Anda di halaman 1dari 8

Otonomi Daerah Lahirkan Konflik Kewenangan

Kompas, 13 Maret 2001

Yogyakarta, Kompas

Guru Besar Hukum Administrasi Negara Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Prof Dr
Muchsan SH, berpendapat, serunya tarik-menarik kepentingan antara pemerintah pusat dan
daerah dalam masa-masa awal era otonomi daerah belakangan ini, merupakan indikasi
bahwa Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah lebih
bernuansa politis ketimbang yuridis. Akibatnya terjadi konflik kewenangan antara pusat dan
daerah yang ujung-ujungnya membuat perangkat pemerintahan dari tingkat provinsi hingga
desa jadi gamang.

Berbicara kepada Kompas Senin (12/3) sore, Muchsan menyebutkan, gamangnya provinsi
dan kabupaten/kota dalam menyusun APBD-serta menghitung pendapatan asli daerah
(APD)-merupakan contoh konkret dari tidak jelasnya aturan pembagian kewenangan antara
pusat dan daerah. Dalam hal pengelolaan sumber daya alam, misalnya, pemerintah pusat
merasa masih punya kewenangan, padahal daerah sudah diberi otonomi seluas-luasnya.

Daerah yang punya areal hutan, misalnya, belum bisa menargetkan berapa penghasilan yang
diperoleh dari sumber daya alam itu. Sebab, pusat pun masih merasa punya wewenang.

"Itu sebabnya, puluhan peraturan pemerintah (PP) yang mestinya jadi pedoman dalam era
otonomi daerah ini, belum juga lahir. Padahal, otonomi daerah itu mulai efektif sejak 1 Januari
2001. Hingga bulan ketiga (Maret), tarik-menarik masih terjadi antara pusat dan daerah
sehingga masyarakat dan perangkat pemerintahan di daerah jadi bingung," papar Muchsan.

Bermuatan politis

Muchsan menegaskan, kondisi itu semua berpangkal dari lemahnya aspek yuridis dari UU No
22/1999. UU tersebut digodok pada tahun 1999 saat Timor Timur diberi opsi merdeka atau
otonomi seluas-luasnya. Maka, lebih 50 persen dari 134 pasal dalam UU tersebut bermuatan
politis. "Jangan heran jika banyak 'pasal karet' yang artinya memungkinkan kekuasaan
pemerintah pusat mulur, dan kembali mengebiri otonomi daerah," paparnya.

Dia menunjuk Pasal 7 Ayat 2 UU No 22/1999 sebagai contoh. Dalam hal pembagian
kewenangan antara pemerintah pusat dan daerah, Ayat 2 cenderung mengebiri Pasal 1.
Pasal 1 menyuratkan bahwa kewenangan daerah mencakup seluruh bidang pemerintahan,
kecuali untuk urusan luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, agama,
serta kewenangan bidang lain.

Sementara itu, Pasal 2 menyebutkan bahwa kewenangan pemerintah pusat bisa melebar
pada kebijakan perencanaan dan pengendalian pembangunan nasional secara makro.
Bahkan, kewenangan itu secara mikro bisa menyangkut dana perimbangan keuangan, sistem
administrasi negara, pembinaan sumber daya manusia, pendayagunaan sumber daya alam
serta teknologi tinggi strategis.

"Pasal itu merupakan salah satu indikasi tidak adanya kepastian hukum dalam menjalankan
roda pemerintahan dan pembangunan di tingkat pusat dan daerah," tegas Muchsan.

Mengacu pada teori-teori hukum, Muchsan mengatakan, sebuah UU hanya akan efektif
dalam memperbaiki sistem kemasyarakatan jika memenuhi tiga syarat.
Pertama, mengatur segala secara tuntas. Kedua, tidak memungkinkan adanya pasal yang
blangko. Artinya, jangan ada kalimat bahwa hal-hal teknis akan diatur dalam sebuah PP
tetapi nyatanya PP, itu tidak segera diterbitkan. Syarat ketiga, jangan sampai ada 'pasal
karet'. "Ketiga syarat itu sama sekali tidak dipenuhi oleh UU No 22/ 1999," papar Muchsan.
(nar)

http://www.unisosdem.org/otonomi/oto-130301.htm

Naskah No. 20, Juni-Juli 2000 1


Penyelenggaraan Kewenangan
dalam Konteks Otonomi Daerah
Deddy Supriady Bratakusumah*
I. Pendahuluan
Sejak beberapa dekade yang lalu beberapa negara telah dan sedang melakukan
desentralisasi, motivasi fenomena ini terutama disebabkan oleh alasan politik.
Desentralisasi merupakan bagian yang teramat penting didalam proses demokratisasi
penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintahan pusat atau terpusat yang cenderung
otokratis berubah menjadi pemerintahan lokal yang dipilih langsung oleh masyarakat.
Alasan lainnya atas maraknya proses desentralisasi adalah untuk memperbaiki mutu
pelayanan kepada masyarakat oleh penyelenggara pemerintahan. Didalam konteks ini
titik berat desentralisasi adalah pelayanan bukan kekuasaan. Dengan kata lain
desentralisasi adalah suatu upaya mendekatkan pemerintahan kepada rakyatnya
(bringing the State closer to the people).
Seiring dengan telah terselesaikannya kendala kehidupan politik di Indonesia yang
ditandai dengan telah terbentuknya penyelenggara pemerintahan yang baru hasil suatu
proses yang cukup demokratis, maka harapan akan membaiknya perekonomian dan
berbagai aspek kehidupan berbangsa dan bernegara lainnya di Indonesia menjadi
terbuka, dan semoga dalam tempo yang tidak terlalu lama harapan tersebut akan
menjadi kenyataan. Selain itu juga semangat reformasi dan perubahan diberbagai
bidang serta dorongan dan dampak dari proses demokratisasi telah menggugah
pemerintah bersama dengan parlemen untuk melahirkan dua undang-undang yaitu UU
No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No.25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Kedua UU tersebut
merupakan dasar bagi proses desentralisasi dan otonomi daerah yang luas dan
bertanggung jawab.
Tujuan utama dari desentralisasi dan otonomi daerah ini adalah mendekatkan
pemerintah kepada masyarakat yang dilayaninya sehingga pelayanan kepada
masyarakat menjadi lebih baik dan kontrol masyarakat kepada pemerintah menjadi lebih
kuat dan nyata. Desentralisasi dan otonomi daerah dapat dikatakan berhasil apabila
pelayanan pemerintah kepada masyarakat menjadi lebih baik dan masyarakat menjadi
lebih berperan dalam meningkatkan kesejahteraan bersama. Desentralisasi kewenangan
tersebut akan berakhir dengan semakin meningkatnya peranserta masyarakat dan
berubahnya peran pemerintah dari provider menjadi fasilitator.
I. Pembagian Kewenangan Menurut UU No. 22 Tahun 1999
Agar desentralisasi dapat berjalan dengan baik maka sebagai langkah awal adalah
pembagian kewenangan. Dengan pembagian ini akan jelas siapa melakukan apa, dan
* Dr.
Ir. Deddy Supriady Bratakusumah, BE, MURP, MSc, adalah Tenaga Ahli Pengembangan
Otonomi Daerah Bappenas-red.
Naskah No. 20, Juni-Juli 2000 2
siapa membiayai apa. Pemisahan dan pemilahan ini akan berdampak pada tatanan
kelembagaan dan akhirnya pada penyediaan dan penempatan pegawai.
Pembagian kewenangan dari sudut pandang masyarakat dapat ditentukan dengan
siapa yang akan menerima manfaat dan siapa yang akan menanggung beban atau resiko
atau dampak. Sebagai contoh penyelenggaraan upaya pertahanan negara akan
bermanfaat bagi seluruh bangsa dan harus didanai oleh seluruh bangsa secara nasional,
oleh karenanya bidang pertahanan merupakan kewenangan pemerintahan nasional
(pusat). Namun "lampu penerangan jalan" misalnya, hanya bermanfaat bagi penghuni
kota atau permukiman tertentu dan dapat didanai oleh masyarakat setempat, karenanya
hal ini mutlak kewenangan pemerintahan kota.
Secara garis besar UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dengan
jelas telah mengatur masalah pembagian kewenangan ini. Undang-undang menyuratkan
bahwa kewenangan pemerintah di tingkat lokal akan bertambah dan mencakup
kewenangan pada hampir seluruh bidang pemerintahan.
Sementara itu kewenangan yang terdapat pada pemerintah pusat terbatas hanya
pada kewenangan di bidang: (a) politik luar negeri; (b) pertahanan keamanan; (c)
peradilan; (d) moneter dan fiskal; (e) agama; dan (f) kewenangan di bidang lain.
Khusus mengenai kewenangan dan tanggung jawab di bidang lain yang masih
dimiliki oleh pusat sebagaimana dijelaskan didalam pasal 7, UU No. 22 Tahun 1999
meliputi kewenangan: (a) perencanaan nasional dan pengendalian pembangunan
nasional secara makro; (b) dana perimbangan keuangan; (c) sistem administrasi negara
dan lembaga perekonomian negara; (d) pembinaan dan pemberdayaan sumberdaya
manusia; (e) pendayagunaan sumberdaya alam serta teknologi tinggi yang strategis; (f)
konservasi; dan (g) standarisasi nasional.
Di dalam UU No.22 Tahun 1999 secara tegas dinyatakan bahwa kewenangan
daerah adalah: "Mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam ikatan negara kesatuan
Republik Indonesia.1" Kewenangan ini mencakup kewenangan dalam seluruh bidang
pemerintahan kecuali kewenangan yang masih harus berada ditangan pusat.
Lebih rinci lagi kewenangan daerah yang terdapat di dalam undang-undang
adalah:
1. Mengelola sumberdaya nasional yang tersedia diwilayahnya dan bertanggung
jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundangan,2
2. Mengelola wilayah laut sejauh 12 mil dari garis pantai kearah laut lepas dan
berwenang melakukan:
- ekplorasi, ekploitasi, konservasi dan pengelolaan kekayaan laut sebatas wilayah
laut tersebut;
- pengaturan kepentingan administratif;
1 Pasal 1 huruf i, UU No. 22/1999
2 Pasal 10 ayat 1, UU No. 22/1999
Naskah No. 20, Juni-Juli 2000 3
- pengaturan tata ruang;
- penegakan hukum; dan
- perbantuan penegakan keamanan dan kedaulatan negara.
3. Melakukan pengangkatan, pemindahan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji,
tunjangan, dan kesejahteraan pegawai, serta pendididkan dan pelatihan sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuan daerah yang ditetapkan dengan peraturan
perundang-undangan.3
4. Membiayai pelaksanaan tugas pemerintah daerah dan DPRD.4
5. Melakukan peminjaman dari sumber dalam negeri dan atau luar negeri dengan
persetujuan DPRD dan Pusat untuk pinjaman luar negeri.5
6. Menentukan tarif dan tata cara pemungutan retribusi dan pajak daerah.6
7. Membentuk dan memiliki Badan Usaha Milik Daerah.7
8. Menetapkan APBD.8
9. Melakukan kerjasama antar daerah atau badan lain, dan dapat membentuk Badan
Kerjasama baik dengan mitra didalam maupun diluar negeri.9
10. Menetapkan pengelolaan Kawasan Perkotaan.10
11. Pemerintahan kota/kabupaten yang wilayahnya berbatasan langsung dapat
membentuk lembaga bersama untuk mengelola kawasan perkotaan.11
12. Membentuk, menghapus, dan menggabungkan desa yang ada di wilayahnya atas
usul dan prakarsa masyarakat dan persetujuan DPRD.12
13. Mengatur penyelenggaraan pemerintahan desa.13
14. Membentuk Satuan Polisi Pamong Praja.14
Lebih jauh lagi Pasal 9 UU No. 22 Tahun 1999 mengatur kewenangan propinsi
sebagai daerah otonom dan sebagai wilayah administrasi. Kewenangan tersebut
meliputi:
3 Pasal 76, UU No. 22/1999
4 Pasal 78, UU No. 22/1999
5 Pasal 81, UU No. 22/1999
6 Pasal 82, UU No. 22/1999
7 Pasal 84, UU No. 22/1999
8 Pasal 86, UU No. 22/1999
9 Pasal 87 dan 88, UU No. 22/1999
10 Pasal 91 UU No. 22/1999
11 Pasal 91, UU No. 22/1999
12 Pasal 93, UU No. 22/1999
13 Pasal 111, UU No. 22/1999
14 Pasal 120, UU No. 22/1999

Naskah No. 20, Juni-Juli 2000 4


1. Kewenangan dalam bidang pemerintahan yang bersifat lintas kabupaten dan kota,
serta kewenangan dalam bidang pemerintahan tertentu lainnya,
2. Kewenangan yang tidak atau belum dapat dilaksanakan oleh daerah kabupaten/
kota.
3. Sebagai wilayah administrasi mencakup kewenangan dalam bidang pemerintahan
yang dilimpahkan kepada gubernur selaku wakil pemerintah pusat.
Selain kewenangan-kewenangan umum yang telah disebutkan diatas, bagi daerah
kabupaten dan daerah kota diwajibkan menyelenggarakan kewenangan wajib sebagai
berikut: (1) pekerjaan umum; (2) kesehatan; (3) pendidikan dan kebudayaan; (4)
pertanian; (5) perhubungan; (6) industri dan perdagangan; (7) penanaman modal; (8)
lingkungan hidup; (9) pertanahan; (10) koperasi; dan (11) tenaga kerja.
Untuk daerah kota disamping kewajiban diatas juga diwajibkan untuk
menyediakan kebutuhan utilitas kota sesuai kondisi dan kebutuhan kota yang
bersangkutan, utilitas kota ini antara lain: (1) pemadam kebakaran; (2) kebersihan; (3)
pertamanan; dan (4) tata kota.15
Kewenangan daerah kabupaten dan daerah kota diatas berlaku juga di kawasan
otorita yang terletak didaerahnya. Kawasan otorita yang dimaksud meliputi:16 (1) badan
otorita; (2) kawasan pelabuhan; (3) kawasan bandar udara; (4) kawasan perumahan; (5)
kawasan industri; (6) kawasan perkebunan; (7) kawasan pertambangan; (8) kawasan
kehutanan; (9) kawasan pariwisata; (10) kawasan jalan bebas hambatan; (11) kawasan
lain yang sejenis.
Selain itu, berbagai kewenangan yang dipunyainya daerah juga dapat ditugasi oleh
pusat untuk membantu melaksanakan kewenangan yang seharusnya dilaksanakan oleh
pusat (Tugas Pembantuan). Untuk penugasan ini undang-undang mensyaratkan harus
disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan. Dalam
pelaksanaannya daerah wajib melaporkan dan mempertanggungjawabkannya kepada
pemerintah pusat.
Oleh karena itu desentralisasi dan otonomi daerah sebagaimana dirumuskan dalam
UU No. 22 Tahun 1999 secara eksplisit merupakan kewenangan yang dimiliki
pemerintah daerah untuk mengurus dan mengelola berbagai urusan penyelenggaraan
pemerintahan di daerah bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Karenanya pemerintah daerah harus menjadikan otonomi daerah dan desentralisasi
sebagai modal awal bagi upaya peningkatan pelayanan masyarakat dan pembangunan
daerah yang berorientasi untuk kepentingan daerah. Sehingga paradigma "pembangunan
di daerah" akan berubah menjadi "pembangunan daerah", di daerah, oleh daerah, untuk
kepentingan daerah.
Di masa depan hanya program pembangunan yang memiliki karakter kepentingan
nasional (national interest) atau bersifat strategis nasional (national strategic) yang
masih tetap akan dilakukan oleh pemerintah pusat guna memelihara kepentingan
15 Penjelasan Pasal 11 ayat 2, UU No. 22/1999
16 Pasal 119, UU No. 22/1999
Naskah No. 20, Juni-Juli 2000 5
nasional dalam rangka negara kesatuan. Salah satu contoh dari upaya pusat didalam
kegiatan ini adalah pelaksanaan program pembangunan infrastruktur lintas wilayah
dalam rangka meningkatkan arus sumber daya lintas wilayah, dan program-program di
berbagai bidang dalam rangka pemerataan pembangunan antar wilayah, antar daerah,
dan antar kelompok.
III. Hubungan Antara Pusat dan Daerah dan Hubungan Antardaerah
Pasal 4 ayat 1 dan 2, UU No. 22 Tahun 1999 menyatakan bahwa daerah propinsi
dan daerah kabupaten/kota tidak lagi mempunyai hubungan hierarki. Karenanya
masing-masing daerah secara otonom mempunyai wewenang untuk: (1) merencanakan;
(2) melaksanakan; dan (3) mengawasi pembangunan di daerahnya. Dengan demikian
pemerintah daerah kabupaten/kota tidak lagi diatur dan tergantung kepada pemerintah
daerah propinsi. Demikian pula halnya dengan pemerintah propinsi tidak diatur dan
tergantung pada pemerintah pusat, kecuali untuk tugas-tugas tertentu yang dilaksanakan
dalam rangka dekonsentrasi dan pembantuan.
Hubungan hierarki secara implisit sudah tidak ada lagi namun demikian hubungan
fungsional dan koordinatif masih tetap diperlukan dalam konteks persatuan dan
kesatuan bangsa. Dalam alam desentralisasi yang demokratis yang diwujudkan dengan
otonomi yang luas tersebut, "pengarahan" akan diganti oleh "konsultasi dan koordinasi
yang mendalam dan meluas", sehingga menghasilkan konsensus yang positif dan
produktif. Yang perlu dihindari adalah bahwa otonomi yang akan terjadi justru akan
menghilangkan keduanya - pengarahan dan konsultasi - sehingga menjadi anarkis
bahkan menjauhkan kita dari tujuan otonomi dalam kerangka negara kesatuan yang kita
cita-citakan melalui UU No. 22 Tahun 1999 tersebut. Mencegah hal ini, menjadi tugas
dan tanggung jawab pembuat kebijakan dalam proses perencanaan untuk
mengembangkannya.
Urusan-urusan dan wewenang yang sudah diserahkan kepada daerah
kabupaten/kota kegiatannya tidak akan diusulkan ke pusat melalui propinsi.
Kegiatankegiatan
yang sudah menjadi kewenangan daerah kabupaten/kota cukup
dikoordinasikan di tingkat kabupaten/kota bagi kelurahan/desa dan kecamatan yang ada
di wilayahnya. Sedangkan usulan kegiatan yang mencakup lintas kabupaten atau kota
dan atau bersifat strategis propinsi cukup dibahas ditingkat propinsi. Usulan kegiatan
yang mencakup lintas propinsi dan atau bersifat kepentingan nasional dapat diusulkan
dan dibahas ditingkat nasional. Forum "Konasbang" didalam masa transisi dan dimasa
depan diharapkan akan lebih sederhana, bersifat konsultasi dan koordinasi sebagai
upaya pemadu-serasian antara perencanaan makro dan perencanaan regional serta
daerah. Usulan yang dibahaspun akan semakin sedikit jumlahnya. Pendanaan
pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan di daerah, mekanisme dan dasar
pengalokasiannyapun akan berubah sesuai dengan jiwa UU No. 25/1999. Dana transfer
dari pusat yang berupa alokasi umum akan bersifat "block grant", yang besarannya
untuk setiap daerah sudah tetap dan baku sesuai dengan formula yang saat ini sedang
dirumuskan. Dengan demikian pada setiap akhir tahun anggaran yang berjalan daerah
dapat memperkirakan berapa dana yang akan diterimanya dari pusat sebagai dana
alokasi umum.
Naskah No. 20, Juni-Juli 2000 6
IV. Penutup
Dengan akan segera diterbitkannya berbagai peraturan pelaksanaan atas UU
No.22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999, maka pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi daerah dapat segera dilakukan. Namun demikian persiapan untuk pelaksanaan
di daerah seyogyanya segera dimulai tanpa menunggu terbitnya peraturan tersebut.
Desentralisasi dan perluasan otonomi daerah adalah suatu kesempatan yang baik
bagi penyelenggara pemerintahan di daerah dalam menunjukan kinerjanya melayani
masyarakat dan sekaligus juga merupakan tantangan bagi daerah untuk meningkatkan
diri didalam menghadapi pelaksanaannya. Sehingga melalui desentralisasi dan
perluasan otonomi daerah akan dihasilkan suatu penyelenggraan pemerintahan di daerah
yang bersifat melayani masyarakat, efisien, demokratis, aspiratif, responsif, terbuka dan
bertanggung jawab�
Naskah No. 20, Juni-Juli 2000 7
Daftar Pustaka
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah, Jakarta 1999.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang
Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Jakarta
1999.

D. Jenjang Pascasarjana Magister (S2)

1. Jadwal ujian seleksi dilaksanakan :


a. Gelombang I : Sabtu & Minggu, 23-24 Mei 2009
Untuk beberapa program studi tertentu, seleksi dilanjutkan pada hari :
Senin & Selasa, 25-26 Mei 2009.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi alamat dan kontak disini
b. Gelombang II : Sabtu & Minggu, 14-15 November 2009
Untuk beberapa program studi tertentu, seleksi dilanjutkan pada hari :
Senin & Selasa, 16-17 November 2009.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi alamat dan kontak disini
2. Waktu Seleksi : 08.00 s.d. Selesai
3. Materi ujian dan Lokasi seleksi :
a. Tes Kemampuan Bahasa Inggris, dilaksanakan pada hari pertama
ujian, lokasi ujian di Laboratorium Bahasa Fakultas Sastra Unpad,
Jatinangor
b. TKB (Tes Kemampuan Belajar)Advance, dilaksanakan pada hari kedua
ujian, lokasi ujian di Bandung
c. Wawancara dan Tes Khusus Program Studi dilaksanakan pada hari
ketiga dan keempat, lokasi ujian di masing-masing program studi
d. Jadwal Wawancara dan Tes Program Studi :
Hari,
Fakultas Waktu Tempat Materi
Tanggal
Magister Profesi
S3 dan S2 08.00 Psikologi Unpad
Senin, 25
Profesi Fakultas s.d. (BPIP) Jln. Ir. H. TKBP
Mei 2009
Psikologi Selesai Juanda 438 B
Bandung
E. Jenjang
Pascasarjana Magister Profesi
Magister (S2) S3 dan S2 Selasa, 26
08.00 Psikologi Unpad
Profesi Fakultas s.d. (BPIP) Jln. Ir. H. Wawancara
Mei 2009
Psikologi Selesai Juanda 438 B
Bandung
S2 dan S3 09.00
Senin, 25 Kampus Faperta
Fakultas s.d. Wawancara
Mei 2009 Jatinangor
Pertanian Selesai
S3 dan S2 10.00
Senin, 25 Kampus Fapet
Fakultas s.d. Wawancara
Mei 2009 Jatinangor
Peternakan Selesai
Magister Kampus Magister Wawancara
08.00
Kenotariatan Senin, 25 Kenotariatan Jln. dan Tes
s.d.
(MKn) Fakultas Mei 2009 Cimandiri No.2 Tertulis
Selesai
Hukum Bandung Profesi
Kampus Magister
09.00
S3 Fakultas Selasa, 26 Kenotariatan Jln.
s.d. Wawancara
Hukum Mei 2009 Cimandiri No.2
Selesai
Bandung
Kampus FE Unpad
Jln. Dipati Ukur
S3 dan S2 Minggu, 14.00
No. 35 dan Kampus
Fakultas 24 Mei s.d. Wawancara
MM Jln. Dipati
Ekonomi 2009 Selesai
Ukur No. 46
Bandung.
Gedung Program
08.00 Pascasarjana FK
S3 Fakultas Kamis , 28
s.d. Unpad Jln. Wawancara
Kedokteran Mei 2009
Selesai Eyckman No.38
Bandung
Gedung Program
Selasa dan
08.00 Pascasarjana FK
S2 Fakultas Rabu, 26-
s.d. Unpad Jln. Wawancara
Kedokteran 27 Mei
Selesai Eyckman No.38
2009
Bandung
Gedung Program
Minggu, 14.00 Pascasarjana Unpad
S3 Fakultas
24 Mei s.d. Lantai 2 Jln. Dipati Wawancara
MIPA
2009 Selesai Ukur No.35
Bandung
S3 Fakultas 08.00 Kampus FKG Jln.
Senin, 25
Kedokteran s.d. Sekeloa Selatan I Wawancara
Mei 2009
Gigi Selesai Bandung
Kampus
09.00 Pascasarjana FISIP
Senin, 25
S3 dan S2 FISIP s.d. Unpad Jln. Bukit Wawancara
Mei 2009
Selesai Dago Utara No. 25
Bandung
12.00
S3 Fakultas Senin, 25 Kampus Fasa
s.d. Wawancara
1. Bandung Online (Seleksi di Bandung), pengiriman berkas via POS paling
lambat :
a. Gelombang I : 12-13 Mei 2009
b. Gelombang II : 3-4 November 2009

2. Berkas yang dikirim harus menyertakan :


a. Hasil Pencetakan Biodata dan Pernyataan yang sudah dilengkapi (pas
foto berwarna ukuran 3x4 cm, ditandatangani dan dibubuhkan cap
jempol kiri).
b. Pas foto berwarna ukuran 3x4 cm sebanyak 2 lembar dan pas foto
berwarna ukuran 4x6 cm sebanyak 2 lembar.
c. Satu lembar Fotokopi Ijazah dan Transkrip Akademik S-1 yang telah
dilegalkan oleh Pimpinan Perguruan Tinggi asal.
d. Dua Surat Referensi/Rekomendasi dari Dosen di Strata-1 dan atau dari
Pimpinan Instansi tempat bekerja. Surat Referensi/Rekomendasi ini
dimasukan dalam amplop tertutup. Format surat
Referensi/Rekomendasi Akademik dapat di download di sini.
(Kecuali : Magister Kenotariatan, Magister Manajemen, dan Magister
Psikologi)
e. Surat Pernyataan pelamar dan dukungan dari pimpinan, format
pernyataan dapat di download di sini. (Kecuali : Magister
Kenotariatan, Magister Manajemen, dan Magister Psikologi)
f. Disarankan untuk menyertakan satu karya ilmiah sebagai hasil tulisan
dari calon peserta (tentatif)
g. Menyertakan Proposal penelitian untuk TESIS. (Kecuali : Magister
Kenotariatan, Magister Manajemen, dan Magister Psikologi)
h. Surat kesanggupan di atas meterai untuk membayar biaya pendidikan
dan biaya hidup selama pendidikan, format kesanggupan dapat di
download di sini
i. Surat Keterangan sehat dari Dokter atau Rumah Sakit Pemerintah
j. Surat Keterangan tidak butawarna dari Dokter Spesialis Mata bagi
yang memilih Fakultas Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan,
Farmasi, MIPA, Pertanian, Psikologi, Peternakan, Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Teknologi dan Industri Pertanian
k. Bagi peserta yang mengajukan beasiswa BPPS harus mengirimkan
formulir permintaan beasiswa yang sudah dilengkapi dan disahkan.
Formulir pengajuan BPPS dapat click di sini
3. Berkas dikirimkan ke : KOTAK POS SMUP, PO BOX 6776 BDCP,
Bandung 40141
4. Informasi lebih lanjut dapat menghubungi alamat dan kontak di sini

Anda mungkin juga menyukai