Anda di halaman 1dari 8

Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi

BAB V.
PROFIL KELAPA SAWIT

1. SEJARAH

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guinensis Jack) berasal dari Nigeria, Afrika
Barat. Meskipun demikian, ada yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal
dari Amerika Selatan yaitu Brazil karena lebih banyak ditemukan spesies kelapa
sawit di hutan Brazil dibandingkan dengan Afrika.
Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah kolonial
Belanda tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa
dari Mauritus dan Amesterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tahun 1878
kelapa sawit mulai dikembangkan di Bogor sebagai tanaman hias. Tahun 1884
mulai ditanam disekitar perkebunan tembakau Deli sebagai tanaman hias pula.
Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial
tahun 1911.
Perintis perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang
Belgia. Budidaya yang dilakukan diikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya
perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu perkebunan kelapa sawit di
Indonesia mulai berkembang.
Kebun kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera (Deli) dan
Aceh. Luas arealnya mencapai 5.123 ha. Indonesia pertama kali mengekspor
minyak sawit tahun 1919 sebesar 576 ton ke negara-negara eropa, kemudian
tahun 1923 mengekspor minyak Inti sawit sebesar 850 ton.
Pada masa pendudukan Belanda, perkebunan kelapa sawit mengalami
perkembangan yang cukup besar. Indonesia menggeser dominasi ekspor negara
Afrika pada waktu itu. Hasil perolehan ekspor minyak sawit hanya meningkatkan
perekonomian negara asing termasuk Belanda.
Memasuki pendudukan Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami
kemunduran. Lahan menyusutan 16 % dari totol luas lahan yang ada, produksi
minyak sawit hanya mencapai 56.000 ton tahun 1948 - 1949. Padahal tahun 1940
Indonesia sudah sanggup mengekspor 250.000 ton minyak sawit.

Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 28


Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi

Tahun 1957, pemerintah mengambil alih perkebunan dengan alasan politik


dan keamanan. Perubahan manajemen dalam perkebunan dan kondisi sosial
politik serta keamanan dalam negeri yang tidak kondusif, menyebabkan produksi
mengalami penurunan. Pada periode itu, posisi Indonesia sebagai pemasok
minyak sawit dunia tergeser oleh malaysia.
Masa pemerintah ORBA, pembangunan perkebunan terus diarahkan dan
terus mendorong pembukan lahan baru untuk perkebunan. Sejak saat itu lahan
perkebunan kelapa sawit Indonesia berkembang pesat terutama perkebunan
rakyat. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 9. Perkembangan Luas areal dan produksi minyak kelapa
sawit di Indonesia

Tahun Luas Areal (juta Ha) Produksi (juta ton)


- s/d 2000 3.046 7.000
2001 3.152 8.300
2002 3.500 9.300
2003 3.800 10.500
2004 4.100 12.200
2005 4.800 13.600
2006* 5.345 14.750
* = Estimasi (prakiraan) Sumber : Majalah GAPKI (Ulang tahun ke 25) 2005

2. BOTANI KELAPA SAWIT


2.1. Klasifikasi Kelapa Sawit
Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin tahun 1763 berdasarkan
pengamatannya terhadap kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan
Hindia Barat Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak, sedangkan
kata quineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit
berasal dari Guinea (Afrika).
Dikenal banyak jenis varietas kelapa sawit. Varietas tersebut dibedakan
berdasarkan morfologinya menurut tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang dan
warna buah.

Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 29


Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi

Taksonomi kelapa sawit adalah sebagai berikut :


Divisi : Tracheophyta
Kelas (Class) : Angiospermae
Anak kelas (sub class) : Monocotyledonea
Bangsa (ordo) : Spadiciflorae (Arecales)
Suku (familia) : Palmae (Arecaceae)
Marga (genus) : Elaeis
Jenis (spesies) : Elaeis guineensis Jacq

Spesies lain dari genus Elaeis adalah E. melanococca yang dikenal sebagai
kelapa sawit Amerika Latin. Beberapa varietas unggul yang ditanam adalah :
Dura, Pisifera dan Tenera.

Morfologi kelapa sawit adalah sebagai berikut:


1. Akar
Tanaman kelapa sawit memiliki jenis akar serabut. Akar utama akan
membentuk akar sekunder, tertier dan kuartener.

2. Batang
Batang kelapa sawit berbentuk silinder dengan diameter sekitar 20 - 75 cm.
Tinggi batang bertambah sekitar 45 cm per tahun. Dalam kondisi lingkungan
yang sesuai pertambahan tinggi dapat mencapai 100 cm per tahun.

3. Daun
Susunan daun kelapa sawit membentuk susunan daun majemuk. Susunan ini
menyerupai susunan daun pada tanaman kelapa. Panjang pelepah daun
sekitar 7,5 - 9 m. Jumlah anak daun pada setiap pelepah berkisar antara 250 -
400 helai. Produksi pelepah daun selama satu tahun mencapai 20 - 30
pelepah.

4. Bunga
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu. Rangkaian bunga
jantan terpisah dengan rangkaian bunga betina. Umumnya tanaman kelapa
sawit melakukan penyerbukan silang.

Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 30


Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi

5. Buah
Buah terkumpul di dalam tandan. Dalam satu tandan terdapat sekitar 1.600
buah. Tanaman normal akan menghasilkan 20 - 22 tandan per tahun. Jumlah
tandan buah pada tanaman tua sekitar 12 - 14 tandan per tahun. Berat setiap
tandan sekitar 25 - 35 kg.

Secara anatomi buah kelapa sawit tersusun dari:


Pericarp atau daging buah terdiri dari :
 Exokarp, yaitu kulit luar buah yang keras dan licin.
 Mesokarp, yaitu bagian daging buah yang berserabut.
 Mesokarp merupakan bagian yang mengandung minyak dengan
rendemen paling tinggi.
Biji yang tersusun dari :
 Endokarp (tempurung) yang merupakan lapisan keras dan berwarna
hitam.
 Endosperm (kernel) yang berwarna putih.
 Kernel akan menghasilkan minyak inti atau palm kernel oil.

2.2. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit


Pertumbuhan dan produksi kelapa sawit dipengaruhi oleh banyak faktor, baik
dari luar maupun dari tanaman itu sendiri. Pada dasarnya faktor tersebut
dibedakan menjadi faktor lingkungan, genetis dan teknis-agronomis.

2.2.1. Iklim
Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi kelapa
sawit. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah pada
ketinggian 0 - 500 dpl. Beberapa unsur iklim yang penting dan saling
mempengaruhi adalah :
 Curah Hujan

Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 31


Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi

Curah hujan optimum yang diperlukan kelapa sawit rata-rata 2000 - 2500
mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun tanpa bulan kering yang
berkepanjangan. Curah hujan yang merata dapat menurunkan penguapan dari
tanah dan tanaman kelapa sawit. Namun yang terpenting adalah tidak terjadi
defisit air sebesar 250 mm.
 Penyinaran Sinar Matahari
Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu
pembentukan bunga dan buah.
Untuk itu, intensitas, kualitas dan lama penyinaran amat berpengaruh. Lama
penyinaran optimum yang diperlukan 5-7 jam/hari.
 Suhu dan Tinggi Tempat
Untuk dapat tumbuh dengan baik, kelapa sawit memerlukan suhu yang
optimum antara 24 - 28o C. Meskipun demikian, kelapa sawit masih bisa tumbuh
pada suhu terendah 8o C dan tertinggi 32o C.
Makin lama penyinaran atau makin rendah suatu tempat, makin tinggi
suhunya. Suhu berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan
buah. Tanaman kelapa sawit yang ditanam lebih dari ketinggian 500 m dpl akan
terlambat berbunga satu tahun jika dibandingkan dengan yang ditanam di dataran
rendah.
 Kelembaban Udara dan Angin
Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80 %.
Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan.
Angin yang kering menyebabkan penguapan lebih besar, mengurangi
kelembaban dan dalam waktu lama mengakibatkan kelayuan. Berdasarkan
faktor iklim, kemampuan lahan digolongkan menjadi 4 kelas :
Tabel 11. Kriteria kelas lahan untuk kelapa sawit berdasarkan iklim

Uraian S1 S2 S3 N1
Curah hujan (mm) 2000-2500 1800-2000 1500-1800 <<1500
Defisit air (mm) 0-150 150-250 250-400 >>400
Temeperatur (0C) 22-26 22-26 22-26 22-26
Penyinaran (jam) 6 6 6 <<6
Kelembaban (%) 80 80 80 80
Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 32
Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi

Angin Sedang Sedang Sedang Kencang


Bulan Kering 0 0-1 2-3 >>3
Sumber : PPKS, 1994

2.2.2. Tanah
Kelapa sawit dapat tumbuh diberbagai jenis tanah, seperti podsolik, latasol,
hidromorfik kelabu, alluvial dan regasol. Namun kemampuan produksi pada jenis
tanah tersebut tidak sama. Ada dua sifat tanah sebagai media tumbuh :

 Sifat Fisik Tanah


Beberapa hal yang menentukan sifat tanah adalah tekstur, struktur,
konsistensi, kemiringan tanah, permeabilitas, ketebalan lapisan tanah dan
kedalaam permukaan air tanah. Beberapa kesesuaian sifat fisik tanah untuk
kelapa sawit antara lain :
 Mempunyai solum yang tebal sekitar 80 cm. Walaupun kenyataan
bahwa penyebaran akar kelapa sawit yang terbanyak dijumpai sampai
kedalaman 60 cm, namun ujung akar masih mencapai kedalaman 90 cm atau
lebih, sehingga dibutuhkan untuk perkembangan akar yang baik.
 Tanpa lapisan padas dan bertekstur tanah ringan dengan kandungan
pasir 20-60 %, debu 10-40 % dan liat 20-50%.
 Perkembangan struktur yang kuat, konsistensi gembur sampai agak
teguh dengan permeabilitas yang sedang sampai baik.
 Permukaan air harus berada di bawah 80 cm dan semakin dalam
semakin baik.
 Tanah yang kurang cocok adalah tanah pantai berpasir dan tanah
gambut tebal.

Topografi yang cukup baik untuk kelapa sawit adalah kemiringan 0 - 15o. Hal
ini memudahkan pengangkutan buah dari areal ke pabrik. Areal dengan
kemiringan >> 15o masih mungkin ditanami, tetapi perlu dibuat teras, karena
akan menyulitkan panen serta pengangkutan hasil.

Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 33


Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi

 Sifat Kimia Tanah


Sifat kimia tanah mempunyai arti penting dalam menentukan dosis
pemupukan dan kelas kesuburan lahan. Kelapa sawit tidak memerlukan tanah
dengan sifat kimia yang istimewa sebab kekurangan salah satu unsur hara dapat
diatasi dengan pemupukan.
Tanah yang mengandung unsur hara dalam jumlah besar sangat baik untuk
pertumbuhan, sedangkan keasaman tanah akan menentukan ketersediaan dan
keseimbangan unsur-unsur hara dalam tanah.
Beberapa sifat kimia tanah yang dipakai sebagai pedoman untuk tanaman
kelapa sawit adalah :
ж Keasaman tanah (pH 4 - 6,5, sedangkan pH optimumnya 5 - 5,5). Tanah yang
memiliki pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, tetapi membutuhkan
biaya yang besar terutama pada daerah pasang surut dan bergambut.
ж C/N mendekati 10 dimana kandungan C ± 1 % dan N ± 0,1 %.
ж Kapasitas tukar Kation (K+) 0,15 - 0,2 me/100 gram, sedangkan angka
dibawahnya diduga kekurangan akan K
ж Perbandingan kapasitas tukar Mg++ dan K+ yang masih berada dalam batas
normal dalam mengatur antagonisme antara K dan Mg.

Berdasarkan faktor iklim tersebut, kelas kemampuan lahan digolongkan


menjadi 4 kelas. Lebih lengkapnya sebagai berikut :

Tabel 12. Kriteria kelas lahan untuk kelapa sawit berdasarkan letak dan
tinggi tempat, bentuk wilayah dan tanah

Uraian S1 S2 S3 N1
1. Letak & tinggi t4 0-400 0-400 0-400 0-400
2. Bentuk Wilayah
Topografi Datar Ombak- Berbukit Curam
berombak gelombang
Lereng 0-15 16-25 25-36 0-15
Genangan/banjir Tidak ada Tidak ada Tidak ada Sedikit
Drainase Baik Sedang Agak Terhambat
Terhambat
3. Tanah

Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 34


Politeknik Kelapa Sawit Citra Widya Edukasi

Kedalaman >> 80 80 60-80 << 60


Bahan Organik (cm) 5-10 5-10 5-10 << 5
Tekstur Lempung-lemp Liat berpasir- Pasir-berlemp Liat berat,
liat berpasir liat debu pasir

Batuan Penghambat (%) <3 3-15 15-40 >>40


Kedalaman air tanah (cm) >>80 60-80 50-60 40-50
Ph 5-6 4,5-5 4-4,5 & 6,5-7 <4 & >7
Sumber : PPKS, 1994

Pengantar Ilmu Perkebunan Kelapa Sawit 35

Anda mungkin juga menyukai