PENDAHULUAN
1
Cianjur (ngaos, mamaos dan maenpo). Melalui uraian unsur budaya Cianjur,
kita bisa melihat persamaan juga perbedaan budaya Sunda daerah Cianjur
dengan budaya Sunda pada umumnya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana penerapan unsur-unsur kebudayaan pada Kebudayaan Cianjur ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memenuhi tugas mata kuliah pendidikan kewiraan pada Program Studi
Pendidikan Matematika Universitas Suryakancana Cianjur.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis unsur bahasa pada kebudayaan
Cianjur.
3. Untuk mengetahui dan menganalisis unsur sistem pengetahuan pada
kebudayaan Cianjur.
4. Untuk mengetahui dan menganalisis unsur sistem religi pada kebudayaan
Cianjur.
5. Untuk mengetahui dan menganalisis unsur kesenian pada kebudayaan
Cianjur.
2
BAB II
KERANGKA TEORITIS
C. Pengertian Kebudayaan
1. Secara Etimologis
Kebudayaan berasal dari bahasa sansekerta yaitu ‘budayyah’ yang
merupakan jamak dari kata budhi yang artinya akal. Kebudayaan diartikan
sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal.
3
2. Secara Konseptual
1. Edward B. Taylor
Kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang
didalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat
oleh seseorang sebagai anggota masyarakat.
2. Koentjaraningrat
Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
3. Ki Hajar Dewantara
Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan
manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang
merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai
rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat
tertib dan damai.
3. Secara Operasional
Kebudayaan adalah seluruh hasil karya manusia yang melingkupi
pengetahuan, kepercayaan, adat istiadat dan kemampuan lain yang
dihasilkan manusia dengan belajar.
D. Pengertian Antropologi
1. Secara Etimologis:
Antropologi, secara etimologis berasal dari kata Antropos, yang
berarti manusia dan logos yang berarti ilmu. Jadi antropologi adalah ilmu
tentang manusia.
4
2. Secara Konseptual
1. Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia pada
umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat
serta kebudayaan yang dihasilkan.
2. William A. Haviland
Antropologi adalah studi tentang umat manusia, berusaha
menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia dan
perilakunya serta untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang
keanekaragaman manusia.
3. Secara Operasional
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan
keaneka ragaman,serta kebudayaannya.
E. Pengertian Masyarakat
1. Secara Etimologis
Masyarakat secara etimologi berasal dari bahasa Arab dengan kata
dasar syaraka (verb) atau syariek (noun) yang berarti teman. Dan dalam
bahasa Inggris kata masyarakat itu sepadan dengan kata Society yang
berasal dari kata Socius, artinya bergaul. Jadi, Masyarakat secara
kebahasaan dapat diartikan sebagai kelompok orang yang berteman dan
bergaul.
2. Secara Konseptual
1. Menurut JL Gillin (sosiolog) dan JP Gilin (antropolog)
Masyarakat adalah sekelompok orang yang satu sama lain
merasa terikat oleh kebiasaan tertentu, tradisi, perasaan, dan prilaku
yang sama.
5
2. Menurut Koentjaraningrat
Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
sesuai dengan adat istiadat tertentu yang sifatnya berkesinambungan,
dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama.
3. Secara Operasional
Masyarakat adalah sekumpulan orang yang saling berinteraksi dan
terikat oleh kebiasaan, identitas dan adat istiadat yang sama.
6
BAB III
DATA DAN METODOLOGI
Maos (membaca)
7
Ngaos (mengaji Al-Qur’an)
Maenpo (silat)
8
mempertahankan “tangtungan”. Salah satu peninggalan budaya luhur dari
masyarakat Cianjur adalah Maenpo atau pencak silat. Ilmu pencak silat sudah
diwariskan turun temurun sejak sekitar akhir abad ke 19. Sampai saat ini, ada
4 tempat utama yang merupakan tempat terpenting dalam penyebaran aliran
maenpo yang ada di Cianjur. Tempat itu adalah: Pasar Baru yang merupakan
tempat dimana aliran Cikalong banyak dipelajari dan dikembangkan, Bojong
Herang di mana Sabandar banyak dikembangkan dan dipelajari dan di antara
kedua tempat ini ada daerah kaum yang merupakan tempat tokoh tokoh yang
belajar kedua aliran ini baik Cikalong maupun Sabandar. Tempat lain adalah
Cikaret yang merupakan tempat di mana aliran Kari berkembang. Kemampuan
bersilat menjadi tanda kemampuan diri dalam menghadapi bahaya serta
melatih kesabaran, kesadaran dan keberanian.
9
atau pukulan ditafsirkan sebagai kekuatan didalam menghadapi berbagai
tantangan dalam hidup.
Badan: Besar dab kokoh (jauh lebih berat / besar dibanding ayam lokal
biasa)
Cakar: Panjang dan besar, berwarna hitam, hijau, kuning atau putih
Jengger: Besar, tebal dan tegak, sebagian miring dan miring, berwarna
merah dan berbentuk tunggal
Warna bulu: Tidak memiliki pola khas, tapi umumnya campuran merah
dan hitam ; kuning dan putih ; dan atau campuran warna hijau mengkilat.
10
Sejarah
Bahan mamaos berasal dari berbagai seni suara Sunda, seperti pantun,
beluk (mamaca), degung, serta tembang macapat Jawa, yaitu pupuh. Lagu-
lagu mamaos yang diambil dari vokal seni pantun dinamakan lagu pantun
atau papantunan, atau disebut pula lagu Pajajaran, diambil dari nama keraton
Sunda pada masa lampau. Sedangkan lagu-lagu yang berasal dari bahan
pupuh disebut tembang. Keduanya menunjukan kepada peraturan rumpaka
(teks). Sedangkan teknik vokal keduanya menggunakan bahan-bahan olahan
vokal Sunda. Namun demikian pada akhirnya kedua teknik pembuatan
rumpaka ini ada yang digabungkan. Lagu-lagu papantunan pun banyak yang
dibuat dengan aturan pupuh.
11
Pada masa pemerintahan bupati RAA. Prawiradiredja II (1864—1910)
kesenian mamaos mulai menyebar ke daerah lain. Rd. Etje Madjid
Natawiredja (1853—1928) adalah di antara tokoh mamaos yang berperan
dalam penyebaran ini. Dia sering diundang untuk mengajarkan mamaos ke
kabupaten-kabupaten di Priangan, di antaranya oleh bupati Bandung RAA.
Martanagara (1893—1918) dan RAA. Wiranatakoesoemah (1920—1931 &
1935—1942). Ketika mamaos menyebar ke daerah lain dan lagu-lagu yang
menggunakan pola pupuh telah banyak, maka masyarakat di luar Cianjur (dan
beberapa perkumpulan di Cianjur) menyebut mamaos dengan nama tembang
Sunda atau Cianjuran, karena kesenian ini khas dan berasal dari Cianjur.
Demikian pula ketika radio NIROM Bandung tahun 1930-an menyiarkan
kesenian ini menyebutnya dengan tembang Cianjuran.
Peralatan
12
direntengkan). Kemudian, bagian penggesek terdiri atas pucuk, gandar, dan
bulu-bulu pengesat.
13
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
Cianjur pada masa lalu diingat orang karena tiga pilar budayanya,
yaitu ngaos, mamaos, dan maenpo. Ngaos adalah tradisi mengaji, mamaos
adalah tradisi mengisahkan petuah-petuah para leluhur yang diiringi alat
musik kecapi, dan maenpo seni tradisional pencak silat.
Ketiga pilar budaya itu hidup dan menjadi napas yang dihidupi
masyarakat Sunda di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, selama berabad-abad.
Ketiga pilar itu saling melengkapi dan menuntun masyarakat menjadi
bijaksana.
14
pesantren-pesantren dan kelompok pengajian yang jumlahnya tak terhitung di
Cianjur.
15
Produk seni budaya perlu ada proteksi, dan dukungan dari berbagai
kalangan, melalui komunikasi lintas sektor diharapkan bisa terbangun sinergi.
16
2. Upaya yang dilakukan oleh masyarakat
17
1. Mewadahi komunitas-komunitas kebudaya khususnya di Cianjur agar
lebih mengenal kebudayaanya sebagai upaya melestarikan
kebudayaan asli Cianjur.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kebudayaan di Cianjur memiliki beberapa ciri khas yaitu : a) Unsur
bahasa, dimana masyarakat Cianjur menggunakan bahasa sunda yang
halus dalam kesehariannya ; b) Cianjur juga memiliki makanan khas
seperti beras Pandan Wangi, manisan Cianjur dan tauco ; c) Sistem
pengetahuan, dimana masyarakat Cianjur telah mewarisi pandangan hidup
para leluhurnya, yaitu Ngaos, Maos, Mamaos, Maenpo, dan Ngibing ;
d)Kesenian, Kota Cianjur memiliki banyak kesenian dan tradisi yang
masih sering dijumpai pada zaman modern ini salah satunya yaitu
Cianjuran.
2. Saat ini kebudayaan di Cianjur sedang mengalami krisis, karena semakin
majunya perkembangan jaman, semakin tergerus pula kebudayaan asli
oleh kebudayaan yang berasal dari luar. Hal ini dapat terlihat dengan
18
kurangnya minat generasi muda untuk mempelajari kebudayaan asli
Cianjur, mereka lebih tertarik pada kebudayaan luar.
B. Saran
1. Kebudayaan yang dimiliki Cianjur sangatlah beragam dan potensial.
Sudah selayaknya generasi muda mulai mencintai dan melestarikan segala
kekayaan dan potensi yang tersedia di Cianjur.
2. Saat ini pemerintah Cianjur sudah melakukan upaya yang cukup untuk
melestarikan budaya Cianjur, hendaknya lebih ditingkatkan lagi
intensitasnya, sehingga rasa cinta generasi muda pada daerahnya tidak
akan mudah luntur.
3. Untuk melestarikan kebudayaan asli Cianjur semua pihak antara lain :
pemerintah, masyarakat, dan pelaku seni itu sendiri hendaknya
bekerjasama dalam melestarikan kebudayaan ini agar generasi muda saat
ini tertarik untuk mempelajari kebudayaan asli Cianjur karena generasi
muda merupakan penerus untuk melestarikan kebudayaan asli Cianjur.
19