Anda di halaman 1dari 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN

TENTANG HIPERTENSI

Oleh

Ni Luh Gede Suwartini 09.322.0336.

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA PPNI BALI
DENPASAR 2010
SATUAN ACARA PENYULUHAN
TENTANG HIPERTENSI PADA LANSIA
DI POLI GERIATRI RSUP SANGLAH DENPASAR

Hari : Jumat.
Tanggal : 17 Agustus 2010
Waktu : 45 menit
Tempat : di rumah keluarga Tn “KS”, Jl. Segara gang Teratai no.5,
Banjar Segara, Kuta, Badung .
Topic Kegiatan : Penyuluhan Tentang Hipertensi

1. LATAR BELAKANG
Penuaan merupakan proses normal adanya perubahan yang
berhubungan dengan waktu, sudah dimulai sejak lahir dan dimulai sejak lahir
dan berlanjut sepanjang hidup. Bertambahnya usia harapan hidup orang
Indonesia, jumlah usia lanjut (lansia) di Indonesia akan bertambah banyak.
Dengan demikian,banyak hal yang akan mempengaruhi kualitas kehidupan
para lansia, antara lain adalah status kesehatan. Para lansia pun tidak lepas
dari beragam penyakit, penyakit akibat penuaan akan semakin banyak
dihadapi. Salah satu penyakit yang sering mengintai para lansia adalah
hipertensi.
Hipertensi adalah keadaan dimana tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg
dan tekanan darah diastolic ≥ 90 mmHg, atau bila pasien mengkonsumsi obat
antihipertensi (Arif Mansjoer,2001). Selain itu, hipertensi juga merupakan
peninggian tekanan darah kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila
demikian, gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata,
otak, atau jantung. Gejala lain yang sering ditemukan adalah sakit kepala,
epiktasis, marah, telinga berdengung, rasa berat di tengkuk, sukar tidur, mata
berkunang-kunang, dan pusing.
Saat ini hipertensi tidak hanya menyerang para lansia tetapi juga mereka
yang berusia muda. Pola hidup yang tidak sehat ditengarai sebagai salah satu
pemicu penyebabnya.
Sekitar 20 % populasi dewasa mengalami hipertensi, lebih dari 90 %
diantara mereka menderita hipertensi primer, dimana tidak ditentukan
penyebab medisnya. Sisanya mengalami kenaikkan tekanan darah dengan
penyebab tertentu (sekunder) ; seperti penyempitan arteri renalis, berbagai
obat, disfungsi organ dan tumor. (Smeltzer, Suzanne, 2001)
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan
masyarakat, memiliki peran penting dalam upaya promotif, preventif, kuratif
dan rehabilitative pada kasus hipertensi, maka dari itu seorang perawat harus
memiliki kemampuan yamg memadai dalam konsep penyakit, pengkajian
keperawatan, penegakkan diagnose keperawatan, intervensi, implementasi
serta evaluasi keperawatan penyakit hipertensi demi memberikan pelayanan
terbaik bagi masyarakat.

2. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan lansia lebih mengerti tentang
penyakit Hipertensi.
2. Tujuan Khusus
1. Keluarga dapat memahami tentang definisi dari Hipertensi
2. Keluarga paham tentang faktor penyebab terjadinya Hipertensi
3. Keluarga paham tentang kelompok yang berisiko terkena Hipertensi
4. Keluarga paham tentang tanda dan gejala Hipertensi
5. Keluarga paham tentang penatalaksanaan dan diet sehat pada penyakit
Hipertensi

3. PESERTA
Seluruh keluarga Tn “ KS “di rumah keluarga Tn “KS”, Jl. Segara gang
Teratai no.5, Banjar Segara, Kuta, Badung .
4. SETTING ACARA
• Acara : Penyuluhan Hipertensi

• Setting Tempat

Anggota kelurga Tn “ KS “

Penyuluh
( Penyaji )

5. METODE
Diskusi dan tanya jawab

6. MEDIA
Leaflet

7. RENCANA EVALUASI KEGIATAN


1. Evaluasi struktur
Rencana kegiatan dipersiapkan 2 hari sebelum kegiatan.
2. Evaluasi proses
• Peserta yang hadir sebanyak 6 orang.
• Tempat : di rumah keluarga Tn “KS”, Jl. Segara gang Teratai no.5,
Banjar Segara, Kuta, Badung .
• Peserta yang aktif bertanya 50%
3. Evaluasi hasil
• Keluarga mampu menjawab pertanyaan dan mengulang kembali
definisi Hipertensi.
• Keluarga mampu menyebutkan faktor penyebab dari Hipertensi.
• Keluarga mampu menjelaskan strategi penanganan dari Hipertensi.
TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau tekanan diastolik 90 mmHg. (WHO)
Sedangkan pada populasi manula hipertensi didefinisikan sebagai tekanan
sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg ( Brunner and Suddart,
2002 )
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa:
Penyakit hipertensi merupakan penyakit tekanan darah tinggi yang bersifat
abnormal dan bervariasi sesuai usia dan jenis kelamin serta dinyatakan
hipertensi apabila tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg.

2. ETIOLOGI
1. Hipertensi Esensial/Primer (Idiopatik), penyebab pasti tidak
diketahui, tetapi ada faktor resiko yang mempengaruhi, yaitu: genetik,
lingkungan, hiperaktifitas susunan saraf simpatik, obesitas, alcohol,
merokok, serta polisemia.
2. Hipertensi Sekunder/Renal, penyebab pasti diketahui, seperti:
• Penyakit Ginjal
• Kelainan Endokrin
- Aldosteronisme
- Syndrome Chusing
• Obat-obatan
- Kontasepsi oral
- Kortikosteroid
- Eritropoetin
- Kokain
3. KLASIFIKASI

a. Berdasarkan WHO
KLASIFIKASI SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK (mmHg)
Normotensi < 140 < 90
Hipertensi ringan 140-180 90-105
Hipertensi perbatasan 140-160 90-95
Hipertensi sedang dan berat > 180 > 150
Hipertensi sistolik terisolasi > 140 < 90
Hipertensi sistolik perbatasan 140-160 < 90

Berdasarkan The Sixth Report of the Joint Nation Committee on Prevention,


Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure, 1997.

KATEGORI SISTOLIK (mmHg) DIASTOLIK (mmHg)


Normal < 130 < 85
Perbatasan 130-139 85-89
Hipertensi tingkat 1 140-159 90-99
Hipertensi tingkat 2 160-179 100-109
Hipertensi tingkat 3 ≥ 180 ≥ 110

4. TANDA DAN GEJALA


 Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan
muntah akibat peningkatan tekanan darah di intrakranium.
 Sesak nafas.
 Susah tidur.
 Nyeri dada.
 Perdarahan hidung.
 Kesemutan pada kaki dan tangan.
 Rasa berat di tengkuk.
 Penglihatan kabur karena kerusakan retina akibat
hipertensi.
 Gangguan motorik atau gerak , karena kerusakan saraf.
 Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi
glomerulus.
 Edema dependen dan pembengkakan karena peningkatan
tekanan kapiler.
 Kejang atau koma.

5. KELOMPOK BERISIKO TERKENA HIPERTENSI


a. Merokok, konsumsi alkohol
b. Gaya hidup yang tidak sehat (mengkonsumsi makanan cepat saji, dll)
c. Peminum kopi
d. Kegemukan
e. Riwayat hipertensi dalam keluarga
f. Stress

6. PENATALAKSANAAN HIPERTENSI

a. Berobat secara berkala atau


teratur,
Apabila sudah didiagnosa Hipertensi, pengobatan secara berkala guna
menghindari komplikasi .
b. Kontrol Tekanan Darah
Dilakukan setiap satu minggu sekali ke pusat pelayanan terdekat atau
bisa dilakukan secara mandiri dirumah dengan tensimeter automatic.
c. Diet.
DIET PADA PASEN HIPERTENSI

1). Diet yang diberikan : rendah garam (RG)

Tujuan diet : membantu menghilangkan retensi garam/air dalam tubuh,


menurunkan tekanan darah.

Syarat diet : cukup energi, protein, mineral dan vitamin, bentuk makanan
sesuai keadaan penyakit, jumlah Natrium disesuaikan dengan
hipertensi.
Macam-macam diet Garam :
• Rendah garam 1 (200-400 mg atau 1/3 sendok teh ):
Edema, ascites, dan hipertensi berat serta tanpa penambahan garam.
• Rendah garam 2 (600-800 mg atau ½ sendok teh) :
Edema, ascites yang tidak terlalu berat.
• Rendah garam 3 (1000-1200 mg atau 1 sendok teh) :
Edema, hipertensi ringan.

2). Makanan Yang Dianjurkan


a).Sumber karbohidrat : beras, kentang, singkong, terigu, gula, dll.
Sumber Protein hewani : daging ayam (tidak bagian kulit karena
banyak mengandung lemak), ikan maksimal 100 gr/hari, putih telur
(karena kuning telur dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam
darah) maksimal 1 butir/hari.
b).Sumber protein nabati : Kacang-kacangan dan hasil olahannya
seperti tahu, tempe, oncom dan sebagainya.
c).Lemak : minyak dalam jumlah terbatas
d).Sayuran : Sayuran hijau seperti sawi hijau, kacang panjang,.
e).Buah :Semua macam buah
f).Susu dan produk susu yang sudah diolah seperti keju, yoghurt,
mentega, margarine. Tapi hati-hati pada lansia yang tidak toleransi
tehadap produk susu.
g).Bumbu : kunyit, bawang, jahe, dll.

3). Bahan Makanan Yang Perlu Dihindari :


• Kopi, teh kental, minuman yang mengandung soda dan alcohol
• Semua daging yang banyak mengandung lemak
• Kue hasil olahan dengan garam dapur dan soda kue.
• Jerohan
• Daging asap, daging kalengan, ikan yang diawetkan.
• Kacang-kacang diawet, buah-buahan dan sayuran yang di
awetkan.

Adapun cara memasak bahan makanan yang baik :


1. Cara-cara memasak yang baik adalah dengan cara merebus,
mengukus, mengungkep, menumis, memanggang atau membakar
2. Hindarkan makanan yang diolah dengan cara menggoreng.

d. Olahraga teratur
Olah raga disesuaikan dengan kemampuan beraktifitas dan fisik.
Contoh ; jalan santai dan senam lansia, dan dilakukan setiap hari, kurang
lebih 15 – 20 menit.

e. Hindari Stres.
Melaksanakan pola hidup secara sehat, apa adanya dan teratur.akan
menghindari gangguan fisik dan psikologis.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah Vol.2. EGC : Jakarta


Doenges, Marilynn E.1999.Rencana Asuhan Keperawatan.EGC : Jakarta
Guyton, Arthur C.1997.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC : Jakarta
Long, Barbara C.1996.Keperawatan Medikal Bedah. Yayasan IAPK Padjajaran :
Bandung
Anonim. 2009. Osteoporosis. Available at : www.medicastore.com , accessed : 12
Agustus 2010.

Anda mungkin juga menyukai