Anda di halaman 1dari 44

CAHAYA

Cahaya merupakan gelombang transversal


yang termasuk gelombang elektromagnetik
dengan spektrum panjang gelombangnya
7800-3900Å. Cahaya dapat merambat
dalam ruang hampa dengan kecepatan 3 x
108 m/s.
Sifat-sifat umum cahaya :
 Dapat mengalami pemantulan (refleksi)
 Dapat mengalami pembiasan (refraksi)
 Dapat mengalami pelenturan (difraksi)
 Dapat dijumlahkan (interferensi)
 Dapat diuraikan (dispersi)
 Dapat diserap arah getarnya (polarisasi)
 Bersifat sebagai gelombang dan partikel
Hukum Pemantulan dan Pembiasan
Sebuah benda dapat dilihat oleh manusia,
karena benda tersebut memantulkan cahaya
ke mata manusia.
Proses pantulan yang paling umum terjadi,
cahaya akan memantul ke semua arah,
ini disebut pantulan baur.
Pantulan jenis ini terjadi dari permukaan halus
yang dimensi kekasarannya lebih besar jika
dibandingkan dengan penjang gelombang
yang dipantulkannya.
Jenis pantulan yang lain disebut pantulan
reguler atau pantulan spekuler.
Pantulan jenis ini terjadi dari permukaan halus
yang dimensi kekasarannya lebih kecil jika
dibandingkan dengan panjang gelombang
yang dipantulkannya.
Contohnya adalah pantulan sinar pada cermin.
Di dalam fisika optik (cahaya), pembahasan
tentang pantulan terutama dimaksudkan
sebagai pantulan spekuler.
Penelitian eksperimental terhadap arah sinar
datang, sinat pantul dan sinar bias mengha-
silkan hukum pemantulan:
1. Sinar datang, sinar pantul, sinar bias dan
garis normal terhadap permukaan,
semuanya terletak pada satu bidang.
 
Udara
Air

’

2. Sudut pantul () sama dengan sudut datang


() untuk semua warna cahaya dan untuk
setiap pasangan yang terdiri dari dua zat.
Indeks bias


Udara
Kaca

’ ’

Udara

sin φ
Indeks bias kaca  nk =
sin φ'
Indeks Bias dapat juga dinyatakan sbg:
c
n
cn
n = indeks bias suatu medium
c = kecepatan cahaya di udara
cn = kecepatan cahaya dlm medium
Secara umum Hukum Pembiasan Cahaya
dinyatakan sebagai:
 = sudut datang
sin φ n' ’ = sudut bias
= n = indeks bias medium 1
sin φ' n n’ = indeks bias medium 2
OPTIKA
GEOMETRIK
Pemantulan pada cermin datar

P P’
Pemantulan pada cermin sferis (sinar sejajar)

Daerah fokus

Cermin
Titik fokus

Cermin
cekung
Pemantulan pada cermin sferis (sinar memancar)
V : titik vertex
PCV :sumbu B
Sudut u = 

r=
R
u  u’
P V
C P’
S
S’
Untuk sudut u yang kecil, semua
sinar pantul akan melalui titik P’.
Titik P’ merupakan bayangan P
Jarak obyek s; jarak bayangan s’
B

r=

u  u’
P V
C P’
S
S’

Perhatikan segitiga PBC dan P’BC,


maka dapat diketahui bahwa:
 = u +  ; sedangkan u’ =  + 
Dari kedua persamaan tsb diperoleh:
u + u’ = 2 …. (6.1)
Dari sini diperlukan konvensi untuk menen-
tukan radius kelengkungan.
Suatu konvensi yang umum dipakai adalah:
Jika arah dari permukaan pantul atau permu-
kaan bias ke titik pusat lengkungan (R) sama
dengan arah sinar yang memantul atau yang
membias, maka radius lengkungan itu positip.
B

r=
h
 u’ 
u
P V
C P’
S
S’

Misalkan h adalah tinggi titik B dari sumbu, dan


 jarak pendek dari V ke h. Kemudian nyatakan
garis-garis singgung u, u’ dan , dengan s, s’
dan R semuanya adalah besaran positip.
Maka diperoleh:
h h h
tan u = ; tan u' = ; tan θ =
s-δ s' - δ R-δ
Jika sudut u dianggap sangat kecil, maka 
  0, sehingga:
h h h
u = ; u' = ; θ=
s s' R
Substitusi persamaan (6.2) ke (6.1) diperoleh:

h h 2h
+ =
s s' R
Sehingga diperoleh hubungan:

1 1 2 R = Jari-jari lengkungan
+ = f = jarak fokus = R/2
s s' R s = jarak benda
s’ = jarak bayangan
KONVENSI

Riil (di dpn cermin)  s positip


Benda
Virtuil (di blk cermin)  s negatip

Riil ( di dpn cermin)  s’ negatip


Bayangan
Virtuil (di blk cermin)  s’ positip
KONVENSI
Benda Riil jika membentuk bayangan riil,
maka bayangannya selalu terbalik.
Benda Riil jika membentuk bayangan virtuil,
maka bayangannya selalu tegak.

Perbesaran linier (panjang,tegak) adalah:


Tinggi bayangan s'
P= =
Tinggi benda s
Jadi dapat disimpulkan bahwa:
Untuk cermin cekung (konkaf):
o R dan f bertanda positif
o Bersifat mengumpulkan sinar
Untuk cermin cembung (konvex):
o R dan f bertanda negatif
o Bersifat: 1. menyebarkan sinar
2. Jika benda riil, bayangannya:
selalu virtuil, tegak, diperkecil
Untuk R =  maka, maka cermin sferis men-
jadi cermin datar sehingga:
1 1 2
 
s s' 
Untuk cermin datar : s = -s’
Contoh soal
1. Sebuah benda tingginya 6cm, terletak 30cm
di depan cermin cembung yang mempunyai
jari-jari kelengkungan 40cm.
Tentukan posisi dan tinggi bayangannya?

2. Sebuah benda terletak 30cm di depan cer-


min cekung. Jika tinggi bayangannya sama
dengan tinggi benda, hitunglah jarak
fokusnya?
LENSA
Pembahasan tentang lensa umumnya dida-
sarkan pada proses pembiasan cahaya.

RUMUS UMUM LENSA


1 nl 1 1 nl : indeks bias lensa
= ( - 1)( + ) nm : indeks bias medium
f nm R1 R 2 R : jari-jari kelengkungan
R positip  lensa cembung
R negatip  lensa cekung
Hubungan antara jarak benda, jarak bayangan
dan jarak fokus pada suatu lensa dirumuskan:

1 1 1 s adalah jarak benda


+ = s’ adalah jarak bayangan
s s' f
Perbesaran linier:

Tinggi bayangan s'


P= =
Tinggi benda s
KONVENSI

Riil (di dpn lensa)  s positip


Benda
Virtuil (di blk lensa)  s negatip

Riil ( di blk lensa)  s’ positip


Bayangan
Virtuil (di dpn lensa)  s’ negatip
KONVENSI
Benda Riil jika membentuk bayangan riil,
maka bayangannya selalu terbalik.
Benda Riil jika membentuk bayangan virtuil,
maka bayangannya selalu tegak.
1
Kekuatan lensa D = (f dalam meter).
f
D (dioptri):
bernilai +  lensa konvergen (cembung)
bernilai -  lensa divergen (cekung)
Macam-macam lensa

BIKONKAF PLANKONVEX KONKAFKONVEX

KONVEXKONKAF BIKONVEX PLANKONKAF


Sifat lensa cembung (konvex)
o Tebal di tengah
o Jarak fokus (f) positip (disebut lensa +)
o Mengumpulkan sinar (lensa konvergen)

Sifat lensa cekung (konkaf)


o Tebal di ujung
o Jarak fokus (f) negatip (disebut lensa -)
o Memancarkan sinar (lensa divergen)
Lensa gabungan
Dua buah lensa yang disusun bersentuhan
akan membentuk lensa gabungan yang akan
mempunyai jarak fokus (f) dan kekuatan
lensa (D) seperti sebuah lensa.
1 1 1
= +
fgab f1 f2

D = D1 + D 2
ALAT-ALAT OPTIK

LOUPE
Merupakan kaca pembesar biasa, berbentuk
lensa cembung tunggal di mana obyek dile-
takkan antara titik optik - titik fokusnya sehingga
dapat diamati sebagai bayangan maya, tegak
dan diperbesar oleh mata.
Cara penggunaan loupe ada 2 macam:
1. Pengamatan tanpa akomodasi
Benda diletakkan pada titik fokus loupe, se-
hingga berkas sejajar akan sampai mata.
Dalam hal ini, mata mengamati benda tan-
pa akomodasi.
Perbesaran yang dihasilkan:
Sn Sn adalah jarak baca normal si pengamat
m=
f f adalah jarak fokus Loupe
2. Pengamatan dengan akomodasi maksimum
Dalam hal ini bayangan terakhir berjarak
sejauh jarak baca normal dari mata.
1 1 1
+ = dimana s’ = -Sn
s s' f
Sehingga f .Sn
s= dimana s = jarak benda
f + Sn
Sn
Maka perbesarannya: m = 1 +
f
MIKROSKOP
Mikroskop adalah alat pembesar yang terdiri
dari dua lensa cembung, yaitu lensa obyektif
(dekat dengan benda) dan lensa okuler
(dekat dengan mata).
Obyek yang diamati mengalami pembesaran
sebanyak dua kali yaitu pada lensa obyektiv
dan okuler, dimana okuler berfungsi sebagai
sebuah loupe.
Bayangan akhir yang diperoleh bersifat maya,
terbalik dan diperbesar.
Umumnya mikroskop digunakan melalui
pengamatan dengan akomodasi maksimum:
+
+

Foby Fokl

soby
s’oby
OBY OKL

-s’

s'oby Sn
Perbesarannya: m = - x(1 + )
soby fokl
Contoh soal:
1. Sebuah loupe dengan f=12,5cm. Sebuah
benda diletakkan tepat pada jarak fokus
agar pengamat dengan mata normal dapat
melihat obyeknya diperbesar.
a. Dengan tak berakomodasi, berapakah
perbesaran loupe? Anggap Sn=25cm.
b. Agar bayangan benda terletak pada jarak
25cm dan mata berakomodasi maksi-
mum. Berapa perbesaran loupe dan be-
rapa jarak benda harus diletakkan?
Contoh soal:

2. Sebuah mikroskop dilengkapi dengan lensa


obyektif dengan f=0,9cm dan berjarak 13cm
dari okulernya yang jarak fokusnya f=5cm.
Sebuah benda yang panjangnya 0,05cm di-
letakkan 1cm dari lensa obyektif.
Tentukan letak bayangan?
Tentukan perbesaran bayangan?
Berapa panjang bayangan?
Jawaban
1.a. Jika f=12,5cm,
Perbesaran loupe  m=Sn/f = 25/12,5=2
b. Jika mata berakomodasi, perbesaran lup,
m = 1+Sn/f = 1+2 = 3kali.
Loupe adalah lensa +, dimana s’=-25cm
1 1 1 1 1 2 1
= - = - = +
s f s' 12,5 (-25) 25 25
Sehingga s=8,333cm
Jawaban

2. Jika fob=0,9cm, dan fok=5cm.


Jarak ob ke ok  L = 13cm; sob=1cm
sedangkan ukuran benda  y=0,05cm
Pada lensa obyektif:
1 1 1
+ = Sehingga s’ob=9cm
sob s'ob fob
Pada lensa okuler:
sok = L – sob = 13 – 9 = 4cm
Maka:
1 1 1
+ = Sehingga s’ok = -20cm.
sok s'ok fok
Bayangan akhir: virtuil terletak 20cm di
depan lensa okuler.
Perbesaran total mikroskop
mtot = mob . mok = s’ob/sob x s’ok/sok
= 9/1 x -20/4 = -45kali
 Tanda minus bermakna bayangan terbalik.
Maka ukuran bayangan sekarang adalah:
y’ =  mtot x y 
= 45 x 0,05
= 2,25 cm.

Anda mungkin juga menyukai