Masyarakat juga berhak untuk
menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan
anggaran tersebut.
2) Disiplin anggaran
Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara
rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan, sedangkan
belanja yang dianggarkan pada setiap pos/pasal merupakan batas
tertinggi pengeluaran belanja.
3) Keadilan anggaran
Pemerintah daerah wajib mengalokasikan penggunaan anggarannya
secara adil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa
DEPUTI IV BPKP 37
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 38
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 39
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 40
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 41
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
Perda APBD
DEPUTI IV BPKP 42
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 43
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
5. Struktur APBD
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 dan Draft Standar
Akuntansi Pemerintahan, struktur APBD merupakan satu kesatuan yang
terdiri dari :
1) Anggaran Pendapatan
2) Anggaran Belanja
3) Pembiayaan
4) Tranfer
Selanjutnya Draft Standar Akuntansi Pemerintahan telah menyusun bentuk
Laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (LRA) yang
membandingkan antara anggaran dan realisasi APBD dengan rincian
sebagai berikut :
• PENDAPATAN
- Pendapatan Asli Daerah
• Pendapatan Pajak Daerah
• Pendapatan Retribusi Daerah
• Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya
• Pendapatan Asli Daerah Lainnya
- Pendapatan Transfer
• Transfer Pemerintah Pusat - Dana perimbangan
o Dana Alokasi Umum
o Dana Alokasi Khusus
o Dana Bagi Hasil Pajak
o Dana Bagi Hasil Bukan Pajak
DEPUTI IV BPKP 44
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
• BELANJA
- Belanja Operasi
• Belanja Pegawai
• Belanja Barang dan Jasa
• Bunga
• Subsidi
• Bantuan Sosial
• Hibah
- Belanja Modal
• Belanja Tanah
• Belanja Peralatan dan Mesin
• Belanja Gedung dan Bangunan
• Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan
• Belanja Aset Tetap Lainnya
• Belanja Aset Lainnya
- Belanja Tak Tersangka
DEPUTI IV BPKP 45
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
• TRANSFER
- Transfer/Bagi Hasil Pendapatan ke Kabupaten/Kota atau Desa
• Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota/Desa
• Bagi Hasil Retribusi ke Desa
• Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota/Desa
• PEMBIAYAAN
- Penerimaan Pembiayaan
• Penggunaan SiLPA
• Penjualan Aset Daerah yang Dipisahkan
• Penjualan Investasi Lainnya
• Pinjaman dari Pemerintah Pusat
• Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya
• Pinjaman dari Perusahaan Negara/Daerah
• Pinjaman dari Bank/Lembaga Keuangan
• Pinjaman Dalam Negeri Lainnya
• Pinjaman Luar Negeri
• Pencairan Dana Cadangan
- Pengeluaran Pembiayaan
• Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Pemerintah Pusat
• Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Pemerintah Daerah
Otonom Lainnya
• Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Perusahaan
Negara/Daerah
• Pembayaran Pokok Pinjaman kepada Bank/Lembaga
Keuangan
• Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri Lainnya
• Pembayaran Pokok Pinjaman Luar Negeri
• Penyertaan Modal Pemerintah
• Pemberian Pinjaman Jangka Panjang
• Pembentukan Dana Cadangan
DEPUTI IV BPKP 46
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
Klasifikasi belanja seperti yang telah dirinci di atas adalah menurut jenis
belanja, sedangkan klasifikasi menurut organisasi disesuaikan dengan
susunan perangkat daerah/lembaga teknis daerah. Klasifikasi fungsi
diuraikan dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 pasal 16
(4) antara lain sebagai berikut :
1) Pelayanan Umum
2) Ketertiban dan Keamanan
3) Ekonomi
4) Lingkungan Hidup
5) Perumahan dan Fasilitas Umum
6) Kesehatan
7) Pariwisata dan Budaya
8) Pendidikan
9) Perlindungan Sosial
Salah satu hal yang harus dipertimbangkan dalam penetapan belanja daerah
sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undangan Nomor 32 Tahun 2004
pasal 167 (3) adalah ASB. Alokasi belanja ke dalam aktivitas untuk
menghasilkan output seringkali tanpa alasan dan justifikasi yang kuat. ASB
mendorong penetapan biaya dan pengalokasian anggaran kepada setiap
aktivitas unit kerja menjadi lebih logis dan mendorong dicapainya efisiensi
secara terus-menerus karena adanya pembandingan (benchmarking) biaya
DEPUTI IV BPKP 47
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
per unit setiap output dan diperoleh praktek-praktek terbaik (best practices)
dalam desain aktivitas.
Dalam rangka penyusunan analisis biaya diperlukan prosedur-prosedur yang
dapat menjawab pertanyaan berikut :
− Berapa yang harus dibebankan pada suatu pelayanan sehingga dapat
menutupi semua biaya yang dikeluarkan untuk menyediakan pelayanan
tersebut?
− Apakah lebih efektif jika kita mengontrakkan pelayanan kepada pihak luar
daripada melaksanakannya sendiri?
− Jika kita meningkatkan/menurunkan volume pelayanan, apa pengaruhnya
pada biaya yang akan kita keluarkan? Biaya apa yang akan berubah dan
berapa banyak perubahannya?
− Biaya pelayanan apa yang harus dibayar tahun ini bila dibanding dengan
tahun selanjutnya?
DEPUTI IV BPKP 48
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 49
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 50
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 51
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 52
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 53
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
- Dapatkan biaya historis, nilai buku dan unit pakai dari aset tetap
yang berhubungan dengan sub aktivitas tersebut.
- Dapatkan biaya modal atas aset tetap dari investasi yang
pendanaannya melalui pinjaman
- Dapatkan nilai beban (input) atas biaya gratis yang merupakan
output dari unit kerja lain dan nilai alokasi beban output dari output
unit kerja tersebut yang digunakan oleh unit kerja lain.
- Jumlahkan seluruh biaya untuk menentukan biaya output
keseluruhan (implisit cost dan exsplisit cost).
Enam langkah tersebut diatas tidak seluruhnya dapat diterapkan dan dapat
disesuai dengan kondisi pemerintah daerah yang ada.
• Belanja Langsung
• Belanja Tidak Langsung
TOTAL BELANJA =
BELANJA LANGSUNG + BELANJA TIDAK LANGSUNG
DEPUTI IV BPKP 54
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 56
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 57
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
RPJM DAERAH
(RENSTRADA)
RENSTRA SKPD
- Visi - Kebijakan
- Misi - Program
- Tujuan - Kegiatan
RKP
- Prioritas RKPD
Pembangunan - Ranc. KED
- Rancangan KEM : - Prioritas RENJA SKPD INDIKATOR
- Kebijakan Program
• arah kebijakan Pemb. Daerah
- Program Kegiatan
fiskal - Rencana Kerja
• progam K/L & dan - Kegiatan Output Outcome Benefit Impact
kewilayahan Pendanaan
(dlm KR & KP
indikatif) INPUT
Analisis Standar Belanja SDM
Belanja Langsung - Barang
Perj. Dinas - Jasa/Pelayanan
Belanja Tidak Peralatan
Langsung Bahan
- Non Investasi
DEPUTI IV BPKP 58
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 59
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
BAB IV
PENUTUP
DEPUTI IV BPKP 60
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DEPUTI IV BPKP 61
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
DAFTAR PUSTAKA
DEPUTI IV BPKP 62
Pedoman Penyusunan APBD Berbasis Kinerja (Revisi)
TIM PENYUSUN
Pengarah :
Penyusun :
DEPUTI IV BPKP 63