Anda di halaman 1dari 2

Meski proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ditahun 2011 diyakini kokoh, inflasi

terjaga dan pertumbuhan ekonomi mampu mencapai 6,5%. Hal ini tidak terlalu
berdampak signifikan pada perusahaan yang bakal listing di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Pasalnya, perusahaan yang akan IPO pada tahun depan hanya ditargetkan 25 emiten atau
sama dengan 2010.

Dirut Bursa Efek Indonesia (BEI) Ito Warsito mengatakan, target initial public offering
(IPO) tahun depan sangat konservatif atau sama dibandingkan tahun ini. Bahkan target 25
emiten tahun 2010 hanya bisa terealisasi 23 emiten dengan alasan banyak yang tertunda
IPO dan dilakukan pada 2011.

“Awalnya target BEI 25 emiten tercatat di bursa. Ada beberapa IPO yang terpaksa
diundur sehingga 23 emiten. Ke-23 emiten ini menjadi salah satu rekor dalam satu
tahun,” ujar Ito di Jakarta, Rabu (29/12).

Hingga 28 Des. 2010, nilai penjaminan emisi penawaran umum saham perdana mencapai
Rp29,63 triliun atau meningkat lebih dari 7 kali lipat dibandingkan tahun lalu, Rp 3,85
triliun.Total emiten baru BEI tahun ini mencapai 23 perusahaan. Sekitar 10 emiten
mencatatkan nilai IPO di atas Rp 1 triliun. Bandingkan dengan raihan tahun lalu yang
hanya 13 emiten.

Tercatat nilai emisi saham perdana terbesar adalah milik PT Indofood CBP Sukses
Makmur Tbk (ICBP), sebesar Rp 6,291 triliun. Selanjutnya di posisi kedua dan ketiga
milik PT Borneo Lumbung Energi dan Metal Tbk (BORN) serta PT Krakatau Steel Tbk
(KRAS). Nilai IPO saham perdana Borneo mencapai Rp 5,174 triliun dan KS Rp 2,681
triliun.

Sementara pendatang baru PT Multifiling Mitra Indonesia Tbk (MFMI) mencatatkan


saham perdana Rabu, Kemarin di BEI. MFMI menjadi emiten ke-23 yang mencatatkan
saham perdana di BEI. Perseroan melepas 257.580.000 saham ke publik dengan harga
penawaran Rp200 per saham. Perseroan meraih dana sekitar Rp51,51 miliar.

Pada perdagangan perdananya di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham PT Multifiling


Mitra Indonesia Tbk (MFMI) dibuka naik 70 poin atau 35% ke level Rp370.

Harga saham ini terus menunjukkan kenaikan dan pada pukul 09.35 WIB, harga saham
MFMI sudah naik 70% atau 140 poin ke level Rp340. Volume perdagangan sebanyak
9.439 saham dengan nilai transaksi sebesar Rp1,48 miliar saham untuk 224 kali transaksi.
Saham ini masuk autoreject yaitu 70% atau 2×35% sejak hari pertama listing.

Sebelumnya, BEI belum akan merevisi target 25 emiten yang akan tercatat di bursa pada
2010 dengan pertimbangan akan ada beberapa calon emiten yang akan mencatatkan
saham perdananya pada semester kedua 2010, namun target tersebut meleset

Bursa Efek Indonesia pun mengakui jumlah emiten atau perusahaan terbuka yang
mencatatkan sahamnya di BEI masih sangat minim. Tingkat penambahan emiten di
Indonesia juga kalah jauh dibanding negara-negara lain di kawasan Asia, meski
sebenarnya kinerja pasar modal Indonesia sangat prospektif.

Tercatat, jumlah emiten di Indonesia memang tergolong minim dibanding bursa lain di
kawasan Asia. Hanya ada sekitar 415 emiten di lantai bursa sejak pasar modal Indonesia
aktif kembali 33 tahun silam. Padahal, China yang pasar modalnya baru aktif 20 tahun
lalu mempunyai ribuan emiten.

Meskipun pencatatan saham di bursa efek sifatnya sukarela. BEI hanya melakukan
sosialisasi dan edukasi. Sebenarnya banyak perusahaan bagus di Indonesia, tapi mereka
tampaknya masih enggan melepas sahamnya ke publik luas. Untuk menambah jumlah
emiten, BEI mengincar tiga segmen perusahaan. Perusahaan-perusahaan itulah yang akan
dijadikan sasaran untuk sosialisasi dan edukasi.

Segmen pertama adalah Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Saat ini baru ada 18
BUMN yang go public dari total 140 BUMN yang ada. Segmen kedua adalah
perusahaan-perusahaan yang mengelola kekayaan sumberdaya alam Indonesia.
Perusahaan di segmen ini adalah perusahaan raksasa yang membutuhkan modal besar
untuk terus berekspansi.

Ketiga adalah debitur-debitur besar perbankan. Kita dorong mereka untuk berani go
public agar tingkat transparansinya menjadi lebih tinggi. bani

Anda mungkin juga menyukai