Anda di halaman 1dari 3

‫بسم اهلل الرحمن الرحيم‬

EMPAT KAEDAH
UNTUK MEMAHAMI SYIRIK
Karya Syaikh Muhammad bin Sulaiman At-Tamimi (1115 H – 1205 H)

Aku memohon kepada Allah Al-Karim, Pemilik ‘arys yang agung semoga selalu menolongmu
di dunia dan akhirat. Dan semoga Allah menjadikanmu sebagai orang yang diberkahi dimana saja
engkau berada, menjadikanmu sebagai hamba yang bersyukur jika diberi, bersabar jika diuji, dan
beristighfar jika berbuat dosa. Sesungguhnya tiga sifat ini merupakan tanda kebahagiaan.
Ketahuilah, semoga Allah memimbingmu untuk mentaatiNya, sesungguhnya al-hanifiyah –
agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam- adalah engkau beribadah kepada Allah dengan memurnikan
agama/ketaatan kepadaNya, sebagaimana Allah berfirman:
      
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Adz-
Dzariyat/51: 56)

Jika telah engkau mengetahui, bahwa Allah menciptakanmu untuk beribadah kepadaNya, maka
ketahuilah bahwa ibadah tidak dinamakan ibadah kecuali bersama tauhid. Sebagaimana sholat tidak
disebut sholat kecuali bersama thoharoh (bersuci). Jika syirik telah masuk di dalam ibadah, maka
ibadah rusak, seperti jika hadats memasuki thoharoh. Jika engkau telah mengetahui bahwa jika syirik
mencampuri ibadah, ia akan merusakkannya, dan menggugurkan amal, sehingga pelakunya termasuk
orang-orang yang kekal di dalam neraka, maka engkau mengetahui bahwa kewajibanmu yang paling
penting adalah mengetahui tentang syirik. Semoga Allah membebaskanmu dari jerat ini, yaitu syirik
kepada Allah. Allah telah berfirman (tentang bahaya syirik):
             
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa’/4: 48)

Untuk mengetahui syirik adalah dengan mengetahui empat kaedah yang Allah sebutkan di
dalam kitabNya:

KAEDAH PERTAMA:
Engkau mengetahui bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh Rasulullah -sholallohu ‘alaihi
was salam- mengakui Allah sebagai Al-Kholiq (Sang Pencipta) Al-Mudabbir (Sang Pengatur), namun
hal itu tidak memasukkan mereka ke dalam agama Islam. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
             
             
 
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang
mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?"
Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mengapa kamu tidak bertakwa (kepada-
Nya)?" (QS. Yunus/10: 31)

KAEDAH KEDUA:
Bahwa orang-orang musyrik jahiliyah berkata, “Kami tidak berdoa dan menghadapkan diri
kepada tuhan-tuhan kami, kecuali untuk mencari kedekatan dan perantara (kepada Allah)”. Dalil
untuk mencari kedekatan adalah firman Allah Ta’ala:
            
                 
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat- dekatnya". Sesungguhnya
Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya
Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat kafir ( ingkar). (QS. Az-Zumar/39: 3)

Dalil sebagai perantara (kepada Allah) adalah firman Allah Ta’ala:


              
Dan mereka menyembah selain Allah apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada
mereka dan tidak (pula) kemanfaatan, dan mereka berkata: "Mereka itu adalah pemberi syafa'at
kepada Kami di sisi Allah". (QS. Yunus/10: 18)

1
Syafa’at (perantara) itu ada dua: syafa’at manfiyah (yang ditiadakan) dan syafa’at mutsbatah
(yang ditetapkan).
Syafa’at yang ditiadakan adalah syafa’at yang diminta dari selain Allah, dan yang mampu
memberi hanyalah Allah. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
              
       
Hai orang-orang yang beriman, belanjakanlah (di jalan Allah) sebagian dari rezki yang telah Kami
berikan kepadamu sebelum datang hari yang pada hari itu tidak ada lagi jual beli dan tidak ada lagi
syafa'at [160] dan orang-orang kafir itulah orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah/2: 254)

[160] Syafa'at adalah: usaha perantaraan dalam memberikan sesuatu manfaat bagi orang lain atau
mengelakkan sesuatu mudharat bagi orang lain. Syafa'at yang tidak diterima di sisi Allah adalah
syafa'at bagi orang-orang kafir.
Sedang syafa’at yang ditetapkan adalah yang diminta dari Allah, dan pemohon syafa’at
adalah orang yang dimuliakan untuk memohonkan syafa’at, sedangkan orang yang dimohonkan
syafa’at adalah orang yang perkataannya dan perbuatannya diridhoi oleh Allah, dan hal itu setelah
diidzinkan oleh Allah, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
      
Siapakah yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya? (QS. Al-Baqarah/2: 255)

KAEDAH KETIGA:
Bahwa Nabi Muhammad - sholallohu ‘alaihi was salam- diutus oleh Allah kepada manusia
yang berpecah-belah di dalam peribadahan mereka. Di antara mereka ada yang menyembah malaikat,
di antara mereka ada yang menyembah para Nabi dan orang-orang sholih, di antara mereka ada yang
menyembah batu dan pohon, di antara mereka ada yang menyembah matahari dan bulan. Rasulullah -
sholallohu ‘alaihi was salam- memerangi mereka semua dan tidak membeda-bedakan di antara mereka.
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
        
Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-
mata untuk Allah. (QS. Al-Baqarah/2: 193)

Dalil sebagian mereka menyembah matahari dan bulan adalah firman Allah Ta’ala:
           
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. janganlah
sembah matahari maupun bulan! (QS. Fushilat/41: 37)

Dalil sebagian mereka menyembah malaikat adalah firman Allah Ta’ala:


       
Dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan Malaikat dan Para Nabi sebagai tuhan. (QS.
Ali Imraan/3: 80)

Dalil sebagian mereka menyembah para Nabi adalah firman Allah Ta’ala:
              
                  
              
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada
manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha suci
Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui
apa yang ada pada diri Mu. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara-perkara yang ghaib".
(QS. Al-Maidah/5: 116)

Dalil di antara mereka menyembah orang-orang sholih adalah firman Allah Ta’ala:
         
   
Orang-orang yang mereka seru itu, mereka sendiri mencari jalan kepada Tuhan mereka, [857] siapa
di antara mereka yang lebih dekat (kepada Allah); dan mengharapkan rahmat-Nya serta takut
terhadap azab-Nya. (QS. Al-Isra’/17: 57)

[857] Maksudnya: Nabi Isa a.s., Para Malaikat dan 'Uzair yang mereka sembah itu menyeru dan
mencari jalan mendekatkan diri kepada Allah.

2
Dan dalil sebagian mereka menyembah batu dan pohon adalah firman Allah Ta’ala:
       
Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) mengaggap Al Lata dan Al Uzza, dan Manah
yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah)? (QS. An-Najm/53: 19-20)

Dan hadits Abu Waqid Al-Laitsi:


ِ ٍِ ِ ِ ِ َ ‫َن رس‬ ِ ٍِ
‫ات‬
ُ َ‫ال ل ََها ذ‬# ُ #‫ين ُي َق‬ َ ‫ ِرك‬#‫ْم ْش‬ ُ ‫ َج َرة لل‬#‫ر ب َش‬#َّ #‫ر َج إِلَى ُحَن ْي ٍن َم‬#َ #‫لَّ َم ل ََّما َخ‬#‫ه َو َس‬##‫صلَّى اللَّهُ َعلَْي‬
َ ‫ول اللَّه‬ ُ َ َّ ‫َع ْن أَبِي َواقد اللَّْيث ِّي أ‬
ٍ ‫و‬##‫ات أَْن‬ ٍ ِ َ # ‫الُوا يا رس‬##‫لِحَتهم َف َق‬# ‫و َن َعلَيها أَس‬##‫اط يعلِّ ُق‬ ٍ
‫لَّى‬#‫ص‬ َ ‫ال النَّبِ ُّي‬# #َ #‫اط َف َق‬ َ ُ ‫واط َك َما ل َُه ْم َذ‬#َ #‫ات أَْن‬ َ ‫ل لَنَا َذ‬# ْ ‫ول اللَّه‬
ْ #‫اج َع‬ َُ َ ْ ُ َ ْ َْ َ ُ ‫و‬#َ #‫أَْن‬
َ‫نَّة‬#‫ر َكبُ َّن ُس‬#ْ ‫د ِه لََت‬#ِ َ‫ي بِي‬#‫ ةٌ َوالَّ ِذي َن ْف ِس‬#‫ل لَنَا إِل ًَها َك َما ل َُه ْم آلِ َه‬#
ْ ‫اج َع‬
ْ ‫ى‬#‫و ُم ُمو َس‬#ْ ‫ال َق‬# َ َ‫ َذا َك َما ق‬#‫ ْب َحا َن اللَّ ِه َه‬#‫اللَّهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ُس‬
‫م‬#ْ ‫َم ْن َكا َن َق ْبلَ ُك‬
Dari Abu Waqid Al-Laitsi, bahwa ketika Rosululloh -sholallohu ‘alaihi was salam- keluar menuju
Hunain, beliau melewati sebuah pohon milik orang-orang musyrik, pohon itu dinamakan Dzatu
Anwaath. Mereka biasa menggatungkan senjata-senjata mereka di atas pohon itu. Kemudian sebagian
orang-orang Islam (yang baru masuk Islam-pen) mengatakan; “Wahai Rosululloh, buatkanlah Dzatu
Anwaath untuk kami, sebagaimana mereka memiliki Dzatu Anwaath”. Maka Nabi -sholallohu ‘alaihi
was salam- bersabda: “Subhanalloh, ini seperti yang telah dikatakan oleh kaum Musa: “Buatkanlah
sesembahan untuk kami, sebagaimana mereka memiliki sesembahan-sesembahan. Demi (Alloh) Yang
jiwaku ditanganNya, kamu benar-benar akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kamu”. (HR.
Tirmidzi, no: 2180)

KAEDAH KEEMPAT:
Bahwa orang-orang musyrik di zaman kita ini lebih parah kemusyrikannya daripada orang-
orang musyrik awal (zaman jahiliyah). Karena orang-orang musyrik awal menyekutukan Allah pada
waktu sejahtera/lapang, namun mereka memurnikan doa (hanya kepada Allah) pada waktu
susah/sempit. Namun orang-orang musyrik di zaman kita ini kemusyrikannya terus menerus, pada
waktu sejahtera/lapang dan susah/sempit. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:
             
  
Maka apabila mereka naik kapal, mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-
Nya; Namun tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai ke darat, tiba-tiba mereka (kembali)
mempersekutukan (Allah) (QS. Al-‘Ankabut/29: 65)

Anda mungkin juga menyukai